38 Kondisi alam desa Molie, mempunyai permukaan tanah yang datar sampai
kepada yang berlereng-lereng atau berkemiringan, berbukit-bukit yang terjal, tandus, kering dan gersang. Dengan luas wilayah desa Molie 8185 km². Tekstur tanah di
wilayah ini adalah mengandung tanah berbatu-batuan dan di daerah ini juga terdapat beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh dan merupakan penopang bagi kebutuhan
hidup penduduk seperti: kelapa, pohon tuak lontar, dan pohon jati. Selain itu terdapat beberapa jenis ternak seperti: kuda, kerbau, babi, domba, kambing, dan
ayam.
10
A. 4 Demografis atau Penduduk
Berdasarkan data statistik, penduduk desa Molie terdiri dari 517 KK, dengan jumlah jiwa 1885 laki-laki 987 dan perempuan 898. Mayoritas penduduknya berasal
dari latar belakang orang Sabu Mesara. Selebihnya terdiri dari Sabu Seba, Sumba Timur dan Belu yang datang karena kepentingan berdagang bisnis dan juga kerena
tugas dinas.
11
A. 5
Sistem Kepercayaan Masyarakat Sabu
Secara historis dalam sistem kepercayaan orang Sabu memiliki agama asli yang disebut dengan Jingitiu. Menurut Benni Ke kata Jingitiu merupakan kata ejekan yang
dipakai oleh para penginjil dan pendeta Portugis yang datang ke Sabu pada tahun 1625 untuk menyebut agama asli Sabu tersebut. Jingitiu berasal dari Gentios yang
artinya kafir atau tidak mengenal Tuhan. “Jingi” yang artinya “menolak”,
10
Sumber data: dokumen GMIT Ebenheaser-Lederabba Sabu Mesara, 2009
11
Ibid., B.J
39 “Ti”artinya “dari”,
dan “Au” artinya “Tuhan” jadi diartikan bahwa Jingitiu “Menolak Tuhan”, tetapi orang–orang Sabu melafalkan dengan Jingitiu.
Orang Sabu memiliki kepercayaan agama suku Jingitiu yang dibangun atas konsep dasar akan adanya Zat Ilahi yang disapa sebagai Deo Ama atau Allah Bapa
Asal dari segala Sesuatu atau Deo Woro Pennji atau Tuhan pencipta Semesta Alam adalah oknum Ilahi Yang Maha Tinggi, yang menjadi pangkal dari segala sesuatu
yang ada di alam semesta. Mereka mempercayai bahwa alam semesta ini diciptakan melalui proses yang panjang dan rumit. Segala sesuatu yang ada di alam raya ini
saling mempengaruhi, saling bergantung, dan juga saling mendukung satu sama lain. Baik itu antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia, manusia dengan
alam, ataupun alam dengan manusia. Setiap bagian dari alam semesta mempunyai tempat dan peranan masing–masing yang penuh arti dan harmoni. Oleh karena itulah
“Deo Ama” menghendaki mereka untuk senantiasa memelihara relasi yang harmonis dengan Deo Ama dan dengan alam semesta. Harmoni ini ada dalam hukum harmoni
berlaku bagi manusia dan mengandung peraturan, perintah dan larangan–larangan. Ketika mereka melanggar perintah atau larangan-larangan itu maka
akan mengakibatkan bencana dan malapetaka yang akan mereka terima. Sebagai balasan
atas perbuatan mereka. Akan tetapi ketika mereka mematuhi setiap peraturan dalam hukum harmoni tersebut maka akan mendatangkan pahala atau kebaikan bagi
manusia berupa hidup yang damai sejahtera, bebas dari bencana, malapetaka, sakit
40 penyakit, dan juga mereka akan mengalami kemakmuran. Hal – hal yang terdapat
dalam hukum harmoni tersebut yaitu;
12
- Manusia harus selalu memelihara hubungan atau harmoni dalam berelasi dengan
Deo Ama dengan melaksanakan hukum harnoni serta melakukan setiap kegiatan adat atau upacara adat yang di pimpin oleh Mone Ama.
- Manusia harus menjaga alam semesta dengan sebaik–baiknya. Manusia diberikan
kebebasan untuk memanfaatkan alam yang harus diimbangi dengan kewajiban untuk melestarikannya. Apabila manusia merusak bumi atau alam maka akan
timbul berbagai bencana dan untuk memulihkanya harus diadakan upacara agama oleh Mone Ama demi memohon pemulihan kembali kepada Deo Ama.
Jadi manusia tidak diperkenankan untuk mengeksploitasi alam dengan semena- mena. Orang Sabu mempunyai tanggung jawab yang sebesar-besarnya untuk
melestarikan alam yang mereka punya. -
Deo Ama menciptakan setiap bagian dari alam yang terdiri dari dua unsur esensial yang berpasang–pasangan. Orang Sabu membedakan dua unsur esensial
itu atas jenis kelamin laki–laki dan perempuan atau jantan dan betina. Kedua unsur ini walaupun berbeda namun saling melengkapi antara satu dengan yang
lain dan juga harus saling mendukung sehingga dapat menghasilkan ciptaan yang terus berkembangbiak.
- Anak–anak wajib hukumnya untuk menghormati orang tua. Karena hal ini dilatar
belakangi oleh pandangan bahwa anak dihadirkan oleh Deo Ama melalui Ayah dan ibu. Ayah dan ibu harus dihormati karena mereka dipandang sebagai deo rai
12
K. Dj tokoh adat dan sejarawan, Wawancara Sabu, 17 April 2011
41 wawa “Tuhan di bumi atau dunia” yang menjadi pengganti Deo Ama di dunia.
Falsafahnya seorang anak diasuh oleh ayah-ibunya dan dipelihara serta dididik ketika masih kanak-kanak. Pada waktu berangsur-angsur menjadi dewasa, maka
mereka memiliki kewajiban untuk merawat kembali orang tua mereka sebagai salah satu wujud ketaatan atau kepatuhan mereka terhadap Deo Ama.
- Setiap manusia memiliki nilai, martabat, peranan, hak-kewajiban sebagai makluk
ciptaan Deo Ama yang berbudaya. Oleh karena itulah semuanya ini harus dihormati dan dipelihara, sehingga manusia harus memiliki etos kerja yang tinggi
dan memiliki kerinduan untuk maju serta tekun. Perbedaan tidak boleh mengganggu harmoni, kerukunan serta keutuhan keluarga dan masyarakat.
- Harus menjunjung tinggi solidaritas sosial dan juga kemanusiaan. Oleh karena
itulah kepedulian terhadap janda, duda, yatim, piatu, yatim piatu, serta orang miskin dan lemah merupakan salah satu kewajiban agama.
- Persekutuan keluarga dan semangat kekeluargaan harus dijaga dan dipererat.
Karena hal ini merupakan faktor yang sangat penting bagi orang Sabu. Keluarga merupakan hal yang paling utama dibandingkan dengan harta dan benda.
- Menghormati arwah leluhur dan anggota keluarga yang sudah meninggal dunia
adalah kewajiban dari anak–cucu dan keluarga yang masih hidup. Menurut mereka memang secara fisik tidak dapat dilihat namun arwah mereka masih ada
dan tetap berhubungan dengan anak–cucu yang masih hidup. -
Deo Ama adalah sumber kekuatan supra-natural yang baik dan putih, sakral, suci, tidak dapat disentuh dengan kekuatan duniawi yang namanya tidak boleh di sebut
dengan sembarangan.
42 -
Sumber kejahatan di dunia adalah iblis atau setan yang bagi orang Sabu disebut Wango. Wango-lah yang selalu membujuk manusia untuk melakukan kejahatan
dan melanggar hukum harmoniadat istiadat. Untuk menangkal pengaruh wango maka manusia harus selalu mengingat amanat Deo Ama dan berdoaupacara
persembahan untuk mengusir wango. -
Yang terakhir dalam kehidupan ekonomi serta keagamaan masyarakat harus melakukan amanat dari Deo Ama Yaitu; Puro Hogo, Baga Rae, Djali Ma,
Hangga Dimu, Da’ba, Banga Liwu, Hole, Hapo, Made
13
. Sembilan amanat ini adalah syariat agama sekaligus adat–istiadat bagi orang Sabu dan komunitasnya
yang dipimpin oleh Mone Ama “pemimpin adat” yang dipercayai sebagai wakil dari Deo Ama di bumi.
Inilah sistem kepercayaan sekaligus adat-istiadat dalam masyakarat Sabu yang sangat dijunjung tinggi oleh mereka, dan setiap masyarakat Sabu memiliki kewajiban
untuk melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Deo Ama agar mereka memiliki kehidupan yang damai, makmur, aman dan tentram antara satu dengan yang lainnya.
A.6 GMIT Ebenheaser-Lederabba Mesara
14
Jemaat Ebenhaeser-Lederabba berada di desa Molie Mesara, kabupaten Sabu. Tidak ada sumber yang dapat memastikan kapan jemaat ini berdiri, namun
diperkirakan pada tanggal 25 Mei 1916. Terbentuknya Jemaat ini dipelopori oleh seorang guru Sekolah Rakyat SR yang bernama Bangngu Pa Radja. Selain sebagai
13
Telah dijelaskan dalam Bab I, hal 2-3
14
Sumber: dokumen GMIT Ebenheaser-Lederabba Sabu Mesara, 2009
43 guru di sekolah, guru-guru pada waktu itu ditugaskan juga untuk mengabarkan injil
oleh pemerintah Belanda. Pada awalnya hanya 5 Keluarga yang berbakti, mereka beribadah di gedung sekolah karena belum ada gedung gereja. Kemudian mereka
menginjili dengan cara mengunjungi keluarga-keluarga dari rumah-kerumah. Sejak awal berdirinya jemaat Ebenhaeser-Lederabba dipimpin oleh satu orang Pendeta yaitu
Pdt. Y. Sioun. Kemudian dengan berjalannya waktu anggota jemaatpun semakin bertambah. Karena jumlah jemaat yang semakin berkembang maka dilaksanakanlah
babtisan oleh Pdt. Y. Sioun untuk pertama kalinya dan pelayanannya berakhir pada bulan Juni 1929. Sampai dengan saat ini sudah lebih dari 18 pendeta yang melayani
gereja GMIT Ebenhaeser-Lederabba. Untuk saat ini ada satu orang pendeta yang menjadi pelayan di jemaat Ebenhaeser-Lederabba yaitu Pdt. Loni. Radja-Ga.
Gereja Ebenhaeser-Lederabba adalah gereja induk yang sekarang telah dimekarkan menjadi 2 mata jemaat yaitu Gereja Efata dan Gereja Viadolo Rosa.
Anggota jemaat Ebenhaeser Molie berjumlah 225 KK, 952 jiwa laki-laki 460 dan perempuan 492. Dengan 941 anggota babtis, 11 anggota calon babtis, 474 anggota
sidi dan 39 anggota calon sidi.
15
Secara struktural pelayanan gereja Ebenhaeser-Lederabba saat ini belum terstruktur dengan baik oleh karena belum ada pembagian komisi yang jelas untuk
membidangi program-program pelayanan yang ada. Dalam pelayanan majelis jemaat didukung oleh 8 orang penatua, dan 18 orang diaken yang masing-masing melayani 5
rayon sektor, yakni rayon Lederaba, rayon Ledewawi, rayon Loko, rayon Ledememo, rayon Lobomaliwa.
15
Pdt L. R-G, Wawancara Sabu, 24 April 2011
44 Ada dua bentuk pelayanan yang diterapkan dalam gereja ini yaitu pelayanan
pastoral dan diakonia. Dalam Pelayanan pastoral yang dilakukan selain dari pemberitaan firman setiap minggu juga dilakukan perkunjungan orang sakit,
pelayanan bagi pasangan yang akan menikah, dan anak-anak yang mau dibaptis. Sedangkan pelayanan diakonia dilakukan dengan cara memberi bantuan bagi
keluarga yang berduka karena sakit penyakit atau kematian dan yang mengalami bencana. Pelayanan diakonia ini bukan saja diperuntukan bagi jemaat tetapi juga bagi
warga yang masih menganut agama suku. Mata pencaharian jemaat Ebenhaeser- Lederabba pada umumnya adalah petani yang masih bersifat tradisional, sedangkan
sebagian kecil adalah PNSguru, nelayan, pedagang, tukang. Rata-rata jemaat hanya berpendidikan sampai pada tingkat SMP Sekolah Menengah Pertama.
B. HOLE DALAM BUDAYA SABU