Kisi-kisi Instrumental Observasi KESIMPULAN DAN SARAN
LAMPIRAN 5 Hasil Wawancara
Pak Tuadi Selasa, 31 Maret 2015
P : Pak Tuadi perkenalkan nama saya Dita Pertama Sari pak. Saya mahasiswa UNY Seni Musik yang baru melakukan penelitian di Sanggar Langit Alang-
Alang mengenai kesenian Gejog Lesung. N : O… ya apa yang bisa saya bantu mbak?
P : Begini pak, kemarin saya sudah ngobrol banyak dengan Mbak Dewi. Mbak Dewi mengatakan bahwa Pak Tuadi inilah yang mengetahui betul sejarah
Gejog Lesung. Saya ingin tau pak sejarah Gejog Lesung itu gimana pak? N : Nahhh jadi begini mbak, sejarah Gejog Lesung. Sejarah Gejog Lesung yang
saya ketahui adalah cerita dari alm. Ayah saya. Dan sampai saat ini saya selalu mengingat cerita tersebut.
P : Iya pak, silahkan diceritakan menurut pengetahuan bapak. N : Jaman kedewaan pada zaman itu yang diketahui bahwa ada 3 Dewa yang
dikenal pada masa itu yaitu Dewa Brahma, Wisnu, Siwa. Jaman dahulu kala ada legenda yang mengatakan bahwa Betara Kala Rahu ini ingin merusak
dunia dan seisinya termasuk wanita-wanita yang ada di duinia dan bidadari yang ada mampir dunia. Saat itu Betara Kala Rahu tersebut bertemu dengan
Dewi SriDewi Padi. Betara Kala Rahu merasa jatuh cinta kepada Dewi Sri dan ingin menjadikan istri. Akan tetapi tidak memungkinkan berdekatan
dengan Dewi Sri karena dengan wujud raksasa yang mengerikan. Betara Kala
Rahu sempat berfikir bagaimana agar dapat berdekatan dengan Dewi Sri. Pada waktu itu Betara Kala Rahu meminta kepda Dewa Siwa untuk mengubahnya
menjadi bentuk yang tidak mengerikan lagi atau manusia agar dapat berdekatan dengan Dewi Sri. Akan tetapi Dewa Wisnu mengetahui permintaan
Betara Kala Rahu dan tidak setuju dengan permintaanya. Betara Kala Rahu tetap memaksa bagaimanapun caranya ingin sekali berdekatan dengan Dewi
Sri. Pada akhirnya Dewa Wisnu mempunyai pemikiran berbeda dengan Betara Kala Rahu, Dewa Wisnu menawarkan kepada Betara Kala Rahu untuk
menjadi Lesung. Akhirnya dari khayangan Betara Kala Rahu di pindahkan di pelosok pedesaan untuk mengubah wujudnya menjadi Lesung agar dapat
berdekatan dengan Dewi Sri. Sesudahnya diubah menjadi Lesung, warga pelosok pedesaan tersebut memukuli Lesung yang berada di desa tersebut.
Warga pedesaan tersebut mempercayai bahwa suara yang dikeluarkan adalah tangisan dari Betara Kala Rahu dan membentuk sebuah pola ritme dan sampai
saat ini dikenal dengan kesenian kotekan Gejog Lesung. P : O, jadi begitu pak ceritanya. Menarik sekali ya pak sejarah Gejog Lesung ini
ternyata saya juga baru tahu bahwa sejarah Gejog Lesung ini dahulunya adalah Raksasa yang ingin mengganggu Dewi Sri.
N : Iya mbak, dahulunya Gejog Lesung ini tidak dimainkan oleh bapak-bapak soalnya Gejog Lesung tidak mengeluarkan bunyi yang nyaring seperti ibu-ibu
yang memukulnya. P : Waduh, sampai tau ya pak kalo Lesungnya yang mukul bukan para ibu-ibu
pak.