PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn KELAS V B SD NEGERI 5 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA PEMBELAJARAN PKn KELAS V B SD NEGERI 5 METRO BARAT

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

ARIEF BACHTIAR PUTRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA PEMBELAJARAN PKn KELAS V B SD NEGERI 5 METRO BARAT

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

ARIEF BACHTIAR PUTRA

Permasalahan penelitian ini adalah masih rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn kelas V B SD Negeri 5 Metro Barat. Tujuannya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn kelas V B SD Negeri 5 Metro Barat menggunakan model cooperative learning tipe numbered heads together (NHT) dengan media grafis. Penelitian ini menggunakan metode PTK dengan tiga siklus yang setiap siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati, dan refleksi. Data dikumpulkan melalui lembar observasi dan instrumen tes pada setiap siklus. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan model cooperative learning tipe numbered heads together (NHT) dengan media grafis pada pembelajaran PKn kelas V B SD Negeri 5 Metro Barat dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari persentase rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I (35,71%), siklus II (58,93%), dan siklus III (87,5%). Peningkatan dari siklus I ke siklus II (23,22%) dan dari siklus II ke siklus III (28,6%). Sementara rata-rata nilai hasil belajar siswa pada siklus I (57,86), siklus II (65), dan siklus III (90). Peningkatan dari siklus I ke siklus II (7,14) dan dari siklus II ke siklus III (25).

Berdasarkan hasil temuan pengembangan proses pembelajaran, peneliti merekomendasikan agar guru kelas V Sekolah Dasar (SD) dapat menggunakan model cooperative learning tipe numbered heads together (NHT) dengan media grafis pada pembelajaran PKn supaya aktivitas dan hasil belajar dapat meningkat serta siswa tidak menganggap pembelajaran PKn membosankan.

Kata kunci: model cooperative learning tipe numbered heads together (NHT) media grafis, aktivitas dan hasil belajar


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Kewarganegaraan ... 8

2.1.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 8

2.1.2 Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SD ... 9

2.1.3 Tujuan Pembelajaran PKn di SD ... 10

2.2 Belajar ... 11

2.2.1 Pengertian Belajar ... 11

2.2.2 Aktivitas Belajar ... 12

2.2.3 Hasil Belajar ... 13

2.3 Model Pembelajaran ... 14

2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran ... 14

2.3.2 Macam-macam Model Pembelajaran ... 15

2.4 Model Cooperative Learning ... 16

2.4.1 Pengertian Model Cooperative Learning ... 16

2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Learning .... 17

2.4.3 Tipe-tipe Cooperative Learning ... 18

2.5 Model Cooperative Learning Tipe NHT ... 19

2.5.1 Pengertian Model Cooperative Learning Tipe NHT .. 19

2.5.2 Langkah-langkah Model Cooperative Learning Tipe NHT ... 20


(7)

2.6 Media Pembelajaran ... 21

2.6.1 Pengertian Media Pembelajaran ... 21

2.6.2 Macam-macam Media Pembelajaran... 22

2.7 Media Grafis ... 23

2.7.1 Pengertian Media Grafis ... 23

2.7.2 Fungsi Media Grafis ... 24

2.7.3 Langkah Pembelajaran Menggunakan Media Grafis.. 25

2.8 Hipotesis Tindakan ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Setting Penelitian ... 28

3.2.1 Tempat Penelitian ... 28

3.2.2 Waktu Penelitian ... 28

3.2.3 Subjek Penelitian ... 28

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.4 Alat Pengumpulan Data ... 29

3.5 Teknik Analisis Data ... 29

3.6 Indikator Keberhasilan ... 32

3.7 Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Awal ... 37

4.1.1 Deskripsi Awal ... 37

4.1.2 Refleksi Awal ... 38

4.1.3 Persiapan Pembelajaran ... 38

4.2 Hasil Penelitian ... 39

4.2.1 Siklus I ... 39

4.2.2 Temuan pada Siklus I ... 40

a. Aktivitas Belajar Siswa ... 40

b. Kinerja Guru ... 42

c. Hasil Belajar Siswa ... 43

d. Refleksi ... 44

e. SaranPerbaikan/ Tindakan Kelas untuk Siklus II . 45 4.2.3 Siklus II ... 45

4.2.4 Temuan pada Siklus II ... 47

a. Aktivitas Belajar Siswa ... 47

b. Peningkatan Aktivitas Siswa (siklus I ke II) ... 48

c. Kinerja Guru ... 49

d. Peningkatan Kinerja Guru (siklus I ke II) ... 49

e. Hasil Belajar Siswa ... 50

f. Refleksi ... 51

g. SaranPerbaikan/ Tindakan Kelas untuk Siklus III 52 4.2.5 Siklus III ... 52


(8)

4.2.6 Temuan pada Siklus III ... 54

a.Aktivitas Belajar Siswa ... 54

b. Peningkatan Aktivitas Siswa (siklus II ke III) .... 55

c. Kinerja Guru ... 56

d. Peningkatan Kinerja Guru (siklus II ke III) ... 56

e. Hasil Belajar Siswa ... 57

f. Refleksi ... 59

4.3 Pembahasan ... 59

4.3.1 Aktivitas Siswa dalam Proses pembelajaran ... 59

4.3.2 Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran ... 62

4.3.3 Hasil Belajar Siswa dalam Proses pembelajaran ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 68

5.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia saat ini menjadi kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan. Menurut UU No. 20 Tahun 2003, Bab 1 pasal 1 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menghidupkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, bangsa, dan negara. Bunyi pasal tersebut mengindikasikan bahwa pendidikan merupakan salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.

Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai pemberian informasi melainkan juga membentuk keterampilan. Crow & Crow (Ihsan, 2008: 4–5) mengemukakan bahwa pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke


(10)

2

generasi. Di Indonesia jenjang pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Winataputra (Ruminiati, 2007: 1.25) menyatakan bahwa PKn (n) tidak sama dengan PKN (N). PKN (N) adalah Pendidikan Kewargaan Negara, sedangkan PKn (n) adalah Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewargaan Negara PKN (N) merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan untuk membentuk atau membina warga negara yang baik, yaitu warga negara yang tahu, mau, dan mampu berbuat baik, sedangkan Pendidikan Kewarganegaraan PKn (n), yaitu pendidikan yang menyangkut status formal warga negara yang pada awalnya diatur dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1949, tentang diri kewarganegaraan dan peraturan naturalisasi.

Menurut Ihsan (2008: 22) pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. Salah satu cara untuk mengembangkan keterampilan atau kemampuan tersebut dapat dilakukan melalui setiap pembelajaran yang diberikan, khususnya dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SD.

Pembelajaran PKn disetiap jenjangnya tidaklah sama. Menurut Ruminiati (2007: 1.6) bahwa PKn SD merupakan mata pelajaran yang berfungsi sebagai pendidikan nilai, yaitu mata pelajaran yang mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila atau budaya bangsa yang terdapat dalam kurikulum PKn SD. Proses berpikir manusia


(11)

3

mengalami perkembangan sehingga dalam melaksanakan pembelajaran khususnya pembelajaran PKn guru perlu memikirkan perkembangan intelektual siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Piaget (Ruminiati, 2007: 1.8) bahwa anak dalam usia 7–12 tahun berada pada tahapan operasional kongkrit. Dimana pada tahap tersebut anak mulai menunjukkan hubungan fakta-fakta riil yang diamati dengan pengalaman lampau. Oleh karena itu guru harus mampu mengajarkan konsep-konsep dalam pembelajaran PKn, seperti konsep nilai, moral, dan norma sesuai dengan perkembangan siswa.

Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara serta studi dokumentasi yang telah dilakukan di SD Negeri 5 Metro Barat pada hari Kamis, tanggal 22 November 2012, khususnya pada kelas V B, diketahui bahwa dalam pembelajaran PKn hanya 4 orang siswa yang telah mencapai nilai KKM atau sekitar 19,05%. Pihak sekolah telah menetapkan nilai KKM untuk pembelajaran PKn adalah 60, sedangkan nilai rata-rata UTS siswa pada semester ganjil ialah 46,7.

Setelah dilakukan pengamatan, ternyata hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, seperti (1) guru kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran, (2) penggunaan media belum/kurang efektif dan bervariasi, (3) siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, (4) masih rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dan (5) belum diterapkannya model cooperative learning tipe NHT dengan media grafis. Hal tersebut mengakibatkan pembelajaran kurang efektif dan menyenangkan bagi siswa. Selain itu pembelajaran menjadi lebih didominasi oleh guru.


(12)

4

Untuk mengatasi permasalahan aktivitas dan hasil belajar siswa diperlukan jalan keluar atau solusi yang tepat. Salah satunya menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe NHT. Menurut Hamdan (2012, http://iniwebhamdan.wordpress.com) model cooperative learning tipe NHT adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Penulis memilih cooperative learning tipe NHT karena salah satu kelebihan yang dimiliki oleh model cooperative learning tipe NHT yaitu, dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan semangat kerja sama. Untuk mendukung pelaksanaan model cooperative learning tipe NHT dipilih media grafis guna membantu guru dalam menyampaikan informasi yang akan didiskusikan oleh siswa dalam setiap kelompok. Oleh karena itu, penulis memilih salah satu model pembelajaran, yaitu model cooperative learning tipe NHT dengan media grafis sebagai salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan yang terjadi di kelas.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu kiranya dilakukan perbaikan kualitas pembelajaran PKn melalui penulisan tindakan kelas menggunakan model cooperative learning tipe NHT dengan media grafis untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn kelas V B SD Negeri 5 Metro Barat tahun pelajaran 2012/2013.


(13)

5

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut:

1. Siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran.

2. Penggunaan media pembelajaran belum/kurang efektif dan bervariasi. 3. Rendahnya aktivitas belajar siswa pada pembelajaran PKn kelas V B SD

Negeri 5 Metro Barat tahun pelajaran 2012/2013.

4. Rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn kelas V B SD Negeri 5 Metro Barat tahun pelajaran 2012/2013.

5. Belum diterapkannya model cooperative learning tipe NHT dengan media grafis dalam pembelajaran PKn kelas V B SD Negeri 5 Metro Barat tahun pelajaran 2012/2013.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penggunaan model cooperative learning tipe NHT dengan media grafis pada pembelajaran PKn kelas V B SD Negeri 5 Metro Barat untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa tahun pelajaran 2012/2013? 2. Apakah penggunaan model cooperative learning tipe NHT dengan media

grafis pada pembelajaran PKn kelas V B SD Negeri 5 Metro Barat dapat meningkatkan hasil belajar siswa tahun pelajaran 2012/2013?


(14)

6

1.4 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran PKn kelas V B SD Negeri 5 Metro Barat menggunakan model cooperative learning tipe NHT dengan media grafis tahun pelajaran 2012/2013.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn kelas V B SD Negeri 5 Metro Barat menggunakan model cooperative learning tipe NHT dengan media grafis tahun pelajaran 2012/2013.

1.5 Manfaat Penulisan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Siswa

a. Dapat meningkatkan aktivitas siswa, khususnya siswa kelas V B untuk meningkatkan pemahaman tentang materi dalam pembelajaran PKn, tidak hanya dapat meningkatkan keterampilan kognitif siswa melainkan juga keterampilan afektif dan psikomotor.

b. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya siswa kelas V B untuk meningkatkan pemahaman tentang materi dalam pembelajaran PKn, tidak hanya dapat meningkatkan keterampilan kognitif siswa melainkan juga keterampilan afektif dan psikomotor.


(15)

7

2. Guru

Sebagai bahan masukan dalam penyelesaiaan permasalahan di kelas. Selain itu juga untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn dan menambah kemampuan guru dalam menggunakan model cooperative learning tipe NHT yang dipadukan dengan media grafis.

3. SD Negeri 5 Metro Barat

Merupakan bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui penggunaan model cooperative learning tipe NHT dengan media grafis sebagai salah satu inovasi model pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran PKn.

4. Penulis

Memberikan pengalaman dan wawasan kepada penulis tentang penggunaan model cooperative learning tipe NHT dengan media grafis dalam pembelajaran PKn.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Kewarganegaraan

2.1.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar adalah PKn. Menurut Winataputra (Ruminiati, 2007: 1.25) PKn (n) tidak sama dengan PKN (N). PKN (N) adalah Pendidikan Kewargaan Negara, sedangkan PKn (n) adalah Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewargaan Negara PKN (N) merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan untuk membentuk atau membina warga negara yang baik, yaitu warga negara yang tahu, mau, dan mampu berbuat baik, sedangkan Pendidikan Kewarganegaraan PKn (n), yaitu pendidikan yang menyangkut status formal warga negara yang pada awalnya diatur dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1949, tentang diri kewarganegaraan dan peraturan naturalisasi.

Pendidikan Kewarganegaraan menurut Depdiknas (2011, http://www.sekolahdasar.net) merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh UUD 1945.


(17)

Tarigan (2006: 7) mengemukakan bahwa pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia, yang diwujudkan dalam perilaku sehari-hari, baik sebagai individu, anggota masyarakat maupun makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan warga negara dengan negara, serta pendidikan pendahuluan bela negara.

Berdasarkan pemaparan ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa PKn merupakan mata pelajaran yang bertujuan agar kita memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap, dan perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan Pancasila. PKn perlu diajarkan kepada anak sejak dini yaitu melalui Sekolah Dasar (SD).

2.1.2 Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SD

Salah satu mata pelajaran yang ada di SD adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Ruminiati (2007: 1.30) mengemukakan bahwa PKn SD merupakan mata pelajaran yang berfungsi sebagai pendidikan nilai, yaitu mata pelajaran yang mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai pancasila/budaya bangsa seperti yang terdapat pada kurikulum PKn SD.


(18)

Depdiknas (2011, http://www.sekolahdasar.net) menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dapat disimpulkan bahwa PKn di SD merupakan mata pelajaran yang tidak hanya memberikan pelajaran berupa pengetahuan, tetapi juga sikap, keterampilan, dan nilai-nilai dalam diri siswa sesuai dengan nilai Pancasila.

2.1.3 Tujuan Pembelajaran PKn di SD

Setiap mata pelajaran memiliki tujuan yang ingin dicapai termasuk mata pelajaran PKn.

Depdiknas (2011, http://www.sekolahdasar.net) mengemukakan bahwa tujuan PKn ialah untuk setiap jenjang pendidikan yaitu mengembangkan kecerdasan warga negara yang diwujudkan melalui pemahaman, keterampilan sosial dan intelektual, serta berprestasi dalam memecahkan masalah di lingkungannya.

Sehingga sama halnya dengan tujuan PKn di atas ialah membentuk watak atau karakteristik warga yang baik. Sedangkan tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, menurut Mulyasa (Ruminiati, 2007: 1.26) adalah untuk menjadikan siswa:

a) mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya.

b) mau berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan bertanggung jawab, sehingga bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan, dan


(19)

c) bisa berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mampu hidup bersama bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dengan baik.

Adapun ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan di SD yaitu, persatuan dan kesatuan, norma hukum dan peraturan, HAM, kebutuhan warga negara, konstitusi negara, kekuasaan politik, kedudukan Pancasila, dan globalisasi.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan PKn di SD adalah untuk menjadikan warga negara yang baik, yaitu warga negara yang tau, mau, dan sadar akan hak dan kewajibannya. Untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut perlu adanya usaha yang efisien dari guru untuk menyampaikan materi yang ada dalam pembelajaran PKn di SD. Selain guru diperlukan juga adanya kesadaran dari siswa untuk belajar.

2.2 Belajar

2.2.1 Pengertian Belajar

Seseorang dikatakan belajar jika adanya perubahan tingkah laku. Sebagaimana dinyatakan Arsyad (2011: 4–5) belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan. Schwartz (Hernawan, dkk., 2007: 2) belajar merupakan perubahan perilaku yang menetap, yang tidak berhubungan dengan kematangan, obat-obatan, atau keadaan fisiologis, melainkan merupakan hasil pengalaman dan sering kali dipengaruhi oleh latihan. Adapun pengertian


(20)

lain menurut Winkel (Angkowo & Kosasih, 2007: 48) bahwa belajar berarti perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misalnya membaca, mengamati, mendengarkan dan menirukan. Kemudian Hamalik (2008: 27) menyatakan bahwa belajar adalah suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, pada dasarnya sama. Sebagaimana belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang didapat dari pengalaman yang dialami oleh seseorang. Belajar tidak dapat diwakilkan kepada orang lain, sehingga harus ada keterlibatan langsung orang yang belajar, begitu juga dengan siswa. Oleh karena itu aktivitas siswa juga harus diperhatikan.

2.2.2 Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan segala perilaku yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Kunandar, (2010: 277) aktivitas belajar siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dalam memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Lain halnya yang dinyatakan oleh Junaidi (2011, http://www.bukuhalus.com) bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.


(21)

Dierich (Hamalik, 2011: 90–91) membagi kegiatan belajar menjadi 8 kelompok, yaitu:

1. memperhatikan penjelasan dari guru 2. merespon aktif pertanyaan lisan dari guru

3. mengerjakan tes yang diberikan oleh guru secara mandiri 4. berani mengajukan pertanyaan

5. mengemukakan pendapat

6. mendengarkan presentasi hasil diskusi

7. memecahkan masalah melalui diskusi kelompok 8. menarik kesimpulan hasil diskusi

Berdasarkan ketiga pendapat ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala proses atau kegiatan yang dilakukan siswa saat pembelajaran berlangsung yang akan menciptakan suasana belajar aktif, serta memiliki tujuan pembelajaran yang akan lebih mudah dicapai. Oleh sebab itu, diharapkan adanya aktivitas belajar siswa yang baik supaya dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa.

2.2.3 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan output yang dihasilkan setelah siswa mengikuti kegiatan pembelajaran. Dimyati & Mudjiono (2006: 3) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Selanjutnya juga yang dijelaskan oleh Hamalik (2012, http://ppg-pgsd.blogspot.com) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. Kemudian menurut Nasution (Kunandar, 2010: 276) berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak


(22)

hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar.

Berdasarkan ketiga pendapat ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi pada siswa setelah melalui proses belajar. Hasil belajar mencakup tiga ranah, yakni kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan). Ketiga ranah tersebut harus dikuasai oleh seorang siswa sebagai hasil dari belajar, termasuk dalam pembelajaran PKn di SD. Hal tersebut dapat terwujud melalui inovasi pembelajaran, salah satunya melalui model pembelajaran yang digunakan.

2.3 Model Pembelajaran

2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran

Suatu pembelajaran perlu adanya sebuah inovasi yang diterapkan oleh seorang guru, salah satunya penggunaan model pembelajaran. Joyce & Weil (Rusman, 2011: 133) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

Begitu pula yang dinyatakan oleh Dahlan (Isjoni, 2007: 49) bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pembelajaran, dan memberi


(23)

petunjuk kepada pengajar di dalam kelas. Selain itu Hanafiah & Suhana (2010: 41) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif. Sama halnya yang dikatakan oleh Zaini (Arini, 2009, http://yustiarini.blogspot.com) bahwa model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa model pembelajaran adalah salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru untuk mengatur jalannya pembelajaran di kelas. Model pembelajaran terdiri dari berbagai macam dan penggunaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

2.3.2 Macam-macam Model Pembelajaran

Terdapat beberapa macam model pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Ruminiati (2007: 1.11) model pembelajaran terdiri dari model pembelajaran dengan pendekatan deduktif dan induktif, model pembelajaran dengan pendekatan ekspositori, model pembelajaran dengan pendekatan proses, model pembelajaran dengan pendekatan sosial.

Begitu juga dengan pendapat Hanafiah & Suhana (2010: 71–72) bahwa ada beberapa model pembelajaran, yaitu problem based learning, authentic instruction, inquiry based learning, project based learning,


(24)

work based learning, service learning, dan cooperative learning. Selanjutnya Ansori (2010, www.ansori.info) menyatakan ada tiga macam model pembelajaran, yaitu model pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif, dan model pembelajaran berdasarkan masalah.

Berdasarkan ketiga pendapat ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa model pembelajaran terdiri dari berbagai macam, yaitu problem based learning, cooperative learning, model pembelajaran langsung, dan lainnya. Setiap model pembelajaran tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Terdapat berbagai macam model pembelajaran di atas penulis memilih model cooperative learning sebagai salah satu alternatif penyelesaian masalah yang ada di kelas V B.

2.4 Model Cooperative Learning

2.4.1 Pengertian Model Cooperative Learning

Model cooperative learning mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh siswa.

Solihatin, Etin & Raharjo (2007: 4) menyatakan bahwa cooperative learning mengandung pengertian sebagai sikap atau perilaku bersama dalam belajar dalam membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota dari kelompok itu sendiri. Begitu juga yang dikatakan oleh Artz & Newman (Huda, 2012: 32) bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai satu tujuan bersama.


(25)

Selanjutnya Lie (Isjoni, 2007: 16) cooperative learning adalah sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli di atas, pada dasarnya sama. Dapat penulis simpulkan bahwa model cooperative learning adalah pembelajaran yang melibatkan beberapa siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda untuk saling bekerja sama dalam satu kelompok belajar untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Setelah adanya kerja sama diharapkan siswa dapat lebih aktif sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.

2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Learning

Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan juga kekurangan, begitu juga dengan model cooperative learning. Menurut Jarolimek & Parker (Fahmi, 2009, http://lib.uin-malang.ac.id) mengemukakan bahwa model cooperative learning memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu:

a. kelebihan cooperative learning, antara lain: 1. saling ketergantungan yang positif,

2. adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu, 3. siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, 4. suasana kelas rileks dan menyenangkan,

5. terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dan guru, dan

6. memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan kesenangan serta pengalaman yang menyenangkan.


(26)

b. kekurangan cooperative learning, antara lain:

1. guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu,

2. agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai,

3. selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan

4. saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa lain menjadi pasif.

Menurut Arini (2009, http://yustiarini.blogspot.com) ada beberapa kelebihan yang bisa diperoleh dari model cooperative learning, antara lain:

(a) membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir, (b) membantu siswa mengevaluasi logika dan bukti-bukti bagi posisi dirinya atau posisi yang lain, (c) memberikan kesempatan pada siswa untuk memformulasikan penerapan suatu prinsip, (d) membantu siswa mengenali adanya suatu masalah dan memformulasikannya dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari bacaan atau ceramah, (e) menggunakan bahan-bahan dari anggota lain dalam kelompoknya, dan (f) mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa model cooperative learning memiliki kelebihan dalam pembelajaran. Untuk dapat menggunakan model tersebut, maka perlu adanya pemahaman yang baik agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.

2.4.3 Tipe- tipe Cooperative Learning

Model cooperative learning masih dikategorikan menjadi beberapa tipe yang berbeda.


(27)

Menurut Huda (2012: 134) tipe pembelajaran kooperatif antara lain mencari pasangan (make a match), bertukar pasangan, berpikir- berpasangan- berbagi (think pair share), berkirim salam dan soal, kepala bernomor (numbered heads together), kepala bernomor terstruktur (structured numbered heads), dua tinggal dua tamu (two stay two sray), keliling kelompok, kancing gemerincing, keliling kelas, lingkaran dalam lingkaran luar (inside outside circle), tari bamboo, jigsaw, bercerita berpasangan (paired storytelling).

Hal ini juga yang dikemukakan oleh Hamid (2012, http://zaifbio.wordpress.com) bahwa jenis-jenis cooperative learning adalah sebagai berikut: Numbered Head Together (NHT), Think Pair and Share (TPS), Student Teams Achievement Divisions (STAD), dan Jigsaw.

Berdasarkan kedua pemaparan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa model cooperative learning terdiri dari berbagai macam tipe, salah satunya Numbered Heads Together (NHT). Tipe NHT akan menjadi pilihan bagi penulis untuk melaksanakan model cooperative learning dalam penulisan.

2.5 Model Cooperative Learning Tipe NHT

2.5.1 Pengertian Model Cooperative Learning Tipe NHT

Model cooperative learning memiliki beberapa tipe, salah satunya NHT. Menurut Komalasari (2010: 62) mengemukakan bahwa pada model pembelajaran ini setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.

Trianto (2010: 82–83) menjelaskan bahwa model cooperative learning tipe (NHT) adalah suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Kagen untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman siswa dari isi pelajaran tersebut. Pada model cooperative


(28)

learning tipe NHT ini menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota 3–5 orang siswa secara heterogen.

Sama halnya dengan pendapat Trianto, Kisbiyanto, dkk., (2010: 107) juga mengemukakan bahwa model cooperative learning tipe NHT adalah suatu model dengan melibatkan para siswa dalam mereviu bahan yang terdapat dalam suatu proses pembelajaran dengan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenal isi pelajaran tersebut.

Suhendar (2010, http://asepsuhendar.wordpress.com) menyatakan bahwa pada dasarnya NHT merupakan kegiatan belajar kooperatif dengan empat tahap kegiatan. Pertama, siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Setiap anggota diberi nomor (1, 2, 3, dan seterusnya). Kedua guru menyampaikan pe rtanyaan. Ketiga, guru memberi tahu siswa untuk ‘meletakan kepala mereka bersama’ (menyamakan pemahaman), untuk meyakinkan bahwa setiap anggota tim memahami jawaban tim. Keempat, guru menyebut nomor lalu siswa yang bersangkutan harus menjawab.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa model cooperative learning tipe NHT mengharuskan setiap siswa anggota kelompok untuk saling bekerja sama dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru.

2.5.2 Langkah-langkah Model Cooperative Learning Tipe NHT

Model cooperative learning tipe NHT ada beberapa langkah yang saling berkaitan supaya dapat diterapkan dengan baik. Menurut Hanafiah & Suhana (2010: 42) ada 6 langkah model cooperative learning tipe NHT, antara lain:

a) peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor,


(29)

b) guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya,

c) kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan anggota kelompok dapat mengerjakannya atau mengetahui jawabannya,

d) guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka,

e) tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain, dan

f) kesimpulan.

Selanjutnya menurut Huda (2012: 138) memaparkan bahwa ada beberapa langkah model cooperative learning tipe NHT yaitu:

a) siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor,

b) guru memberikan tugas/pertanyaan dan masing-masing kelompok mengerjakannya,

c) kelompok berdiskusi menentukan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut, dan

d) guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka.

Berdasarkan dari kedua pemaparan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa model cooperative learning tipe NHT terdiri dari beberapa langkah, yaitu pembagian kelompok secara acak, pemberian tugas untuk setiap kelompok, diskusi oleh masing-masing kelompok, pelaporan hasil diskusi berdasarkan nomor yang dipanggil oleh guru, pemberian tanggapan oleh kelompok yang tidak maju, dan kesimpulan. Untuk membantu pelaksanaan model tersebut penulis juga menggunakan media pembelajaran. Oleh karena itu, diharapkan pembelajaran dapat lebih menyenangkan dan berkesan bagi siswa.


(30)

2.6 Media Pembelajaran

2.6.1 Pengertian Media Pembelajaran

Terdapat beberapa pemahaman para ahli tentang pengertian Media Pembelajaran. Menurut Gerlach & Ely (Asyhar, 2011: 7–8) mengemukakan bahwa media pembelajaran memiliki cakupan yang sangat luas, yaitu termasuk manusia, materi atau kajian yang membangun suatu kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Asyhar, Daryanto (2010: 5) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya Musfiqon (2012: 28) menyatakan media pembelajaran adalah meliputi segala alat, bahan, peraga, serta sarana dan prasarana di sekolah yang digunakan dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan ketiga pemaparan ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa media tersebut dapat memberikan rangsangan pada siswa untuk belajar, menjadikan pembelajaran menjadi efektif dan efisien dapat menyalurkan pesan secara sempurna, serta dapat mengatasi kebutuhan dan masalah siswa dalam belajar.


(31)

2.6.2 Macam-macam Media Pembelajaran

Media pembelajaran terdiri dari berbagai macam yang dapat disesuaikan materi dan tujuan pembelajaran. Arsyad (2011: 29) menyatakan macam-macam media pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam 4 kelompok, yaitu (1) media hasil teknologi cetak, (2) media hasil audio-visual, (3) media hasil teknologi yang berdasarkan komputer, dan (4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.

Seperti yang dinyatakan Asyhar, (2011: 44) bahwa media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu (1) media visual, (2) media audio, (3) media audio-visual, dan (4) multimedia.

Berdasarkan penjelasan ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa media gambar terdiri dari berbagai macam seperti, media visual (grafis), media audio-visual, media hasil teknologi cetak dll. Setelah melihat beberapa jenis media tersebut penulis memilih media visual (grafis) sebagai media pembelajaran yang akan digunakan dalam penulisan.

2.7 Media grafis

2.7.1 Pengertian Media Grafis

Media pembelajaran terdiri dari berbagai macam, salah satunya media grafis. Menurut Angkowo & Kosasih (2007: 13) media grafis termasuk di dalamnya media visual, yakni pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual (menyangkut indera pengelihatan). Sama halnya dengan pendapat Angkowo &


(32)

Kosasih, Hernawan, dkk., (2007: 24) menyatakan bahwa media grafis merupakan media pandang dua dimensi (bukan fotografik) yang dirancang secara khusus untuk mengkomunikasikan pesan pembelajaran.

Selanjutnya menurut Ruminiati (2007: 2.14) mengemukakan bahwa media grafis adalah media visual non proyeksi yang digunakan karena tidak membutuhkan peralatan dan relatif murah. Sedangkan menurut Tekpen, (2011, http://tekpen07b.blogspot.com) media grafis adalah media visual yang menyajikan fakta, ide atau gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka-angka, dan simbol/gambar.

Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa media grafis disebut juga media visual, dimana melibatkan indera pengelihatan untuk menyampaikan suatu pesan pembelajaran. Begitu pula diharapkan siswa dapat lebih memusatkan perhatiannya ketika pembelajaran berlangsung.

2.7.2 Fungsi Media Grafis

Terdapat berbagai penjelasan mengenai pengertian media grafis di atas secara eksplisit juga telah menggambarkan berbagai fungsi media grafis. Menurut Hamalik (Arsyad, 2011: 15) mengemukakan bahwa pemakaian dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.


(33)

Selanjutnya Asyhar (2011: 28) menyatakan bahwa fungsi media grafis adalah merupakan alat bantu mengajar, termasuk salah satu komponen lingkungan belajar yang dirancang oleh pemateri belajar.

Effha, (2011, http://effha92.wordpress.com) mengungkapkan ada dua macam fungsi media grafis, salah satunya fungsi umum yang dimana media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera pengelihatan. Sedangkan secara khusus media grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian. Memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa media grafis dapat berfungsi membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar. Serta sebagai alat bantu dalam pembelajaran. Baik secara umum maupun khusus dikategorikan sebagai menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan sehingga dapat menarik perhatian siswa dalam belajar.

2.7.3 Langkah Pembelajaran menggunakan Media Grafis

Media grafis (seperti gambar, poster, grafik, diagram, karikatur, komik) adalah media yang dihasilkan dengan cara dicetak melalui teknik manual atau dibuat dengan cara menggambarkan atau melukis, teknik printing, sablon, atau offset, sehingga media ini disebut juga sebagai printed material atau bahan-bahan yang tercetak.

Menurut Hidayat (2011, http://meretasmasadepan.blogspot.com) mengemukakan bahwa langkah-langkah media grafis sebagai berikut:

1) mengidentifikasi program dalam hal ini tentukanlah: nama mata pelajaran, pokok bahasan, dan sub pokok bahasan, tujuan


(34)

pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan, dan sasaran (siswa yang akan menggunakan kelas, semester,

2) mengkaji literature, dalam membuat media cetak ini guru selanjutnya menentukan isi materi yang akan disajikan pada kedua media tersebut. Perlu diketahui bahwa menentukan isi yang akan disajikan pada media cetak dan media persentasi bukan memindahkan semua isi dalam buku teks, namun perlu dikemas sedemikian rupa sehingga materi dapat divisualisasikan lebih tepat, merangkum materi yang disampaikan jelas dan menarik minat dan perhatian siswa,

3) membuat naskah, naskah untuk media grafis berisi sketsa visual yang akan ditampilkan berisi objek gambar, grafik, diagram, objek foto, dan isi pesan visual dalam bentuk teks

4) kegiatan produksi, media cetak dapat dibuat secara manual atau menggunakan computer. Cara manual berarti diperlukan keterampilan khusus untuk menggambar, melukis atau membuat dekorasi objek grafis, dan

5) mengadakan tes atau uji coba revisi, tes adalah kegiatan untuk menguji atau mengetahui tingkat efektifitas dan kesesuaian media yang dirancang dengan tujuan yang diharapkan.

Secara garis besar kegiatan pengembangan media pembelajaran terdiri dari tiga langkah yaitu: kegiatan perencanaan, kegiatan produksi, dan kegiatan penilaian. Sementara itu, dalam rangka melakukan desain atau rancangan langkah-langkah pengembangan media Sadiman, dkk., (Hidayat, 2011, http://meretasmasadepan.blogspot. com) mengemukakan urutan langkah-langkahyang harus diambil dalam pengembangan program media grafis menjadi 6 langkah sebagai berikut: 1) menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa, 2) merumuskan tujuan instruksional, 3) marumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan, 4) mengembangkan alat pengukur keberhasilan, 5) menulis naskah media, dan 6) mengadakan tes dan revisi.


(35)

2.8 HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dirumuskan hipotesis penulisan tindakan kelas, yaitu:

1. Apabila dalam pembelajaran PKn menggunakan model cooperative learning tipe NHT dengan media grafis serta memperhatikan langkah-langkah yang tepat, maka akan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V B SD Negeri 5 Metro Barat tahun pelajaran 2012/2013.

2. Apabila dalam pembelajaran PKn menggunakan model cooperative learning tipe NHT dengan media grafis serta memperhatikan langkah-langkah yang tepat, maka akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V B SD Negeri 5 Metro Barat tahun pelajaran 2012/2013.


(36)

27

BAB III

METODE PENULISAN 3.1 Jenis Penulisan

Penulisan ini menggunakan jenis Penulisan Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto, dkk., (2006: 3) PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Secara umum, Wardhani, dkk., (2007: 2.3) mengemukakan bahwa PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur, yang terdiri dari 4 tahap, yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati, dan melakukan refleksi.

Adapun siklus penulisan tindakan kelas sebagai berikut:

SIKLUS I

SIKLUS II

Dst.

Gambar 1. Prosedur Penulisan Tindakan Kelas (PTK) Sumber: Modifikasi dari Wardhani (2007: 2.4) refleksi

merencanakan

melakukan tindakan

mengamati

merencanakan

melakukan tindakan

mengamati refleksi


(37)

28

3.2 Setting Penulisan 1. Tempat Penulisan

Penulisan ini telah dilaksanakan di SD Negeri 5 Metro Barat yang terletak di Jln. Soekarno-Hatta, Mulyojati 16 C, Metro Barat, Kota Metro. 2. Waktu Penulisan

Kegiatan penulisan ini telah dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

3. Subjek Penulisan

Penulisan tindakan kelas ini telah dilaksanakan secara kolaborasi partisipan antara penulis dengan guru kelas V B SD Negeri 5 Metro Barat. Adapun subjek penulisan yaitu seorang guru kelas V B dan 21 orang siswa yang terdiri dari 6 orang siswa perempuan dan 15 orang siswa laki-laki.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap ini pengumpulan data yang dilakukan selama kegiatan pelaksanaan tindakan.

1. Observasi, dilaksanakan untuk mengamati aktivitas belajar siswa saat mengikuti pembelajaran melalui model cooperative learning tipe NHT dengan media grafis serta kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung, dengan memberikan check list pada lembar observasi.

2. Tes, dilaksanakan untuk mengetahui tingkat ketercapaian hasil belajar siswa terhadap materi pembelajaran, dengan memberikan tes dalam bentuk tes akhir (postest).


(38)

29

3.4 Alat Pengumpulan Data

Dalam melaksanakan penulisan ini penulis menggunakan alat pengumpulan data, yaitu:

1. Lembar observasi ialah suatu alat yang digunakan untuk mengamati objek tertentu, dalam hal ini aktivitas siswa di kelas selama pembelajaran, serta kinerja guru dalam menjalankan pembelajaran.

2. Soal, merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian hasil belajar siswa terhadap materi pembelajaran dalam bentuk tes akhir (postest).

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penulisan ini telah dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

1. Data kualitatif, telah digunakan untuk menganalisis data guna menjaring aktivitas belajar siswa dan kinerja guru. Nilai aktivitas belajar setiap siswa dan analisis kinerja guru diperoleh dengan rumus:

NP = R

SM X 100

Keterangan:

NP = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh siswa

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = Bilangan tetap


(39)

30 nilai di yang aspek Jumlah diperoleh yang skor Jumlah

Tabel 1. Kualifikasi persentase skor hasil observasi keaktifan belajar siswa dan kinerja guru

Rentang Skor Kualifikasi

80,01 % – 100 % Sangat Tinggi

60,01 % – 80 % Tinggi

40,01 % – 60,00 % Sedang 21,01 % – 40,00 % Rendah

0 – 20 % Sangat Rendah

Sumber : Triyana, (2009, http://www.scribd.com ) Kriteria instrumen penilaian kinerja guru:

Nilai =

Diadaptasi dari Andayani, dkk., (2009: 73)

2. Data kuantitatif, telah digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa. Data kuantitatif ini didapatkan dengan menghitung rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa dengan rumus:

X= � � Keterangan: X

= nilai rata-rata kelas

∑ x = total nilai yang diperoleh siswa n = jumlah siswa

Diadopsi dari (Anonim, 2011, http://repository.upi.edu)

Untuk menghitung presentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dengan rumus:


(40)

31

TB = S ≥60

n x 100 %

Keterangan:

S ≥ 60 = jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 60

n = banyak siswa 100 % = bilangan tetap TB = ketuntasan belajar

Diadopsi dari (Anonim, 2011, http://repository.upi.edu)

Analisis ini dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analisis ini digunakan untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus selanjutnya, sebagai bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran (Aqib,dkk., 2009: 41).

Tabel 2. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam % Tingkat Keberhasilan (%) Arti > 80% Sangat tinggi

60–79% Tinggi

40–59% Sedang

20–39% Rendah

<20% Sangat rendah


(41)

32

3.6 Indikator Keberhasilan

Pembelajaran PKn menggunakan model cooperative learning tipe NHT dengan media grafis dikatakan berhasil apabila:

1. Terjadi peningkatan aktivitas siswa di setiap siklus dalam pembelajaran PKn menggunakan model cooperative learning tipe NHT dengan media grafis serta, mencapai nilai sekurang-kurangnya 60 dan secara klasikal tingkat keberhasilan siswa minimal mencapai ≥75% (Tim Penyusun 2006). 2. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa di setiap siklus dalam pembelajaran PKn menggunakan model cooperative learning tipe NHT dengan media grafis serta, mencapai nilai sekurang-kurangnya 60 dan secara klasikal tingkat keberhasilan siswa minimal mencapai ≥75% (Tim Penyusun 2006).

3.7 Langkah-langkah Penulisan Tindakan Kelas Siklus I

Pelaksanaan penulisan tindakan kelas pada siklus I ini dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Perencanaan

Pada tahap ini penulis membuat rencana pembelajaran yang matang guna mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dalam siklus I, penulis mempersiapkan proses pembelajaran PKn melalui model cooperative learning tipe NHT dengan media grafis. Adapun langkah-langkah perencanaannya adalah sebagai berikut:


(42)

33

b. Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bersama guru. c. Menyiapkan media pembelajaran dan nomor kepala untuk siswa.

d. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa yang mengacu pada pembelajaran PKn menggunakan model cooperative learning tipe NHT dengan media grafis, pedoman observasi kinerja guru, soal-soal tes akhir (postest) untuk memperoleh data hasil belajar siswa.

e. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS). 2. Pelaksanaan

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran sebelumnya. Tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran PKn menggunakan model cooperative learning tipe NHT dengan media grafis pada siklus I sesuai dengan perencanaan di bawah ini:

Kegiatan Awal

a. Guru mengondisikan kelas untuk memulai kegiatan pembelajaran. b. Membagikan nomor kepala untuk memudahkan dalam mengamati

aktivitas siswa.

c. Guru mengomunikasikan tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa.

d. Guru menyampaikan apersepsi berupa: “Guru meminta siswa untuk mengambilkan sapu lidi 1 helai dan dipatahkan lalu meminta siswa itu

mengambil sapu lidi yang terikat padat lalu dipatahkan”.


(43)

34

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

a. Melibatkan siswa mencari informasi mengenai pengertian organisasi melalui media grafis yang disajikan oleh guru (gambar orang sedang rapat, gambar ibu-ibu PKK, gambar baris-berbaris Pramuka, gambar logo Pramuka, OSIS, PMI).

b. Meminta beberapa siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru melalui media grafis (kartu gambar logo organisasi).

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

a. Membentuk 4 kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa yang kemampuan akademiknya terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah serta gender siswa yang berbeda-beda.

b. Memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas berupa LKS.

c. Memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk berpikir, menganalisis, dan menyelesaikan LKS yang diberikan sehingga mengetahui jawaban dari tugas yang diberikan.

d. Mengawasi jalannya diskusi dengan berkeliling untuk membantu kelompok yang mengalami kesulitan.

e. Meminta perwakilan dari tiap kelompok untuk maju membacakan hasil diskusi, sehingga diketahui jawaban dari tugas yang diberikan.


(44)

35

f. Memberikan kesempatan kepada siswa dari kelompok lain untuk memberi tanggapan dari jawaban perwakilan kelompok yang maju. g. Memberi penguatan kepada siswa yang berani maju dan memberi

tanggapan.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

a. Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.

b. Bersama siswa meluruskan, dan memperjelas penjelasan dari setiap jawaban kelompok.

Kegiatan Akhir

Dalam kegiatan akhir, guru:

a. Memberikan soal-soal tes akhir (post test)

b. Bersama siswa membuat simpulan atas materi pelajaran yang telah dipelajari.

c. Memberikan tindak lanjut terhadap proses dan hasil pembelajaran 3. Observasi

Penulis mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu keaktifan dan keantusiasan siswa, termasuk saat siswa melakukan kegiatan diskusi, serta kinerja guru selama proses pembelajaran. Segala aktivitas siswa dan kinerja guru diamati dengan memberikan tanda check list pada lembar observasi.


(45)

36

4. Refleksi

Penulis menganalisis hasil pengamatan aktivitas dan hasil belajar siswa serta kinerja guru. Analisis aktivitas siswa meliputi sejauh mana siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dan sejauh mana siswa antusias terhadap pembelajaran menggunakan model cooperative learning tipe NHT dengan media grafis. Analisis hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas. Hasil analisis digunakan sebagai kajian yang telah dijalankan untuk perencanaan dan pembanding terhadap hasil siklus II. Analisis kinerja guru dilakukan juga agar dalam kegiatan pembelajaran aspek-aspek yang diamati dapat tercapai.


(46)

68

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penulisan tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas V B pada pembelajaran PKn di SD Negeri 5 Metro Barat dapat disimpulkan:

a. Penggunaan model cooperative learning tipe NHT dengan media grafis pada pembelajaran PKn dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pengamatan observer yang telah dilakukan terhadap siswa mulai dari siklus I sampai siklus III. Aktivitas belajar siswa dari setiap siklus mengalami peningkatan, siklus II meningkat dari siklus I yaitu 35,71% menjadi 58,93% dengan peningkatan sebesar 23,22% dan nilai rata-rata siklus III meningkat dari siklus II yaitu 58,93% menjadi 87,5% dengan peningkatan sebesar 28,6%.

b. Penggunaan model cooperative learning tipe NHT dengan media grafis pada pembelajaran PKn dapat meningkatkan hasil dan ketuntasan belajar siswa. Hal ini sesuai dengan nilai hasil belajar yang telah diperoleh siswa dari siklus I sampai siklus III. Nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus II meningkat dari siklus I yaitu 57,86 menjadi 65, sehingga terjadi peningkatan nilai hasil belajar siswa sebesar 7,14. Kemudian nilai rata-rata hasil belajar


(47)

69

siswa pada siklus III meningkat dari siklus II yaitu 65 menjadi 90 sehingga terjadi peningkatan sebesar 25. Ketuntasan belajar meningkat dari 8 orang siswa (38,10%) di siklus I menjadi 12 orang siswa (57,14%) di siklus II dengan peningkatan sebesar 19,04%. Pada siklus II dan terakhir pada siklus III naik dari 12 orang siswa (57,14%) menjadi 20 orang siswa (100%), sehingga terjadi peningkatan sebesar 42,86%.

5.2 Saran

a. Kepada siswa, supaya lebih meningkatkan belajar guna memperkaya ilmu pengetahuan dan memperoleh hasil belajar yang baik.

b. Kepada guru, supaya dapat lebih memperhatikan model pembelajaran yang akan digunakan dalam mengajar agar sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan menambah kemampuan guru dalam menggunakan model cooperative learning tipe NHT yang dipadukan dengan media grafis.

c. Kepada kepala sekolah, agar dapat selalu memberikan arahan dan sosialisasi yang baik kepada guru untuk selalu melakukan inovasi dalam pembelajaran, khususnya dalam penggunaan model cooperative learning tipe NHT yang dipadukan dengan media grafis.

d. Kepada mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), agar dapat lebih memahami tugas seorang guru dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan memberikan pengalaman dan wawasan tentang penggunaan model cooperative learning tipe NHT dengan media grafis dalam pembelajaran PKn.


(48)

71

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Angkowo & Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. PT. Grafindo. Jakarta.

Anonim. 2011. Metodologi Penulisan. http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pg sd_0805472_chapter3.pdf. Diakses 2/11/2012. Pukul 13.00 WIB.

Ansori. 2010. Macam Macam Model Pembelajaran.www.ansori.info/index.php?optio n=com_docman&task=doc_download&gid=3&Itemid=55 Diakses tgl 3/11/2012. Pukul 20.00 WIB.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penulisan Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penulisan Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Arini, Yusti. 2009 . Model Pembelajaran Kooperatif. http://yustiarini.blogspot.com/2 009/08/model-pembelajaran-kooperatif.html. Diakses 2/11/2012. Pukul 20.00 WIB.

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. PT. Gaung

Persada Press. Jakarta.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. PT. Satu Nusa. Bandung

Depdiknas. 2011. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan PKn.http://www.sekolahda sar.net/2011/09/hakekat-pendidikan-kewarganegaraan-pkn.html. Diakses tgl 3/11/2012. Pukul 21.00 WIB.


(49)

72

Effha. 2011. Media Grafis Dalam Pembelajaran. http://effha92.wordpress.com/Diaks es tgl 6/2/2013. Pukul 16.01 WIB.

Fahmi. 2009. Makalah Cooperative Learning. http://lib.uinmalang.ac.id/thesis/chapte r_ii/07110209-hima-ulul-fahmi.ps. Diakses tgl 3/11/2012. Pukul 20.45 WIB. Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta. ---. 2011. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta. ---. 2012. Pengertian Hasil Belajar. http://ppgpgsd.blogspot.com

2012/04/pengertian-hasil belajar. Diakses tgl 3/11/2012. Pukul 20.40 WIB. Hamdan. 2012. Pengertian Numbered Heads Together. http://iniwebhamdan.wordpre

ss.com/2012/05/10/pengertian-numbered-head-together-nht/. Diakses tgl 1/2/2013. Pukul 10.30 WIB.

Hamid, Hazaifah. 2012. Pengantar Model Pembelajaran. http://zaifbio.wordpress.co m. Diakses tgl 1/2/2013. Pukul 10.30 WIB.

Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. PT Refika Aditama. Bandung.

Hernawan, Asep Herry, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. UPI PRESS. Bandung.

Hidayat. 2011. Langkah-langkah Pengembangan Media Pembelajaran.

http://meretasmasadepan.blogspot.com/2011/03/langkah-langkah-pengembangan-media.html?m=1. Diakses tgl 28/3/2013. Pukul 11.30 WIB. Huda, Miftahul. 2012. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur, dan

Penerapan. Pustaka pelajar. Yogyakarta.

Ihsan, Fuad. 2008. Dasar-Dasar Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Isjoni. 2007. Cooperative Learning. PT Alpabeta. Bandung.

Junaidi, Wawan. 2011. Definisi Aktivitas Belajar. http://www.bukuhalus.com/2011/7 4/definisi-aktivitas-belajar.html. Diakses tgl 3/11/2012. Pukul 20.30 WIB. Kisbiyanto, dkk. 2010. Cooperative Learning. Media Group. Semarang.


(50)

73

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penulisan Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi. PT Rajawali Pers. Jakarta.

Musfiqon, HM. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. PT. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Depdiknas. Jakarta.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Professional Guru. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Solihatin, Etin & Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta.

Suhendar, Asep. 2010. Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT). http://asepsuhendar.wordpress.com/2010/08/31/cooperative-learning-tipe-numbered-heads-together-nht/. Diakses tgl 4/11/2012. Pukul 20.30 WIB.

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Syarifudin, Tatang & Nuraini. 2006. Landasan Pendidikan. UPI PRESS. Bandung. Tarigan, Henry Guntur. 2006. Kapita Selekta PKn. Bumi Aksara. IKIP Malang. Tekpen. 2011. Pengertian & Macam-Macam Media Grafis. http://tekpen07b.blogspot

.com/2011/01/pengertian-macam-macam-media-grafis_30.html.Diakses tgl 3/11/2012. Pukul 19.30 WIB.

Tim Penyusun. 2006. Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah. Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.

---. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta.

Triyana, Arifah Nur. 2009. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT) sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Peluang dan Statistika di SMP Negeri


(51)

74

4 Depok Yogyakarta Kelas IX C. http://www.scribd.com/doc/51704402/16/G-Teknik-Analisis-Data.

Diakses 2/11/2012. Pukul 14.00 WIB

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sinar Grafika. Jakarta. Wardhani, IGAK, dkk. 2007. Penulisan Tindakan Kelas. Universitas Terbuka.

Jakarta.

---. 2008. Penulisan Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penulisan tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas V B pada pembelajaran PKn di SD Negeri 5 Metro Barat dapat disimpulkan:

a. Penggunaan model cooperative learning tipe NHT dengan media grafis pada pembelajaran PKn dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pengamatan observer yang telah dilakukan terhadap siswa mulai dari siklus I sampai siklus III. Aktivitas belajar siswa dari setiap siklus mengalami peningkatan, siklus II meningkat dari siklus I yaitu 35,71% menjadi 58,93% dengan peningkatan sebesar 23,22% dan nilai rata-rata siklus III meningkat dari siklus II yaitu 58,93% menjadi 87,5% dengan peningkatan sebesar 28,6%.

b. Penggunaan model cooperative learning tipe NHT dengan media grafis pada pembelajaran PKn dapat meningkatkan hasil dan ketuntasan belajar siswa. Hal ini sesuai dengan nilai hasil belajar yang telah diperoleh siswa dari siklus I sampai siklus III. Nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus II meningkat dari siklus I yaitu 57,86 menjadi 65, sehingga terjadi peningkatan nilai hasil belajar siswa sebesar 7,14. Kemudian nilai rata-rata hasil belajar


(2)

siswa pada siklus III meningkat dari siklus II yaitu 65 menjadi 90 sehingga terjadi peningkatan sebesar 25. Ketuntasan belajar meningkat dari 8 orang siswa (38,10%) di siklus I menjadi 12 orang siswa (57,14%) di siklus II dengan peningkatan sebesar 19,04%. Pada siklus II dan terakhir pada siklus III naik dari 12 orang siswa (57,14%) menjadi 20 orang siswa (100%), sehingga terjadi peningkatan sebesar 42,86%.

5.2 Saran

a. Kepada siswa, supaya lebih meningkatkan belajar guna memperkaya ilmu pengetahuan dan memperoleh hasil belajar yang baik.

b. Kepada guru, supaya dapat lebih memperhatikan model pembelajaran yang akan digunakan dalam mengajar agar sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan menambah kemampuan guru dalam menggunakan model cooperative learning tipe NHT yang dipadukan dengan media grafis.

c. Kepada kepala sekolah, agar dapat selalu memberikan arahan dan sosialisasi yang baik kepada guru untuk selalu melakukan inovasi dalam pembelajaran, khususnya dalam penggunaan model cooperative learning tipe NHT yang dipadukan dengan media grafis.

d. Kepada mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), agar dapat lebih memahami tugas seorang guru dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan memberikan pengalaman dan wawasan tentang penggunaan model cooperative learning tipe NHT dengan media grafis dalam pembelajaran PKn.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Angkowo & Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. PT. Grafindo. Jakarta.

Anonim. 2011. Metodologi Penulisan. http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pg sd_0805472_chapter3.pdf. Diakses 2/11/2012. Pukul 13.00 WIB.

Ansori. 2010. Macam Macam Model Pembelajaran.www.ansori.info/index.php?optio n=com_docman&task=doc_download&gid=3&Itemid=55 Diakses tgl 3/11/2012. Pukul 20.00 WIB.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penulisan Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penulisan Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Arini, Yusti. 2009 . Model Pembelajaran Kooperatif. http://yustiarini.blogspot.com/2 009/08/model-pembelajaran-kooperatif.html. Diakses 2/11/2012. Pukul 20.00 WIB.

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. PT. Gaung

Persada Press. Jakarta.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. PT. Satu Nusa. Bandung

Depdiknas. 2011. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan PKn.http://www.sekolahda sar.net/2011/09/hakekat-pendidikan-kewarganegaraan-pkn.html. Diakses tgl 3/11/2012. Pukul 21.00 WIB.


(4)

Effha. 2011. Media Grafis Dalam Pembelajaran. http://effha92.wordpress.com/Diaks es tgl 6/2/2013. Pukul 16.01 WIB.

Fahmi. 2009. Makalah Cooperative Learning. http://lib.uinmalang.ac.id/thesis/chapte r_ii/07110209-hima-ulul-fahmi.ps. Diakses tgl 3/11/2012. Pukul 20.45 WIB. Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta. ---. 2011. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta. ---. 2012. Pengertian Hasil Belajar. http://ppgpgsd.blogspot.com

2012/04/pengertian-hasil belajar. Diakses tgl 3/11/2012. Pukul 20.40 WIB. Hamdan. 2012. Pengertian Numbered Heads Together. http://iniwebhamdan.wordpre

ss.com/2012/05/10/pengertian-numbered-head-together-nht/. Diakses tgl 1/2/2013. Pukul 10.30 WIB.

Hamid, Hazaifah. 2012. Pengantar Model Pembelajaran. http://zaifbio.wordpress.co m. Diakses tgl 1/2/2013. Pukul 10.30 WIB.

Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. PT Refika Aditama. Bandung.

Hernawan, Asep Herry, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. UPI PRESS. Bandung.

Hidayat. 2011. Langkah-langkah Pengembangan Media Pembelajaran.

http://meretasmasadepan.blogspot.com/2011/03/langkah-langkah-pengembangan-media.html?m=1. Diakses tgl 28/3/2013. Pukul 11.30 WIB. Huda, Miftahul. 2012. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur, dan

Penerapan. Pustaka pelajar. Yogyakarta.

Ihsan, Fuad. 2008. Dasar-Dasar Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Isjoni. 2007. Cooperative Learning. PT Alpabeta. Bandung.

Junaidi, Wawan. 2011. Definisi Aktivitas Belajar. http://www.bukuhalus.com/2011/7 4/definisi-aktivitas-belajar.html. Diakses tgl 3/11/2012. Pukul 20.30 WIB. Kisbiyanto, dkk. 2010. Cooperative Learning. Media Group. Semarang.


(5)

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penulisan Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi. PT Rajawali Pers. Jakarta.

Musfiqon, HM. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. PT. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Depdiknas. Jakarta.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Professional Guru. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Solihatin, Etin & Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta.

Suhendar, Asep. 2010. Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT). http://asepsuhendar.wordpress.com/2010/08/31/cooperative-learning-tipe-numbered-heads-together-nht/. Diakses tgl 4/11/2012. Pukul 20.30 WIB.

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Syarifudin, Tatang & Nuraini. 2006. Landasan Pendidikan. UPI PRESS. Bandung. Tarigan, Henry Guntur. 2006. Kapita Selekta PKn. Bumi Aksara. IKIP Malang. Tekpen. 2011. Pengertian & Macam-Macam Media Grafis. http://tekpen07b.blogspot

.com/2011/01/pengertian-macam-macam-media-grafis_30.html.Diakses tgl 3/11/2012. Pukul 19.30 WIB.

Tim Penyusun. 2006. Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah. Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.

---. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta.

Triyana, Arifah Nur. 2009. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT) sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Peluang dan Statistika di SMP Negeri


(6)

4 Depok Yogyakarta Kelas IX C. http://www.scribd.com/doc/51704402/16/G-Teknik-Analisis-Data.

Diakses 2/11/2012. Pukul 14.00 WIB

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sinar Grafika. Jakarta. Wardhani, IGAK, dkk. 2007. Penulisan Tindakan Kelas. Universitas Terbuka.

Jakarta.

---. 2008. Penulisan Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS V A SDN 5 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

2 14 62

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IVA SDN 08 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 60

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V B SDN 06 METRO BARAT

1 10 49

PENGGUNAAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 BATANGHARI OGAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 10 52

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 PENENGAHAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 11 47

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn KELAS V B SD NEGERI 5 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 51

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD NEGERI 4 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 54

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PKn KELAS V B SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 112

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IVA SD NEGERI 2 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 53

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI 3 SIMBARWARINGIN

0 6 83