EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E PADA MATERI LARUTAN NON ELEKTROLIT DAN ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E PADA
MATERI LARUTAN NON ELEKTROLIT DAN ELEKTROLIT DALAM
MENINGKATKAN MINAT DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA

(Skripsi)

Oleh
AMA NUR ANNA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E PADA
MATERI LARUTAN NON ELEKTROLIT DAN ELEKTROLIT DALAM
MENINGKATKAN MINAT DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA

Oleh
AMA NUR ANNA


Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E PADA
MATERI LARUTAN NON ELEKTROLIT DAN ELEKTROLIT DALAM
MENINGKATKAN MINAT DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA

Oleh
Ama Nur Anna


Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan model pembelajaran yang efektif
dalam meningkatkan minat dan penguasaan konsep siswa kelas X pada materi
larutan non elektrolit dan elektrolit. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas X yang berjumlah 8 kelas di SMA Al Azhar 3 Bandar Lampung
semester genap Tahun 2012-2013. Teknik pengambilan sampel adalah teknik
purposive sampling hasil yang diperoleh adalah 2 sampel yaitu kelas X7 dan X8.
Desain penelitian yang digunakan adalah non equivalent control group design.
Efektivitas

pembelajaran

Learning

Cycle

5E

dikatakan


efektif

dapat

meningkatkan minat dan penguasaan konsep siswa apabila secara statistik ratarata n-Gain siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol
dan kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata n-Gain minat untuk
kelas kontrol dan eksperimen masing-masing 0,26 dan 0,54 dan rata-rata n-Gain
penguasaan konsep untuk kelas kontrol dan eksperimen masing-masing 0,36 dan
0,43.

Berdasarkan pengujian hipotesis, disimpulkan bahwa kelas dengan

pembelajaran melalui Learning Cycle 5E memiliki minat dan penguasaan konsep
yang lebih tinggi dibandingkan kelas dengan pembelajaran konvensional. Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran materi larutan non elektrolit dan nelektrolit
melalui model pembelajaran Learning Cycle 5E lebih efektif dalam meningkatkan
minat dan penguasaan konsep siswa.

Kata kunci : pembelajaran Learning Cycle 5E, minat, dan penguasaan konsep.


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi Lampung Utara, pada tanggal 14 Agustus 1991
anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Ir. M. Ali dan Ibu
Rosmalena Betti S. Pd.

Pada tahun 1996 mengawali pendidikan formal di TK Tunas Harapan Kotabumi,
tahun1997 melanjutkan pendidikan di SDN 4 Candimas, diselesaikan tahun 2003,
selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 2 Kotabumi hingga
tahun 2006, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 3
Kotabumi, diselesaikan pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis diterima
dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan
Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas
Lampung.

Pada tahun 2012, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di
SMA Negeri 1 Sekampung, Desa Hargo Mulyo, Kecamatan Sekampung,
Kabupaten Lampung Timur dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di
tempat yang sama. Pada tahun 2013 penulis melaksanakan penelitian di SMA Al
Azhar 3 Bandarlampung.


MOTO

“Allah tidak membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya”
(Q.S. Al-Baqarah : 286)

“Tuliskan rencana kita dengan sebuah pensil, tetapi berikan penghapusnya kepada
Allah. Izinkan Dia menghapus bagian-bagian yang salah dan menggantikan dengan
rencana-Nya yang indah di dalam hidup kita, karena Allah selalu tahu apa yang kita
butuhkan, bukan apa yang kita minta, dan Allah tidak henti-hentinya memenuhi
kebutuhan seseorang, selama ia memenuhi kebutuhan saudaranya.”
(HR. Thabrani)

“ Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah
menjadi manusia yang berguna ”
(Einstein)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT. Penulis persembahkan karya

sederhana ini sebagai tanda cinta dan terima kasih penulis kepada:
1. Papa dan Mama tercinta yang sudah bersusah payah membesarkan, mendidik,
memperhatikan, dan selalu menantikan keberhasilan penulis. Terima kasih
untuk segala cinta, kasih sayang, pengorbanan, serta doa yang tidak pernah
putus. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan kepada kalian dan
kesempatan kepada penulis untuk bisa selalu membahagiakan kalian.
2. Bibi tersayang Yuli Handayani yang menjadi inspirasi penulis. Adik-adik
tersayang Ankavisi Nalaralagi, Nurul Hijah Rahma dan Fadhil Ihsansyah yang
selalu menghibur, memotivasi, serta memberikan dukungan untuk
keberhasilan penulis.

3. Datuk tersayang H. Machzur Navis dan Nenek tersayang Hj. Rosdah yang
selalu mendoakan, memperhatikan, dan memberikan penulis semangat untuk
mencapai cita-cita

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Kimia di Universitas

Lampung.

Pada kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Kimia.
4. Ibu Dr. Ratu Beta Rudibyani, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
5. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S., selaku Pembimbing II atas keikhlasannya
memberikan bimbingan, saran, dan motivasi.
6. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku pembahas yang banyak memberikan
kritik serta masukan yang bersifat positif dan konstruktif.
7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Kimia, Bu Titi, Bu Rini, Bu Nana, Bu Dwi,
Bu Emma, Pak Sunyono, Pak Wayan, dan Bu Lisa serta Bapak-Ibu Dosen
dan Staf Jurusan Pendidikan MIPA.

8. Bapak Drs. Hi. Ma’arifuddin. Mz.M.Pd.I., selaku Kepala Sekolah, Ibu Rina
Meidiasari, S.Pd., selaku Guru Mitra, Bapak dan ibu dewan guru, staf TU
SMA Al Azhar 3 Bandarlampung yang telah memberikan izin untuk

melakukan penelitian. Terima kasih juga atas bimbingan dan masukannya.
9. Teristimewa buat ayahanda dan Ibunda. Terima kasih atas restu dan doa yang
tak henti-hentinya kau titipkan untuk kelancaran penelitian anakmu dan
keberhasilan mengenyam studi ini.
10. Citra, Novi, Yuca dan Merta yang selalu memberikan semangat, semoga tali
persaudaraan ini tetap terjaga selamanya. Semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua. Amin.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan rujukan penelitian,
dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Menyadari
bahwa dalam penulisan ini banyak kekeliruan, sumbangsih dan masukan pembaca
menjadi permintaan penulis untuk karya selanjutnya.

Bandar lampung, Januari 2014
Penulis

1


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami
tentang alam. Belajar sains merupakan suatu proses memberikan sejumlah pengalaman kepada siswa agar mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan
pengetahuan sains tersebut serta memahami hakikat sains yakni sains sebagai
proses dan produk. Salah satu bidang sains yaitu ilmu kimia.

Ilmu kimia lahir dari pengalaman para ahli kimia untuk memperoleh jawaban atas
pertanyaan “apa” dan “mengapa” tentang sifat dan materi yang ada di alam melalui serangkaian proses menggunakan sikap ilmiah dan masing-masing akan menghasilkan fakta dan pengetahuan teoritis tentang materi yang kebenarannya dapat
dijelaskan dengan logika matematika. Sebagian kecil ranah kimia bersifat kasat
mata (visible), artinya dapat dibuat fakta konkritnya dan sebagian besar ranah kimia yang lain bersifat abstrak atau tidak kasat mata (invisible), artinya tidak dapat
dibuat fakta konkritnya (Depdiknas, 2003).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kimia di SMA Al Azhar
3 Bandar Lampung, pembelajaran kimia pada materi larutan non elektrolit dan
elektrolit cenderung hanya menghadirkan konsep-konsep, dan teori-teori tanpa
memberikan pengalaman bagaimana proses ditemukannya konsep dan teori ter-


2

sebut. Aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan
mencatat hal-hal yang dianggap penting. Mayoritas dalam proses pembelajaran,
siswa dituntut untuk menghafal sejumlah konsep yang diberikan oleh guru tanpa
dilibatkan secara langsung dalam penemuan konsep tersebut, sehingga sebagian
siswa merasa mengalami banyak kesulitan dalam proses pembelajaran kimia.

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada sesuatu hal atau
aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Siswa yang memiliki minat terhadap suatu
pelajaran, maka siswa tersebut cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih
besar terhadap pelajaran tersebut (Slameto, 2003).
Minat belajar siswa berkaitan dengan proses pembelajaran dalam kelas sehingga
siswa mampu menguasai konsep dengan baik melalui beberapa macam aktivitas,
baik aktivitas fisik maupun aktivitas psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik giataktif dengan anggota tubuh, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, dimana
peserta didik tidak hanya duduk, mendengarkan, atau hanya melihat. Peserta didik
yang memiliki aktivitas psikis (minat) adalah peserta didik yang daya jiwanya
mampu bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam pembelajaran
sehingga mampu menguasai konsep dengan baik. Penguasaan konsep akan
mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu proses dikatakan berhasil

apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau mengalami perubahan
menjadi lebih baik setelah siswa melakukan aktivitas belajar (Riyanto, 2011).

Untuk mendapatkan hasil belajar yang meningkat secara signifikan, maka di SMA
Al Azhar 3 perlu diaplikasikan model pembelajaran baru yang menunjang materi
larutan non elektrolit dan elektrolit. Salah satunya adalah dengan menerapkan

3

model pembelajaran Learning Cycle 5E (selanjutnya disingkat LC 5E) yang
diharapkan mampu meningkatkan minat belajar dan penguasaan konsep siswa
dalam pembelajaran kimia, dimana siswa diajak lebih aktif mempresentasikan
atau mengkomunikasikan pemahamannya dalam beberapa langkah atau siklus
melalui model pembelajaran LC 5E.

Dalam jurnal ilmiah pendidikan kimia oleh Laksmi Purnajanti yang berjudul
“Peningkatan Hasil Belajar Termokimia Melalui Pembelajaran Model LC 5E
Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Malang”, dalam kesimpulannya menyatakan bahwa
dari keseluruhan hasil dari proses siklus satu sampai siklus tiga dapat disimpulkan
model pembelajaran LC 5E dapat meningkatkan persentase partisipasi siswa
dalam proses belajar mengajar dan meningkatkan hasil belajar siswa jika disertai
persiapan-persiapan, baik ditinjau dari sisi guru dan ditinjau dari sisi siswa. Dari
sisi guru instrumen ajar lengkap harus tersedia dan dari sisi siswa tersedia
dokumen ringkasan materi yang bermakna seperti pada konsep.

Model LC 5E adalah suatu model pembelajaran yang melalui beberapa tahapan
diantaranya yaitu (1) engage (mengajak), (2) explore (menyelidiki), (3) explain
(menjelaskan), (4) elaborate (memperluas), (5) evaluate (menilai) dimana pada
setiap fasenya terdapat kegiatan yang berbeda-beda yang akhirnya dapat
menghasilkan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian
yang berjudul ”Efektivitas Model Pembelajaran LC 5E Pada Materi Larutan
Non Elektrolit dan Elektrolit Dalam Meningkatkan Minat dan Penguasaan
Konsep Siswa”.

4

B.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah minat siswa kategori kelompok tinggi, sedang dan rendah pada
materi pokok larutan non elektrolit dan elektrolit?
2. Apakah pembelajaran LC 5E efektif dalam meningkatkan minat siswa pada
materi pokok larutan non elektrolit dan elektrolit?
3. Apakah pembelajaran LC 5E efektif dalam meningkatkan keterampilan
penguasaan konsep siswa pada materi pokok larutan non elektrolit dan
elektrolit?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran LC 5E dalam
meningkatkan minat dan penguasaan konsep siswa.
2. Untuk mengelompokkan minat siswa ke dalam kategori kelompok tinggi,
sedang dan rendah.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Bagi Siswa
Melalui penerapan model pembelajaran LC 5E diharapkan dapat meningkatkan
minat dan penguasaan konsep siswa, materi larutan non elektrolit dan
elektrolit.

5

b. Bagi Guru dan Calon Guru
Memperoleh pengalaman dalam pembelajaran yang efektif pada materi larutan
non elektrolit dan elektrolit dalam meningkatkan minat dan penguasaan konsep
siswa di sekolah
c. Bagi Sekolah
Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran kimia di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Efektivitas pembelajaran yaitu tingkat ketercapaian atau sejauh mana proses
pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Kriteria keefektivan menurut Wicaksono (2008) mengacu pada :
Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan minat dan penguasaan
konsep siswa apabila secara statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan
antara kelas kontrol dan eksperimen.
2. Kompetensi Dasar pada materi yang dibahas dalam penelitian ini yaitu mengidentifikasi sifat larutan non elektrolit dan elektrolit berdasarkan data hasil percobaan.
3. Model pembelajaran LC 5E adalah salah satu model pembelajaran yang

berbasis konstruktivisme yang terdiri dari 5 fase sederhana yaitu (1) Fase
engage (mengajak), (2) Fase explore (menyelidiki), (3) Fase explain
(menjelaskan), (4) Fase elaborate (memperluas), dan (5) Fase evaluate
(menilai).
4. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada sesuatu hal atau

aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Siswa yang memiliki minat terhadap suatu

6

pelajaran, maka siswa tersebut cenderung untuk memberikan perhatian yang
lebih besar terhadap pelajaran tersebut. (Slameto : 2003). Untuk mengetahui
minat belajar siswa, dapat diukur dengan cara membagikan angket saat sebelum dan sesudah pembelajaran baik pada kelas kontrol, maupun eksperimen.
5. Penguasaan konsep larutan non elektrolit dan elektrolit berupa nilai siswa yang
diperoleh melalui pretest dan posttest.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu
yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan
merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan.
Model pembelajaran dikatakan efektif jika tujuan instruksional khusus yang dicanangkan lebih banyak tercapai. Menurut Satria (2005)
Efektifitas model pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan
tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. MenurutWicaksono (2008),
kriteria penelitian dalam suatu penelitian mengacu pada:
1.

Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa
apabila secara statistika hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang
signifikan antara pemahaman awal sebelum pembelajaran dan pemahaman
setelah pembelajaran (gain yang signifikan).

Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat
keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan

8

perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran.
Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga berhubungan dengan masalah
bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diperoleh, kegunaan atau manfaat dari
hasil yang diperoleh, tingkat daya fungsi unsur atau komponen, serta masalah tingkat
kepuasaan pengguna /client.
Menurut wicaksono (2008), model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan
hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan
yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran
(gain yang signifikan).
Berdasarkan ciri program pembelajaran efektif seperti yang digambarkan diatas, keefektifan program pembelajaran tidak hanya ditinjau dari segi tingkat prestasi belajar
saja, melainkan harus pula ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang. Aspek hasil meliputi tinjauan terhadap hasil belajar siswa setelah mengikuti program pembelajaran yang mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek proses
meliputi pengamatan terhadap keterampilan siswa, motivasi, respon, kerjasama,
partisipasi aktif, tingkat kesulitan pada penggunaan media, waktu serta teknik pemecahan masalah yang ditempuh siswa dalam menghadapi kesulitan pada saat kegiatan
belajar mengajar berlangsung. Aspek sarana penunjang meliputi tinjauan-tinjauan
terhadap fasilitas fisik dan bahan serta sumber yang diperlukan siswa dalam proses

9

belajar mengajar seperti ruang kelas, laboratorium, media pembelajaran dan bukubuku teks.

Efektifitas metode pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan
tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran.

B. LC 5E
Dalam bahasa indonesia Learning Cycle disebut sebagai siklus belajar. Learning
Cycle merupakan model pembelajaran yang terdiri dari fase-fase atau tahap-tahap
kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan
aktif.Dengan kata lain pembelajaran dengan menggunakan model Learning Cycle
berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai fasilitator. Model pembelajaran
Learning Cycle merupakan model pembelajaran yang berlandaskan pada teori
konstruktivisme yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap.
“Model Learning Cycle yang terdiri dari tiga tahap pertama kali dikembangkan oleh
robert karplus dalam science curriculum impropement study/SCIS” (trowbridge &
bybee dalam fitriani, 2009:10). Ketiga tahapan tersebut meliputi tahap eksplorasi,
pengenalan konsep dan penerapan konsep.
Semakin lama, tahapan model Learning Cycle semakin berkembang dan semakin
dikhususkan oleh para ahli. Model Learning Cycle tiga tahap yang semula dikembangkan oleh robert karplus saat ini telah dikembangkan menjadi 5 tahap seperti yang
dikemukakan oleh Anthony W. Lorsbach dari Illnois state university. Dalam artikelnya yang berjudul the Learning Cycle as a tool for planning science instruction,

10

Anthony W. Lorsbach mengemukakan model Learning Cycle terbagi ke dalam lima
tahap, yaitu tahap engage, explore, explain, extend dan evaluate.
Tahap-tahap dalam Learning Cycle yang dikemukakan oleh Anthony W. Lorsbach
dalam Fitriani (2009:10) ini sering disebut 5E, kelima tahapan itu meliputi: “engage
(mengajak), explore (menyelidiki), explain (menjelaskan), extend (memperluas) dan
evaluate (menilai)”.
1. Engage (mengajak)
Tahap ini merupakan tahap awal dari LC 5E. pada tahap ini, guru berusaha
membangkitkan minat belajar dan keingintahuan siswa tentang topik yang akan
diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan mengenai
permasalahan yang berhubungan dengan topik bahasan yang akan diajarkan. Dengan demikian, siswa akan memberi respon atau jawaban, mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan yang akan diajarkan. Kemudian guru perlu
melakukan identifikasi ada atau tidaknya kesalahan konsep pada siswa.
2. Explore (menyelidiki)
Tahap ini merupakan tahap kedua dari LC 5E. Pada tahap ini, siswa
diorganisasikan ke dalam kelompok belajar, kemudian diberi kesempatan untuk
bekerjasama dalam kelompok tanpa pembelajaran langsung dari guru. Siswa didorong untuk membuktikan hipotesis, mencoba alternatif pemecahannya dengan
melakukan pengamatan, mengumpulkan data, diskusi dengan kelompoknya dan
membuat suatu kesimpulan. Pada tahap ini, guru berperan sebagai fasilitator dan
motivator.

11

3. Explain (menjelaskan)
Tahap ini merupakan tahap ketiga dari LC 5E. Pada tahap ini , guru mendorong
siswa untuk menjelaskan konsep-konsep yang telah diperoleh ketika siswa
menjelaskan konsep-konsep yang telah diperoleh ketika tahap explore dengan
pemikiran sendiri. Guru meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan siswa dan
mengarahkan kegiatan diskusi. Dengan adanya diskusi, guru memberi definisi dan
penjelasan tentang konsep yang dibahas dengan menggunakan penjelasan siswa.
4. Extend (memperluas)
Tahap ini merupakan tahap keempat dari LC 5E. Pada tahap ini, siswa
menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi baru.
Pada tahap ini, siswa akan menggunakan konsep yang telah dikuasai untuk
menjadi pertanyaan, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Evaluate (menilai)
Tahap ini merupakan tahap akhir dari LC 5E. Pada tahap ini, guru dapat
mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa. Siswa dapat melakukan evaluasi
diri dengan mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban dari bukti dan
penjelasan yang telah diperoleh sebelumnya. Selain itu, siswa dapat mengetahui
kekurangan atau kelebihannya dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan.

12

Pada tahap ini, guru dapat memberikan pertanyaan yang akan mendorong siswa
untuk melakukan penyelidikan yang lebih lanjut dimasa yang akan datang.
Kelima tahapan tersebut dapat digambarkan dalam bentuk siklus seperti di bawah
ini :

DIAGRAM LC 5E MENURUT ANTHONY W. LORSBACH
Kelima tahapan di atas adalah hal-hal yang dilakukan dalam menerapkan model LC
5E. Guru dan siswa mempunyai peran masing-masing dalam setiap kegiatan

pembelajaran. Kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan
menerapkan model LC 5E dapat dijabarkan dalam tabel berikut :
KEGIATAN GURU DAN SISWA PADA MODEL LC 5E
Tahapan model LC 5E
Engage (mengajak)

Kegiatan guru
Membangkitkan minat dan
keingintahuan siswa

Mengajukan pertanyaan
mengenai permasalahan
yang berhubungan dengan
materi yang akan disjarkan
Mengaitkan topik yang

Kegiatan siswa
Mengembangkan minat
dan rasa ingin tahu
terhadap materi yang akan
diajarkan
Memberi respon terhadap
pertanyaan guru

Berusaha mengingat

13

Explore (menyelidiki)

Explain (menjelaskan)

Extend (memperluas)

dibahas dengan
pengalaman siswa .
mendorongh siswa untuk
mengingat pengalaman
sehari-harinya dan
menunjukkan keterkaitan
dengan topik pembelajaran
yang sedang dibahas.
Membentuk kelompok,
memberi kesempatan untuk
bekerja sama dalam
kelompok secara mandiri
Guru berperan sebagai
fasilitator

Mendorong siswa untuk
menjelaskan konsep
dengan kalimat mereka
sendiri
Meminta bukti dan
klarifikasi dari penjelasan
siswa
Memberi definisi dan
penjelasan tentang konsep
yang dibahas dengan
menggunakan penjelasan
siswa
Meningkatkan mahasiswa
pada penjelasan alternatif
dan mempertimbangkan
data saat mereka
mengekplorasi situasi baru
Mendorong dan
memfasilitasi mahasiswa
untuk menerapkan konsep
dalam situasi yang baru

pengalaman sehari-hari
dan menghubungkan
dengan pembelajaran yang
dibahas

Membentuk kelompok dan
berusaha bekerja dalam
kelompok
Membuktikan hipotesis
yang sudah dibuat pada
tahap sebelumnya,
mencoba alternatif
pemecahannya dengan
melakukan pengamatan,
mengumpulkan data,
diskusi dengan
kelompoknya dan
membuat suatu
kesimpulan
Mencoba memberikan
penjelasan terhadap
konsep yang ditemukan
Melakukan diskusi

Mendengarkan dan
memahami penjelasan
guru

Menerapkan konsep dan
keterampilan dalam situasi
baru dan menggunakan
label dan definisi formal
Memecahkan masalah,
membuat keputusan,
melakukan percobaan dan
pengamatan

14

Evaluate (menilai)

Mengamati pengetahuan
atau pemahaman siswa

Mendorong siswa
melakukan evaluasi diri
Mendorong siswa
memahami kekurangan
atau kelebihannya dalam
kegiatan pembelajaran

Mengevaluasi belajarnya
sendiri dengan
mengajukan pertanyaan
dan mencari jawaban dari
bukti dan penjelasan yang
telah diperoleh
sebelumnya
Mengambil kesimpulan
lanjut atau situasi belajar
yang dilakukannya
Melihat dan menganalisis
kekurangan atau
kelebihannya dalam
kegiatan pembelajaran
(Wena, 2009:173)

C. Minat Belajar
Keberhasilan proses pembelajaran sangat tergantung pada peran seorang guru yang
kompeten dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif. Proses pembelajaran
harus mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya
sudah ada pada diri siswa itu sendiri. Untuk itu guru dapat menggunakan salah satu
alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat me-ngembangkan keterampilan, yaitu
model pembelajaran LC 5E. Minat merupakan keinginan siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran yang meliputi perasaan senang, perhatian, rasa ingin tahu, dan
usaha yang dilakukan terhadap mata pelajaran kimia. Tanpa adanya minat siswa, maka
proses pembelajaran tidak akan berlangsung dengan baik, hal ini didukung oleh pendapat
Slameto (2003: 180), yang menyatakan bahwa
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada sesuatu hal atau
aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Siswa yang memiliki minat terhadap suatu
pelajaran, maka siswa tersebut cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih
besar terhadap pelajaran tersebut.

15

Gestalt dalam Slameto (2003: 10) yang menyatakan bahwa belajar akan lebih berhasil
bila berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan siswa. Menurut Slameto (2003:
180) menyatakan bahwa
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya membantu siswa melihat
bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan
dirinya sendiri sebagai individu. Cara yang paling efektif untuk membangkitkan
minat pada subjek yang menurut Slameto (2003: 180) adalah dengan
menggunakan minat - minat siswa yang telah ada.
Sardiman (2007: 95) menyatakan bahwa
Ada beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk membangkitkan minat antara
lain :
1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan
2) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman lampau
3) Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil belajar yang baik
4) Menggunakan berbagai macam bentuk teknik mengajar
Pendapat Sardiman di atas didukung oleh Taner dan Tamer dalam Slameto (2003: 181),
menyatakan agar pengajar juga berusaha membentuk minat baru pada diri siswa dengan
cara memberikan informasi hubungan antara suatu bahan pelajaran dan menguraikan
kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang.
Roojakers dalam Slameto (2003: 182), menyatakan bahwa
Minat siswa dapat ditingkatkan dengan cara menghubungkan bahan pengajaran
dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa.
Minat siswa dapat diketahui dalam pembelajaran melalui beberapa indikator.
Kerta (1996), menyatakan bahwa
Indikator untuk mengetahui minat siswa dalam pembelajaran yaitu : perasaan
senang, perhatian, rasa ingin tahu, dan usaha yang dilakukan oleh siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah hasil
belajar yang sesuai dengan ranah kognitif yang berisi rasa ketertarikan pada suatu hal

16

atau aktivitas yang meliputi perasaan senang, perhatian, rasa ingin tahu, dan usaha yang
dilakukan siswa terhadap suatu pembelajaran.

D. Penguasaan Konsep
Menurut Sagala (2003) definisi konsep adalah :
Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang
dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan yang
meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa,
pengalaman, melalui generalisasi dan berfikir abstrak.
Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil berfikir
abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, fakta yang menerangkan banyak pengalaman. Pemahaman dan penguasaan konsep akan memberikan suatu aplikasi dari
konsep tersebut, yaitu membebaskan suatu stimulus yang spesifik sehingga dapat
digunakan dalam segala situasi dan stimulus yang mengandung konsep tersebut. Jika
belajar tanpa konsep, proses belajar mengajar tidak akan berhasil. Hanya dengan
bantuan konsep, proses belajar mengajar dapat ditingkatkan lebih maksimal.
Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu
proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkatkan atau
mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar, penfapat ini didukung oleh Djarmarah dan Aswan (2002) yang mengatakan bahwa
belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang
setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Proses belajar seseorang
sangat dipengaruhi oleh banyak faktor , slah satunya adalah pembelajaran
yang digunakan guru dalam kelas, dalam belajar juga dituntut adanya suatu

17

aktivitas yang harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan
penguasaan materi. Penguasaan terhadap suatu konsep tidak mungkin baik
jika siswa tidak melakukan belajar karena siswa tidak akan tahu banyak
tentang materi pelajaran. Sebagian besar materi pelajaran yang dipelajari di
sekolah terdiri dari konsep-konsep. Semakin baynk konsep yang dimiliki
seseorang, semakin banyk alternatif yang dapat dipilih dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapinya.
Seseorang belajar konsep jika belajar mengenal dan membedakan sifat-sifat dari
objek kemudian membuat pengelompokkan terhadap objek tersebut. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Nasution dalam Yuliati (2006:7) :
Bila seseorang dapat menghadapi benda atau peristiwa sebagai suatu
kelompok, golongan, kelas, atau kategori, maka ia telah belajar konsep.
Menurut Abdurahman (2003:254)
Konsep menunjukkan pada pemahaman dasar. Siswa mengembangkan
konsep ketika mereka mapu mengklasifikasikan atau mengelompokkan
benda-benda atau ketika mereka dapat mengasosiasikan suatu nama dengan
kelompok benda tertentu.
Menurut Uno (2007:9)
konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil tafsiran
terhadap suatu fakta atau realita, dan hubungan antara berbagai fakta. Suatu
konsep dapat diklasifikasikan berdasarkan ciri tertentu, misalnya konsep tentang manusia, konsep tentang burung, konsep ikan, dan sebagainya.
Kemampuan seseorang mampu membentuk konsep apabila orang tersebut
dapat melakukan diskriminasi terhadap fakta atau realita tersebut.
E. Hubungan Model LC 5E dengan Penguasaan Konsep
Penggunaan model LC 5E dapat menciptakan kesempatan untuk memberi
pengalaman fisik, interaksi sosial, dan pengetahuan diri. LC 5E terdiri dari 5 tahap
kegiatan, yaitu engage, explore, explain, elaborate, dan evaluate. Seperti yang
diungkapkan oleh Syuaidi, 2000 bahwa : Model LC 5E dapat meningkatkan
penguasaan konsep siswa khususnya dalam pembelajaran sains. Peneliti mengenai

18

LC5E mendukung efektivitas dalam mendorong siswa untuk berfikir kreatif dan kritis,

serta memfasilitasi penguasaan yang lebih baik tentang konsep ilmiah, meningkatkan
KPS dan menggali keterampilan penalaran lebih tinggi. Beberapa hasil studi yang
telah mengembangkan dan menerapkan model ini dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) menunjukkan bahwa model siklus belajar lebih efektif dan
tepat dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa.
F. Analisis Konsep

Herron et al. (1977) dalam Fadiawati (2011) berpendapat bahwa belum ada definisi
tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep
disamakan dengan ide. Herron et al. (1977) mengemukakan bahwa analisis konsep
merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam
merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Analisis konsep
dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau label konsep, definisi
konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi konsep, contoh, dan non
contoh
G. Kerangka Pemikiran
Keberhasilan suatu proses pembelajaran erat hubungannya dengan ketepatan guru
memilih dan menerapkan model, metode, dan strategi dalam suatu proses pembelajaran. Hal ini akan mempengaruhi minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga berpengaruh pada penguasaan konsep siswa tehadap suatu materi
pembelajaran.

19

Tugas guru diantaranya adalah sebagai motivator, mediator, dan fasilitator. Guru
merupakan figur yang memegang peranan penting yang diharapkan dapat membimbing dan membantu siswa agar mencapai hasil belajar optimal. Untuk itu bantuan
guru sangat diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan
tugas-tugas siswa. Selain itu guru mempunyai tugas untuk memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan
pendidikan dan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa lebih
aktif,kreatif,menarik, dan menyenangkan.

LC5E sebagai salah satu bentuk strategi pembelajaran yang dapat membantu dalam

meningkatkan minat belajar dan penguasaan konsep siswa. Model pembelajaran
LC5E Pembelajaran tersebut terdiri dari 5 rangkaian kegiatan yang dapat dilakukan

tahap tahap kegiatan tersebut sekaligus mengembangkan kemampuan berfikir kritis
siswa.

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran LC 5E
terhadap suatu proses pembelajaran kimia materi larutan non elektrolit dan elektrolit
pada kelas X semester genap. Sebagai variabel bebasnya adalah suatu model
pembelajaran yang digunakan dan sebagai variabel terikatnya adalah minat belajar
dan penguasaan konsep kimia siswa.
Data pengamatan diperoleh dari dua kelas, yaitu kelas X8 sebagai kelas eksperimen
dengan menerapkan model pembelajaran LC 5E dan kelas X4 sebagai kelas kontrol
dengan menerapkan model pembelajaran konvensional. Pada masing-masing kelas

20

diberikan pretest dan posttest tentang materi larutan non elektrolit dan elektrolit untuk
mengetahui tingkat penguasaan konsep siswa pada materi larutan non elektrolit dan
elektrolit.

Model pembelajaran konvensional dan model pembelajaran LC 5E, masing-masing
memiliki kekurangan dan kelebihan. Model pembelajaran konvensional berpusat pada
guru, sehingga siswa cenderung pasif dan hanya mampu menerima pelajaran tanpa
bisa memahaminya. Dalam pengerjaan tugas, guru hanya melihat hasil akhir dari
pengerjaan tugas siswa tersebut tanpa memberikan tuntunan kepada siswa dalam
pengerjaan tugas dan tidak melihat proses siswa dalam mengerjakan tugas. Namun,
pembelajaran konvensional mudah untuk direncanakan dan dilaksanakan. Seorang
guru mampu menguasai kelas karena pembelajaran berpusat pada guru. Siswa juga
dapat dilatih untuk mampu bersikap mandiri dalam mencari informasi di luar sekolah
seperti dalam kelompok belajar

Pembelajaran LC 5E merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan segala hal yang
ada di sekitarnya. Pembelajaran ini harus mampu dipersiapkan dengan baik agar
proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Guru harus berperan sebagai
seorang fasilitator yang baik sehingga mampu memfasilitasi siswa dalam memahami
suatu materi pelajaran sehingga memiliki penguasaan materi yang baik. Dengan kata
lain, guru harus berkorban lebih banyak untuk dapat mewujudkan suatu pembelajaran
yang menyenangkan. Hasil dari pembelajaran kuantum adalah siswa-siswa yang
mampu berpikir kreatif dan inovatif serta memiliki rasa percaya diri yang lebih baik
akan potensi dirinya.

21

Berdasarkan kekurangan dan kelebihan dari kedua model pembelajaran tersebut,
pembelajaran LC 5E akan menghasilkan minat dan penguasaan konsep siswa yang
lebih baik dibandingkan pembelajaran konvensional. Pembelajaran LC 5E yang
menyenangkan akan mampu meningkatkan minat siswa dalam suatu proses
pembelajaran sehingga siswa mampu memahami dan menguasai materi pelajaran
secara lebih baik dibandingkan pembelajaran konvensional.

H. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Siswa kelas X7 dan X8 semester genap SMA Al Azhar 3 Bandar Lampung yang
menjadi sampel penelitian mempunyai kemampuan awal yang sama dalam
penguasaan konsep kimia.
2. Siswa memperoleh materi pembelajaran kimia dari guru yang sama dan waktu
pembelajaran yang sama.
3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi minat dan penguasaan konsep kimia
larutan non elektrolit dan elektrolit siswa kelas X semester genap SMA Al Azhar 3
Bandar Lampung Tahun ajaran 2012/2013 diabaikan
4. Perbedaan penguasaan konsep materi larutan non elektrolit dan elektrolit terjadi
karena perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran.

I. Hipotesis Umum
Berdasarkan kerangka pemikiran dan anggapan dasar yang dikemukakan, maka dapat
dirumuskan hipotesis umum dalam penelitian ini antara lain:

22

1. Pembelajaran LC 5E pada materi larutan non elektrolit dan elektrolit diharapkan
efektif dalam meningkatkan minat siswa yang lebih baik dibandingkan
pembelajaran konvensional.
2. Pembelajaran LC 5E pada materi larutan non elektrolit dan elektrolit diharapkan
efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep kimia siswa yang lebih baik
dibandingkan pembelajaran konvensional.

23

ANALISIS KONSEP LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
Label
konsep
(1)
Larutan

Larutan
elektrolit

Definisi konsep
(2)

Jenis
konsep
(3)
Campuran homogen terdiri dari Konsep
dua zat atau lebih, dimana
konkrit
salah satunya bertindak sebagai
zat terlarut sedangkan yang
lainnya sebagai zat pelarut dan
mempunyai sifat dapat
menghantarkan arus listrik
(elektrolit) atau tidak dapat
menghantarkan listrik (non
elektrolit).
Larutan yang dapat
Konsep
menghantarkan listrik, ditandai konkrit
dengan timbulnya gelembung
gas sertanyala lampu pada
elektrolittester yang dapat
bersifat elektrolit kuat atau
elektrolit lemah.

Larutan
elektrolit
kuat

Larutan yang dapat
menghantarkan listrik ditandai
dengan timbulnya gelembung
gas dan nyala lampu yang
terang pada elektrolittester.

Konsep
konkrit

Larutan
elektrolit

Larutan yang dapat
menghantarkan listrik ditandai

Konsep
konkrit

Atribut
Kritis
Variabel
(4)
(5)
• larutan • sifat
• zat
menghantar
terlarut
kan listrik
• zat
pelarut

• larutan
elektrolit
• larutan
elektrolit
kuat
• larutan
elektrolit
lemah
• larutan
elektrolit
kuat

• larutan
elektrolit

Super
ordinat (6)
• materi

Posisi konsep
Koordinat Sub ordinat
(7)
(8)
• campuran • larutan
zat tunggal
elektrolit
• larutan non
elektrolit
• larutan
asam basa
• larutan
garam
• larutan
elektrolit kuat
• larutan
elektrolit
lemah

Contoh
(9)

Non contoh
(10)

• larutan
garam
• larutan
gula
• larutan
NaOH

• campuran
antara
minyak dan
air
• campuran
susu dengan
air

• larutan
NaCl
• larutan
HCl
• larutan
H2SO4

• air
• larutan gula
dalam air
• larutan
alkohol
dalam air

• jumlah ion
• kerapatan
ion

• larutan

• larutan
non
elektrolit


konsentrasi
larutan
• jumlah ion
• kerapatan
ion

konsentrasi

• larutan
elektrolit

• larutan
elektrolit
lemah

• larutan
NaCl
• larutan
HCl

• urea
• larutan gula

• larutan
elektrolit

• larutan
elektrolit

• larutan
CH3CO

• alkohol

24
lemah

Larutan
non
elektrolit

dengan timbulnya gelembung
gas dan nyala lampu yang
redup atau hanya timbul
gelembung gas pada
elektrolittester.
Larutran yang tidak dapat
menghantarkan listrik, ditandai
dengan lampu tidak menyala
dan tidak adanya gelembung
gas pada elektrolittester.

Konsep
konkrit

lemah

larutan
• jumlah ion
• kerapatan
ion

• larutan
non
elektrolit

• jumlah ion
• kerapatan
ion

• larutan

kuat

OH

• larutan
elektrolit

• urea
• larutan
gula
• alkohol

• larutan HCl
• larutan
NaCl

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Al Azhar 3
Bandar Lampung tahun pelajaran 2012-2013 yang berjumlah 320 siswa dan tersebar dalam delapan kelas.

2. Sampel
Pada Populasi diambil sebanyak dua kelas untuk dijadikan sampel penelitian.
Satu kelas sebagai kelas eksperimen yang akan diberi perlakuan dan satu kelas
lagi sebagai kelas kontrol dengan latar belakang kemampuan akademik sama.
Teknik pengambilan sampel adalah teknik purposive sampling. Purposive
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan yaitu ingin mendapatkan sampel dengan kemampuan akademik relatif
sama.

Peneliti mengajukan beberapa kriteria siswa untuk dijadikan sampel dalam
penelitian yang menggunakan model pembelajaran LC 5E. Kemudian guru mitra
memberikan saran yang menjadi bahan pertimbangan oleh peneliti. Merujuk pada
pertimbangan peneliti, dua kelas yang akan dijadikan sampel yang akan diteliti
harus memiliki kemampuan penguasaan konsep yang sama, maka dari itu dari

26

delapan kelas X yang ada di sekolah kelas X7 dan X8 memenuhi kriteria tersebut
sebagai sampel penelitian dengan beranggapan nilai kemampuan awal siswa yang
diperoleh dari nilai rata-rata pembelajaran kimia kelas X8 pada semester 1 lebih
besar dibandingkan kelas X7, maka ditentukan kelas X8 sebagai kelas eksperimen
yang menggunakan model pembelajaran LC 5E dan kelas X7 sebagai kelas
kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.

B. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari tes hasil belajar.
Sumber data dibagi menjadi dua yaitu :
a. Data primer yang meliputi :
1) Data hasil pretest dan posttest kelompok kontrol
2) Data hasil pretest dan posttest kelompok eksperimen
3) Data hasil kuesioner minat awal dan akhir dalam pembelajaran kimia pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol dan

b. Data sekunder yang meliputi :
Lembar kinerja guru dan lembar observasi siswa

C. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini, digunakan metode tes untuk memperoleh data nilai
minat siswa dan penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Metode tes yang digunakan adalah pretest, posttes dan kuesioner.

27

D. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah non equivalent control group
design. Pada desain penelitian ini melihat perbedaan pretest maupun posttest
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan metode penelitian yang
digunakan adalah kuasi eksperimen. Desain penelitian tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Desain penelitian
Kelas

Pretest

Perlakuan

Posttest

Kelas eksperimen

O1

X1

O2

Kelas kontrol

O1

-

O2

Keterangan:
X1: Pembelajaran kimia menggunakan LC5E
O1: Pretest yang diberikan sebelum perlakuan
O2: Posttest yang diberikan setelah perlakuan

E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat untuk mengumpulkan data dalam suatu
penelitian. Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah:
1.

Soal pretest dan posttest untuk memperoleh data penguasaan konsep.
a.

Pretest
Pretest dalam penelitian ini terdiri dari 15 soal pilihan jamak dan 5 soal
essay yang di dalamnya terdapat indikator penguasaan konsep.

b. Posttest
Soal posttes terdiri dari 15 soal pilihan jamak dan 5 soal essay yang di
dalamnya terdapat indikator penguasaan konsep.

28

2.

Kuesioner minat, yaitu lembar kuesioner minat siswa terhadap pembelajaran
kimia.

3.

RPP dan Silabus, Instrumen yang digunakan oleh kelas kontrol adalah buku
teks/ buku pegangan yang sudah dimiliki siswa kelas X SMA Al Azhar 3
Bandar Lampung tahun ajaran 2012/2013.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.

Observasi pendahuluan
a. Meminta izin kepada kepala SMA Al Azhar 3 Bandarlampung
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan
informasi tentang data siswa, karakteristik siswa, jadwal dan saranaprasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian.
c. Menentukan pokok bahasan yang akan diteliti berdasarkan karakteristik
materi yang cocok untuk diterapkannya pembelajaran LC 5E.
d. Menentukan dua kelas yang akan dijadikan sampel penelitian.
e. .Menyiapkan perangkat pembelajaran yang digunakan selama proses
pembelajaran dikelas.
f. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan
materi pokok yang diteliti yaitu materi larutan non elektrolit dan elektrolit.
g. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan materi pokok yang diteliti
yaitu materi larutan non elektrolit dan elektrolit.
h. Membuat soal pretest dan posttest.

29

2. Pelaksanaan penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
a. Tahap persiapan
Menyusun perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas, antara lain Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
Lembar Kerja Siswa (LKS), dan instrumen tes
b. Tahap pelaksanaan penelitian
Pada tahap pelaksanaan penelitian, kelas X8 diterapkan pembelajaran LC 5E,
sedangkan pada kelas X7 diterapkan pembelajaran konvensional. Urutan
prosedur pelaksanaannya sebagai berikut :
1) Melakukan pretest dengan soal-soal yang sama pada kelas kontrol dan
kelas eksperimen.
2) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi kesetimbangan kimia
sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas.
3) Memberikan postest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol
4) Tabulasi dan menganalisis data
Adapun langkah-langkah penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
Observasi pendahuluan
Mempersiapkan perangkat pembelajaran
dan instrumen penelitian
Validasi instrumen
Kelas kontrol
pembelajaran
konvensional

Pretest
Posttest

Kelas eksperimen
Learning Cycle 5E

30

Tabulasi dan
Analisis data
Kesimpulan
Gambar 2. Alur penelitian
G. Analisis Data Penelitian
1.

Hipotesis kerja

Hipotesis kerja dalam penelitian ini adalah:
a. Hipotesis pertama (Minat siswa)
Rata-rata minat siswa pada materi larutan non elektrolit dan elektrolit yang
diterapkan pembelajaran LC 5E lebih tinggi daripada rata-rata minat siswa
dengan pembelajaran konvensional.
b. Hipotesis kedua (Penguasaan Konsep)
Rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa pada materi larutan non elektrolit
dan elektrolit yang diterapkan pembelajaran LC 5E lebih tinggi daripada
rata-rata penguasaan konsep siswa dengan pembelajaran konvensional.

2. Hipotesis statistik
Untuk data sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal, maka uji
hipotesis yang digunakan adalah uji parametik (Sudjana, 2005).

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis
dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif
(H1). Sehingga rumusan hipotesis menjadi :
a. Hipotesis pertama (Minat siswa):

31

H0 : Rata-rata minat siswa pada materi larutan non elektrolit dan elektrolit yang
diterapkan pembelajaran LC 5E lebih rendah atau sama dengan rata-rata
minat siswa dengan pembelajaran konvensional.
H0 : µ 1x≤ µ2x
H1 : Rata-rata minat siswa pada materi larutan non elektrolit dan elektrolit yang
diterapkan pembelajaran LC 5E lebih tinggi dengan rata-rata minat siswa
dengan pembelajaran konvensional.
H1 : µ 1x> µ 2x
b. Hipotesis kedua (Penguasaan Konsep):
H0 : Rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa pada materi larutan non
elektrolit dan elektrolit yang diterapkan pembelajaran LC 5E lebih
rendah atau sama dengan rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa
dengan pembelajaran konvensional.
H0 : µ 1y≤ µ2y
H1 : Rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa pada materi larutan non
elektrolit dan elektrolit yang diterapkan pembelajaran LC 5E lebih tinggi
daripada rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa dengan pembelajaran
konvensional.
H1 : µ 1y> µ 2y
Keterangan:
µ 1 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi larutan non elektrolit dan elektrolit pada
kelas yang diterapkan pembelajaran LC 5E.
µ 2 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi larutan non elektrolit dan elektrolit pada
kelas dengan pembelajaran konvensional

32

x: minat siswa
y : penguasaan konsep

H. Teknik Analisis Data
Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti
yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah,
tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

1. Pengolahan data angket minat siswa
Data minat siswa diperoleh dari anket yang diberikan pada saat sebelum dan
sesudah pembelajaran. Angket dibuat berdasarkan kisi-kisi dengan 4 indikator,
yaituperhatian, perasaan, rasa ingin tahu, dan usaha yang dilakukan. (Kerta,
1996). Butir angket yang dibuat terdiri dari 15 soal pertanyaan dengan 4 pilihan
jawaban. Penilaian terhadap minat siswa dalam penelitian ini menggunakan skala
bertingkat dengan rentangan 1-4, dengan spesifikasi : jika siswa memberi jawaban
A diberi skor 4, jika siswa menjawab B diberi skor 3, jika siswa menjawab C
diberi skor 2, dan jika siswa menjawab D diberi skor 1.

Skor jawaban angket merupakan data ordinal. Dalam pengujian hipotesis statistik
biasanya mengharuskan data berskala interval (nilai). Jadi, data ordinal harus
diubah dalam bentuk data interval dengan menggunakan method of successive
interval (MSI) pada Ms.Excel. Cara mengubah data ordinal tersebut adalah :
1) Buka excel
2) Klik file stat97.xla  klik enable macro
3) Masukkan data ordinal yang akan diubah ke dalam Ms.Excel.
4) Pilih Add-Ins StatisticsSuccessive Interval

33

5) Pilih Yes
6) Pada saat kursor di Data Range blok data yang akan diubah.
7) Kemudian pindah ke Cell Output.
8) Klik di kolom baru untuk membuat output.
9) Klik Next
10) Pilih Select all
11) Isikan minimum value 1 dan maksimum value 10 (atau sesuai dengan
jarak nilai terendah sampai dengan teratas)
12) Klik Next  Finish
Data yang diperoleh dalam bentuk interval (nilai) diolah menjadi persentase minat
siswa secara keseluruhan dengan rumus :

Nilai minat siswa =

Perolehan Nilai Siswa
x100
Nilai Maksimum

(1) kategori minat siswa antara 76-100; minat tinggi,
(2) kategori minat siswa antara 56-75; minat sedang,
(3) kategori minat siswa kurang dari sama dengan 56; minat rendah; (Arikunto,
2004)
Selanjutnya untuk perhitungan data minat per indikator bisa dihitung sebagai
berikut :
Rata-rata minat siswa per indikator =

Persentase minat siswa =

Jumlah Nilai Minat Siswa Perindikator
Jumlah Siswa Perkelas

Jumlah Siswa Perkategori
x100%
Jumlah Siswa Perkelas

34

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT PADA SISWA SMAN 5 BANDAR LAMPUNG

0 12 42

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR EMPIRIS INDUKTIF DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

0 23 53

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI LARUTAN NON-ELEKTROLIT DAN ELEKTROLIT

0 3 49

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DISERTAI MEDIA ANIMASI PADA MATERI LARUTAN NON-ELEKTROLIT DAN ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN DAN PENGUASAAN KONSEP

1 28 56

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAN PADA MATERI LARUTAN NON-ELEKTROLIT DAN ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA

1 11 52

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL

6 28 47

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERATING PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

1 11 56

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBEDAKAN PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

2 30 57

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN POE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR ORISINIL SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

0 9 65

PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

1 9 68