PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PKn KELAS V B SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PKn KELAS V B SD NEGERI 7 METRO PUSAT

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

FORRY PUTRA NILAWAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PKn KELAS V B SD NEGERI 7 METRO PUSAT

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

FORRY PUTRA NILAWAN

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh aktivitas dan hasil belajar siswa yang masih rendah di kelas V B SD Negeri 7 Metro Pusat khususnya pada mata pelajaran PKn. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn dengan menerapkan model Cooperative Learning Tipe Group Investigation dengan media grafis.

Metode penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas dengan dua siklus dan masing-masing siklus melalui empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan tes hasil belajar. Alat pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan soal-soal tes kemudian dianalisis dengan analisis data kualitatif dan data kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata aktivitas siswa dan hasil belajar siswa setiap siklus. Nilai rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 70,88 dan meningkat pada siklus II sebesar 77,63. Peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 6,75. Begitu pula nilai rata-rata hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan, pada siklus I sebesar 69,80, meningkat menjadi 75,40 pada siklus II.

Kata kunci: Aktivitas Siswa, Hasil Belajar, Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation dan Media Grafis.


(3)

(4)

(5)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: nama mahasiswa : Forry Putra Nilawan

NPM : 0913053026

jurusan : Ilmu Pendidikan program studi : SI PGSD

fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul ” Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation dengan Media Grafis untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran PKn Kelas V B SD Negeri 7 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2012/2013” adalah benar-benar hasil penelitian saya dalam mencapai gelar sarjana.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk digunakan sebagaimana mestinya. Apabila berdasarkan faktanya pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia dituntut berdasarkan undang-undang yang berlaku.


(6)

v

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PKn ... 8

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 8

2. Tujuan PKn SD ... 9

B. Belajar ... 10

1. Pengertian Belajar ... 10

2. Aktivitas Belajar ... 11

3. Hasil Belajar ... 12

C. Model Cooperative Learning ... 13

1. Pengertian Model Cooperative Learning... 13

2. Unsur dan Ciri-ciri Model Cooperative Learning ... 14

3. Kelebihan Model Cooperative Learning ... 15

4. Kelemahan Model Cooperative Learning ... 16

5. Model-model Cooperative Learning ... 17

D. Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation ... 17

1. Langkah-langkah Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation ... 20

E. Pengertian media Pembelajaran ... 22

F. Jenis-jenis Media Pembelajaran ... 22

G. Pengertian Media Grafis ... 23

H. Hipotesis Tindakan ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 25

B. Seting Penelitian ... 26

C. Teknik Pengumpulan Data ... 27


(7)

vi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Sekolah ... 35

B. Hasil Penelitian ... 36

1. Penelitian Tindakan Kelas Siklus I ... 36

2. Penelitian Tindakan Kelas Siklus II ... 45

C. Pembahasan ... 53

1. Peningkatan Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran ... 54

2. Peningkatan Ativitas Siswa dalam Proses Pembelajaran... 56

3. Peningkatan Nilai Hasil Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Undang-undang RI No. 20 Th. 2003 Bab 1 pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya, memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Bunyi pasal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan merupakan upaya penting untuk perkembangan jasmani dan rohani siswa dalam pembangunan, dan bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

Sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat menuntut lembaga pendidikan agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan Isjoni (2007: 7). Sejak tahun 2006 lalu pemerintahan Indonesia memberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP pada dasarnya merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, productif, dan berprestasi. Kurikulum KTSP menekankan pada 5 mata


(9)

pelajaran pokok, salah satunya adalah mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, nilai pancasila merupakan standar hidup bangsa yang berideologi Pancasila, dengan demikian nilai Pancasila secara individu hendaknya dimaknai sebagai cermin perilaku hidup yang terwujud dalam cara bersikap dan bertindak. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu pelajaran yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif yang berhubungan langsung dengan sikap seseorang khususnya siswa yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan, baik itu lingkungan keluarga, sekolah, maupun lingkungan teman bermainnya.

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang berfungsi sebagai pendidikan nilai dan moral, yaitu mata pelajaran yang mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila/budaya bangsa sehingga membentuk moral siswa yang sesuai dengan nilai falsafah hidupnya. Menurut Henry (2006: 7) Pendidikan Kewarganegaraan diajarkan di SD adalah untuk menjadikan warga negara yang baik, yaitu warga negara yang tahu, mau, dan sadar akan hak dan kewajibannya.


(10)

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru kelas VB SD Negeri 7 Metro Pusat, diperoleh beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut terlihat dari hasil ulangan harian mata pelajaran PKn dari 25 siswa dengan KKM 64 hanya 10 siswa 40% tuntas dan 15 siswa 60% belum tuntas. Sedangkan rendahnya aktivitas belajar siswa dapat dilihat dari proses pembelajaran, yaitu masih sedikit siswa yang aktif mengungkapkan pendapat atau bertanya dan masih banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru.

Rendahnya aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran PKn disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: (1) cara mengajar guru masih menggunakan metode mengajar yang kurang menarik seperti guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan penugasan, (2) pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), sehingga siswa cenderung ribut, mengganggu teman dan mengobrol, (3) kurangnya minat dan perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan.

Sehubungan dengan hal tersebut, dibutuhkan model pembelajaran yang mampu menempatkan siswa pada posisi yang lebih aktif, kreatif, dan mendorong pengembangan potensi dalam dirinya serta kemampuan bekerja sama dalam menemukan makna dari apa yang dipelajarinya. Ada berbagai macam jenis model pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki masalah tersebut, salah satunya dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Group Investigation.

Group Investigation pada dasarnya dirancang untuk membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala


(11)

mengenai masalah itu, menemukan data yang relevan, mengembangkan serta mengetes hipotesis. Hal ini juga perlu didukung oleh penggunaan media yang tepat sehingga respon dan tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dikuasai siswa setelah pembelajaran berlangsung.

Sehubungan dengan permasalahan di atas, diperlukan adanya suatu alat bantu untuk memperjelas informasi atau media yang digunakan dalam proses pembelajaran. Selain itu penggunaan alat bantu atau media tersebut dapat membuat siswa menjadi lebih tertarik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut mampu menggunakan alat-alat yang disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman.

Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan yang diharapkan. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pengajaran yang akan digunakan apabila media tersebut belum tersedia. Salah satu media pembelajaran yang baik dan efisien untuk digunakan pada mata pelajaran PKn di SD adalah media grafis. Menurut (http://www.uin-alauddin.ac.id) kelebihan media grafisyaitu a) mudah menggunakannya, b) dapat digunakan pada semua jenis dan jenjang pendidikan, c) menghemat waktu dan tenaga dan juga menarik perhatiansiswa. Peneliti merasa perlu adanya


(12)

alat bantu yang dapat digunakan sebagai media dalam pembelajaran PKn dalam hal ini media grafis sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu kiranya dilakukan perbaikan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation dengan Media Grafis untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Mata Pelajaran PKn kelas VB di SD Negeri 7 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:

1. Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn dilihat dari hasil penilaian guru yang masih di bawah KKM (< 64). 2. Guru belum menggunakan model Cooperative Learning tipe Group

Investigation dengan media grafis untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa mata pelajaran PKn kelas V B SD Negeri 7 Metro Pusat.

3. Kurang optimalnya penggunaan media grafis dalam pembelajaran. 4. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered).

5. Siswa terlihat jenuh dan bosan terhadap pembelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga pembelajaran dirasakan kurang menyenangkan.


(13)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penggunaan model Cooperative Learning tipe Group Investigation dalam pembelajaran PKn dengan media grafis dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VB SD Negeri 7 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2012/2013?

2. Apakah penggunaan model Cooperative Learning tipe Group Investigation dalam pembelajaran PKn dengan media grafis dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VB SD Negeri 7 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2012/2013?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan judul dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VB SD Negeri 7 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan model Cooperative Learningtipe Group Investigation dengan media grafis.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VB SD Negeri 7 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam pembelajaran PKn dengan menerapkan model Cooperative Learning tipe Group Investigation dengan media grafis.


(14)

E. Manfaat Penelitian

Adapun hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Siswa

Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dalam pembelajaran PKn, khususnya di kelas VB semester genap, sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat.

2. Guru

Dapat menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan penguasaan penerapan model pembelajaran dengan media pada mata pelajaran PKn sehingga menjadi guru yang professional dan dapat memberikan manfaat bagi siswa.

3. Sekolah

Dapat menjadi masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran PKn melalui model Cooperative Learning tipe Group Investigation dengan media grafis.

4. Peneliti

Dapat menambah pengetahuan tentang PenelitianTindakan Kelas (PTK), serta dapat meningkatkan pengetahuan dan penguasaan menggunakan model Cooperative Learning tipe Group Investigation dengan media grafis pada pembelajaran PKn, guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.


(15)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. PKn

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk diajarkan pada jenjang sekolah dasar. Ruminiati (2007: 1.15) menyatakan bahwa pelajaran PKn merupakan salah satu pelajaran yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Tetapi di dalam pelaksanaan pembelajaran, tidak sedikit yang salah menafsirkan bahwa mata pelajaran PKn dengan PKN merupakan hal yang sama. Padahal keduanya memiliki definisi dan fungsi yang berbeda dalam pembelajaran.

Hal ini sesuai dengan pendapat Soemantri bahwa PKn adalah pendidikan kewarganegara, mata pelajaran sosial yang bertujuan untuk membentuk atau membina warga negara yang baik yaitu warga negara yang tahu, mau dan mampu berbuat baik. Sedangkan PKN adalah pendidikan kewarganegaraan, pendidikan yang menyangkut status formal warga negara yang berisi tentang diri kewarganegaraan, peraturan naturalisasi atau pemerolehan status sebagai warga Negara Indonesia (Ruminiati, 2007: 1.25).


(16)

Pengertian PKn juga dijelaskan di dalam Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang standar isi. Di dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi, tertulis bahwa Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil. dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

PKn merupakan usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga negara. PKn juga dapat dikatakan sebagai pendidikan pengetahuan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan bangsa dan warga Negara Kesatuan Republik Indonesia (Soemarsono, 2006: 6).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa PKn merupakan mata pelajaran yang berkaitan erat dengan pendidikan afektif sebagai individu yang berpengetahuan bela negara. PKn juga dikatakan sebagai pendidikan formal berisi tentang diri kewarganegaraan. naturalisasi dan pemerolehan status warga negara. 2. Tujuan PKn SD

Melalui mata pelajaran PKn, diharapkan kegiatan pembelajaran dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Winataputra (2007:1.20) mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah partisipasi yang penuh nalar dan tanggnng jawab dalam kehidupan


(17)

politik dan warga negara yang taat kepada nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia. Hal tersebut sejalan dengan tujuan mata pelajaran di SD sebagaimana tercantum pada Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang standar isi meliputi:

a) berpikir secara kritis dan rasional dalam menghadapi isu kewarganegaraan, b) berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta anti korupsi, c) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk dini berdasarkan karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lain dan d) berinteraksi dengan bangsa lain dalam peraturan dunia baik secara langsung maupun tidak langsung dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa tujuan mata pelajaran PKn di SD terbagi menjadi beberapa aspek. Aspek berpikir merupakan awal dan adanya partisipasi individu, sehingga individu secara positif dapat berkembang dan berinteraksi dengan pihak lain. Pembelajaran PKn di SD selayaknya juga dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan intelektual yang memadai serta pengalaman praktis agar memiliki kompetensi dan efektifitas dalam berpartisipasi.

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Karena belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapasitas baru, Gagne (dalam Dimyati, 2002: 10) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan setiap individu untuk memperoleh suatu


(18)

perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Daryanto, 2009: 194).

Anitah (2009: 5.38) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses atau aktivitas. Siswa dapat dikatakan belajar jika terdapat aktivitas pada dirinya, baik secara fisik, mental (pikiran), maupun emosional (perasaan). Sedangkan menurut Bruner (dalam Supriatna 2006: 38), menyatakan bahwa belajar merupakan proses yang aktif serta proses sosial dimana para siswa mengkontruksi gagasan-gagasan atau konsep baru yang didasarkan atas pengetahuan yang telah dipelajarinya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas individu baik fisik, mental, maupun emosional melalui proses kognitif dan proses sosial berupa interaksi dengan lingkungan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan serta mendapatkan kemampuan baru.

2. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan faktor yang menentukan keberhasilan proses belajar siswa. Menurut Rousseuau (dalam Sardiman 2004: 96), memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri baik secara rohani maupun teknis. Selain itu, aktivitas juga merupakan segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani maupun rohani. Aktivitas


(19)

siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar, Sriyono (id.shvoong.com).

Sedangkan menurut Kunandar (2010: 277) aktivitas adalah keterlibatan siswa dalam bersikap, pikiran, perbuatan dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan memperoleh manfaat.

Sejalan dengan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah merupakan kegiatan belajar yang dilakukan oleh setiap individu dengan kesadarannya untuk melakukan sesuatu hal baik jasmani maupun rohani dengan tujuan tertentu. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran ini mencakup aktivitas sikap, pikiran dan perbuatan guna menunjang proses belajar mengajar.

3. Hasil Belajar

Setelah belajar, tujuan utama yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran adalah hasil belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 250-251) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yakni sisi siswa dan sisi guru. Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkatan tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

Selanjutnya Gagne (dalam Angkowo dan Kosasih, 2007: 54) mengemukakan lima kategori tipe hasil belajar, yakni: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik. menurut Hamalik (2001: 30), hasil belajar


(20)

adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dan tidak mengerti jadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan motoris. Sedangkan menurut Anitah (2009: 2.19) hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh setelah melalui kegiatan belajar yang kesemuanya itu dapat dinyatakan dengan adanya perubahan tingkah laku dan dapat dinyatakan dengan angka.

C. Model Cooperative Learning

1. Pengertian Model Cooperative Learning

Pada prinsipnya Isjoni (2007: 16) mengemukakan cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalah yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Dalam cooperative learning, para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan guru (Slavin, 2010: 8).

Cooperative learning berasal dan kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok tim (Isjoni, 2007: 15).


(21)

Sedangkan menurut Slavin (dalam Isjoni, 2007: 12), model cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan model cooperative learning adalah pembelajaran yang diterapkan oleh guru kepada siswa, dengan membentuk kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan beranggotakan 4-6 orang siswa sehingga setiap siswa dalam kelompoknya akan saling membantu dalam memecahkan atau menyelesaikan permasalahan terhadap materi yang diberikan oleh guru.

2. Unsur dan Ciri-ciri Model Cooperative Learning

Menurut (Asma, 2006: 16-25) unsur-unsur model cooperative learning yaitu: (a) siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”, (b) siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompok seolah-olah milik mereka sendiri, (c) siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, (d) siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya, (e) siswa akan diberikan hadiah atau penghargaan yang juga berlaku untuk semua anggota kelompok, (f) siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses pembelajaran, dan (d) siswa diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individu materi yang dipelajari dalam kelompoknya.

Sedangkan ciri-ciri model cooperative learning menurut Johnson dan Johnson serta Hilke (dalam Asma, 2006: 25) mengemukakan ciri-ciri model cooperative learning adalah: (a) terdapat ketergantungan yang positif diantara anggota kelompok, (b) dapat dipertanggungjawabkan secara individu, (c) heterogen, (d) berbagi kepemimpinan, (e) berbagi tanggungjawab, (f) menekankan pada tugas dan kebersamaan, (g) membentuk kelompok sosial, (h) peran guru mengamati proses belajar siswa, (i) efektifitas belajar bergantung


(22)

pada kelompok. Proses belajar cooperative learning terjadi dalam kelompok-kelompok kecil (4-6 orang anggota) yang bersifat heterogen tanpa memperbesar perbedaan kemampuan akademik, jender, suku, maupun sejenisnya.

3. Kelebihan Model Cooperative Learning

Menurut Arends (dalam Asma, 2006: 26) dalam penelitiannya menyatakan tidak satupun studi yang menunjukkan bahwa model cooperative learning memberikan pengaruh negatif. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model cooperative learning terbukti lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model-model pembelajaran individual yang digunakan selama ini.

Menurut Jarolimek & Parker (dalam Isjoni, 2007: 24), model cooperative learning memiliki kelebihan, sebagai berikut: 1) saling ketergantungan yang positif, 2) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu, 3) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, 4) suasana kelas yang kelas yang rileks dan menyenangkan, 5) terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru, dan 6) memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

Menurut Huda (2011: 33) Konsekuensi positif pembelajaran cooperative learning adalah siswa diberi kebebasan untuk terlihat secara aktif dalam kelompok mereka. Dalam lingkungan pembelajaran kooperatif, siswa hams menjadi partisipan aktif dan melalui kelompoknya, dapat membangun komunitas pembelajaran (learning community) yang saling membangun antara satu sama lain.

Keuntungan yang paling besar dalam penerapan model cooperative learning terlihat ketika siswa menerapkannya dalam menyelesaikan tugas-tugas yang kompleks. Keuntungan penerapan model cooperative learning juga dapat meningkatkan kecakapan individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah,


(23)

meningkatkan komitmen, dapat menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebayanya dan siswa yang berprestasi dalam pembelajaran cooperative learning ternyata lebih mementingkan orang lain, tidak bersifat kompetitif, dan tidak memiliki rasa dendam Davidson (dalam Asma, 2006: 26).

4. Kelemahan Model Cooperative Learning

Menurut Jarolimek & Parker (dalam Isjoni, 2007: 25), model cooperative learning memiliki kekurangan, sebagai berikut : 1) guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu, 2) agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai, 3) selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan 4) saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lam menjadi pasif.

Lebih lanjut Noornia (dalam Asma, 2006: 27) menyatakan bahwa menyelesaikan suatu materi pelajaran dengan model cooperative learning akan memakan waktu yang relatif lama dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Bahkan dapat menyebabkan materi tidak dapat disesuaikan dengan kurikulum yang ada apabila guru belum berpengalaman. Dan keterampilan guru memerlukan persiapan yang matang dan pengalaman yang lama untuk dapat menerapkan model cooperative learning.

Upaya untuk meminimalisir kelemahan tersebut adalah dengan cara guru harus menguasai materi dan mempersiapkan terlebih dahulu perlengkapan yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Selain itu guru juga harus lebih memperhatikan aktivitas siswa pada saat diskusi


(24)

kelompok berlangsung dengan cara memberikan bimbingan kepada setiap kelompok secara intensif dan materi yang diberikan harus dibatasi, sehingga materi tidak meluas dan sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditetapkan dalam pembelajaran.

5. Model-model Cooperative Learning

Model cooperative learning terdapat beberapa macam tipe yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. Menurut (Slavin, 2010: 11) enam variasi model yang dapat diterapkan pada sebagian besar mata pelajaran yaitu: Student Team Achievement Division (STAD), Team Games Tournament (TGT), Jigsaw, Cooperative Integrated Reading Competition (CIRC), Team Accelerated Instruction (TAI), Group Investigation (GI). Salah satu tipe dari berbagai macam tipe model cooperative learning yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu tipe Group Investigation, karena pada penerapannya dapat melibatkan siswa lebih aktif serta mengembangkan taraf berfikir kritis dalam melakukan investigasi.

D. Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation

Group Investigation merupakan sebuah model investigasi kooperatif dan pembelajaran yang dilakukan di kelas yang menyatakan bahwa baik domain sosial maupun intelektual proses pembelajaran sekolah melibatkan nilai-nilai yang didukungnya. Dalam model ini akan dapat diimplementasikan apabila dalam lingkungan pendidikan mendukung dialog interpersonal atau yang memperlihatkan dimensi rasa sosial dari pembelajaran di dalam kelas.


(25)

Sebagai bagian dan investigasi, para siswa mencari informasi dari berbagai sumber baik di dalam maupun di luar kelas. Sumber dapat diperoleh dari berbagai macam buku, institusi, orang yang menawarkan sederetan gagasan, opini, data, solusi, ataupun posisi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dipelajari. Para siswa selanjutnya mengevaluasi dan mensintesiskan informasi supaya dapat menghasilkan buah karya kelompok yang dilanjutkan dengan siswa menentukan apa yang akan diinvestigasi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, sumber apa yang dibutuhkan, siapa melakukan apa, dan bagaimana siswa menampilkan proyek yang sudah selesai ke hadapan kelas. Peran guru adalah sebagai fasilitator belajar (Thomas dan Bidwell dalam Hamalik, 2009: 45). Dalam model cooperative learning, guru berperan sebagai nara sumber dan fasilitator yang bertujuan untuk membelajarkan siswa bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang sedang berlangsung. Sebagai contoh, guru dapat memodelkan berbagai keterampilan, seperti mendengarkan, menguraikan dengan kata-kata sendiri, memberi reaksi tanpa menghakimi, mendorong partisipasi, dan sebagainya.

Dalam pelaksanaan investigasi, topik yang dipilih dapat dikembangkan dengan pembelajaran langsung seluruh kelas, individu di pusat-pusat pembelajaran, atau kombinasi berbagai model. Pelajaran seperti ini dapat disajikan sebelum, setelah, atau selama waktu kelas tersebut sedang menjalani investigasi kelompok, Cohen dan Sharan (dalam Asma, 2006: 63).


(26)

Menurut Sanjaya (dalam Sumarno 2011) keunggulan dan kelemahan dari model cooperative learning tipe group investigation adalah:

1. Keunggulan: siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan, dapat membantu anak untuk merespon orang lain, dapat memberdayakan siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar, dapat meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik, dapat meningkatkan kemampuan siswa, menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata, dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.

2. Kelemahan: dengan leluasanya pembelajaran maka apabila keleluasaan itu tidak optimal maka tujuan dan apa yang dipelajari tidak akan tercapai, penilaian kelompok dapat membutakan penilaian secara individu apabila guru tidak jeli dalam pelaksanaannya, mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang panjang.

Adapun kegiatan guru dalam pembelajaran Group Investigation adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Kegiatan guru dalam pembelajaran Group Investigation Langkah Pembelajaran Kegiatan Guru PENDAHULUAN

Menyampaikan tujuan/ memotivasi

Menginformasikan SK, KD, serta Tujuan pembelajaran

Memunculkan rasa ingin tahu siswa Menyampaikan informasi

awal

Mengeksplorasi pengetahuan awal siswa Memberikan contoh kasus sebagai bahan investigasi

KEGIATAN INTI

Membimbing, mengarahkan serta, membantu investigasi Kelompok

Mernbimbing siswa untuk menginvestigasi topik

Mengajak siswa untuk berdiskusi di dalam kelompoknya

Mengamati setiap kelompok secara bergantian


(27)

Membimbing siswa agar meminta bantuan teman satu kelompok sebelum bertanya ke kelompok lain atau guru

Mengatur presentasi kelompok

Menentukan kelompok yang mempresentasikan hasil investigasi Mengatur jalannya diskusi dalam presentasi

Membimbing agar semua siswa terlibat aktif dalam diskusi

Memberikan pembelajaran langsung

Mengondisikan siswa untuk menerima pembelajaran serta menyampaikan materi Memberikan soal latihan

Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa

PENUTUP

Menyimpulkan dan evaluasi

Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan

Memberikan tes hasil belajar berupa tes Formatif

Diadopsi dari Suyatna, (2008: 99)

1. Langkah-langkah Model Cooperative Learning tipe Group Investigation

Slavin (2010: 218), menyatakan bahwa dalam pelaksanaan Group Investigation pada murid bekerja melalui tahap, yaitu:

mengidentifikasi topik dan mengatur siswa ke

dalam kelompok

merencanakan tugas yang akan dipelajari,

Menyiapkan Laporan Akhir

Melaksanakan Investigasi

Mempresentasikan


(28)

Tahap 1 : Mengidentifakasikan topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok

a. Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan mengkategorikan saran-saran.

b. Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih.

c. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen.

d. Guna membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan.

Tahap 2 : Merencanakan tugas yang akan dipelajari a. Apa yang kita pelajari?

b. Bagaimana kita mempelajarinya?

c. Siapa melakukan apa ? (pembagian tugas)

d. Untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasi topik ini? Tahap 3 : Melaksanakan investigasi

a. Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.

b. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.

c. Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis semua gagasan.

Tahap 4 : Menyiapkan laporan akhir

a. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dan proyek mereka.

b. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana siswa akan membuat presentasi siswa.

c. Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.

Tahap 5 : Mempresentasikan laporan akhir

a. Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.

b. Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif.

c. Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.

Tahap 6 : Evaluasi

a. Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang siswa kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-pengalaman siswa.


(29)

b. Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.

c. Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.

E. Pengertian Media Pembelajaran

Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan kegiatan pembelajaran adalah media pembelajaran. Menurut Fathurrohman (2010: 65) media berasal dan bahasa latin medium yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Kemudian Sumiati (2009: 160) menyatakan bahwa media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Winataputra dkk (2005: 5.3) menyatakan bahwa media merupakan wahana dan pesan atau informasi yang oleh sumber pesan atau guru ingin diteruskan kepada penerima pesan atau siswa.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan atau informasi dari komunikan (guru) ke penerima pesan (siswa) dengan tujuan untuk merangsang pikiran, perasaan, minat, dan perhatian siswa terhadap proses kegiatan pembelajaran.

F. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Media pembelajaran terdiri dari berbagai jenis. Menurut Asyhar (2002: 44) ada empat jenis media pembelajaran, yaitu:

a. Media visual, yaitu jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indera penglihatan semata-mata dari peserta didik,


(30)

misalnya: media visual non proyeksi (benda realita, model, protetif, dan grafis), dan media proyeksi (power point, paint, dan auto cad). b. Media audio, yaitu jenis media yang digunakan dalam proses

pembelajaran dengan hanya mengandalkan indera pendengaran siswa, misalnya: radio, pita kaset suara, dan piringan hitam.

c. Media audio-visual, yaitu jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan, misalnya: video kaset dan film bingkai.

d. Multimedia, yaitu media yang melibatkan beberapa jenis media dan peralatan secara terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatan pembelajaran, misalnya: tv dan power point.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa media pembelajaran digolongkan menjadi empat jenis, yaitu media visual, media audio, media audio-visual, dan mulrimedia. Salah satu jenis media pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran yaitu media grafis yang termasuk dalam media visual.

G. Pengertian Media Grafis

Menurut Sadiman dkk (2006: 28) media grafis termasuk media visual. Media gratis ini berfungsi untuk menyalurkan pesan dan sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indra penglihatan. Selain itu, media grafis juga dapat dikatakan sebagai suatu penyajian secara visual yang menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan-tulisan, atau simbol visual yang lain dengan maksud untuk menggambarkan, dan merangkum suatu ide, data atau kejadian Daryanto, (2010: 19).

Media grafis merupakan pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual (menyangkut indra penglihatan). Media grafis ini meliputi: gambar atau foto, sketsa, diagram,


(31)

bagan, grafik, kartun, poster, globe atau peta, papan flannel, dan papan bulletin (Angkowo dalam Musfiqon, 2012: 73). Sedangkan menurut Asyhar (2012: 57) media grafis merupakan suatu sarana untuk menyalurkan pesan dan informasi melalui simbol-simbol visual.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa media grafis adalah suatu media yang termasuk dalam media visual yang dalam pemakaiannya menggunakan simbol-simbol untuk menyalurkan informasi atau pesan yang menitik beratkan pada indera penglihatan siswa.

H. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan oleh peneliti sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran PKn menggunakan model Cooperative Learning tipe Group Investigation dengan Media Grafis serta memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V B di SD Negeri 7 Metro Pusat akan meningkat”.


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Arikunto (2006: 2-3) mengemukakanbahwa, penelitiantindakankelasatau yang dalambahasaInggrisnyadisebutClassroom Action Research (CAR) yaitu, sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu (1) penelitian, (2) tindakan, (3) kelas, sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa suatu tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

Prosedur ini merupakan pedoman wajib dalam melakukan penelitian tindakan kelas untuk mengetahui hasil yang ingin dicapai peneliti guna evaluasi pembelajaran sehingga lebih optimal. Secara garis besar di dalam penelitian tindakan kelas terdapat empat tahapan yang lazim dilalui yaitu, (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), (4) refleksi (reflecting) Arikunto (2006: 20).


(33)

Penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1: Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas Modifikasi dari Arikunto (2006). B. Setting Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa dan guru kelas V B SD Negeri 7 Metro Pusat. Jumlah siswa adalah 25 orang siswa, dengan rincian 12 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan dan 1 orang guru.

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Dst

Pelaksanaan Refleksi

Pelaksanaan Refleksi


(34)

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VB SD Negeri 7 JL. Hasanudin No.91 Yosomulyo Kelurahan Hadimulyo timur, Kecamatan Metro Pusat Kota Metro.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Waktu pelaksanaan adalah kurang lebih selama enam bulan, yaitu bulan April sampai dengan bulan September 2013. Kegiatan penelitian ini dimulai dari persiapan yaitu penyusunan proposal PTK, diskusi, penyusunan RPP dan lembar kerja siswa secara kolaboratif dan partisipasif dengan guru bidang studi, sampai pada tahap pelaksanaan dan pelaporan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan selama kegiatan pelaksanaan tindakan kelas, yaitu dengan menggunakan teknik nontes dan teknik tes.

1. Teknik Nontes

Teknik nontes dapat dilakukan melalui observasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerlinger dalam Annurrahman dkk (2009: 8-9) mengemukakan bahwa, secara sederhana observasi dapat diartikan sebagai prosedur sistematis dan baku untuk memperoleh data. Observasi digunakan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model cooperative learning tipe group investigation dengan media grafis di kelas V B akan lebih efektif, apa pengaruhnya untuk siswa


(35)

serta bagaimana pembelajaran yang dilakukan. Obervasi dilakukan oleh observer terhadap aktivitas siswa maupun guru selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Teknik Tes

Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data nilai-nilai siswa, guna mengetahui hasil belajar siswa mata pelajaran PKn dengan menggunakan model cooperative learning tipe group investigation dengan media grafis. Data yang diperoleh melalui teknik tes berupa data kuantitatif.

D. Alat pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu lembar panduan observasi untuk panduan data non tes, dan soal-soal tes untuk teknik pengumpulan data tes.

1) Lembar panduan observasi, instrumen ini dirancang peneliti dan berkolaborasi dengan guru kelas. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data aktivitas belajar siswa dan data kinerja guru selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran PKn melalui modelcooperative learning tipe group investigation dengan media grafis.

2) Soal-soal tes, instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan terhadap materi yang dibelajarkan dengan menggunakan model cooperative learning tipe group investigation dengan media grafis.


(36)

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

1) Analisis Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari data non tes yaitu observasi Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data di dalam proses pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan makna secara kontekstual dan mendalam sesuai dengan permasalahan penelitian, yaitu tentang kinerja guru dan aktivitas belajar.

Persentase aktivitas belajar setiap siswa diperoleh dengan rumus:

Keterangan:

NP : nilai yang dicari atau diharapkan R : skor mentah yang diperoleh siswa SM : skor maksimum

100 : bilangan genap

Diadopsi dari Purwanto (2008: 102)

Tabel 2. Kategori aktivitas siswa per individu berdasarkan perolehan nilai.

No. Rentang Nilai Kategori

1. N>75 Aktif

2. 50<N<75 Cukup aktif 3. 25<N<50 Kurang aktif

4. N<25 Pasif

(Adaptasi dari poerwanti, 2008: 7.8) R

NP = x 100 SM


(37)

Tabel 3. Kategori kinerja guru mengajar berdasarkan perolehan nilai. No. Rentang Nilai Kategori

1. N>80 Sangat baik

2. 60<N<80 Baik

3. 40<N<60 Cukup 4. 20<N<40 Kurang baik

5. N<20 Sangat kurang

(Adaptasi dari Poerwanti, 2008: 7.8) 2) Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif akan digunakan untuk mendeskripsikan kemajuan kualitas belajar siswa yang sesuai dengan penguasaan materi yang telah diajarkan oleh guru. Data hasil penelitian yang tergolong data kuantitaif dilakukan secara deskriptif, yakni dengan menghitung ketuntasan klasikal dan ketuntasan individual dengan rumus sebagai berikut:

a. Untuk menghitung nilai rata-rata hasil belajar siswa digunakan rumus:

Keterangan:

X = Nilai rata-rata yang dicari ∑xi = Jumlah nilai

n = banyaknya siswa

Diadopsi dari Herryanto, dkk (2009: 4.2) ∑xi

X = n


(38)

b. Untuk menghitung ketuntasan belajar siswa secara individual digunakan rumus:

R

S = x 100% N

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan

R = Jumlah skor/item yang dijawab benar N = skor maksimum dari tes

Diadopsi dari Purwanto (2008: 102)

c. Untuk menghitung ketuntasan belajar siswa klasikal digunakan rumus:

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Ketuntasan Klasikal = Jumlah seluruh siswa

Keterangan:

Ketuntasan individual : jika siswa mencapai ketuntasan ≥ 75% Ketuntasan Klasikal : Jika ≥ 60% dari seluruh siswa mencapai

ketuntasan ≥ 75% Diadopsi dari Purwanto (2008: 102)

Tabel 4. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam% Tingkat Keberhasilan (%) Arti

>80% 60-79% 40-59% 20-39% <20%

Sangat Tinggi Tinggi

Sedang Rendah

Sangat Rendah Diadopsi dari Aqib,dkk (2009: 41)


(39)

F. Indikator Keberhasilan

Pembelajaran dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa secara klasikal tiap siklusnya, serta ketuntasan belajar siswa secara klasikal 75% dari jumlah siswa memperoleh nilai sekurang-kurangnya 64.

G. Rincian Prosedur Penelitian Tindakan Langkah-Langkah Penelitian

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan peneliti bersama dengan guru mengidentifikasi masalah yang terjadi di kelas, kemudian menentukan langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada siklus I.

Langkah-langkah ini antara lain:

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model cooperative learning tipe group investigation dengan media grafis.

b. Membuat media pembelajaran.

c. Menyiapkan instrumen tes dan non tes. Instrumen tes berupa soal-soal dan tes unjuk kerja beserta penilaiannya, sedangkan instrumen non tes berupa panduan observasi.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada siklus I materi pembelajarannya adalah “Keputusan Bersama”. Tahap pelaksanaan dilaksanakan dalam dua pertemuan, yaitu pertemuan 1 dan pertemuan 2. Kegiatan pembelajaran secara lebih rinci antara lain:


(40)

Pelaksanaan tindakan pertama (siklus I pertemuan 1) dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 25 Mei 2013, jam ke-1 dan ke-2. Adapun langkah-langkah yang dilaksanakan yaitu sebagai berikut:

Kegiatan Awal a. Salam pembuka

b. Pengondisian kelas (merapikan tempat duduk, berdoa dan absensi) c. Guru menyampaikan apersepsi: guru menanyakan hal-hal yang

berkaitan dengan materi.

d. Guru memberikan motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Kegiatan inti Dalam kegiatan ini:

a) guru bersama siswa bertanya jawab tentang bentuk-bentuk keputusan bersama.

b) Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 siswa setiap kelompoknnya.

c) Guru meminta siswa untuk mengidentifikasi tentang materi yang dipelajari.

d) Guru membimbing setiap kelompok dalam pembagian tugas dari masing-masing anggota.

e) Siswa melaksanakan investigasi seperti: mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat kesimpulan.

f) Selesai mengerjakan tugas kemudian salah satu siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi.


(41)

g) Guru bersama siswa lain memberikan tanggapan dari hasil diskusi yang dibacakan.

h) guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

a) bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan materi yang dipelajari. b) Memberikan tindak lanjut terhadap proses dan hasil pembelajaran. 3. Observasi

Observasi ini dilakukan oleh peneliti yang bertindak sebagai observer yaitu dengan mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran PKn dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi.

4. Refleksi

Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh peneliti dan guru untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan mengkaji aktivitas siswa selama proses pembelajaran, sebagai acuan membuat rencana tindakan pembelajaran baru pada siklus selanjutnya apabila hasil kegiatan dari siklus 1 belum mencapai indikator keberhasilan.


(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, peneliti merasa perlu untuk mengambil beberapa kesimpulan seperti berikut:

1. Aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas V B SD Negeri 7 Metro Pusat dapat ditingkatkan melalui penerapan model cooperative learning tipe group investigation dengan media grafis. Hal ini sesuai dengan peningkatan hasil nilai rata-rata aktivitas siswa pada tiap siklus, yaitu 70,88 pada siklus I, menjadi 77,63 pada siklus II dengan peningkatan 6,75.

2. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas V B SD Negeri 7 Metro Pusat dapat ditingkatkan melalui penerapan model cooperative learning tipe group investigation dengan media grafis. Hal ini sesuai dengan hasil belajar siswa yang selalu meningkat pada tiap siklus. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 69,80, meningkat menjadi 75,40 pada siklus II.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti menganggap perlu untuk memberikan saran bagi guru yang ingin menggunakan metode ini dalam proses pembelajaran. Selain itu, peneliti juga perlu memberi saran bagi:


(43)

1. Siswa

Siswa seharusnya dapat menggunakan model ini sebagai proses belajar yang lebih baik. Karena model ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih aktif dalam belajar meskipun bekerja dalam kelompok. Siswa tidak seharusnya mengandalkan anggota kelompok lain untuk menyelesaikan tugas secara individu.

2. Guru

Guru seharusnya lebih siap dalam mengatur jalannya proses pembelajaran karena dengan menggunakan model ini, siswa dituntut bekerja dalam kelompok sehingga guru harus memastikan setiap individu terlibat dalam setiap aktivitas kelompok.

3. Sekolah

Sekolah diharapkan dapat mendukung keberhasilan kegiatan pembelajaran, baik secara moral dan materi.

4. Peneliti

Peneliti diharapkan mampu menerapkan dan mengembangkan ilmu yang dipelajari selama dan setelah mengikuti perkuliahan.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, Sri. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Universitas Terbuka. Jakarta. Annurrahman, dkk. 2009. Penelitian Pendidikan SD. Depdiknas. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta.

Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif Mengembangkan MediaPembelajaran. Refrensi Jakarta. Jakarta.

Daryanto. 2009. Panduan Proses pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Publisher. Jakarta.

Dimyati, Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hamalik, Oemar 2009. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan sistem. Bumi Aksara. Jakarta

Hernawan, Asep Henry. 2007. dan Pembelajaran Sekolah Dasar. UPI PRESS. Bandung.

Herrhyanto, Nar, dkk. 2009. Struktur Dasar. Universitas Terbuka. Jakarta.

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta. Bandung.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.


(45)

Musfiqon, HM. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. PT Prestasi Pustakarya. Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (nomor 22 tahun 2006. BSNP. 2006).

Poerwadarminta, WJS. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda Karya. Bandung.

Ruminiati. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan SD. Departemen Pendidikan Nasional. Balai Pustaka. Jakarta.

Sadiman, Arief S, dkk. 2006. Media Pendidikan. PT Grafindo Persada. Jakarta. Slavin, R. E. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media.

Bandung.

Sriyono. 2009. Pengertian Aktivitas Belajar. http://id. Shvoong. Com/social-sciences/aktivitas-belajar. Diakses tanggal 20 Desember 2011 pukul 18.35 WIB

Sumarno, Alim. 2011. Penerapan model pembelajaran cooperative tipe group investigation. http://elearning.Blogspot. ac.id/myblog/

Sunyono. 2009. Modul Perancangan PTK dan Penulisan Karya Ilmiah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Supriatna, Nana dkk. 2006. Pendidikan IPS di SD. UPI PRESS. Bandung.

Suyatna, Agus. 2008. Model Pembelajaran Paikem. Universitas lampung. Bandar Lampung.

Tim Penyusun. 2009. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Tim Penyusun, 2009. Undang-undang Sisdiknas. Sinar Grafika. Jakarta.

Winataputra, Udin. dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.


(46)

(47)

(48)

(49)

(50)

(51)

(52)

PEMETAAN/ANALISIS SK-KD

MATA PELAJARAN : PKn KELAS/SEMESTER : V/II

No. Standar

Kompetensi Kompetensi Dasar TK Ranah KD

Indikator Pencapaian TK

Ranah IPK Materi Pokok Ruang Lingkup Alokasi Waktu (menit) Nilai Karakter 1. SIKLUS 1 4. Menghargai keputusan bersama 4.1 Mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama C4 1. Kognitif a. Produk

1) Menyebutkan definisi keputusan bersama dengan tepat.

2) Menyebutkan bentuk-bentuk keputusan bersama dengan tepat. 3) Menyebutkan prinsip-prinsip

musyawarah dan mufakat dengan tepat.

b. Proses

1) Mengidentifikasi definisi keputusan bersama dengan penuh rasa ingin tahu.

2) Mengidentifikasi bentuk-bentuk keputusan bersama dengan penuh rasa ingin tahu.

3) Mengidentifikasi prinsip-prinsip musyawarah dan mufakat dengan penuh rasa ingin tahu.

2. Afektif

1) Siswa dapat mengidentifikasi definisi keputusan bersama dengan penuh rasa ingin tahu.

2) Siswa dapat mengidentifikasi

C2 C3 C3 A1 A4 Bentuk-bentuk keputusan bersama Kebutuhan warga negaraa

4 x 35 (2x pertemuan)

- Rasa ingin tahu


(53)

bentuk-bentuk keputusan bersama dengan penuh rasa ingin tahu. 3) Siswa dapat mengidentifikasi

prinsip-prinsip musyawarah dan mufakat dengan penuh rasa ingin tahu.

3. Psikomotor

1) Siswa terampil mengidentifikasi definisi keputusan bersama dengan penuh rasa ingin tahu.

2) Siswa terampil mengidentifikasi bentuk-bentuk keputusan bersama dengan penuh rasa ingin tahu. 3) Siswa terampil mengidentifikasi

prinsip-prinsip musyawarah dan mufakat dengan penuh rasa ingin tahu A4 P1 P2 P2 2 SIKLUS 2 4. Menghargai keputusan bersama 4.2 Mematuhi keputusan bersama

C4 1. Kognitif

a. Produk

1) Menerapkan tata cara mengambil keputusan bersama dengan penuh rasa tanggung jawab.

2) Menjelaskan manfaat penggunaan asas kekeluargaan dalam mengambil keputusan dengan teliti. 3) Mematuhi hasil keputusan bersama dengan penuh rasa tanggung jawab..

b. Proses

a. Melakukan kegiatan diskusi kelompok untuk mempelajari tata cara mengambil keputusan bersama dengan penuh rasa ingin tahu. b. Melakukan kegiatan tanya jawab

untuk mengidentifikasi manfaat

C4 C3 C4 Memahami keputusan bersama. Kebutuhan warga negara

4 x 35 (2x pertemuan)

- Tanggung jawab - Teliti - Rasa ingin

tahu - Menghargai


(54)

penggunaan asas kekeluargaan dalam mengambil keputusan dengan penuh rasa ingin tahu. 4) Melakukan kegiatan diskusi

kelompok untuk menjelaskan bagaimana mematuhi hasil keputusan bersama dengan penuh rasa menghargai.

2. Afektif

a. Siswa dapat mempelajari tata cara mengambil keputusan bersama dengan penuh rasa ingin tahu. b. Siswa dapat mengidentifikasi

manfaat penggunaan asas kekeluargaan dalam mengambil keputusan dengan penuh rasa ingin tahu.

c. Siswa dapat menjelaskan bagaimana mematuhi hasil keputusan bersama dengan penuh rasa menghargai.

3. Psikomotor

Siswa terampil dalam mematuhi keputusan bersama.

A2

A3

A3


(55)

(56)

SILABUS PEMBELAJARAN

NAMA SEKOLAH : SD Negeri 7 Metro Pusat Mata Pelajaran : PKn

Kelas / Semester : V/II

Standar Kompetensi : 4. Menghargai keputusan bersama

Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar

Teknik Bentuk

Instrumen Contoh Instrumen SIKLUS 1 4.1 Mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama Bentuk-bentuk keputusan bersama Eksplorasi

Guru bersama siswa bertanya jawab tentang bentuk-bentuk keputusan bersama. Elaborasi Guru melaksana-kan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model cooperative

learning tipe group

investigation

dengan media grafis.

1. Kognitif

a. Produk

1) Menyebutkan definisi keputusan bersama dengan tepat.

2) Menyebutkan bentuk-bentuk keputusan bersama dengan tepat.

3) Menyebutkan prinsip-prinsip musyawarah dan mufakat dengan tepat.

b. Proses

1) Mengidentifikasi definisi keputusan bersama dengan penuh rasa ingin tahu.

2) Mengidentifikasi bentuk-bentuk keputusan bersama dengan penuh rasa ingin tahu.

Tertulis Essay Sebutkan 3 bentuk-bentuk keputusan bersama

4 x 35 menit (2x pertemuan) Sumber: Widihastuti, Setiati, dkk. 2008. Pendidikan kewarganegar aan. Depdiknas. Jakarta. Media: Grafis


(57)

Konfirmasi Guru melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

3) Mengidentifikasi prinsip-prinsip musyawarah dan mufakat dengan penuh rasa ingin tahu.

2. Afektif

1) Siswa dapat mengidentifikasi definisi keputusan bersama dengan penuh rasa ingin tahu. 2) Siswa dapat mengidentifikasi

bentuk-bentuk keputusan bersama dengan penuh rasa ingin tahu.

3) Siswa dapat mengidentifikasi prinsip-prinsip musyawarah dan mufakat dengan penuh rasa ingin tahu.

3. Psikomotor

1) Siswa terampil mengidentifikasi definisi keputusan bersama dengan penuh rasa ingin tahu. 2) Siswa terampil mengidentifikasi

bentuk-bentuk keputusan bersama dengan penuh rasa ingin tahu.

1) Siswa terampil mengidentifikasi prinsip-prinsip musyawarah dan mufakat dengan penuh rasa ingin tahu SIKLUS 2 4.2 Mematuhi keputusan bersama Memahami keputusan bersama. Eksplorasi - guru mengajak

siswa bertanya jawab tentang tata

1. Kognitif

a. Produk

1) Menerapkan tata cara mengambil keputusan bersama

Tertulis Essay Bagaimanakah cara mengambil keputusan bersama?

4 x 35 menit (2x pertemuan) Sumber: Setiati widihastuti, dkk. 2008.


(58)

cara mengambil keputusan bersama. - Menjelaskan sedikit tentang pengambilan keputusan bersama dengan media grafis Elaborasi Guru melaksana-kan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model cooperative

learning tipe group

investigation deang

media grafis. Konfirmasi Guru melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

dengan penuh rasa tanggung jawab.

2) Menjelaskan manfaat penggunaan asas kekeluargaan dalam mengambil keputusan dengan teliti.

3) Mematuhi hasil keputusan bersama dengan penuh rasa tanggung jawab..

b. Proses

1) Melakukan kegiatan diskusi kelompok untuk mempelajari tata cara mengambil keputusan bersama dengan penuh rasa ingin tahu.

2) Melakukan kegiatan tanya jawab untuk mengidentifikasi manfaat penggunaan asas kekeluargaan dalam mengambil keputusan dengan penuh rasa ingin tahu.

4) Melakukan kegiatan diskusi kelompok untuk menjelaskan bagaimana mematuhi hasil keputusan bersama dengan penuh rasa menghargai.

2. Afektif

a. Siswa dapat mempelajari tata cara mengambil keputusan bersama dengan penuh rasa ingin tahu.

b. Siswa dapat mengidentifikasi

Pendidikan kewarganegar aan. Depdiknas. Jakarta. Media: Grafis


(59)

manfaat penggunaan asas kekeluargaan dalam mengambil keputusan dengan penuh rasa ingin tahu.

c. Siswa dapat menjelaskan bagaimana mematuhi hasil keputusan bersama dengan penuh rasa menghargai.

3. Psikomotor

Siswa terampil dalam mematuhi keputusan bersama.


(60)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS 1

A. IDENTITAS

Nama Sekolah : SD Negeri 7 Metro Pusat Mata Pelajaran : PKn

Kelas/Semester : V/II

Standar Kompetensi

4. Menghargai keputusan bersama. Kompetensi Dasar

4.1 Mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama. Indikator

1. Kognitif a. Produk

1) Menyebutkan definisi keputusan bersama dengan tepat. 2) Menyebutkan bentuk-bentuk keputusan bersama dengan tepat. 3) Menyebutkan prinsip-prinsip musyawarah dan mufakat dengan

tepat. b. Proses

1) Mengidentifikasi definisi keputusan bersama dengan penuh rasa ingin tahu.

2) Mengidentifikasi bentuk-bentuk keputusan bersama dengan penuh rasa ingin tahu.

3) Mengidentifikasi prinsip-prinsip musyawarah dan mufakat dengan penuh rasa ingin tahu.

c. Afektif

1) Siswa dapat mengidentifikasi definisi keputusan bersama dengan penuh rasa ingin tahu.


(61)

dengan penuh rasa ingin tahu.

3) Siswa dapat mengidentifikasi prinsip-prinsip musyawarah dan mufakat dengan penuh rasa ingin tahu.

d. Psikomotor

1) Siswa terampil mengidentifikasi definisi keputusan bersama dengan penuh rasa ingin tahu.

2) Siswa terampil mengidentifikasi bentuk-bentuk keputusan bersama dengan penuh rasa ingin tahu.

3) Siswa terampil mengidentifikasi prinsip-prinsip musyawarah dan mufakat dengan penuh rasa ingin tahu.

Alokasi Waktu: 4 x 35 menit (2x pertemuan)

B. Tujuan Pembelajaran

1. Diharapkan siswa dapat menyebutkan definisi keputusan bersama dengan tepat.

2. Diharapkan siswa dapat menyebutkan bentuk-bentuk keputusan bersama dengan tepat.

3. Diharapkan siswa dapat menyebutkan prinsip-prinsip musyawarah dan mufakat dengan tepat.

C. Materi Pokok

Bentuk-bentuk keputusan bersama. D. Metode dan Model Pembelajaran

1. Metode Pembelajaran

Ceramah, tanya jawab, diskusi dan penugasan. 2. Model Pembelajaran


(62)

E. Langkah-Langkah Pembelajaran Pertemuan ke-1

1. Kegiatan Awal (10 menit) a. Salam pembuka

b. Pengondisian kelas (merapikan tempat duduk, berdoa dan absensi)

c. Guru menyampaikan apersepsi: guru menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan materi.

d. Guru memberikan motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2. Kegiatan inti (50 menit) Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru bersama siswa bertanya jawab tentang bentuk-bentuk keputusan bersama.

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi:

a. Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 siswa setiap kelompoknnya.

b. Guru meminta siswa untuk mengidentifikasi tentang materi yang dipelajari.

c. Guru membimbing setiap kelompok dalam pembagian tugas dari masing-masing anggota.

d. Siswa melaksanakan investigasi seperti: mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat kesimpulan.

e. Selesai mengerjakan tugas kemudian salah satu siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi.

f. Guru bersama siswa lain memberikan tanggapan dari hasil diskusi yang dibacakan.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.


(63)

3. Kegiatan Penutup (10 menit) Dalam kegiatan penutup, guru:

a. bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan materi yang dipelajari.

b. Memberikan tindak lanjut terhadap proses dan hasil pembelajaran.

Pertemuan ke-2

1. Kegiatan Awal (10 menit) a. Salam pembuka

Pengondisian kelas (merapikan tempat duduk, berdoa dan absensi)

b. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang materi sebelumnya.

c. Guru memberikan motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2. Kegiatan inti (50 menit) Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

a. Melakukan tanya jawab kepada siswa tentang prinsip-prinsip musyawarah dan mufakat.

b. Menjelaskan sedikit tentang musyawarah dan mufakat melalui media grafis.

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

a. Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 siswa setiap kelompoknnya.

b. Guru meminta siswa untuk mengidentifikasi tentang materi yang dipelajari.


(64)

c. Guru membimbing setiap kelompok dalam pembagian tugas dari masing-masing anggota.

d. Siswa melaksanakan investigasi seperti: mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat kesimpulan.

e. Selesai mengerjakan tugas kemudian salah satu siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi.

f. Guru bersama siswa lain memberikan tanggapan dari hasil diskusi yang dibacakan.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

3. Kegiatan Penutup (10 menit) Dalam kegiatan penutup, guru:

a. bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan materi yang dipelajari.

b. Memberikan post tes kepada siswa untuk dikerjakan secara individu.

c. Memberikan tindak lanjut terhadap proses dan hasil pembelajaran.

F. Sumber dan Media Pembelajaran 1. Sumber Pembelajaran

a. KTSP 2006

b. Widihastuti, Setiati, dkk. 2008. Pendidikan kewarganegaraan.

Depdiknas. Jakarta.

2. Media Pembelajaran Media grafis


(65)

G. Penilaian

Indikator Pencapaian Kompetensi

Teknik Penilaian

Bentuk Instrumen 1) Menyebutkan definisi

keputusan bersama dengan tepat.

2) Menyebutkan bentuk-bentuk keputusan bersama dengan tepat.

3) Menyebutkan prinsip-prinsip musyawarah dan mufakat dengan tepat.

Tertulis Essay

Instrumen/Soal

Instrumen ini digunakan sebagai post tes, yang diberikan pada pertemuan terakhir tiap siklusnya.


(66)

INSTRUMEN TES SIKLUS 1

Post Test

Jawablah pertanyaan di bawah ini!

1. Apakah yang dimaksud dari keputusan bersama? 2. Sebutkan 3 bentuk keputusan bersama!

3. Apa yang dimaksud dengan musyawarah?

4. Sebutkan 3 nilai dasar dalam melakukan musyawarah!

5. Sebutkan 2 hal yang perlu dilaksanakan sebelum melaksanakan voting! N ama : ……….


(67)

1. ……… ……… ………

2. ………

……… ………

3. ………

……… ………

4. ………

……… ………

5. ………

……… ………

Lembar

jawaban


(68)

Kunci Jawaban:

1. Keputusan bersama adalah keputusan yang melibatkan semua orang yang berkepentingan.

2. Musyawarah untuk mufakat, pemungutan suara (voting), dan aklamasi. 3. Musyawarah adalah bentuk pengambilan keputusan yang dilakukan

secara bersama-sama dengan saling bertukar pendapat untuk mengambil suatu tindakan atau keputusan.

4. Kebersamaan, persamaan hak, dan kebebasan mengemukakan pendapat. 5. a. Voting dilakukan karena sempitnya waktu, sementara keputusan harus

segera diambil

b. Voting dilakukan karena ketidakmungkinan menempuh musyawarah untuk mufakat lagi. Ketidakmungkinan ini disebabkan munculnya beragam pendapat yang bertentangan. Pertentangan inilah yang mencegah pencapaian kata mufakat.

H. Rubrik Penilaian Essay

Penskoran: No. Soal

Bentuk Soal Skor

1

2 3 4

5

 Apakah yang dimaksud dari keputusan bersama?

 Sebutkan 3 bentuk keputusan bersama!  Apa yang dimaksud dengan musyawarah?  Sebutkan 3 nilai dasar dalam melakukan

musyawarah!

 Sebutkan 2 hal yang perlu dilaksanakan sebelum melaksanakan voting!

10

20 20 20 30


(69)

(70)

RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SIKLUS 2

A. IDENTITAS

Nama Sekolah : SD Negeri 7 Metro Pusat Mata Pelajaran : PKn

Kelas/Semester : V/II

Standar Kompetensi

4. Menghargai keputusan bersama. Kompetensi Dasar

4.2 Mematuhi keputusan bersama.

Indikator 1. Kognitif

a. Produk

1) Menerapkan tata cara mengambil keputusan bersama dengan penuh rasa tanggung jawab.

2) Menjelaskan manfaat penggunaan asas kekeluargaan dalam mengambil keputusan dengan teliti.

3) Mematuhi hasil keputusan bersama dengan penuh rasa tanggung jawab.

b. Proses

1) Melakukan kegiatan diskusi kelompok untuk mempelajari tata cara mengambil keputusan bersama dengan penuh rasa ingin tahu.

2) Melakukan kegiatan tanya jawab untuk mengidentifikasi manfaat penggunaan asas kekeluargaan dalam mengambil keputusan dengan penuh rasa ingin tahu.

4) Melakukan kegiatan diskusi kelompok untuk menjelaskan bagaimana mematuhi hasil keputusan bersama dengan penuh


(71)

rasa menghargai. 2. Afektif

a. Siswa dapat mempelajari tata cara mengambil keputusan bersama dengan penuh rasa ingin tahu.

b. Siswa dapat mengidentifikasi manfaat penggunaan asas kekeluargaan dalam mengambil keputusan dengan penuh rasa ingin tahu.

c. Siswa dapat menjelaskan bagaimana mematuhi hasil keputusan bersama dengan penuh rasa menghargai.

3. Psikomotor

Siswa terampil dalam mematuhi keputusan bersama. Alokasi Waktu: 4 x 35 menit (2x pertemuan)

B. Tujuan Pembelajaran

1. Diharapkan siswa dapat menerapkan tata cara mengambil keputusan bersama dengan penuh rasa tanggung jawab.

2. Diharapkan siswa dapat menjelaskan manfaat penggunaan asas kekeluargaan dalam mengambil keputusan dengan teliti.

3. Diharapkan siswa dapat mematuhi hasil keputusan bersama dengan penuh rasa tanggung jawab.

C. Materi Pokok

Memahami keputusan bersama. D. Metode dan Model Pembelajaran

1. Metode Pembelajaran

Ceramah, tanya jawab, diskusi dan penugasan. 2. Model Pembelajaran


(72)

E. Langkah-Langkah Pembelajaran Pertemuan ke-1

1. Kegiatan Awal (10 menit) a. Salam pembuka

b. Pengondisian kelas (merapikan tempat duduk, berdoa dan absensi)

c. Guru menyampaikan apersepsi: guru menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan materi.

d. Guru memberikan motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2. Kegiatan inti (50 menit) Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru bersama siswa bertanya jawab tentang tata cara mengambil keputusan bersama dengan menggunakan media.

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi:

a. Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 siswa setiap kelompoknnya.

b. Guru meminta siswa untuk mengidentifikasi tentang materi yang dipelajari.

c. Guru membimbing setiap kelompok dalam pembagian tugas dari masing-masing anggota.

d. Siswa melaksanakan investigasi seperti: mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat kesimpulan.

e. Selesai mengerjakan tugas kemudian salah satu siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi.

f. Guru bersama siswa lain memberikan tanggapan dari hasil diskusi yang dibacakan.


(73)

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

3. Kegiatan Penutup (10 menit) Dalam kegiatan penutup, guru:

a. bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan materi yang dipelajari.

b. Memberikan tindak lanjut terhadap proses dan hasil pembelajaran.

Pertemuan ke-2

1. Kegiatan Awal (10 menit) a. Salam pembuka

Pengondisian kelas (merapikan tempat duduk, berdoa dan absensi)

b. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang materi sebelumnya.

c. Guru memberikan motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2. Kegiatan inti (50 menit) Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

a. Melakukan tanya jawab kepada siswa tentang manfaat penggunaan asas kekeluargaan dalam mengambil keputusan. b. Menjelaskan sedikit tentang mematuhi hasil keputusan

bersama melalui media grafis. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

a. Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 siswa setiap kelompoknnya.


(74)

b. Guru meminta siswa untuk mengidentifikasi tentang materi yang dipelajari.

c. Guru membimbing setiap kelompok dalam pembagian tugas dari masing-masing anggota.

d. Siswa melaksanakan investigasi seperti: mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat kesimpulan.

e. Selesai mengerjakan tugas kemudian salah satu siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi.

f. Guru bersama siswa lain memberikan tanggapan dari hasil diskusi yang dibacakan.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

3. Kegiatan Penutup (10 menit) Dalam kegiatan penutup, guru:

a. bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan materi yang dipelajari.

b. Memberikan post tes kepada siswa untuk dikerjakan secara individu.

a. Memberikan tindak lanjut terhadap proses dan hasil pembelajaran.

F. Sumber dan Media Pembelajaran 1. Sumber Pembelajaran

a. KTSP 2006

b. Widihastuti, Setiati, dkk. 2008. Pendidikan kewarganegaraan.

Depdiknas. Jakarta.

2. Media Pembelajaran Media grafis


(75)

G. Penilaian

Indikator Pencapaian Kompetensi

Teknik Penilaian

Bentuk Instrumen 1) Menerapkan tata cara

mengambil keputusan bersama dengan penuh rasa tanggung jawab. 2) Menjelaskan manfaat

penggunaan asas kekeluargaan dalam mengambil keputusan dengan teliti.

3) Mematuhi hasil keputusan bersama dengan penuh rasa tanggung jawab.

Tertulis Essay

Instrumen/Soal

Instrumen ini digunakan sebagai post tes, yang diberikan pada pertemuan terakhir tiap siklusnya.


(76)

INSTRUMEN TES SIKLUS 2

Post test

Jawablah pertanyaan berikut!

1. Sebutkan 2 asas yang digunakan untuk pengambilan keputusan bersama! 2. Apakah manfaat dari melaksanakan keputusan bersama secara

kekeluargaan?

3. Bagaimanakah sikap kita terhadap keputusan bersama?

1. ……….

………. ……….

2. ……….

………. ……….

3. ……….

………. ……….

N ama : ………... N o. Absen: ………


(77)

Kunci Jawaban:

1. Asas kekeluargaan dan gotong royong.

2. Semua anggota merasa memiliki kedudukan yang sama, terciptanya keadilan antaranggota, dan setiap anggota melaksanakan keputusan bersama dilandasi rasa tanggung jawab.

3. kita harus saling menghargai dan membantu dalam melaksanakan hasil keputusan bersama.

H. Rubrik Penilaian Essay

Penskoran: No. Soal

Bentuk Soal Skor

1. 2. 3.

 Sebutkan 2 asas yang digunakan untuk pengambilan keputusan bersama!

 Apakah manfaat dari melaksanakan keputusan bersama secara kekeluargaan?

 Bagaimanakah sikap kita terhadap keputusan bersama?kemerdekaan!

30 40 30


(1)

FOTO DOKUMENTASI SIKLUS 1 Lampiran 16

Guru merencanakan materi yang akan didiskusikan kemudian menyampaikan tujuan dilakukannya investigasi

Siswa-siswa melaksanakan investigasi yakni menganalisa, mengumpulkan informasi, bertukar pikiran dan saling berdiskusi mengenai masalah yang dihadapi

1


(2)

Guru membimbing dan mengawasi jalannya kegiatan investigasi/berdiskusi

Perwakilan dari kelompok menyampaikan hasil daripada kegiatan investigasi/diskusi dan kelompok lain mendengarkan dengan seksama

3


(3)

Siswa yang lain memberikan tanggapan mengenai pembacaan hasil dari diskusi kelompoknya

Guru bersama siswa menyimpulkan mengenai materi yang dipelajari

5


(4)

FOTO DOKUMENTASI SIKLUS 2

1

Guru merencanakan materi yang akan didiskusikan kemudian menyampaikan tujuan dilakukannya investigasi

Siswa-siswa melaksanakan investigasi yakni menganalisa, mengumpulkan informasi, bertukar pikiran dan saling berdiskusi mengenai masalah yang dihadapi


(5)

Guru membimbing dan mengawasi jalannya kegiatan investigasi/berdiskusi

Perwakilan dari kelompok menyampaikan hasil daripada kegiatan investigasi/diskusi dan kelompok lain mendengarkan dengan seksama

3


(6)

Siswa yang lain memberikan tanggapan mengenai pembacaan hasil dari diskusi kelompoknya

Guru bersama siswa menyimpulkan mengenai materi yang dipelajari

5


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IVA SD NEGERI 10 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 5 61

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS VA SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013

0 3 61

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SENDANG AGUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 19 50

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD KRISTEN 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013-2014

0 2 42

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn KELAS V B SD NEGERI 5 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 51

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VB SD NEGERI 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 40

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD NEGERI 4 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 54

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PKn KELAS V B SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 112

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IVA SD NEGERI 2 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 53

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVC SD NEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 3 65