PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IVA SD NEGERI 2 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN MEDIA GRAFIS

UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn

KELAS IVA SD NEGERI 2 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

ITA YULIASARI

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dengan rata-rata nilai mid semester sebesar 55 pada mata pelajaran PKn Tahun Pelajaran 2012/2013. Hal tersebut diketahui dari hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas IVA SD Negeri 2 Metro Utara. Tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn dengan menerapkan model cooperative learning tipe team assisted individualization (TAI) dan media grafis.

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian ini terdiri dari tiga siklus dimana setiap siklusnya terdapat empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, obsevasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan tes hasil belajar siswa. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model cooperative learning tipe TAI dan media grafis kelas IVA SD Negeri 2 Metro Utara dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus I (57,75), pada siklus II (69,38) meningkat sebesar 11,63 dan pada siklus III (82,37) meningkat sebesar 12,99. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I (63,20), pada siklus II (67,60) meningkat sebesar 4,40 dan pada siklus III (80,60) meningkat sebesar 13,00. Sedangkan ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I (52,00%), pada siklus II (68,00%) meningkat sebesar 16,00% dan pada siklus III (92,00%) meningkat sebesar 24,00%.

Kata kunci: aktivitas belajar, hasil belajar, model cooperative learning, team assisted individualization (TAI), media grafis, PKn.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menjadi sesuatu yang sangat penting bagi setiap orang terutama di Indonesia. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat menciptakan kehidupan yang berwawasan, cerdas, damai, demokratis dan berbudaya. Seperti yang dinyatakan oleh Ihsan (2008: 3-4) bahwa pendidikan bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan perkembangan zaman. Pendidikan yang dikelola secara tertib, teratur, efektif, dan efisien akan mempercepat tercapainya tujuan nasional.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Bab I, pasal I tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menghidupkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, bangsa, dan negara.

Seiring dengan pengertian pendidikan menurut Undang-undang di atas, Suharjo (2006: 1) mengemukakan bahwa pendidikan di SD dimaksudkan sebagai upaya pembekalan kemampuan dasar siswa berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang bermanfaat bagi dirinya sesuai tingkat perkembangannya, serta mempersiapkan mereka untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya yang lebih tinggi. Salah satu keterampilan atau


(3)

kemampuan tersebut dapat diberikan melalui setiap pembelajaran yang diberikan, misalnya dalam pembelajaran PKn di SD.

Guru harus dapat mengadakan perubahan, dari kelas yang membosankan menjadi kelas yang menyenangkan. Lahirnya generasi baru yang cerdas dan handal adalah suatu harapan bagi guru, orang tua, dan bangsa. Seperti yang tercermin dalam nilai-nilai mata pelajaran PKn, bahwa masa depan bangsa ditentukan oleh generasi muda yang cerdas (Rakhmat, dkk., 2006: 213).

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (PERMENDIKNAS) No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dinyatakan bahwa mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Terkait dengan PERMENDIKNAS di atas, disebutkan bahwa PKn memiliki arti penting dalam pendidikan di SD karena PKn merupakan mata pelajaran yang memprioritaskan pada pembentukan diri warga negara baik dari segi agama, budaya, bahasa, suku bangsa serta memiliki komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Selanjutnya dalam PERMENDIKNAS No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah terdapat tujuan mata pelajaran PKn di SD yaitu: (1) Mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menangggapi isu kewarganegaraan di negaranya; (2) Mau berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan. Aktif dan bertanggung jawab, sehingga dapat bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; (3) Berkembang secara positif dan demokratis sehingga mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain; (4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam


(4)

percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Beranjak dari harapan dalam tujuan mata pelajaran PKn di atas, peneliti melakukan observasi pada proses pembelajaran PKn yang dilaksanakan oleh guru kelas IVA SD Negeri 2 Metro Utara pada tanggal 26 November 2012 yang dapat diindikasikan bahwa tidak semua siswa menyukai mata pelajaran PKn. Banyak siswa yang menganggap bahwa mata pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang sangat membosankan karena bersifat hafalan, dan guru hanya menggunakan metode ceramah saja serta kurang mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran PKn. Selain itu, guru belum menerapkan variasi model pembelajaran yang kreatif dan menarik secara maksimal antara lain, model Cooperative Learning tipe Team Assisted Individualization (TAI). Proses pembelajaran juga masih terpusat pada guru (teacher centred), sehingga siswa kurang berminat dalam mengikuti proses pembelajaran dan penguasaan terhadap materi PKn kurang optimal.

Selain melakukan observasi proses pembelajaran di kelas, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru kelas dan siswa kelas IVA SD Negeri 2 Metro Utara pada semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013, diperoleh keterangan bahwa hasil belajar siswa ketika mid semester pada mata pelajaran PKn masih banyak yang mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu ≥60. Hal ini terlihat dari nilai mid semester yaitu memperoleh nilai rata–rata 55. Sebanyak 25 orang siswa di kelas hanya 10 orang siswa yang mendapat nilai ≥60 atau 40% dan sebanyak 15 orang siswa atau 60% belum mencapai KKM yaitu mendapat nilai <60. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran


(5)

PKn kelas IVA SD Negeri 2 Metro Utara belum dikatakan berhasil karena 60% siswa masih mendapat nilai di bawah KKM yang ditetapkan sebesar ≥60. Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka guru harus mengembangkan suatu pembelajaran yang efektif dan efisien. Pada saat proses pembelajaran PKn, guru harus lebih kritis dan kreatif dalam pemilihan suatu model dan media pembelajaran agar siswa mendapatkan suatu pengetahuan yang bermakna dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran PKn yang diharapkan (Djamarah, 2006: 74).

Banyak model pembelajaran dan media pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran PKn. Oleh sebab itu, guru sebaiknya mengubah cara mengajarnya dengan memilih dan menerapkan suatu model pembelajaran dan media pembelajaran yang bervariasi dalam pembelajaran di kelas. Salah satu model pembelajaran dan media pembelajaran yang dapat membantu guru untuk mengajar lebih baik dan efektif adalah dengan menerapkan model cooperative learning tipe Team Assisted Individualization (TAI) dan media grafis.

Model cooperative learning tipe TAI merupakan bentuk model pembelajaran kooperatif yang mengombinasikan belajar kooperatif dengan belajar individual. Pembelajaran model cooperative learning tipe TAI berlaku untuk kelas 3 sampai 6 (Suwarjo, 2008: 115). Sedangkan media grafis merupakan pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual (menyangkut indera penglihatan). Media grafis ini meliputi: gambar atau foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, globe atau peta, papan flanel, dan papan buletin (Angkowo dalam Musfiqon, 2012: 73).


(6)

Model cooperative learning tipe TAI dan media grafis digunakan oleh guru sebagai penunjang siswa dalam mengubah pola belajar dalam pembelajaran PKn, sehingga siswa dapat belajar dengan baik dan menerima pelajaran yang diberikan oleh guru. Selain itu, proses belajar mengajar di kelas menjadi lebih menyenangkan sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam melalui penelitian tindakan kelas dengan menerapkan Model Cooperative Learning Tipe Team Assisted Individualization (TAI) dan Media Grafis untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Kelas IVA SD Negeri 2 Metro Utara Tahun Pelajaran 2012/2013.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang ada sebagai berikut:

1. Banyak siswa yang menganggap bahwa mata pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang sangat membosankan karena bersifat hafalan.

2. Guru masih menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran di kelas. 3. Guru kurang mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran dalam

proses pembelajaran PKn.

4. Guru belum menerapkan variasi model pembelajaran yang kreatif dan menarik secara maksimal antara lain, model cooperative learning tipe TAI.


(7)

5. Proses pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher centred), sehingga siswa kurang berminat dalam mengikuti proses pembelajaran dan penguasaan terhadap materi PKn pun kurang optimal.

6. Rendahnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran PKn kelas IVA SD Negeri 2 Metro Utara.

7. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas IVA SD Negeri 2 Metro Utara.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagimanakah penerapan model cooperative learning tipe TAI dan media grafis dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas IVA SD Negeri 2 Metro Utara Tahun Pelajaran 2012/2013?

2. Bagimanakah penerapan model cooperative learning tipe TAI dan media grafis dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas IVA SD Negeri 2 Metro Utara Tahun Pelajaran 2012/2013?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IVA SD Negeri 2 Metro Utara pada mata pelajaran PKn dengan menerapkan model cooperative learning tipe TAI dan media grafis Tahun Pelajaran 2012/2013.


(8)

2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVA SD Negeri 2 Metro Utara pada mata pelajaran PKn dengan menerapkan model cooperative learning tipe TAI dan media grafis Tahun Pelajaran 2012/2013.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Bagi Siswa

Meningkatkan pemahaman konsep terhadap materi PKn, sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IVA SD Negeri 2 Metro Utara dengan menerapkan model cooperative learning tipe TAI dan media grafis.

2. Bagi Guru

Sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya serta menambah kemampuan guru dalam menerapkan suatu model cooperative learning tipe TAI dan media grafis dalam pembelajaran PKn secara tepat.

3. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran PKn dengan menerapkan model cooperative learning tipe TAI dan media grafis yang berguna untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IVA SD Negeri 2 Metro Utara.


(9)

4. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang penelitian tindakan kelas serta dapat meningkatkan penguasaan dalam menerapkan model cooperative learning tipe TAI dan media grafis pada pembelajaran PKn, guna meningkatkan mutu pendidikan sehingga kelak dapat menjadi guru yang professional.


(10)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

Belajar dapat dikatakan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Sejalan dengan hal tersebut, Winataputra (2008: 1.4) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses untuk mendapatkan pengetahuan dengan membaca dan menggunakan pengalaman sebagai pengetahuan yang memandu perilaku pada masa yang akan datang. Hal ini sejalan dengan teori konstruktivisme yaitu belajar yang lebih menekankan pada proses dan hasil. Belajar merupakan proses membangun atau membentuk makna, pengetahuan, konsep dan gagasan melalui pengalaman.

Terkait dengan pendapat ahli di atas, Zahorik (dalam Komalasari, 2010: 16) mengemukakan bahwa terdapat lima elemen belajar konstruktivistik, yaitu pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, pemerolehan pengetahuan baru, pemahaman pengetahuan, mempraktikan pengetahuan dan pengalaman, dan melakukan refleksi. Selanjutnya, Budiningsih (2008: 58), menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si pembelajar. Ia harus aktif melakukan


(11)

kegiatan, aktif berpikir menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.

Bruner (dalam Trianto, 2010: 15) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimiliki. Teori konstruktivisme memiliki satu prinsip yang paling penting yaitu guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, melainkan siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.

Berdasarkan beberapa pengertian para ahli di atas dapat peneliti simpulkan bahwa belajar adalah suatu proses aktif yang dilakukan oleh siswa untuk membangun (mengkonstruk) sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Dalam proses belajar, guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, melainkan siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.

B. Aktivitas Belajar

Aktivitas dapat dikatakan sebagai kegiatan yang dilaksanakan dalam suatu pekerjaan guna mencapai tujuan tertentu. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar (Depdikbud, 2007: 23). Sedangkan, menurut Kunandar (2010: 277) aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dalam memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Semakin banyak aktivitas belajar yang dilakukan oleh


(12)

siswa, diharapkan siswa memahami dan menguasai materi pelajaran yang disampaikan. Keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran dan perbuatan dalam kegiatan pembelajaran diarahkan oleh guru agar siswa melakukan aktivitas sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Adapun indikator pada aktivitas siswa dapat dilihat dari kriteria aktivitas siswa yang diamati dalam hal ini adalah sebagai berikut:

1) Partisipasi

a) Mengajukan pertanyaan

b) Merespon aktif pertanyaan lisan dari guru c) Mengemukakan pendapat

d) Mengikuti semua tahapan pembelajaran dengan baik 2) Minat

a) Antusias/semangat dalam mengikuti pembelajaran b) Tertib dalam instruksi yang diberikan

c) Menampakkan keceriaan dan kegembiraan dalam belajar d) Tanggapan terhadap instruksi yang diberikan

3) Perhatian

a) Tidak mengganggu teman b) Tidak membuat kegaduhan

c) Mendengarkan penjelasan guru dengan seksama d) Melaksanakan perintah guru

4) Presentasi

a) Mengikuti pelajaran dari awal sampai akhir

b) Mengerjakan tugas yang diberikan (LKS, latihan, dll) c) Mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru

d) Menggunakan prosedur dan strategi pemecahan masalah dalam mengerjakan tugas yang diberikan

(Adaptasi dari Kunandar, 2010: 227)

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat peneliti simpulkan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran yang melibatkan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar sehigga diharapkan siswa dapat memahami dan menguasai materi pelajaran yang disampaikan.


(13)

C. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah sesuatu yang diadakan oleh adanya usaha belajar. Hasil belajar sering pula dikatakan sebagai prestasi belajar siswa yaitu hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti beberapa materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru, yang dapat dilihat melalui tes sumatif di akhir pelajaran (Depdikbud, 2007: 381).

Menurut Sardjito (dalam Nashar, 2004: 79) hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar dan mengajar sesuai yang ditetapkan. Selain itu, menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari siswa hasil belajar merupakan perolehan nilai dari proses evaluasi hasil belajar.

Terkait dengan pendapat di atas, Nasution (dalam Kunandar, 2010: 276) hasil belajar adalah perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa. Sedangkan Suprijono (2012: 5) menyatakan bahwa hasil belajar adalah pola perbuatan, nilai, pengertian, sikap, apresiasi dan keterampilan.

Beberapa beberapa pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah menerima pelajaran dari guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.


(14)

D. Model Pembelajaran

Suatu gagasan di balik pembelajaran adalah bagaimana materi pelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar dengan baik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan pada proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan suatu model pembelajaran. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai rencana pengajaran serta serangkaian kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan di kelas.

Arends (dalam Suwarjo, 2008: 97) menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu pendekatan atau rencana pengajaran yang mengacu pada pendekatan secara menyeluruh yang memuat tujuan, tahap suatu kegiatan, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Selain itu, model pembelajaran dapat juga dikatakan sebagai salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku siswa secara adaptif maupun generatif (Hanafiah dan Suhana, 2010: 41).

Menurut Soekamto, dkk., (dalam Trianto, 2010: 22) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar dengan demikian aktivitas pembelajaran benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.

Terkait dengan pendapat di atas, Suprijono (2012: 46) menyatakan bahwa model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model


(15)

pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran (Komalasari, 2010: 57).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah pedoman berupa program strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran.

E. Model Cooperative Learning

1. Pengertian Model Cooperative Learning

Guru dihadapkan dengan berbagai tuntutan inovasi yang harus diterapkan dalam pengajarannya, baik berkaitan dengan bahasa, berfikir kritis, maupun penilaian. Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat mengatasi berbagai tuntutan tersebut, salah satunya dengan menerapkan model cooperative learning.

Menurut Isjoni (2007: 16) model cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada orang lain.

Menurut Suprijono (2012: 54) model cooperative learning adalah suatu konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Dalam model cooperative learning, para siswa akan duduk bersama dalam


(16)

kelompok yang beranggotakan 4 orang untuk menguasai materi yang disampaikan guru (Slavin, 2005: 8).

Sejalan dengan pendapat di atas, Roger (dalam Huda, 2012: 29) menyatakan bahwa model cooperative learning merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota yang lain.

Model cooperative learning juga merupakan suatu model pembelajaran yang menerapkan sistem pengelompokkan atau tim kecil, yaitu antara 4 sampai 6 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (Hamruni, 2012: 121).

Model cooperative learning merupakan model pembelajaran dalam kelompok kecil dengan anggota 3 sampai 5 orang, yang menyelesaikan tugas kekelompoknya dimana setiap anggota harus saling kerjasama dan saling membantu untuk memahami materi, sehingga setiap siswa selain mempunyai tanggung jawab individu, tanggung jawab berpasangan, juga mempunyai tanggung jawab kelompok (Arihi, 2012: 47).

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa model cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, dimana terbentuk suatu kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 6 orang siswa dengan tingkat kemampuan dan latar belakang yang berbeda.


(17)

2. Prinsipprinsip Dasar Model Cooperative Learning

Model cooperative learning turut menambah unsur interaksi sosial pada pembelajaran. Sejalan dengan hal tersebut, Lungdren (dalam Arihi, 2012: 53) menyatakan bahwa ada tujuh prinsip–prinsip dasar dalam model cooperative learning sebagai berikut:

a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka memiliki tujuan bersama.

b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari meteri yang dihadapi. c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki

tujuan yang sama.

d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok.

e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerjasama selama belajar.

g. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok.

Model cooperative learning memiliki prinsip dasar lain, yaitu prinsip ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi tatap muka, partisipasi dan komunikasi, serta evaluasi proses kelompok (Roger dan Johnson dalam Rusman, 2010: 212).

Berdasarkan beberapa prinsip dasar model cooperative learning di atas, peneliti menyimpulkan bahwa setiap siswa harus beranggapan bahwa mereka memiliki tujuan dan tanggung jawab yang sama dalam membagi tugas kelompoknya serta dapat mempertanggungjawabkannya secara individu materi yang ditangani.


(18)

3. Tujuan Model Cooperative Learning

Pelaksanaan model cooperative learning membutuhkan partisipasi dan kerjasama dalam kelompok pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh Slavin (dalam Suwarjo, 2008: 102) ada tiga tujuan model cooperative learning yaitu:

a. Untuk meningkatkan prestasi siswa serta hasil lainnya seperti perbaikan hubungan kelompok, penerimaan siswa yang lemah dalam kelas secara akademik, dan peningkatan evaluasi diri.

b. Untuk membantu siswa belajar, berfikir, memecahkan masalah, memadukan, dan menerapkan pengetahuan serta keterampilan. c. Untuk membantu dan mempermudah penyelesaian tugas pada

kelas yang bersifat heterogen.

4. Jenis-jenis Model Cooperative Learning

Model cooperative learning memiliki beberapa variasi model yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas diantaranya: (1) Student Team Achievment Division (STAD); (2) Jigsaw; (3) Group Investigation (GI); (4) Rotating Trio Exchange; (5) Group Resume (Isjoni, 2007: 51).

Sejalan dengan pendapat di atas, Slavin (2005: 11) menampilkan beberapa model cooperative learning yang banyak diteliti dan paling sering digunakan. Slavin membagi model pembelajaran tim siswa dalam lima prinsip secara ekstensif. Tiga diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif yang dapat diadaptasikan pada sebagian besar mata pelajaran dan tingkat kelas. Student Team Achievement Division (STAD), Team Game Turnamen (TGT), Jigsaw II. Dua yang lain adalah kurikulum komprehensif yang dirancang untuk digunakan dalam mata pelajaran khusus pada tingkat kelas tertentu, yaitu: Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) digunakan untuk pelajaran membaca pada kelas 2 sampai 8 dan Team Assisted Individualization (TAI) untuk mata pelajaran matematika pada kelas 3 sampai 6.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa model cooperative learning memiliki banyak variasi model yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas seperti dalam pembelajaran


(19)

PKn. Dari beberapa model cooperative learning di atas, peneliti lebih memilih model TAI karena model ini dirasa dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran di kelas baik secara individu maupun dalam kelompok serta dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yang semula rendah menjadi meningkat.

F. Model Cooperative Learning Tipe Team Assisted Individualization (TAI) 1. Pengertian Model Cooperative Learning Tipe TAI

Model cooperative learning tipe TAI, para siswa memasuki sekuen individual berdasarkan tes penempatan kemudian melanjutkannya dengan tingkat kemampuan mereka sendiri (Slavin, 2005: 15). Model cooperative learning tipe TAI ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu, kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah.

Sejalan dengan pendapat di atas, Suwarjo (2008: 115) mengemukakan bahwa model cooperative learning tipe TAI merupakan bentuk model pembelajaran kooperatif yang mengombinasikan belajar kooperatif dengan belajar individual. Pembelajaran model cooperative learning tipe TAI berlaku untuk kelas 3 sampai 6.

Menurut Huda (2012: 125) model cooperative learning tipe TAI merupakan model pembelajaran dimana siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuannya yang beragam dimana setiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang ditugaskan untuk menyelesaikan materi pembelajaran atau PR tertentu. Pada awalnya model ini dirancang khusus untuk mengajarkan matematika atau keterampilan menghitung kepada siswa SD kelas 3 sampai 6, tetapi pada perkembangan berikutnya model ini mulai diterapkan pada materi pelajaran yang berbeda.


(20)

Terkait dengan pendapat di atas, Suyitno (2004: 9) menyatakan bahwa model cooperative learning tipe TAI merupakan model pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan. Dalam model ini, diterapkan bimbingan antar teman yaitu siswa yang pandai bertanggung jawab terhadap siswa yang lemah. Di samping itu dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa model cooperative learning tipe TAI adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang mengombinasikan antara keterampilan individu dan kelompok, dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang, setelah itu siswa diberikan tugas individu sebelum siswa berkumpul dengan kelompoknya dan mendiskusikan jawabanya.

2. Ciri-ciri Model Cooperative Learning Tipe TAI

Model cooperative learning memiliki unsur utama yang harus ditekankan oleh guru dimana setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk sukses, selain itu model cooperative learning juga memiliki ciri-ciri, seperti yang dikemukakan oleh Huda (2012: 126) bahwa ada delapan ciri-ciri model cooperative learning tipe TAI antara lain:

(1) Belajar bersama dengan teman; (2) Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman; (3) Saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok; (4) Belajar dari teman sendiri dalam kelompok; (5) Belajar dalam kelompok kecil, produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat; (6) Keputusan tergantung pada siswa sendiri; (7) Siswa aktif; (8) Setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru.


(21)

Sejalan dengan pendapat di atas, Kireyinha, 2011 (dalam http: //Kireyinha. blogspot. com) menyatakan bahwa ada empat ciri khas model cooperative learning tipe TAI antara lain: (1) Setiap siswa secara individual mempelajari materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru; (2) Hasil belajar individual dibawa ke kelompok untuk didiskusikan dan dibahas oleh anggota kelompok; (3) Semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama;(4) Menitikberatkan keaktifan siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa ciri model cooperative learning tipe TAI yaitu setiap siswa secara individual mempelajari materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru, kemudian berkumpul dengan kelompoknya untuk mendiskusikan hasil kerja secara individu, dimana setiap siswa bertanggungjawab pada jawaban kelompoknya.

3. Komponen-komponen Model Cooperative Learning Tipe TAI

Model cooperative learning Tipe TAI memiliki delapan komponen, seperti yang dinyatakan oleh Slavin (2005: 195) bahwa terdapat delapan komponen model cooperative learning tipe TAI, sebagai berikut:

a. Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa.

b. Placement test yaitu pemberian pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.

c. Student creative yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan keberhasilan individu yang ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya.

d. Team study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan.

e. Team score and team recognition yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas. f. Teaching group yaitu pemberian materi secara singkat dari guru


(22)

g. Fact test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.

h. Whole-class units yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhiri waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

4. Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative Learning Tipe TAI Model cooperative learning tipe TAI memiliki kelebihan dan kelemahan. Menurut Slavin (2005: 190) ada beberapa kelebihan dan kelemahan dalam model cooperative learning tipe TAI sebagai berikut:

a. Kelebihan model cooperative learning tipe TAI antara lain: (1) Meningkatkan hasil belajar; (2) Meningkatkan motivasi belajar; (3) Mengurangi perilaku yang mengganggu dan konflik antar pribadi; (4) Program ini bisa membantu siswa yang lemah/siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi belajar; (5) Model cooperative learning tipe TAI membantu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa; (6) Pada model cooperative learning tipe TAI, siswa mendapatkan penghargaan atas usaha mereka sendiri; (7) Melatih siswa untuk bekerja secara kelompok, melatih keharmonisan dalam hidup bersama atas dasar saling menghargai.

b. Kelemahan model cooperative learning tipe TAI antara lain: (1) Tidak semua mata pelajaran cocok diajarkan dengan model cooperative learning tipe TAI; (2) Apabila model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang baru diketahui, kemungkinan sejumlah peserta didik bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri dan sebagian mengganggu antar peserta didik lain.

5. Langkah-langkah Model Cooperative Learning Tipe TAI

Model cooperative learning tipe TAI memiliki tujuan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu, kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah. Terkait dengan hal tersebut, Slavin (2005: 196) menyatakan bahwa ada tujuh langkah pembelajaran dalam menerapkan model cooperative learning tipe TAI, sebagai berikut:


(23)

a. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru. b. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa.

c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4–5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan gender.

d. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.

e. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

f. Guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai tertinggi dari hasil belajar siswa secara individual. g. Guru memberikan tes akhir kepada siswa secara individual.

Berdasarkan pendapat di atas, maka yang dimaksud model cooperative learning tipe TAI adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang mengombinasikan antara keterampilan individu dan kelompok, dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa. Setiap siswa diberikan tugas individu sebelum siswa berkumpul dengan kelompoknya dan mendiskusikan jawabanya. Dilihat dari langkah-langkah model cooperative learning tipe TAI di atas, model tersebut dirasa cukup efektif dan cocok untuk diterapkan di kelas karena selain dapat meningkatkan kemampuan siswa secara individual tetapi juga dapat meningkatkan keterampilan kerjasama antar siswa dalam kelompok sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru.


(24)

G. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar mengajar secara efisien dan efektif (Asyhar, 2012: 8).

Menurut Widodo dan Jasmadi (dalam Asyhar, 2012: 7) media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan (informasi) yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Selain itu, media pembelajaran juga dapat dikatakan sebagai media yang memungkinkan terwujudnya hubungan langsung antara karya seseorang pengembang mata pelajaran dengan siswa (Anderson dalam Musfiqon, 2012: 27).

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan guru untuk menyampaikan pesan berupa materi pelajaran kepada siswa yang dibuat semenarik mungkin sehingga proses belajar dapat berjalan secara efisien dan efektif.

2. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Media pembelajaran memiliki jenis yang beragam. Ada beberapa jenis media pembelajaran yang lazim dipakai dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Menurut Asyhar (2012: 44) ada empat jenis media pembelajaran, yaitu:


(25)

1. Media visual, yaitu jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indera penglihatan semata-mata dari peserta didik, misalnya: media visual non proyeksi (benda realita, model, protetif, dan grafis), dan media proyeksi (power point, paint, dan auto cad). 2. Media audio, yaitu jenis media yang digunakan dalam proses

pembelajaran dengan hanya melibatkan indera penglihatan siswa, misalnya: radio, pita kaset suara, dan piringan hitam.

3. Media audio-visual, yaitu jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan pengkihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan, misalnya: video kaset dan film bingkai.

4. Multimedia, yaitu media yang melibatkan beberapa jenis media dan peralatan secara terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatan pembelajaran, misalnya: tv dan power point.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat peneliti simpulkan bahwa media pembelajaran memiliki jenis yang beragam yang dapat diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas seperti dalam pembelajaran PKn, supaya pembelajaran menjadi lebih efektif dan mudah dipahami oleh siswa. Dari beberapa jenis media pembelajaran di atas, peneliti lebih memilih media grafis. Media grafis dirasa dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran di kelas karena dengan menggunakan media grafis maka pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga siswa dapat lebih memahami materi pelajaran, khususnya pada mata pelajaran PKn.

H. Media Grafis

1. Pengertian Media Grafis

Media grafis merupakan pesan yang akan disampaikan dan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual (menyangkut indera penglihatan). Media grafis ini meliputi: gambar atau foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, globe atau peta, papan flanel, dan papan buletin (Angkowo dalam Musfiqon, 2012: 73). Sedangkan menurut


(26)

Asyhar (2012: 57) media grafis merupakan suatu sarana untuk menyalurkan pesan dan informasi melalui simbol-simbol visual.

Sejalan dengan pendapat di atas, Sadiman, dkk., (2006: 28) media grafis termasuk media visual. Media grafis ini berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Selain itu, media grafis juga dapat dikatakan sebagai suatu penyajian secara visual yang menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan-tulisan, atau simbol visual yang lain dengan maksud untuk mengihtisarkan, menggambarkan, dan merangkum suatu ide, data atau kejadian (Daryanto, 2010: 19).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa media grafis adalah suatu media yang termasuk dalam media visual yang dalam pemakaiannya menggunakan simbol-simbol untuk menyalurkan informasi atau pesan yang menitikberatkan pada indera penglihatan siswa. Media grafis ini cukup efektif dan mudah digunakan dalam pembelajaran di kelas.

2. Fungsi Media Grafis

Media grafis memiliki beberapa fungsi, yaitu: menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan apabila hanya dilakukan melalui penjelasan verbal (Asyhar, 2012: 57). Selain itu, Daryanto (2010: 19) menyatakan bahwa fungsi media grafis secara umum adalah untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Sedangkan, media grafis secara khusus berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas


(27)

sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan (Musfiqon, 2012: 73).

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa fungsi media grafis yaitu menyajikan suatu informasi atau pesan pembelajaran yang bertujuan untuk menarik perhatian siswa dan memberikan pengalaman yang konkret kepada siswa.

3. Kelebihan dan Kekurangan Media Grafis

Media grafis sangat efektif dan efisien digunakan dalam proses pembelajaran di kelas karena dengan media grafis siswa lebih mudah memahami suatu materi dan menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Alauddin, 2011 (dalam http://www.uin-alauddin. ac. id) ada kelebihan dan kelemahan dari media grafis, antara lain:

a. Kelebihan media grafis, yaitu: (1) Dapat menerjemahkan ide-ide yang abstrak ke dalam bentuk yang lebih realistik; (2) Dapat ditemukan dalam buku-buku pelajaran, majalah, surat kabar, kalender dan perpustakaan; (3) Mudah menggunakannya; (4) Dapat digunakan pada semua jenis dan jenjang pedidikan; (5) Menghemat waktu dan tenaga dan juga menarik perhatian siswa; (6) Harganya relatif lebih murah daripada jenis-jenis media pengajaran lainnya; (7) Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu; (8) Sifatnya konkret dan lebih realistis.

b. Kekurangan media grafis, yaitu: (1) Terkadang ukurannya terlalu kecil untuk digunakan pada kelompok siswa yang cukup besar; (2) Pada umumnya hanya dua dimensi yang tampak, sedangkan dimensi yang lainnya tidak jelas; (3) Tidak dapat memperlihatkan suatu pola gerakan secara utuh; (4) Tanggapan bisa berbeda-beda terhadap gambar yang sama.


(28)

D. Pembelajaran PKn SD 1. Pengertian PKn SD

Pada dasarnya PKn merupakan suatu mata pelajaran yang sangat penting karena PKn merupakan suatu wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam membela negara demi kelangsungan kehidupan bangsa dan negara.

Menurut Ruminiati (2007: 96) PKn sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. PKn memiliki peranan yang amat penting, karena mengingat banyak permasalahan mengenai pelaksanaan pembelajaran PKn perlu segera dikembangkan dan dituangkan dalam bentuk standar nasional, standar materi, serta model-model pembelajaran yang efektif.

Pengertian PKn (n) tidak sama dengan PKN (N). PKN (N) adalah Pendidikan Kewargaan Negara, sedangkan PKn (n) adalah Pendidikan Kewarganegaraan (Soemantri dalam Ruminiati, 2007: 1.25).

Menurut Winataputra, dkk., dalam Ruminiati (2007: 1.25-1.26) Pendidikan Kewargaan Negara (PKN) merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan untuk membentuk atau membina warga negara yang baik, yaitu warganegara yang tahu, mau, dan mampu berbuat baik. Sedangkan, PKn (n) adalah Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu pendidikan yang menyangkut status formal warga negara yang pada awalnya diatur dalam Undang-undang No. 2 Tahun 1949, tentang diri kewarganegaraan dan peraturan naturalisasi. Kemudian diperbaharui dalam Undang-undang No. 62 tahun 1985, namun dalam perkembangannya Undang-undang ini dianggap cukup diskriminatif sehingga diperbaharui lagi menjadi Undang-undang No. 12 tahun 2006, tentang kewarganegaraan.

Sehubungan dengan pengertian di atas, Tarigan (2007: 7) menyatakan bahwa PKn merupakan sarana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diwujudkan dalam bentuk perilaku sehari hari, baik sebagai individu, anggota masyarakat maupun makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang membekali siswa budi pekerti, pengetahuan dan


(29)

kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan warga negara dengan negara, serta pendidikan pendahuluan bela negara.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa PKn adalah pendidikan pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter. Hal ini berarti melalui pelajaran PKn dapat membentuk karakter siswa untuk memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

2. Tujuan PKn SD

Mata pelajaran PKn memiliki tujuan pembelajaran untuk menjadikan siswa mampu berpikir secara kritis, rasional dan kreatif serta berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan secara aktif dan bertanggung jawab sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan.

Ada beberapa tujuan dalam PKn SD, tujuan tersebut dikemukakan oleh Martati (2010: 43) bahwa tujuan penyelenggaraan pembelajaran PKn SD adalah untuk memberikan dan menanamkan dasar pengetahuan kewarganegaraan (civics knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civics skills), karakter atau watak kewarganegaraan (civics character) melalui proses pembelajaran (transfer of learning), pengalihan nilai (transfer of value), dan pengalihan prinsip (transfer of principle) sebagai usaha diri membentuk warga negara yang baik (good citizenship).

Terkait dengan tujuan penyelenggaraan pembelajaran PKn SD di atas, dalam PERMENDIKNAS No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah juga disebutkan bahwa ada beberapa tujuan mata pelajaran PKn di SD yaitu: (1) Mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menangggapi isu kewarganegaraan di negaranya; (2) Mau berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan. Aktif dan bertanggung jawab, sehingga dapat bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; (3) Berkembang secara positif dan demokratis sehingga mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan


(30)

bangsa-bangsa lain; (4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Berdasarkan beberapa tujuan PKn SD di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan PKn SD adalah mewujudkan warga negara sadar bela negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam perikehidupan bangsa serta mampu hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas, dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas berikut : “Apabila dalam pembelajaran PKn menerapkan model cooperative learning tipe TAI dan media grafis sesuai dengan langkah-langkah yang tepat, maka akan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas IVA SD Negeri 2 Metro Utara Tahun Pelajaran 2012/2013”.


(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Prosedur Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardani, dkk., 2008: 1.4). Penelitian mengenai pembelajaran PKn melalui model cooperative learning tipe TAI dan media grafis merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action Research.

Sehubungan dengan metode penelitian ini, diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pembelajaran yang baik di dalam kelas. Dengan demikian, proses belajar mengajar dapat berlangsung lebih efektif dan efisien serta dapat berorientasi pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Metode penelitian tindakan kelas yang akan digunakan secara garis besar, terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu: (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi (Wardani, dkk., 2008: 2.4).


(32)

Adapun alur siklus penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

SIKLUS I

SIKLUS II

SIKLUS III

Dst.

Gambar 1: Alur siklus penelitian tindakan kelas Modifikasi dari Wardhani, dkk., (2008: 2.4)

B. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipasif antara peneliti dengan guru kelas SD Negeri 2 Metro Utara, yang dijadikan subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah guru kelas dan siswa kelas IVA SD Negeri 2 Metro Utara yang berjumlah 25

Pelaksanaan

Observasi Perencanaan

Refleksi

Pelaksanaan

Obsevasi Perencanaan

Refleksi

Pelaksanaan

Observasi Perencanaan


(33)

orang siswa terdiri dari 11 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Metro Utara, yang beralamat di jalan Seroja No. 10 Banjarsari Kecamatan Metro Utara Kota Metro.

3. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013 selama tiga bulan terhitung dari bulan Januari 2013 sampai dengan Maret 2013.

C. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik non tes dan tes untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat. Selanjutnya, peneliti melakukan interpretasi terhadap keseluruhan data sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik non tes adalah prosedur/cara pengumpulan data untuk mengumpulkan data aktivitas siswa dan guru dengan menggunakan lembar observasi, sedangkan teknik tes adalah prosedur/cara pengumpulan data tentang hasil belajar siswa dengan menggunakan tes hasil belajar siswa.


(34)

D. Alat Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2007: 101) alat pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan lebih mudah. Pada penelitian ini peneliti menggunakan instrumen sebagai berikut:

1. Lembar observasi, instrumen ini dirancang dan digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran PKn dengan menerapkan model cooperative learning tipe TAI dan media grafis.

2. Tes hasil belajar siswa, instrumen ini digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan materi pembelajaran PKn dengan menerapkan model cooperative learning tipe TAI dan media grafis. Soal merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian hasil belajar siswa terhadap materi pembelajaran PKn dalam bentuk tes akhir (postest).

E. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis kinerja guru, aktivitas belajar siswa. Sedangkan analisis kuantitatif akan digunakan untuk menghitung hasil belajar siswa dalam hubungannya dalam penguasaan materi yang diajarkan guru yaitu dengan menerapkan model cooperative learning tipe TAI dan media grafis.


(35)

1. Teknik Kualitatif

Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data aktivitas siswa dan kinerja guru selama pembelajaran berlangsung. Data diperoleh dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas siswa dan kinerja guru dengan menggunakan lembar observasi. Data aktivitas siswa diperoleh dari perilaku yang relevan dengan tujuan pembelajaran. a. Aktivitas Siswa

Aspek-aspek aktivitas siswa yang diamati yaitu: partisipasi, minat, perhatian dan presentasi.

Rumus penilaian aktivitas siswa adalah sebagai berikut:

NA = JS

SM X 100

Keterangan:

NA = Nilai akhir yang dicari atau diharapkan JS = Skor mentah yang diperoleh siswa

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100= Bilangan tetap

(Sumber: Adaptasi Purwanto, 2008: 102)

Rumus penilaian rata- rata aktivitas seluruh siswa yaitu:

X = �� � Keterangan:

X = Nilai rata-rata aktivitas seluruh siswa ∑Xi = Total nilai aktivitas yang diperoleh siswa N = Jumlah siswa


(36)

Tabel 1. Kualifikasi skor hasil observasi aktivitas belajar siswa Rentang Nilai Kualifikasi 81 – 100

61 - 80 41 - 60 21 - 40

< 20

Sangat Aktif Aktif

Cukup Aktif Kurang Aktif

Sangat Kurang Aktif Sumber: Prayitno, dkk.. (dalam http://ptk di SD.com: 2009) b. Kinerja Guru

Aspek-aspek yang diamati pada kinerja guru dalam proses pembelajaran yaitu meliputi, 1) pra pembelajaran, 2) membuka pembe-lajaran, 3) kegiatan inti pembepembe-lajaran, dan 4) penutup. Untuk mengetahui seberapa baik kinerja guru dalam pembelajaran maka peneliti menggunakan Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG) dengan rumus penilaian kinerja guru adalah sebagai berikut:

NA = JS

SM X 100

Keterangan:

NA = Nilai akhir yang dicari atau diharapkan JS = Skor mentah yang diperoleh siswa

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100= Bilangan tetap

(Sumber: Adaptasi Purwanto, 2008: 102)

Tabel 2. Kualifikasi penilaian kinerja guru

Rentang Nilai Kualifikasi 86 – 100

76 - 85 61 - 75 ≤ 60

Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik


(37)

2. Teknik Kuantitatif

Analisis kuantitatif akan digunakan untuk mendeskripsikan berbagai dinamika kemajuan kualitas belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru.

a. Untuk menghitung ketuntasan belajar siswa secara individual digunakan rumus:

NA = JS

SM x100 Keterangan:

NA = Nilai akhir yang diharapkan

JS = Jumlah skor/item yang dijawab benar SM = Skor maksimum dari tes

100 = Bilangan tetap

(Sumber: Adaptasi dari Purwanto, 2009: 112).

b. Untuk menghitung nilai rata- rata seluruh siswa menggunakan rumus:

X = �� � Keterangan:

X = Nilai rata-rata kelas

∑Xi = Total nilai yang diperoleh siswa N = Jumlah siswa

(Herrhyanto, dkk., 2009: 4.2)

c. Untuk menghitung presentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dengan rumus:

Ketuntasan Klasikal = �≥60

100 %

Keterangan:

S ≥ 60 = Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 60


(38)

N = Banyak siswa 100 % = Bilangan tetap

(Sumber: Adaptasi dari Purwanto, 2009: 112).

Tabel 3. Kualifikasi hasil belajar siswa

Tingkat Keberhasilan (%) Rentang Nilai Arti

> 80% > 80 Sangat tinggi

60-79% 60-79 Tinggi

40-59% 40-59 Sedang

20-39% 20-39 Rendah

<20% <20 Sangat rendah

(Sumber: Adaptasi Aqib, dkk., 2009: 44)

F. Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya.

G. Urutan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas ini terbagi dalam tiga siklus dan setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Dalam setiap siklus memiliki empat tahapan kegiatan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Adapun siklus tersebut antara lain:

Siklus I

1. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti membuat rencana pembelajaran yang matang guna mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dalam siklus I,


(39)

peneliti mempersiapkan proses pembelajaran PKn melalui model cooperative learning tipe TAI dan media grafis. Adapun langkah-langkah perencanaannya adalah sebagai berikut:

a. Menetapkan materi pembelajaran yang akan diajarkan, yaitu: “Lembaga Pemerintahan Pusat”.

b. Menganalisis Standar Kompetensi (SK)/Kompetensi Dasar (KD) yang kemudian menjadi beberapa indikator yang akan diajarkan.

c. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran pada siklus I, yaitu: pemetaan, silabus, RPP, media grafis, LKS, instrument tes akhir (post test).

d. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa yang mengacu pada mata pelajaran PKn dengan menerapkan model cooperative learning tipe TAI dan media grafis, pedoman observasi kinerja guru selama pembelajaran.

2. Pelaksanaan

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran yang telah dibuat. Tindakan yang dilakukan pada mata pelajaran PKn dengan menerapkan model cooperative learning tipe TAI dan media grafis pada siklus I sesuai dengan langkah-langkah di bawah ini:

a. Kegiatan Awal


(40)

2) Guru menyampaikan apersepsi dengan bertanya kepada siswa tentang: ”Siapakah yang memimpin suatu kabupaten?”.

3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.

4) Guru menginformasikan model cooperative learning tipe TAI kepada siswa.

b. Kegiatan Inti 1) Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi:

a) Siswa dilibatkan untuk mencari informasi mengenai lembaga pemerintahan pusat.

b) Guru memfasilitasi siswa untuk mengamati media grafis berupa kertas karton yang bertuliskan bagan lembaga pemerintahan pusat.

c) Siswa diminta untuk menjelaskan media grafis yang telah dipersiapkan oleh guru.

2) Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi:

a) Siswa diberikan tugas LKS oleh guru untuk dikerjakan secara individu.

b) Guru mengamati kerja setiap siswa dan memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan agar mereka tidak saling menyontek.


(41)

c) Setelah menyelesaikan LKS, siswa dibentuk menjadi 5 kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa yang memiliki kemampuan akademik berbeda mulai dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

d) Siswa menuju ke kelompok belajar sesuai dengan kelompok yang telah dibagikan dengan membawa hasil penyelesaian soal-soal yang telah dikerjakan secara individual.

e) Siswa mendiskusikan hasil pekerjaannya bersama teman satu kelompoknya dengan cara saling memeriksa, mengoreksi dan memberikan masukan kepada anggota kelompoknya.

f) Guru mengamati kerja kelompok dan memberikan bantuan apabila ada kelompok yang mengalami kesulitan.

g) Setiap perwakilan dari tiap kelompok untuk maju membacakan hasil diskusi sehingga diketahui apakah jawaban yang dikerjakan oleh siswa secara individu pada awal pembelajaran sesuai dengan hasil diskusi siswa dengan kelompoknya.

h) Siswa dari kelompok lain diminta untuk memberikan tanggapan dari jawaban siswa yang maju.

i) Siswa yang berani maju dan memberikan tanggapan diberi penguatan oleh guru.

j) Guru memberi penghargaan pada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi.

3) Konfirmasi


(42)

a) Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.

c. Kegiatan Akhir Dalam kegiatan akhir:

1) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari.

2) Siswa diberikan post test untuk dikerjakan secara individu yang telah disiapkan dalam bentuk essay untuk mendapatkan skor akhir dan melihat tingkat penguasaan materi pelajaran PKn yang sudah diajarkan.

3) Guru memberikan tindak lanjut terhadap proses dan hasil pembelajaran.

3. Observasi

Peneliti mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu keaktifan dan keantusiasan siswa, termasuk saat siswa melakukan kegiatan diskusi, serta kinerja guru selama proses pembelajaran. Aktivitas siswa dan kinerja guru diamati dengan memberikan tanda check list pada lembar observasi.

4. Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Analisis aktivitas siswa meliputi sejauh mana siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dan sejauh mana siswa antusias terhadap pembelajaran PKn dengan menerapkan model cooperative learning tipe TAI dan media grafis. Analisis hasil belajar siswa dilakukan dengan


(43)

menentukan rata-rata nilai kelas. Hasil analisis digunakan sebagai acuan untuk perencanaan dan pembanding terhadap hasil siklus II.

Siklus II

Pada akhir siklus I telah dilakukan refleksi oleh peneliti unuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang akan digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus II. Materi pembelajaran pada siklus II adalah ”Organisasi Pemerintahan Pusat.” Hasil pembelajaran pada siklus II ini diharapkan lebih baik daripada hasil siklus pembelajaran pada siklus I. Adapun langkah-langkah pada siklus II ini, antara lain:

1. Perencanaan

Pada siklus II ini perencanaan kegiatan dibuat secara kolaboratif antara peneliti dan guru berdasarkan hasil refleksi pada siklus sebelumnya, yang membedakan adalah indikator pencapaian kompetensi, standar kompetensi dan kompetensi dasar.

2. Pelaksanaan

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana perbaikan pembelajaran yang telah disusun secara kolaboratif bersama guru mata pelajaran yang mengacu pada hasil refleksi pada siklus I.

3. Observasi

Peneliti mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, apakah siswa dapat menjawab pertanyaan atau dapat mengerjakan tugas


(44)

yang diberikan oleh guru dengan benar, selain itu kinerja guru selama proses pembelajaran juga dinilai. Semua aktivitas siswa dan kinerja guru diamati dengan memberikan tanda check list pada lembar observasi.

4. Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Analisis aktivitas belajar siswa meliputi sejauh mana siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dan sejauh mana siswa antusias terhadap kegiatan pembelajaran PKn dengan menerapkan model cooperative learning tipe TAI dan media grafis serta membandingkannya dengan hasil pengamatan pada siklus I dalam bentuk nilai rata-rata aktivitas siswa, apakah ada peningkatan atau tidak. Analisis hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas. Hasil analisis digunakan sebagai acuan untuk merencankan perbaikan pada siklus III.

Siklus III

Pada akhir siklus II telah dilakukan refleksi oleh peneliti untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang akan digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus III. Materi pembelajaran pada siklus III adalah ”Pengaruh Globalisasi”. Hasil pembelajaran pada siklus III ini diharapkan lebih baik daripada hasil siklus pembelajaran pada siklus II. Adapun langkah-langkah pada siklus III ini, antara lain:


(45)

1. Perencanaan

Pada siklus III ini perencanaan kegiatan dibuat secara kolaboratif antara peneliti dan guru berdasarkan hasil refleksi pada siklus sebelumnya, yang membedakan adalah indikator pencapaian kompetensi, standar kompetensi dan kompetensi dasar.

2. Pelaksanaan

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana perbaikan pembelajaran yang telah disusun secara kolaboratif bersama guru mata pelajaran yang mengacu pada hasil refleksi pada siklus sebelumnya.

3. Observasi

Peneliti mengamati aktivitas belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, apakah siswa dapat menjawab pertanyaan atau dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan benar, selain itu kinerja guru selama proses pembelajaran juga dinilai. Semua aktivitas siswa dan kinerja guru diamati dengan memberikan tanda check list pada lembar observasi.

4. Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Analisis aktivitas belajar siswa meliputi sejauh mana siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dan sejauh mana siswa antusias terhadap kegiatan pembelajaran PKn dengan menerapkan model cooperative


(46)

learning tipe TAI dan media grafis serta membandingkannya dengan hasil pengamatan pada siklus I dan II dalam bentuk nilai rata-rata aktivitas siswa, apakah ada peningkatan atau tidak. Analisis hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas. Data hasil pelaksanaan siklus I, II, III kemudian dikumpulkan untuk digunakan dalam penyusunan laporan hasil penelitian tindakan kelas.


(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas IVA pada mata pelajaran PKn di SD Negeri 2 Metro Utara dengan menerapkan model cooperative learning tipe TAI dan media grafis dapat disimpulkan:

1. Penerapan model cooperative learning tipe TAI dan media grafis pada mata pelajaran PKn dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini sesuai dengan data hasil pengamatan dan perhitungan observer untuk aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu terlihat dari nilai rata-rata aktivitas siswa setiap siklusnya. Pada siklus I sebesar 57,75 dengan kategori “cukup aktif”, sedangkan pada siklus II sebesar 69,38 dengan kategori ”aktif”, dan pada siklus III sebesar 82,37 dengan kategori ”sangat aktif”.

2. Penerapan model cooperative learning tipe TAI dan media grafis pada mata pelajaran PKn dapat meningkatkan hasil belajar siswa, Hal ini sesuai dengan hasil perhitungan dari nilai hasil belajar yang telah dilakukan siswa pada siklus I sampai siklus III. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 63,20 berada pada kategori “tinggi”, sedangkan pada siklus II sebesar 67,60 berada pada kategori “tinggi”, selanjutnya pada


(48)

siklus III sebesar 80,60 berada pada kategori “sangat tinggi”. Pada siklus II mengalami peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 4,40, sedangkan pada siklus III mengalami peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 13,00. Sedangkan pada ketuntasan hasil belajar siswa terjadi pada siklus I sebesar 52% dengan kategori ketuntasan ”sedang”, pada siklus II sebesar 68% berada kategori ”tinggi” dan pada siklus III sebesar 92% berada pada kategori ”sangat tinggi”. Pada siklus II dengan peningkatan ketuntasan hasil belajar sebesar 16,00%, sedangkan pada siklus III dengan peningkatan ketuntasan hasil belajar sebesar 24,00%.

Berdasarkan hasil yang diperoleh peneliti dari apa yang telah diungkapkan sebelumnya, maka indikator keberhasilan dalam penelitian ini dikatakan berhasil yakni adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IVA SD Negeri 2 Metro Utara pada setiap siklusnya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, berikut ini disampaikan saran-saran dalam menerapkan model cooperative learning tipe TAI dan media grafis pada pembelajaran di kelas yaitu:

1. Siswa

a. Siswa untuk senantiasa membaca materi dan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebelum mengerjakan tugas yang diberikan agar tidak mengalami kesulitan ketika mengerjakan tugas.


(49)

b. Siswa dapat memiliki pengetahuan awal tentang penerapan model cooperative learning tipe TAI dan media grafis dalam proses pembelajaran di kelas.

c. Siswa untuk selalu berpartisipasi aktif dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga dapat memahami materi pembelajaran dan hasil belajar dapat meningkat.

2. Guru

a.Guru harus dapat menyiapkan LKS yang cukup untuk siswa dalam proses pembelajaran.

b.Guru harus lebih mengoptimalkan penerapan model cooperative learning tipe TAI dan media grafis sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan dalam pembelajaran PKn untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

c.Guru perlu memperhitungkan waktu yang tersedia agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana pembelajaran. 3. Sekolah

a. Agar dapat memberikan dukungan dalam bentuk buku-buku pelajaran yang relevan dan cukup pada tiap-tiap kelas agar dapat meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di sekolah.

b. Agar dapat lebih mengembangkan lagi model cooperative learning tipe TAI dan media grafis serta menjadikannya sebagai inovasi dalam pembelajaran, sehingga dapat diterapkan oleh guru-guru pada semua mata pelajaran untuk dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.


(50)

4. Peneliti

Bagi peneliti berikutnya diharapkan dapat menerapkan model cooperative learning tipe TAI dan media grafis dalam proses pembelajaran untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, serta dapat melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan model pembelajaran sejenis pada mata pelajaran lain tentunya dengan materi lainnya yang bervariasi.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Alauddin. 2011. Kelebihan dan Kelemahan Media Grafis. http://www. uin-alauddin. ac. id. Diakses 6 Desember 2012. Pukul 14.00 WIB.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Referensi Jakarta. Jakarta.

Budiningsih, Asri. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Gava Media. Yogyakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Djamarah, Bahri & Syaipul. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta: Jakarta.

Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Insan Madani. Yogyakarta. Herrhyanto, Nar, dkk. 2009. Struktur Dasar. Universitas Terbuka: Jakarta.

Hartati, Tatat. 2006. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Upi Press. Bandung.

Huda, Miftahul. 2012. Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.


(52)

Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efectifitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta. Bandung.

Iru, La & La Ode Safiun Arihi. 2012. Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi, dan Model Pembelajaran. Multi Presindo. Yogyakarta.

Kireyinha. 2011. Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe TAI.

http://kireyinha. blogspot. com. Diakses 5 Desember 2012. Pukul 15.00 WIB.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi. PT Rajawali Pers. Jakarta.

Martati, Badruli. 2010. Metodologi Pembelajaran PKn Strategi Penanaman Nilai. Genesindo. Bandung.

Musfiqon, HM. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. PT Prestasi Pustakarya. Jakarta.

Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal. Delia Press. Jakarta. Prayitno, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas di SD. http://ptk di SD.com.

Diakses 6 Desember 2012. Pukul 14.00 WIB..

Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda. Bandung.

Rakhmat, Cece, dkk. 2006. Psikologi Pendidikan. UPI PRESS: Bandung

Ruminiati. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan SD. Departemen Pendidikan Nasional. Balai Pustaka. Jakarta.

Rusman. 2010. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Press. Bandung.

Sadiman, Arief S, dkk. 2006. Media Pendidikan. PT Grafindo Persada. Jakarta.

Slavin, R. E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media. Bandung.

Sowiyah. 2010, Pengembangan Kompetensi Guru SD. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(53)

Suharjo. 2006. Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar Teori dan Praktek. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Suwarjo. 2008. Pembelajaran Kooperatif dalam Apresiasi Prosa Fiksi. Surya Pena Gemilang. Malang.

Suyitno, Amin. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. FMIPA UNNES. Semarang.

Tarigan, Henry Guntur. 2007. Kapita Selakta PKn. Bumi Aksara. IKIP Malang. Tim Penyusun. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006

Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. BSNP. Tim Penyusun. 2009. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung.

Lampung.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta.

UU No. 20. 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Rineka Cipta. Jakarta. Wardani, I.G.A.K, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka.

Jakarta.

Winataputra, Udin. dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.


(1)

siklus III sebesar 80,60 berada pada kategori “sangat tinggi”. Pada siklus II mengalami peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 4,40, sedangkan pada siklus III mengalami peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 13,00. Sedangkan pada ketuntasan hasil belajar siswa terjadi pada siklus I sebesar 52% dengan kategori ketuntasan ”sedang”, pada siklus II sebesar 68% berada kategori ”tinggi” dan pada siklus III sebesar 92% berada pada kategori ”sangat tinggi”. Pada siklus II dengan peningkatan ketuntasan hasil belajar sebesar 16,00%, sedangkan pada siklus III dengan peningkatan ketuntasan hasil belajar sebesar 24,00%.

Berdasarkan hasil yang diperoleh peneliti dari apa yang telah diungkapkan sebelumnya, maka indikator keberhasilan dalam penelitian ini dikatakan berhasil yakni adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IVA SD Negeri 2 Metro Utara pada setiap siklusnya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, berikut ini disampaikan saran-saran dalam menerapkan model cooperative learning tipe TAI dan media grafis pada pembelajaran di kelas yaitu:

1. Siswa

a. Siswa untuk senantiasa membaca materi dan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebelum mengerjakan tugas yang diberikan agar tidak mengalami kesulitan ketika mengerjakan tugas.


(2)

b. Siswa dapat memiliki pengetahuan awal tentang penerapan model cooperative learning tipe TAI dan media grafis dalam proses pembelajaran di kelas.

c. Siswa untuk selalu berpartisipasi aktif dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga dapat memahami materi pembelajaran dan hasil belajar dapat meningkat.

2. Guru

a.Guru harus dapat menyiapkan LKS yang cukup untuk siswa dalam proses pembelajaran.

b.Guru harus lebih mengoptimalkan penerapan model cooperative learning tipe TAI dan media grafis sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan dalam pembelajaran PKn untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

c.Guru perlu memperhitungkan waktu yang tersedia agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana pembelajaran. 3. Sekolah

a. Agar dapat memberikan dukungan dalam bentuk buku-buku pelajaran yang relevan dan cukup pada tiap-tiap kelas agar dapat meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di sekolah.

b. Agar dapat lebih mengembangkan lagi model cooperative learning tipe TAI dan media grafis serta menjadikannya sebagai inovasi dalam pembelajaran, sehingga dapat diterapkan oleh guru-guru pada semua mata pelajaran untuk dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.


(3)

4. Peneliti

Bagi peneliti berikutnya diharapkan dapat menerapkan model cooperative learning tipe TAI dan media grafis dalam proses pembelajaran untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, serta dapat melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan model pembelajaran sejenis pada mata pelajaran lain tentunya dengan materi lainnya yang bervariasi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Alauddin. 2011. Kelebihan dan Kelemahan Media Grafis. http://www. uin-alauddin. ac. id. Diakses 6 Desember 2012. Pukul 14.00 WIB.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Referensi Jakarta. Jakarta.

Budiningsih, Asri. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Gava Media. Yogyakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Djamarah, Bahri & Syaipul. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta: Jakarta.

Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Insan Madani. Yogyakarta. Herrhyanto, Nar, dkk. 2009. Struktur Dasar. Universitas Terbuka: Jakarta.

Hartati, Tatat. 2006. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Upi Press. Bandung.

Huda, Miftahul. 2012. Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.


(5)

Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efectifitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta. Bandung.

Iru, La & La Ode Safiun Arihi. 2012. Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi, dan Model Pembelajaran. Multi Presindo. Yogyakarta.

Kireyinha. 2011. Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe TAI.

http://kireyinha. blogspot. com. Diakses 5 Desember 2012. Pukul 15.00 WIB.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi. PT Rajawali Pers. Jakarta.

Martati, Badruli. 2010. Metodologi Pembelajaran PKn Strategi Penanaman Nilai. Genesindo. Bandung.

Musfiqon, HM. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. PT Prestasi Pustakarya. Jakarta.

Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal. Delia Press. Jakarta. Prayitno, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas di SD. http://ptk di SD.com.

Diakses 6 Desember 2012. Pukul 14.00 WIB..

Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda. Bandung.

Rakhmat, Cece, dkk. 2006. Psikologi Pendidikan. UPI PRESS: Bandung

Ruminiati. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan SD. Departemen Pendidikan Nasional. Balai Pustaka. Jakarta.

Rusman. 2010. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Press. Bandung.

Sadiman, Arief S, dkk. 2006. Media Pendidikan. PT Grafindo Persada. Jakarta.

Slavin, R. E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media. Bandung.

Sowiyah. 2010, Pengembangan Kompetensi Guru SD. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(6)

Suharjo. 2006. Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar Teori dan Praktek. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Suwarjo. 2008. Pembelajaran Kooperatif dalam Apresiasi Prosa Fiksi. Surya Pena Gemilang. Malang.

Suyitno, Amin. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. FMIPA UNNES. Semarang.

Tarigan, Henry Guntur. 2007. Kapita Selakta PKn. Bumi Aksara. IKIP Malang. Tim Penyusun. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006

Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. BSNP. Tim Penyusun. 2009. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung.

Lampung.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta.

UU No. 20. 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Rineka Cipta. Jakarta. Wardani, I.G.A.K, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka.

Jakarta.

Winataputra, Udin. dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VA SDN 10 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 21 57

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VA SDN 10 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 14 55

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 TEMPURAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 10 64

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVMENT DIVISIONS (STAD) DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 GAYAU SAKTI TP 2012/2013

0 11 69

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VB SD NEGERI 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 40

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD NEGERI 4 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 54

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PKn KELAS V B SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 112

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IVA SD NEGERI 2 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 53

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) MELALUI MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPS KELAS IVA SD NEGERI 4 METRO UTARA

0 3 84

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI 3 SIMBARWARINGIN

0 6 83