ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN KARAKTERISTIK KEPEMILIKAN SAHAM TERHADAP ABNORMAL RETURN PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN IPO (INITIAL PUBLIC OFFERING) DI BEI (BURSA EFEK INDONESIA) (Studi Pada Perusahaan Non Keuangan Yang terdaftar di Bursa
(2)
ABSTRACT
ANALYSIS OF ITS CHARACTERISTICS AND
CHARACTERISTICS OF ABNORMAL RETURN TO SHARE
OWNERSHIP IN COMPANIES DOING IPO (Initial Public
Offering) IN BEI (INDONESIA STOCK EXCHANGE)
(Studies in Non-Financial Companies Listed in Indonesia Stock Exchange)By SUHERMAN
This study aims to determine whether there is influence of Return On Equity , Firm Size , Age Company , Managerial Shareholding ( mown ) and Institutional Shares of ownership ( INST ) Abnormal Return on non-financial companies listed on the Indonesia Stock Exchange in the year 2007 to 2010 . Based on the analysis and discussion that has been done , it can be inferred multiple variables ( firm characteristics ) , Return on Equity , Firm Size , Age Company , and variable ( stock ownership karakteristk ) managerial stock ownership and institutional stock ownership have an influence on the company's Abnormal Return the feasibility of an IPO and the model , the variable characteristics of Institutional Shareholding company ' ie having an influence on the company' Abnormal Return an IPO , while the other company characteristics variables namely ( Return On Equity , firm Size and Age company ) and Managerial Stock Ownership characteristics variable ) not have a significant effect on the Abnormal Return on Integration that an IPO need to consider and weigh the amount of the company's assets into firm size ( firm size ) as the factors that influence so important to the success of the IPO.
Keywords: Return on Equity ROE, Firm Size, age of firm, Managerial
Shareholding (mown) and Institutional Shares Ownership (INST) and Abnormal Return (AR).
(3)
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN
DAN KARAKTERISTIK KEPEMILIKAN SAHAM
TERHADAP ABNORMAL RETURN PADA PERUSAHAAN
YANG MELAKUKAN IPO (INITIAL PUBLIC OFFERING) DI
BEI (BURSA EFEK INDONESIA)
(Studi Pada Perusahaan Non Keuangan Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
Oleh
SUHERMAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari Return On Equity, Firm Size, umur perusahaan, Kepemilikan Saham Manajerial
(MOWN) dan Kepemilikan Saham Institusional (INST) terhadap Abnormal Return perusahaan non keuangan yang listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 – 2010. Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan secara berganda atau serempak (Karakteristik Perusahaan), Return On Equity, Firm Size, Umur Perusahaan, dan variabel (Karakteristk Kepemilikan Saham) Kepemilikan Saham Manajerial dan Kepemikan Saham Institusional memiliki pengaruh terhadap Abnormal Return pada perusahaan yang melakukan IPO dan secara kelayakan model, variabel Karakteristik Perusaan yaitu Kepemilikan Saham Institusional memiliki pengaruh terhadap Abnormal Return pada perusaan yang melakukan IPO, sedangkan variabel Karakteristik Perusahaan lainya yaitu (Return On Equity, Firm Size dan Umur Perusahaan) serta variabel Karakteristik Kepemilikan Saham Manajerial) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Abnormal Return pada perushaan yang melakukan IPO perlu memperhatikan dan mepertimbangkan besaran aset perusahaan yang menjadi ukuran perusahaan (firm size ) sebagai faktor-faktor yang berpengaruh sehingga penting bagi keberhasilan pelaksanaan IPO.
Kata kunci :ROE Return On Equity, Firm Size, umur perusahaan, Kepemilikan Saham Manajerial (MOWN) dan Kepemilikan Saham Institusional (INST) dan Abnormal Return (AR).
(4)
(5)
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iii
I. PENDAHULUAN ... I A. Latar Belakang ... I B. Perumusan Masalah ... 4
C. Batasann Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
II. Landasan Teori ... 7
1. Pasar Modal ... 7
2. Saham (Stock) ... 9
3. Dividen ... 10
4. Saham Biasa (Common Stocks) ... 13
5. Saham Istimewa (Convertible Preferred Stock) ... 17
6. Penawaran Perdana (Initial Public Offerings) ... 18
7. Gambar 1. Tahapan Penawaran Perdana ... 23
(7)
10.Karakteristik Perusahaan ... 26
11.Profitabilitas Ratio ... 27
12.Ukuran Perusahaan (Firm Size) ... 28
13.4 Umur Perusahaan ... 30
14.Karakteristik Kepemilikan Saham (Ownership C’haracteristic) ... 31
15.Kepemilikan Managerial (Managerial Ownership) ... 31
16.2 Kepemilikan Institusional (Institusional Ownership) ... 33
17.Tinjauan dari Penelitian Terdahulu ... 34
18.Pengembangan Hipotesis ... 36
III METODE PENELITIAN A. Metode Pengumpulan Data ... 37
B. Populasi dan Sampel ... 38
C. Model Penelitian danKerangka Pikir ... 40
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 41
1. Variabel Dependen ... 41
2. Variabel Independen ... 42
3. Karakteristik Perusaliaan (Firm characteristic) ... 42
4. Firm Size ... 42
5. Umur Perusahaan ... 42
6. Karakteristik Kepemilikan Saham (Ownership Characteristic) .. 43
(8)
10.Pengujian Hipotesis ... 49
11.Uji - f (Pengujian Hipotesis Dengan Regeresi Berganda) ... 49
IV. ANALSIS DAN PEMBAHASAN A.Statistik Deskrptif ... 50
B. Gambar 4 (Hasil Uji Normalitas (Grafik) ... 53
C. Uji Autokorelasi ... 54
D. Uji Multikolinearitas ... 55
E. Uji Hesteroskedastisitas ... 55
F. Uji Hesteroskedastisitas ... 56
G. Pengujian Hipotesis Secara Kelayakan Model (Uji- f) ... 57
H. Pengujian Hipotesis Secara Serempak (Uji – F) ... 62
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64
B. Keterbatasan Penelitian ... 65
C. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(9)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kegiatan pendanaan dan modal bagi perusahaan dapat diibartakan sebagai salah satu kegiatan yang penting dalam perusahaan. Kegiatan perusahaan harus dijalankan dengan efektif dan efisien agar dapat mendukung pencapaian tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan secara keseluruhan. Salah satu alternatif untuk dapat mendukung kegiatan pendanaan tersebut adalah dengan go public. Selain digunakan untuk keperluan expansi, dana yang diperoleh dari go public biasanya juga digunakan untuk melunasi utang, dimana akhirnya dana ini diharapkan akan semakin meningkatkan posisi keuangan perusahaan di samping untuk memeprkuat struktur permodalan.
Dalam proses go public sebelum saham diperdagangkan di pasar sekunder (bursa efek) saham perusahaan yang akan go public di jual di pasar perdana yang sering disebut Intial Public Offering (IPO). Penawaran Saham Perdana merupakan langkah awal yang menentukan dalam kelangsungan hidup perusahaan publik. Pendapat umum menyatakan bahwa penawaran publik mengindikasikan perusahaan berada pada tahapan meningkat sehingga perusahaan memerlukan dana untuk expansi atau melakukan moderenisasi. Keadaan ini menyebabkan semua perusahaan privat yang sedang dalam tahap pertambahan cepat atau lambat
(10)
akan menjadi perusahaan publik untuk mendanai investasinya.
Harga saham yang dijual di pasar perdana saat (IPO) biasanya telah ditentukan terlebih dahulu, sedangkan harga di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar (penawaran dan permintaan). Pada penawaran umum perdana Initial Public Offering (IPO) biasanya pada harga penawarannya terkadang diskon harga, dalam arti harga saham yang ditentukan tersebut masih di bawah harga sebenarnya. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan agar penjual perdana sukses.
Perusahaan yang telah melakukan IPO (Initial Public Offering) kemungkinan besar akan mengalami Abnormal Return return yang didapat investor yang tidak sesuai dengan Return yang diharapkan (return ekspektasian).
Selisih return akan positif jika Return yang didapat lebih besat dari Return yang diharapkan atau Return yang dihitung. Sedangkan Return akan negatif jika Return yang didapat lebih kecil dari Return yang diharapkan atau Return yang dihitung. Abnormal Return dapat terjadi karena adanya kejadian-kejadian tertentu,
misalnya hari libur nasional, awal bulan, awal tahun, suasana politik yang tidak menentu, kejadian-kejadian yang luar biasa, stock split, penawaran perdana saham (IPO), dan lain-lain.
Beberapa studi tentang penawaran saham perdana meneyelidiki beberapa fenomena diantaranya adalah. Tirapat dan Nittayagasetwat, (2001) menganalisis karakteristik perusahaan, struktur industri perusahaan, faktor makro ekonomi dalam memprediksi status perusahaan pasca IPO. Tampubolon, (2002) yang menganalis kinerja jangka panjang investasi saham BUMN dan Non BUMN pada pasar Perdana di BEJ, dimana salah satu tujuan penelitian tersebut adalah untuk
(11)
mengetahui karakteristik IPO dalam jangka panjang di BEI, penelitian tersebut memperlihatkan karakteristik jangka panjang IPO di indonesia mengalami overpriced yaitu apabila harga saham saat IPO secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar sekunder pada hari pertama. Mengikuti pola yang sama seperti dengan negara – negara lainnya.
Sulistio (2005) yang menganalisis pengaruh informasi akuntansi dan non akuntansi terhadap , abnormal returns study pada perusahaan yang melakukan intial public offering di bursa efek jakarta yang menyatakan informasi akuntansi yang meliputi ukuran perusahaan, EPS, PER secara signifikan tidak
mempengaruhi , abnormal dan informasi non akuntansi presentase pemegang saham lama, reputasi auditor dan reputasi and underwriter berpengaruh secara signifikan. Speriani (2008) menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO (Initial Public Offering) yang menyimpulkan bahwa ROE Repuasi Auditor, kepemilikan saham yang diperlukan dari umur perusahaan secara signifikan mempengaruhi , abnormal return
Penelitian ini mengacu pada pemikiran Sepriani (2008) dengan menambahkan variabel independen yaitu ukuran perusahaan dan kepemilikan saham manajerial dan kepemilikan saham institusional sebagai variabel independen lain untuk diperbandingkan, dengan periode penelitian yang berlaku yaitu tahun 2007-2010 dan sampel yang digunakan yaitu semua perusahaan non keuangan yang listing di BEI yang berasal dari kategori manufaktur dan non manufaktur.
(12)
Berdasarkan yang telah di jelaskan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Karakteristik
Perusahaan dan Karakteristik Kepemilikan Saham Terhadap Abnormal Return Pada Perusahaan Yang Melakukan IPO (Inital Public Offering) di BEI (Bursa Efek Indonesia)”.
1.2. Permasalahan Dan Batasan Masalah 1.2.1 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalaan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh yang signifikan atas karakteristik perusahaan ( return on equity, ukuran perusahaan, (firm size), umur perusahaan) dan karakteristik kepemilikan saham (kepemilkan saham manajerial dan kepemilkan saham institusional ) terhadap abnormal return pada perusahaan yang melakukan IPO ( Initial Return Offering ) di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010.
1.2.2 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Karakteristik perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on equity ukuran perusahaan (firm size), dan umur perusahaan. 2. Karakteristik kepemilikan saham yang digunakan dalam penelitian ini
(13)
3. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan non-keuangan yang melakukan penawaran saham perdana (IPO) dengan rentang waktu penelitian dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010.
4. Perusahaan non keuangan yang menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan untuk tahun 2007 - 2010.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memberi masukan empiris dan menguji pengaruh karakteristik perusahaan (return on equity,ukuran perusahaan (firm size), umur perusahaan) dan karakteristik kepemilikan saham (kepemilikan saham manajerial dan kepemilikan saham institusinal) terhadap abnormal return pada perusahaan yang melakukan IPO (Initial Public Offering) di bursa Efek Indonesia.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu :
1. Manakah pengaruh karakteristik perusahaan dan kepemilikan terhadap abnormal return pada saat penawaran saham perdana.
2. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh karakteristik perusahaan (return on equity,ukuran perusahaan (firm size), dan (umur perusahaan). Dan karakteristik kepemilkan saham (kepemilkan saham manajerial dan kepemilikan saham institusional) terhadap abnormal return pada
perusahaan yang melakukan IPO (Initial Public Offering) di bursa Efek Indonesia.
(14)
3. Memeberikan gambaran bagi pengguna informasi yaitu perusahaan (emiten) menegenai pengaruh karakteristik perusahaan dan karakteristik kepemilkian saham terhadap abnormal return pada perusahaan yang melakukan IPO (intial Public Offering) di bursa Efek Indonesia.
Sebagai bahan referensi untuk dunia pendidikan dan untuk mendukung penelitian-penelitian yang selanjutnya menegenai penawaran saham perdana.
(15)
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pasar Modal
Pasar Modal adalah pasar yang terus berkembang sehingga definisinya pun terus bertambah. Sebagian orang mendefinisikannya sebagai pasar yang
rnemperdagangkan utang, ekuitas dan surat-surat berharga yang diterbitkan oleh korporasi maupun pemerintah dengan jangka waktu lebih dari setahun (jangka menengah dan panjang). Ada yang mendefinisikannya sebagai pasar uang kusus, atau pasar surat berharga yang mencakup instrumen obligasi dan kredit
perbankan. Menurut Husnan (2001), pasar modal didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen jangka panjang yang bisa diperjual belikan baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta. Dan menurut Usman (2004) pasar modal adalah pelengkap di sektor keuangan terhadap 2 lembaga lainnya, yaitu bank dan
lembaga pembiayaan. Dimana pasar modal merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa yang bertugas menjembatani hubungan antara pemilik modal (investor) dengan peminjam dana (emiten) yang merupakan perusahaan yang sudah go public. Di sini, para investor meminta instrumen pasar modal untuk keperluan investasi portofolio sehingga pada akhirnya dapat memaksimalkan penghasilan.
(16)
Definisi pasar modal semakin meluas ketika berbagai institusi mulai terlibat, karena adanya peningkatan pendanaan dan pembagian serta pengendalian risiko. misalnya, perbankan, pasar asuransi, pasar obligasi, dan pasar saham. Akhirnya, pasar modal mulai diartikan sebagai pasar yang melibatkan semua penyedia dan pengguna modal secara bersama-sama. Seiring dengan perkembangannya menyebabkan banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi. Salah satunya adalah dengan melakukan investasi di pasar modal. Dalam hal ini pasar modal didefinisikan sebagai suatu tempat berlangsungnya kegiatan yang berkaitan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Dengan pengertian tersebut dapat
dikatakan bahwa pasar modal mempunyai peran yang strategis sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi bagi masyarakat. Pasar modal juga dapat dijadikan alternatif pendanaan dalam mengembangkan perusahaan di Indonesia, karena melalui pasar modal, dana dapat diperoleh dalam jumlah besar dibanding dana dan perbankan. Manfaat keberadaan pasar modal itu sendiri yaitu:
1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi dana secara optimal.
2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi.
3. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah. Dalam pasar modal pemerintah juga ikut terlibat didalamnya,keterlibatan
(17)
pemerintah di dalamnya yaitu sebagai regulator melalui Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal) dan BEI (Bursa Efek Indonesia).Dua efek utama dalam pasar modal adalah:
2.1.2 Saham (stock)
Saham (stock) merupakan surat berharga yang menunjukkan kepemilikan seorang investor didalam suatu perusahaan. Saham merupakan surat berharga yang
dikeluarkan sebuah perusahaan dalam rangka menambah modal disetor
perusahaan tersebut. Jika sebuah perusahaan menjual sebagian sahamnya kepada masyarakat luas atau public maka perusahaan tersebut dikatakan go public atau telah menjadi perusahaan public, dalam arti kepemilikan atas perusahaan tersebut tidak hanya dimiliki sekelompok orang (atau orang-orang yang mendirikan perusahaan tersebut), namun kepemilikannya telah menyebar kebanyak pihak. Sebagai instrumen yang menunjukkan penyertaan modal seseorang ke dalam suatu perusahaan, saham memiliki beberapa sifat lain (Saleh Basir Dan Hendy M. Faklirudin,2005: 11):
1. Klaim atas keuntungan perusahaan (Claim On Income). Pemegang saham memiliki hak atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Pembagian keuntungan tersebut dikenal dengan istilah dividen. Dividen yang dibayarkan umumnya mengacu kepada perolehan laba perusahaan. Pembagian dividen harus mendapat persetujuan para pemegang saham dalam acara Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
(18)
2. Hak atas harta perusahaan (Claim On Assets). Pemegang saham pada dasarnya adalah pemilik perusahan, dengan demikian pemegang saham memiliki hak atas harta yang dimiliki perusahaan. Jika perusahaan tersebut bubar atau dilikuidasi, maka pemegang saham berhak atas sisa kekayaan perusahaan tersebut. Namun demikian, kedudukan pemegang saham lebih rendah dibanding kreditor dalam hal pembagian sisa kekayaan perusahaan. 3. Hak suara dalam rapat umum pemegang saham (voting right).
4. Setiap pemegang saham mempunyai hak suara dalam RUPS. Setiap lembar saham memiliki satu hak suara (on share on vote) dalam sebuah voting di dalam RUPS. Dengan demikian setiap pemegang saham dapat menyatakan suaranya (setuju atau tidak) atas sebuah agenda dalam rapat pemegang saham. Semakin banyak porsi saham yang dimiliki maka semakin besar pula
pengaruhnya dalam penentuan keputusan suatu agenda rapat dalam RUPS. 5. Tanggung jawab terbatas (lmited liability,).
Tanggung jawab terbatas adalah pemegang saharn bertanggung jawab kepada pihak ketiga (kreditor) sebatas porsi kepemilikannya diperusahaan tersebut. 6. Hak memiliki efek terlebih dahulu (preemptive right).
Artinya pemegang saham lama memiliki hak terlebih dahulu atau saham baru yang akan dikeluarkan perusahaan. Kegiatan penawaran saham baru dimana pemegang saham lama diberikan hak memiliki terlebih dahulu dikenal dengan istilah Penawaran Umum Terbatas atau right issue.
Pemegang saham memiliki beberapa keuntungan dengan memiliki atau membeli saham, antara lain:
(19)
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkannya. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Dividen yang
dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai dan dapat berupa dividen saham. 1. Keuntungan modal (capital gain).
a. Keuntungan atau modal yang akan didapatkan pemegang saham adalah capital gain yaitu keuntungan yang diperoleh dari selisih antara harga jual dan harga beli. Saham Bonus merupakan saham yang dibagikan perusahaan kepada pemegang saham yang berasal dan agio saham. Agio saham adalah selisih antara harga jual dengan harga nominal saham saat perusahaan melakukan penawaran umum di pasar perdana.
b. Manfaat Non-Financial
Yaitu timbulnya kebanggaan dan kekuasaan untuk menggunakan hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan.
Selain dapat memberikan keuntungan besar dalam waktu singkat, saham juga dapat membuat investor mengalami kerugian besar dalam waktu singkat, yaitu: 1. Tidak mendapat dividen
Perusahaan biasanya membagikan dividen kepada para pemegang saham jika operasi perusahaan menghasilkan keuntungan. Perusahaan yang mengalami kerugian operasi cenderung memutuskan untuk tidak membagi dividen. Dengan demikian, potensi dibagikannya dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan yang bersangkutan.
2. Capital loss
(20)
dengan harga jual saham, dimana harga jual lebih kecil dari harga belinya.
3. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi
Dalam kondisi ini, pemegang saham menempati posisi yang lebih rendah daripada kreditur atau pemegang saham obligasi. Artinya, hasil penjualan, asset perusahaan terlebih dahulu dibagikan untuk memenuhi kewajiban kepada kreditur atau pemegang saham obligasi dan jika masih ada sisa. baru dibagikan kepada para pemegang saham.
4. Saham delisting
Delisting berarti saham perusahaan dikeluarkan dari pencatatan bursa karena alasan tertentu, antara lain karena perusahaan mengalaini kerugian secara terus-menerus, kinerja perusahaan kurang baik dan lain-lain.
5. Saham di-suspend
Suspend berarti saham perusahaan diberhentikan sementara dari perdagangan di bursa. Tindakan ini diambil oleh otoritas bursa.
Jenis-jenis saham dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu: a. Berdasarkan cara peralihan, saham dibedakan menjadi:
1. Saham atas unjuk (Bearer Stocks)
Pada saham ini pemilik tidak dicantumkan sehingga pemilik dapat dengan mudah mengalihkan atau memindahkan saham atas, untuk, kepada orang lain. Oleh karena itu, siapa saja yang memegang saham atas unjuk, maka dialah yang secara hukum dianggap sebagai pemilik dan berhak untuk ikut hadir dan memberikan suara dalarn RUPS dan berhak atas dividen.
(21)
2. Saham atas nama (Registered Stocks)
Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya sehingga cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu, yaitu dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang khusus memuat nama pemegang saham. Apabila sertifikat saham ini hilang, pemilik dapat meminta pergantian karena namanya sudah ada dalam buku perusahaan.
b. . Berdasarkan hak tagihan
Apabila ditinjau dari segi manfaat saham, maka pada dasarnya saham dapat digolongkan menjadi :
1. Saham Biasa (Common Stocks)
Saham biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi paling junior dalam pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Saham biasa menceriminkan kepemilikan atas suatu perusahaan. Saham biasa merupakan saham yang paling populer di pasar modal. Pemilik saham biasa memiliki hak suara, hak untuk menyeleksi dewan direksi dan memiliki hak atas laba perusahaan setelah seluruh biaya dan hutang perusahaan dibayar. Selain itu, pemegang saham biasa memiliki resiko untuk tidak menerima apapun (tidak memiliki hak istimewa) jika laba yang diperoleh tidak cukup memenuhi kewajiban. Saham biasa dibedakan dalam beberapa jenis, diantaranya:
(22)
a. Blue Chip Stock
Merupakan saham dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi sebagai leader dari industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.
b. Income Stock
Merupakan saham dari suatu emiten, dimana yang bersangkutan
membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.
c. Growth Stock
Merupakan saham dari perusahaan yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai pimpinan dari industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur dapat membagikan dividen.
d. Speculative Stock
Yaitu suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, namun memiliki kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang meskipun belum pasti. e. Counter Cyclical Stock
Yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.
(23)
1) Dividen dibayar sepanjang perusahaan memperoleh laba.
2) Memiliki hak suara dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). 3) Memiliki hak terakhir (junior) dalam hal pembagian kekayaan jika
perusahaan dilikuidasi.
4) memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsinya.
2. Saham Preferen (Preferred Stocks)
Saham ini mempunyai sifat gabungan antara saham biasa dan obligasi, karena saham ini terkait aktiva dan dividen. Pada saat likuidasi, pemegang saham preferen diprioritaskan memiliki klaim atas perusahaan dan memperoleh dividen sebagai pemegang saham biasa. Dividen yang diterima oleh pemegang saham bersifat komulatif, artinya jika pada tahun yang bersangkutan investor tidak menerima dividen akan dibayar pada tahun pembayaran selanjutnya. Saham preferen yang bersifat partisipatif, yaitu dividen yang diterima dua kali lipat pada tahun yang bersangkutan (dividen yang dibayar ditambah bonus dividen untuk saham biasa telah dibayar). Pada prakteknya terdapat beberapa jenis saham preferen, diantaranya yaitu:
a. Cummulative Preferred Stock
Saham preferen ini memberikan hak kepada pemiliknya atas pembagian dividen yang bersifat kumulatif dalam suatu persentase atau jumlah tertentu, artinya kalau dividen pada tahun tertentu dibayarkan tidak mencukupi atau tidak dibayar sama sekali, maka akan diperhitungkan pada tahun-tahun berikutnya.
(24)
b. Non Cummulative Preferred Stock
Pemegang saham jenis ini mendapat prioritas dalam pembagian dividen sampai suatu persentase/jumlah tertentu tetapi tidak bersifat komulatif. Maka apabila pada suatu tahun tertentu dividen yang dibayar kurang dari yang ditentukan atau tidak dibayar sama sekali, maka tidak diperhitungkan pada tahun berikutnya. Sepanjang pemegang saham preferen tidak
menerirna pembagian dividen secara penuh, pemegang saham tidak berhak atas pembagian dividen
c. Participating Preferred Stock
Pemilik jenis ini selain memperoleh dividen tetap seperti telah ditentukan, juga memperoleh ekstra dividen apabila perusahaan dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Sasaran itu dapat berupa penjualan, keuntungan perusahaan dalam waktu tertentu misalnya 1 tahun.
Saham preferen mempunyai beberapa karakteristik, antara lain: 1) Memiliki hak terlebih dahulu rnemperoleh dividen.
2) Memiliki hak pernbayaran maksimal sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditor, jika perusahaan dilikuidasi.
3) Kemungkinan dapat memperoleh tambahan pembagian laba perusahaan disamping penghasilan yang diterima secara tetap.
4) Memiliki hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan di atas pemegang saham biasa.
(25)
2. Saham Istimewa (Convertible Preferred Stock)
Pemegang saham ini mempunyai hak lebih dibandingkan pemegang saham lainnya. Hak lebih itu terutama dalam penunjukkan direksi perusahaan. Selain itu, pemegang saham istimewa dapat menukarkan kepemilikannya dengan sekuritas lain yang diterbitkan perusahaan.
Dari penggolongan dan penjelasan jenis-jenis saham diatas maka dapat kita temukan beberapa karakteristik saham itu sendiri yaitu:
Saham termasuk dalam financial asset. Investor rnembeli saham karena
mengharapkan akan memperoleh pendapatan, baik berupa dividen maupun capital gain.
a. Saham mengandung resiko, yaitu resiko sistematis dan resiko tidak sistematis. Resiko sistematis adalah resiko yang akan terkandung pada semua saham dan tidak dapat dihindari, inisialnya karena resesi dunia. Sedangkan resiko tidak sistematis adalah resiko yang berkaitan dengan kejadian-kejadian random, resiko ini tidak sama antara suatu saham perusahaan dengan perusahaan lain. b. Saham mengandung unsur ketidakpastian. Harga saharn kadang naik kadang turun. Tingkat keuntungan yang berupa dividen juga tidak tetap, berfluktuasi, bahkan terkadang perusahaan tidak membagikan dividen bila keuntungan yang didapat tidak mencukupi atau bila perusahaan merencanakan ekspansi. c. Meskipun saham kelihatannya sama tetapi pada kenyataannya saham itu
(26)
d. Transaksi penjualan dan pembelian hanya dapat dilakukan di tempat tertentu melalui pialang di lantai bursa.
2.2. Penawaran Perdana (Initial Public Offerings).
Perusahaan merniliki berbagai alternatif sumber pendanaan, baik yang berasal dari dalam maupun dan luar perusahaan. Alternatif pendanaan dari dalam perusahaan, umumnya dengan rnenggunakan laba yang ditahan perusahaan. Sedangkan alternatif pendanaan dari luar perusahaan dapat berasal dati kreditor berupa utang maupun pendanaan yang bersifat penyertaan dalam bentuk saham. Pendanaan rnelalui mekanisme penyertaan umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada masyarakat atau sering dikenal dengan go public. Untuk dapat go public perusahaan perlu melakukan persiapan internal dan persiapan
dokumentasi sesuai dengan persyaratan untuk go public serta memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan mendapatkan pernyataan efektif dari Bapepam. Seluruh informasi mengenai perusahaan harus disampaikan kepada Bapepam dan berbagai dokumen
perusahaan akan diperiksa. Selain pernyataan efektif dari Bapepam, perusahaan yang bermaksud mencatatkan sahamnya di Bursa Efek harus memenuhi
persyaratan-persyaratan yang ditetapkan oleh Bursa Efek tersebut. Penawaran saham perdana (Initial Public Offering) disebut juga sebagai penjualan saham di pasar perdana. Agar saat memasuki pasar perdana semua proses bisa berjalan dengan lancar, maka perusahaan dapat menyerahkannya ke pihak yang
profesional. Profesi yang diserahi oleh perusahaan untuk menyelesaikan masalah masalah IPO adalah underwriter. Underwriter umumnya menjalankan tiga fungsi,
(27)
yaitu:
1. Advisory Function (sebagai pemberi saran), dimana underwriter dapat
memberikan saran berupa tipe sekuritas, penentuan harga sekuritas, dari waktu pelemparannya.
2. Underwriting Function adalah fungsi penjaminan, yaitu underwriter membeli seluruh sekuritas. yang kemudian dijual kembali kepada masyarakat. Dengan demikian, underwriter menanggung risiko tak terjualnya sekuritas ke publik. 3. Marketing Function berfungsi sebagai pembeli sekuritas dan kemudian
menjualnya ke publik atau hanya ikut memasarkan sekuritas ke publik. Setelah saham dijual di pasar perdana saham tersebut didaftarkan di pasar sekunder. Dengan didaftarkannya saham tersebut di bursa, saham tersebut mulai dapat diperdagangkan di bursa efek bersamaan dengan efek yang lainnya. Pasar sekunder merupakan tempat jual beli efek yang telah didaftarkannya. Bagi investor yang menginginkan likuiditas, mereka dapat menjual efek (saham) yang dipegangnya di pasar sekunder. Sebaliknya, bagi calon investor yang berininat terhadap efek tertentu, mereka dapat membeli efek tersebut di pasar sekunder. Harga saham yang terjadi di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme kekuatan penawaran dan perrnintaan (supply & demand). Undang-Undang Republik Indonesia nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal pasal 1 ayat 15
mendefinisikan penawaran saham perdana atau penawaran umum sebagai kegiatan penawaran yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang telah diatur dalam undang-undang tersebut dan peraturan pelaksanaan. Prosedur Penawaran Umum disesuaikan dengan ketentuan Menteri Keuangan Nomor 11 99/KMK.O 13/1991, yang dapat
(28)
melakukan penawaran umum adalah erniten yang telah menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada BAPEPAM untuk menjual atau menawarkan efek kepada masyarakat melalui pasar modal ter1ebih dahulu mernpersiapkan hal-hal yang diperlukan. Dalam mengajukan pemyataan pendaftaran emisi efek hal-hal yang harus dipersiapkan emiten dalam rangka go-public adalah sebagai berikut:
1. Manajemen perusahaan menetapkan rencana mencari dana melalui go- public. 2. Rencana go-public tersebut dimintakan persetujuan kepada para pemegang
saham dan perubahan anggaran dalam RUPS.
3. Emiten mencari profesi penunjang dan lembaga penunjang untuk membantu menyiapkan kelengkapan dokumen.
4. Mempersiapkan kelengkapan dokumen emisi. 5. Kontrak pendahuluan dengan bursa efek. 6. Public expose kepada masyarakat luas.
7. Penandatanganan berbagai perjanjian-penanjian emisi.
8. Khusus penawaran obligasi atau efek lain yang bersifat hutang. terlebih dahulu harus memperoleh peringkat yang dikeluarkan oleh lembaga peringkat efek. 9. Menyampaikan pernyataan pendaftaran beserta dokumen-dokumen kepada
BAPEPAM.
Hal penting dalam aktivitas IPO adalah harga saham perdana. Agar menarik investor untuk membeli saham IPO, harga saham perdana terkadang
ditetapkan lebih rendah dari nilai wajarnya. Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan penawaran umum sebagai kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang-undang dan
(29)
peraturan pelaksanaannya. Adapun yang dimaksud sebagai efek adalah surat berharga yaitu surat pengakuan hutang. surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dan efek. Penetapan harga saham perdana pada IPO atau saat go public sangat sulit. karena tidak ada harga pasar sebelumnya yang dapat diobservasi untuk dipakai sebagai
penetapan penawaran. Penawaran Perdana mencakup kegiatan-kegiatan utama sebagai berikut:
1. Periode Pasar Perdana yaitu ketika ditawarkan kepada pemodal oleh penjamin emisi melalui para agen penjual yang ditunjuk.
2. Penjatahan Saham yaitu pengalokasian efek pesanan para pemodal sesuai dengan jumlah efek yang tersedia.
3. Pencatatan efek dibursa, yaitu pada saat efek tersebut mulai diperdagangkan dibursa.
Masa penawaran perdana sekurang-kurangnya tiga hari kerja (yaitu masa dimana masyarakat mengisi formulir pemesanan dan penyerahan uang untuk diserahkan ke agen penjual). Periode Penawaran perdana berlaku saat efek ditawarkan kepada investor oleh penjamin emisi melalui para agen penjual yang ditunjuk.
Manfaat dari penawaran saham perdana, antara lain adalah (Darmadji dan Fakhruddin,2001):
1. Memperoleh dana segar yang relative besar dan diterirna sekaligus, 2. Biaya go-public relatif murah dan proses relatif rnudah.
(30)
4. Perusahaan dituntut untuk lebih terbuka, sehingga hal ini dapat memacu perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme.
5. Memberikan kesempatan pada masyarakat untuk turut serta memiliki saham perusahaan sehingga lebih dikenal masyarakat.
Selain bermanfaat bagi eminten, penawaran umum juga memberikan manfaat berupa peluang bagi masyarakat untuk turut serta memiliki saham perusahaan dan mendapatkan berbagai hak pemegang saham. Kesempatan yang sama juga akan diberikan kepada karyawan perusahaan untuk ikut dimiliki saham perusahaan tersebut. Untuk melakukan penawaran saham perdana maka emiten harus memenuhi beberapa ketentuan-ketentuan Bapepam diantaranya:
1. Peraturan Bapepam No. IX.A. 1. tentang Ketentuan Umum Pengajuan pernyataan Pendaftaran.
2. Peraturan Bapepam No. IX.A.2. tentang Tata Cara Pendaftaran dalam rangka Penawaran Perdana.
3. Peraturan Bapepam No. IX.C.1. tentang Pedornan Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Perdana.
4. Peraturan Bapepam No. IX.C.2. tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Propektus dalam rangka Penawaran Perdana.
5. Peraturan Bapepam No. IX.C.3. tentang Pedoman Mengenai
bentuk dan isi Propektus Ringkas dalam rangka Penawaran Perdana 6. Peraturan Bapepam No. IX.C.7. tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan
Isi Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Perdana oleh Perusahaan Menengah atau Kecil.
(31)
Isi Propektus dalam rangka Penawaran Perdana oleh Perusahaan Menengah atau Kecil.
Dalam Penawaran Saham Perdana Terdapat beberapa tahapan-tahapan yang harus dilalui, (Basir Dan Fakhrudin,2005:31) yaitu;
a. Tahapan Persiapan
b. Tahapan Pengajuan Pernyataan Pendaftaran c. Tahapan Penawaran Perdana dan
d. Tahapan Pencatatan Sahan Di Bursa Efek.
Dengan skema gambar:
Gambar 1. Tahapan Penawaran Perdana
a. Tahap Persiapan
Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam rangka rnempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses penawaran perdana. Pada tahap yang paling awal, perusahaan yang akan menerbitkan saham terlebih dahulu melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk meminta
persetujuan para pemegang saham dalam rangka penawaran perdana. Setelah mendapatkan persetujuan selanjutnya emiten melakukan penunjukan penjamin emisi serta lembaga dan profesi penunjang pasar.
RUPS Penunjuakan:
-Pejamin Efek - Akutan Publik - Penilai
- Kosultan Hukum - Notaris
Persiapan
Pengajuan Peryataan Pendaftran
Penawaran saham Pencatatan saham
(32)
b. Tahap Pengajuan Pernyataan Standar
Pada tahap ini dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung calon emiten menyampaikan pendaftaran kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) hingga Bapepam menyatakan Pemyataan Pendaftaran menjadi Efektif.
c. Tahap Penawaran Saham
Tahapan ini merupakan tahapan utama, karena pada waktu inilah emiten menawarkan saham kepada masyarakat investor. Investor dapat membeli saham tersebut melalui agen-agen penjual yang telah ditunjuk. Masa penawaran sekurang-kurangnya tiga hari kerja. Jika investor tidak
mendapatkan saham pada pasar perdana, maka investor tersebut dapat membeli di pasar sekunder yaitu setelah saham dicatatkan dibursa efek.
d. Setelah selesai penjualan saham dipasar perdana, selanjutnya saham tersebut dicatatkan dibursa efek. Di Indonesia, saham dapat dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2.3 Abnormal Return (AR)
Definisi abnormal return. abnormal return adalah Selisih antara tingkat keuntungan yang sebenarnya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan. Abnormal return sering digunakan sebagai dasar pengujian efisiensi pasar. Pasar dikatakan efisien jika tidak satu pun pelaku pasar yang menikmati abnormal return dalam jangka waktu yang cukup lama. Akan tetapi, abnormal return dapat digunakan untuk melakukan penilaian kinerja surat berharga. Pada
(33)
dasarnya ada beberapa model untuk menghitung abnormal return, di antaranya market model/single index model dan capital asset pricing model. Kedua model tersebut sulit dilakukan karena harus melakukan estimasi untuk beta tingkat bunga bebas resiko dan return pasar. Persamaan Aggarwal et al. (1993) dapat digunakan untuk mempermudah perhitungan karena bagi perusahaan yang baru go public akan sangat sulit menentukan beta yang tepat.
Dalam keuangan abnormal return kadang-kadang dipicu oleh "peristiwa" Abnormal return dapat terjadi karena adanya kejadian-kejadian tertentu, misalnya hari libur nasional, awal bulan, awak tahun, suasana politik yang tidak menentu, kejadian-kejadian yang luar biasa, stock split, penawaran perdana saham, dan lain-lain. semua yang dapat berkontribusi ke abnormal return . Kegiatan di bidang keuangan biasanya dapat diklasifikasikan sebagai kejadian atau informasi harga yang belum atau sesudahnya ada di pasar keuangan .
Hubungan antara abnormalreturn terhadap IPO (Initial Public Offering) a. Sepriani (2008) secara signifikan perusahan yang telah melakukan IPO
(Initial Pulic Offering) memepengaruhi return atau keuntungan yang didapat, dan selisih keuntungan yang didapat tersebut apakah negatif atau positif, dilihat dari return yang didapat.
Dan faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO (Initial Public Offering) menyimpulkan bahwa ROE, Reputasi auditor, kepemilikan saham dan umur perusahaan yang dipertahankan secara signifikan mempengaruhi abnormal return.
(34)
b. Sulistio (2005) mengenai pengaruh informasi akuntansi dan non akuntansi terhadap abnormal return study pada perusahaan yang melakukan initial public offering di bursa efek Jakarta yang menyatakan informasi akuntansi yang meliputi ukuran perusahaan, EPS, PER secara signifikan tidak mempengaruhi abnormal return. Dan informasi non akuntansi prosentase pemegang saham lama, reputasi auditor dan reputasi underwriter berpengaruh secara signifikan.
c. Abnormal return dapat terjadi karena adanya kejadian-kejadian tertentu, misalnya hari libur nasional, awal bulan, stock split, penawaran perdana saham (IPO), dan lain-lain. Dari pernyataan tersebut apakah tedapat abnormal return yang positif atau negatif, dari perusaan yang telah melakukan (Initial public Offering)
2.4. Karakteristik Perusahaan
Karakteristik perusahaan dalam penelitian ini adalah hal-hal yang dapat digambarkan perusahaan atau emiten tersebut. Dimana secara tidak langsung keuangan dan suatu perusahaan tersebut dapat menggambarkan perusahaan itu sendiri. Menurut Lang dan Ludhom (1993) mengartikan karakteristik perusahaan adalah sesuatu yang saat menjelaskan luasnya informasi yang diberikan oleh emiten itu sendiri. Dimana terdapat tiga jenis karakteristik yaitu:
1. Karakteristik Struktur Perusahaan
yaitu merupakan struktur atau pola yang dapat menggambarkan perusahaan tersebut atau suatu pola-pola tertentu yang membentuk perusahaan itu sendiri,
(35)
contohnya jenis industri, kategori perusahaan, umur perusahaan dan lain-lain, 2. Karakteristik Kinerja Perusahaan
Yaitu merupakan prestasi atau hal-hal yang dicapai oleh perusahaan ini. Dimana dilihat dari kemampuan perusahaan rnendapatkan laba (profitabilitas) atau tingkat leverage.
3. Karakteristik Pasar Perusahaan
Bagaimana pasar memandang perusahaan itu sendiri. Penilaian tersebut dapat dilihat dari per book value (PBV) atau market to book value (MBV)
2.4.1 Profitabilitas Ratio
Profitabilitas Rasio adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba atau keuntungan melalui semua kemampuan, dari sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. (Budisantoso 2006) menjelaskan bahwa profitabilitas yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk rnendapatkan laba selama periode tertentu dimasa yang akan datang, atau dengan kata lain profitabilitas adalah kemampuan memperoleh laba dan investasi yang ditanam dalam periode tertentu di masa yang akan datang. Profitabilitas Ratio dimasukkan sebagai salah satu variable independen dalam penelitian ini adalah karena profitabilitas perusahaan menggambarkan laba yang didapat oleh perusahaan tersebut, dimana informasi laba itu sendiri berperan penting sebagai sinyal kinerja suatu perusahaan dan digunakan dalam berbagai pembuatan keputusan penting oleh para pengguna
(36)
informasi (Sulistio,2005 dan Sepriyani 2008). Selain itu kemampuan perusahaan juga dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam mengelola usahanya (Safri, 2006) sehingga profitabilitas yang semakin tinggi akan
menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dimasa mendatang. Oleh sebab itu profitabilitas ratio akan memiliki kecenderungan berpengaruh terhadap keputusan investor dalam berinvestasi dan juga mempengaruhi selisih harga saham dipasar perdana dengan harga saham di pasar sekunder. Profitabilitas perusahaan dapat diukur dengan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktivanya secara produktif. Rasio profitabilitas terbagi menjadi Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Operating Return On Assets, Return On Equity, Earning Per Share, Econoinic Value Added dan Operating Ratio. Profitabilitas dalam penelitian ini adalah Return On Equity (ROE) yang menunjukkan
produktivitas dan dana-dana pemilik perusahaan di dalam perusahannya sendiri. Return On Equity ini juga menunjukkan rentabilitas dan efisiensi modal sendiri. Makin tinggi rasio ini akan semakin baik karena posisi modal pemilik perusahaan akan semakin baik. Return On Equity menjadi ukuran untuk melihat hasil yang diperoleh atas investasi yang dilakukan oleh perusahaan.
2.4.3 Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya kekayaan (aktiva) yang dirniliki suatu perusahaan dan turut menentukan tingkat kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut. Selain itu besaran perusahaan (firm size) juga dapat menggambarkan aktivitas dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang merniliki besaran aktiva yang besar akan menunjukkan aktivitas yang lebih banyak,
(37)
sehingga informasi yang diberikan akan semakin banyak dan lebih mudah
diperoleh oleh masyarakat publik (Sulistio,2005 dan Sepriyani 2008). Pengukuran besar perusahaan bertujuan untuk membedakan secara kuantitatif antara
perusahaan besar dengan perusahaan kecil. Dengan melakukan pengukuran dan besaran perusahaan maka dapat diketahui apakah perusahaan tersebut telah mencapai kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah dianggap positif dan dianggap telah memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif stabil dan lebih mampu rnenghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset kecil. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan menggunakan proksi
logaritma dan total aktiva perusahaan, dimana penghitungan total aktiva dilakukan pada program Microsoft Excel dan hasil penghitungan dan total aktiva tersebut dilog kan dengan bantuan program SPSS version 15.0. Hasil output tersebut digunakan peneliti sebagai data dan ukuran besar perusahaan (fIrrnsize). Penggunaan logaritma dan total aktiva sebagai proksi dan besar perusahaan (firmsize) dikarenakan penggunaan log dan total aktiva dapat memperhalus data total aktiva dan penghematan waktu dalam komputasi bilangan. Selain itu penggunaan log dan total aktiva perusahaan juga dapat mengeliminir perbedaan total aktiva yang terlalu ekstrim antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya (Indriani, 2005). Logaritma dan total aktiva (log of total aset) merupakan proxy dari Jirmsize (Titman dan Wessel, 1988 dan Moh’d,et a! 1998) dan secara matematis variable jirmsize menurut (Chen and Steiner, 1999) dapat menggunakan proxy logaritma dan total aktiva. Wallace,et al (1994), Suripto (1999), Fitriany dan Marwata (2001), Sulistio (2005) dan Sepriyani (2008) dalam
(38)
penelitiannya, besaran perusahaan juga diukur dengan menggunakan log total aktiva dengan pertimbangan bahwa total aktiva mencerminkan ukuran
perusahaan. Kelemahan penggunaan total aktiva sebagai alat ukur variabel besar perusahaan adalah bahwa total aktiva dipandang tidak mampu mengeliminir perbedaan antara perusahaan padat modal (capital intensive) dan perusahaan padat karya (labour intensive).
2.4.4 Umur Perusahaan
Menurut Daljono (2000), umur perusahaan menunjukkan seberapa lama
perusahaan mampu bertahan maka semakin banyak informasi yang telah diperoleh publik mengenai perusahaan tersebut melalui laporan keuangan yang telah
dipublikasikan oleh perusahaan tersebut. Selain itu perusahaan yang berumur lebih lama menjukkan bahwa perusahaan tersebut mampu menghadapi kesulitan dan hambatan yang terdapat dalam perusahaannya dimana terbukti dengan
kemampuan perusahaan dalam menjaga kelangsungan usaha perusahaannya. Pada penjelasan adverse selection theory dikatakan bahwa perusahaan yang memiliki laporan keuangan dan kinerja historis yang terbatas akan menyebabkan
perusahaan tersebut kurang mendapat kepercayaan masyarakat karena adanya tingkat ketidakpastian yang diberikan oleh perusahaan tersebut. Oleh sebab itu dengan umur perusahaan yang memiliki perusahaan maka secara tidak langsung akan dapat menunjukkan tingkat ketidakpastian dan perusahaan dan menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat karena perusahaan yang mempunyai umur yang lebih tua akan cenderung memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam
mempublikasikan laporan keuangannya sehingga lebih memungkinkan untuk perusahaan tersebut mengetahui kebutuhan konstituennya dan memungkinkan
(39)
untuk memperkecil ketidakpastian di masa akan datang yang dapat mempengaruhi harga saham dan perusahaan tersebut. Umur perusahaan dapat dihitung dari tanggal berdiri sampai tanggal penawaran perdana dari perusahaan itu sendiri (Daljono,2000; Sepriyani,2008).
2.5 Karakteristik Kepemilikan Saham (Ownership C’haracteristic)
Salah satu kepemilikan saham digunakan untuk menunjukkan bahwa variabel dalam struktur modal bukan hanya jumlah hutang dan ekuitas tetapi juga terdapat persentase kepemilikan saham yang juga dapat mempengaruhi kinerja dan
perusahaan itu sendiri. Menurut Jensen dan Meckling (1976) menyatakan
penambahan persentase kepemilikan saham baik manajenial maupun institusional dapat mempengaruhi kinerja pihak manajemen dalam perusahaan. Karakteristik kepemilikan saham disini merupakan proporsi dan kepemilikan saham yang memiliki oleh perusahaan tersebut, dimana dapat dibedakan menjadi beberapa kepemilikan saham, diantaranya yaitu:
2.5.1 Kepemilikan Managerial (Managerial Ownership)
Kepemilikan Managerial (Managerial Ownership) adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal perusahaan yang dikelolah. Menurut. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa penambahan kepemilikan manajerial memiliki keuangan untuk mensejajarkan kepentingan manajerial dan pemegang saham. Melalui kepemilikan manajerial dapat
merasakan manfaat dan keputusan yang diambil dan menanggung konsekuensinya apabila pengambilan keputusan salah. Oleh sebab itu kepemilikan saham
(40)
manajerial merupakan insentif bagi para manajer mtuk meningkatkan kinerja perusahaan. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kepemilikan manajerial juga memiliki kecenderungan untuk mempengaruhi keputusan investor dalam
berinvestasi dan juga mempengaruhi selisih harga saham dipasar perdana dengan harga saham di pasar sekunder. Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial adalah persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dapat terlihat pada catatan atas laporan keuangan perusahaan pada bagian modal saham. Juga dapat dihitung dengan melihat jumlah kepemilikan saham managerial dibagi dengan jumlah saham yang beredar dikalikan 100% (Daljono,2000). Kepemilikan managerial merupakan situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Dalam laporan keuangan, keadaan ini ditunjukkan dengan besarnya persentase
kepemilikan saham perusahaan oleh manajer. Karena hal ini merupakan informasi penting bagi pengguna laporan keuangan maka informasi ini akan diungkapkan dalam catatan batas laporan keuangan. Dalam perusahaan dengan kepemilikan manajerial, dimana manajer yang sekaligus pemegang saham tentunya akan menselaraskan kepentingannya dengan kepentingannya sebagai pemegang saham. Sementara dalam perusahaan tanpa kepemilikan manajerial, manajer yang bukan pemegang saham kemungkinan hanya mementingkan kepentingannya sendiri. Tujuan perusahaan meningkatkan kepemilikan manajerial adalah untuk
mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham secara tidak langsung dengan
(41)
meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham.
2.5.2 Kepemilikan Institusional (Institusional Ownership)
Kepemilikan Institusional (Institusional Ownership) yaitu proporsi saham yang dimiliki oleh institusional pada akhir tahun yang akan menggambarkan tingkat kepemilikan saham oleh institusional dalam perusahaan, dimana pihak
institusional disini dapat bank, lembaga pembiayaan atau lembaga keuangan lainnya seperti asuransi, dana pensiun dan lain-lain (Jensen dan Meckling, 1976). Variabel ini dimasukkan ke salah satu variabel independen dalam penelitian ini karena dengan adanya kepemilikan institusionsi yang semakin tinggi akan meningkatkan monitoring atau pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen (Jensen dan Meckling,1976). Dengan meningkatnya kinerja
manajemen maka laporan keuangan yang juga digunakan sebagai salah satu informasi oleh para investor akan menampilkan suatu yang baik pula. Oleh sebab itu penambahan persentase kepemilikan saham institusional akan memiliki kecenderungan mempengaruhi selisih harga saham dipasar perdana dengan harga saham di pasar sekunder. Kepemilikan Institusional (Institusional Ownership) dapat dihitung dengan melihat jumlah kepemilikan saham institusional dibagi dengan jumlah saham yang beredar dikalikan 100 % (Jensen dan Meckling, 1976; Daljono,2000) dan juga dapat terlihat dari catatan atas laporan keuangan
perusahaan pada bagian modal saham. Tingkat institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku oportunistik manajer. Kepemilikan
(42)
institusional secara mayoritas akan mengurangi kemungkinan perusahaan untuk diakuisisi, sehingga meningkatkan keinginan manajer untuk memperbesar kepemilikan pada perusahaan, dengan tingginya kepemilikan manajerial maka para investor institusional akan mendapatkan kesempatan kontrol perusahaan yang lebih sedikit.
2.6 Tinjauan dari Penelitian Terdahulu
Beberapa Penelitian yang terkait dengan penelitian ini pernah dilakukan dan dikemukakan oleh para peneliti sebagai berikut:
a. Sepriyani (2008) melakukan penelitian untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO (Initial Public Offering) yang menyimpulkan bahwa ROE, Reputasi auditor, kepemilikan saham yang dipertahankan secara signifikan mempengaruhi abnormal return dan umur perusahaan secara signifikan tidak mempengaruhi abnormal return.
d. Sulistio (2005) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh informasi akuntansi dan non akuntansi terhadap abnormal return study pada perusahaan yang melakukan initial public offering di bursa efek Jakarta yang menyatakan informasi akuntansi yang meliputi ukuran perusahaan, EPS, PER secara signifikan tidak mempengaruhi abnormal return. Dan informasi non akuntansi prosentase pemegang saham lama, reputasi auditor dan reputasi underwriter berpengaruh secara signifikan.
e. Yasa (2001) yang melakukan penelitian mengenai Penyebab Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta dengan hasil yang
(43)
menyatakan Berdasarkan analisis, abnormal return dipengaruhi oleh reputasi underwriter dan profitabilitas perusahaan (ROA). Dengan deinikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO di Indonesia dipengaruhi oleh reputasi underwriter yang menjaminnya dan tingkat ROA.
f. Daijono (2000) yang melakukan penelitian untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi abnormal return saham yang listing di BEJ Tahun 1990-1997. Dalam penelitian nya dihasilkan bahwa Reputasi auditor, ROA, umur
perusahaan, solvability ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap abnormal return sedangkan reputasi underwriter, kepemilikan saham ownership, berpengaruh secara signifikan terhadap abnormal return. Penelitian ini menyimpulkan abnormal return dipengaruhi oleh reputasi underwriter. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO di Indonesia dipengaruhi oleh reputasi underwriter yang menjaminnya. Penelitian ini gagal untuk mendapatkan bukti bahwa ada hubungan antara reputasi auditor dengan tingkat underpricing. g. Tampubolon, Supriyono, Gomulya (2002) yang melakukan penelitian
mengenai kinerja jangka panjang investasi saham BUMN dan Non BUMN pada pasar perdana di BEJ, dimana salah satu tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui karakteristik IPO dalam jangka panjang di BEI,penelitian tersebut rnemperlihatkan karakteristik jangka panjang IPO di lndonesia mengalami overpriced yaitu apabila harga saham saat IPO secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar sekunder pada hari pertama, mengikuti pola yang sama seperti dengan negara-negara lainnya.
(44)
Dari penelitian ini maka dapat terlihat adanya abnormal return dalam kinerja investasi saham pada perusahaan perusahaan di Indonesia.
2.7. Pengembangan Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dan dibuktikan dalam penelitian ini adalah ingin melihat apakah variabel independen, yaitu karaktenistik perusahaan (Return On Equity, firm size, umur perusahaan) dan variabel karakteristik kepemilikan saham (kepemilikan saham manajerial dan kepemilikan saham institusional) memiliki pengaruh secara sserempak terhadap variabel dependen, yaitu abnormal return pada perusahaan yang melakukan IPO (Initil Public Offering) di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan identifikasi masalah, maka pengembangan hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ha1 : Return On Equity berpengaruh terhadap abnormal return pada perusahaan yang melakukan IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.
Ha2 : Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap abnormal return pada perusahaan yang melakukan IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.
Ha3 :Umur perusahaan berpengaruh terhadap abnormal return pada perusahaan yang melakukan IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.
Ha4: Kepemilikan saham manajerial berpengaruh terhadap abnormal return pada perusahaan yang melakukan IPO (Initial Public Offering) di ( BEI ). Ha5: Kepemilikan saham institusional berpengaruh terhadap abnormal return
pada perusahaan yang melakukan IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia.
(45)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan Explanatory Research yaitu menjelaskan bahwa variabel independen yaitu karakteristik perusahaan (ROE, Ukuran Perusahaan (Firm Size), Umur Perusahaan) dan karakteristik kepemilikan saham (managerial,
institusional) mempunyai pengaruh atau tidak terhadap abnormal return. Penelitian penjelasan (Explanatory Research) adalah penelitian yang menyoroti hubungan antara variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya dengan fokus terletak pada penjelasan hubungan antar variabel. Dalam penelitian ini digunakan instrumen statistika dengan analisis regresi linear berganda dalam menentukan tingkat hubungan yang terjadi. Untuk rnendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka saya menggunakan data
sekunder yang sudah berupa data historis perusahaan yang diperoleh dan
perusahaan yang bersangkutan melalui Bursa Efek Indonesia (BEI), internet dan sumber lain yang berhubungan dengan objek penelitian. Data-data tersebut dikumpulkan melalui beberapa metode pengumpulan data yaitu menggunakan metode dokumentasi atau kutipan langsung dari berbagai sumber, diantaranya berupa dafiar perusahaan yang melakukan IPO sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 beserta tanggal pelaksanaan IPO, laporan keuangan perusahaan
(46)
tersebut (lengkap) dan laporan harga saham yang diperoleh dari: 1. Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) Di Bursa Efek Indonesia. 2. Indonesian Capital Market
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross-sectional untuk perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun penelitian dan tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 Penelitian ini mengambil tahun penelitian dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, hal ini dikarenakan laporan keuangan perusahaan per 31 Desember yang dipublikasikan di BEI pada tahun penelitian adalah sampai tanggal 31 Desember 2010, dan untuk menghindari data penelitian yang bias maka rentang waktu penelitian
dimundurkan selama 4 tahun hingga tahun 2007.
Jenis data yang digunakan yaitu merupakan jenis data kuantitatif yaitu data yang berwujud angka-angka yang kemudian diolah dan diinterprestasikan untuk memperoleh makna dari data tersebut.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan non-keuangan yang go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan IPO (Initial Public Offering) selama periode penelitian yaitu dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010. Pemilihan Sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Purpose Judgement Sampling, yaitu merupakan metode pemilihan sampel secara tidak acak yang inforrnasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu (Indrianto dan Supomo, 1999). Pertimbangan-pertimbangan pemilihan sampel dalam penelitian ini didasarkan atas kriteria-kriteria tertentu, yaitu sebagai
(47)
berikut:
Dari jumlah populasi sebanyak 47 perusahaan non keuangan yang melakukan IPO (Initial Public Offering) dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, dengan menggunakan teknik purposive judgement sampling maka diperoleh sebanyak 46 perusahaan non keuangan yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian. Tabel 1 dibawah ini menyajikan 46 perusahaan non-keuangan yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
Tabel 1. Sampel Penelitian No Kode Nama Emiten
Saham
1 ACES Ace Hardware Ind Tbk
2 BIPI PT Benakat Petroleum Energy Tbk 3 BCIP PT Bumi Citra Permai Tbk 4 BISI Bisi Internasional Tbk 5 COWL Cowel Development 6 INVS Inovasi Infracom Tbk 7 NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk 8 ROTI Nippon Industri Corporindo Tbk 9 TRAM Trada Maritime
10 TRIO Trikomsel Oke Tbk
11 AMRT PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk 12 WIKA PT Wijaya Karya (Persero) Tbk 13 BTEL PT Bakrie Telecom Tbk
14 ELTY PT Bakrieland Development Tbk 15 MAPI PT Mitra Adiperkasa Tbk
16 PJAA PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 17 ASRI Alam sutera Realty TBK
18 ADRO Adaro Energy TBK
19 BPFI Batavia Prosperindo Finance TBK 20 TRIL Triwira Insanlestari TTBK 21 BAPA Bekasi Asri Pemula TBK 22 BKDP Bukit Darmo Property TBK 23 BSDE Bumi Serpon Damai TBK 24 CSAP Catur Sentosa Adiprana TBK
(48)
25 CTRP Ciputra Property TBK
26 PDES Destinasi Tirta Nusantara TBK 27 DGIK Duta Graha Indah TBK 28 ELSA Elnusa TBK
29 MNCN Media Nusantara Citra TBK 30 MKPI Metropolitan Kentiana TBK 31 WEHA Panaorama Transportasi TBK 32 TOWR PT Sarana Menara Nusantara TBK 33 SIAP Sekawan Inti Pratama TBK 34 VRNA VERENA OTO FINANCE TBK 35 PTSN SAT NUSAPERSADA TBK 36 GZCO PT GOZCO PLANTATIONS TBK 37 SGRO SAMPOERNA AGRO TBK
38 PKPK PERDANA KARYA PERKASA TBK 39 GPRA PERDANA GAPURAPRIMA TBK 40 LCGP LAGUNA CIPTA GRIYA TBK 41 KOIN KOKOH INTI AREBAMA TBK 42 MAIN PT Malindo Feedmill Tbk 43 KREN PT Kresna Graha Sekurindo Tbk 44 APEX PT Apexindo Pratama Duta Tbk. 45 MEDC PT Medco Energi International Tbk 46 RUIS PT Radiant Utama Interinsco Tbk. 3.3 Model Penelitian
Berdasarkan uraian diatas serta permasalahan yang dikemukakan, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis berikut ini digambarkan kerangka pikir yang tersaji dalam gambar dibawah ini:
Gambar 2. Kerangka Pikir
VARIABEL INDEPENDENT (X)
Karakteristik Perusahaan (Firm Characteristic),yaitu
- Provitabilitas Ratio - Firm Size
- Umur Perusahaan
• Karakteristik Kepemilikan Saham (Ownership Characteristic). - Kepemilikan Manajeria (MO\VN) Kepemilikan Institusional (fNST)
VARIABEL DEPENDEN (Y) Abnormal Return (AR)
(49)
3.4. Operasionalisasi Variabel Penelitian 3.4.1 Variabel Dependen
Yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas yang dalam penelitian ini adalah. Abnormal Return (AR) Selisih antara tingkat keuntungan yang sebenarnya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan. pada saat IPO. Untuk dapat
menentukan variabel Y (Abnormal Return) diperlukan data return saham
individual pada hari sebelum dan sesudah event date dan harga saham pada hari t pertama saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder.
Menghitung return saham individual pada hari sebelum dan sesudah event date.
Rit = Pit –Pit - 1 Pit - 1
Keterangan: Notasi :R
Rit = Return saham I pada hari t Pit = Harga saham I pada hari t Pit – 1 = Harga saham I pada hari t-1
(50)
3.4.2 Variabel Independen
Variabel Independen adalah variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya yang dalam hal ini adalah:
3.4.2.1 Karakteristik Perusaliaan (Firm characteristic) a. Profitabilitas Rasio
Profitabilitas Rasio adalah ratio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba atau keuntungan melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan,jumlah cabang dan sebagainya. Menurut Harahap dan Sofyan Safri,2006 Return On Equity dapat dihitung. dengan rurnus
ROE = Laba Bersih Total Equity
b. Firm Size
Ukuran perusahaan rnenunjukkan besar kecilnya kekayaan (aktiva) yang dimiliki suatu perusahaan dan turut menentukan tingkat kepercayaan investor terbadap perusahaan tersebut. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan menggunakan proksi
logaritma dan total aktiva perusahaan (Titman dan Wessel, 1988; Moh’d,et al
1998; Indriani, 2005).
(51)
c.Umur Perusahaan
Umur Perusahaan dapat dikatakan menunjukkan seberapa lama perusahaan tersebut mampu bertahan. Oleh sebab itu dengan umur perusahaan yang dimiliki perusahaan maka secara tidak langsung akan dapat menunjukkan tingkat
ketidakpastian dan perusahaan. Umur perusahaan dapat dihitung dari tanggal berdiri sampai tanggal penawaran perdana dari perusahaan itu sendiri
(Daljono,2000;Sepriyani,2008).
Umur Perusahaan = Terhitung dan tanggal berdirinya Perusahaan sampai
perusahan tersebut melakukan IPO.
3.4.2.2 Karakteristik Kepemilikan Saham (Ownership Characteristic). a. Kepemilikan Saham Manajerial (Manajerial Ownership).
Variabel ini diberi simbol (MOWN). Dimana kepemilikan Managerial (Managerial Ownership) adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak
manajemen dari seluruh modal perusahaan yang dikelolah Kepemilikan saham ini dapat diukur dari jumlah persentase saham yang dimiliki oleh manajer. Menurut Daljono,2000 nilai kepemilikan saham managerial dapat dihitung dengan rumus: MOWN = Jurnlah kepemilikan saham manajerial x 100 %
Jumlah saham yang beredar
b . Kepemilikan Saham Institusional (Institusional Ownership) Variabel ini diberi simbol (INST). Diukur dari jumlah prosentase saham yang dimuliki oleh pihak institusional. Kepemilikan Institusional (Institusional Ownership) dapat
(52)
jumlah saham yang beredar dikalikan 100 % (Jensen dan Meckling, 1976; Daljono,2000).
INST = Jumlah kepemilikan saharn institusional x 100 % Jumlah saharn yang beredar
3.5 Pengujian Hipotesis
3.5.1 Uji Regresi Linear Berganda
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau tidaknya pengaruh dari variabel independen yaitu karakteristik perusahaan (ROE, Ukuran Perusahaan (Firm Size), Umur Perusahaan) dan karakteristik kepemilikan saham (managerial, institusional) terhadap variabel dependen yaitu abnormal return dengan alat analisis regresi linear berganda. Seperti telah diuraikan diatas untuk variabel dependen dinotasikan dengan notasi Y dan untuk variabel independen dinotasikan dengan notasi X.
Sehingga model Regresi linear berganda yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut, (Gujarati, 1995)
Keterangan:
Y = Abnormal Return a = Konstanta
X1 = Return On Equity
X2 = Ukuran Perusahaan (Firm Size)X4 X3 = Umur Perusahaan
(53)
X4 = Kepemilikan Saham Manajerial dan institusional X6 = Kepernilikan Saham Institusional
b1-b6 = Koefisien variabel X1 - X6 e = Error
Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer dengan program SPSS (Statistical for Social Science) for windows release 15.0. Pengujian hipotesis pada tingkat keyakinan 90 % dan tingkat kesalahan dalam analisis (cL) 10%.
Keputusan:
Jika Sig < 10 % maka : Ho ditolak dan Ha diterima Jika Sig >10 % maka Ho diterima dan Ha ditolak 3.5.2 Uji Asumsi Kiasik
Sebelum dilakukan uji regresi linear berganda maka akan dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi:
a. Uji Asumsi Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji dari F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Apabila asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Dimana uji grafik dengan melihat grafik histogram yang
membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal dan uji statistik yang terbagi menjadi uji statistik sederhana
(54)
dengan melihat nilai kurtosis dan skweness dan residual dan uji statistik non-parametrik Kolrnogorov-Sinirnov (K.-S). Dalam penelitian ini yang
digunakan dalam pengujian normalitas residual adalah menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).
b. Uji Asumsi Multikolinearitas
Multikolinearitas berarti antara variabel independen yang satu dengan variabel independen yang lain dalam model regresi memiliki hubungan yang kuat. Adanya multikolinearitas yang kuat akan mengakibatkan ketidaktepatan estimasi. Pengujian gejala multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah tiap-tiap variabel independen berhubungan secara linear.
Multikolineritas adalah suatu kondisi dimana terjadi korelasi yang kuat diantara variabel-variabel bebas (X) yang diikutsertakan dalam pembentukan model regresi linear. Jelas bahwa multikolinieritas adalah suatu kondisi yang menyalahi asumsi regresi linier. Tentu saja, multikolineritas tidak mungkin terjadi apabila variabel bebas (X) yang diikutsertakan hanya satu. Ciri-ciri yang sering ditemui apabila model regresi linear kita mengalami
multikolineritas adalah:
1. Terjadi perubahan yang berarti pada koefisien model regresi (misal nilainya menjadi lebih besar atau kecil) apabila dilakukan penambahan atau
pengeluaran sebuah variabel bebas dari model regresi.
2. Diperoleh nilai R-square yang besar, sedangkan koefisien regresi tidak signifikan pada uji parsial.
(55)
3. Tanda (+ atau -) pada koefisien model regresi berlawanan dengan yang disebutkan dalam teori (atau logika). Inisal, pada teori (atau logika) seharusnya bi bertanda (+), namun yang diperoleh justru bertanda (-).
a. Nilai standar error untuk koefisien regresi menjadi lebih besar dari yang sebenamya (overestimated).
Untuk mendeteksi apakah model regresi kita mengalami multikolinearitas, dapat diperiksa menggunakan VIF. VIF merupakan singkatan dari Variance Inflation Factor. Nilai VIF> 10 berarti telah terjadi multikolinearitas yang serius di dalam model regresi kita. Besarnya VIF dirumuskan
c. Uji Asumsi Autokorelasi
Menguji kemungkinan terjadinya autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah kesalahan pengganggu pada periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan pengganggu pada periode lainnya. Autokorelasi dalam konsep regresi linear berarti komponen error berkorelasi berdasarkan urutan waktu (pada data time- series) atau urutan ruang (pada data cross-sectional). Dalam penelitian ini yang digunakan untuk menguji ada tidaknya autokorelasi yaitu dengan uji statistik Durbin- Watson.
Tabel 2. Klasifikasi nilai d
(56)
dL < d <du tanpa kesimpulan
4 – dL < d <4 tidak ada autokorelasi
4 - dj< d <4 - dL ada autokorelasi
du <d < 4 - du tanpa kesimpulan
Sumber : Tabel Durbin-Watson (d Test) : Gujarati, 1995
d. Uji Asumsi Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas berarti terjadi varian yang tidak sama untuk variabel independen yang berbeda. Hal ini dapat dideteksi dengan melihat plot antara nilai taksiran Y dengan nilai residual (selisih antara variabel dependen aktual dengan nilai prediksinya) versus nilai prediksinya menyebar atau tidak membentuk pola. Jika pada grafik yang mempunyai sumbu residual yang distandarkan dari sumbu X dan Y yang telah diprediksi tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Singgih, 2007).
3.5.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari signifikansi dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi dilakukan dengan menggunakan
(57)
uji-t pada tingkat keyakinan 90 % dengan tingkat kesalahan analisis (a) 10 %. Untuk menolak atau menerima hipotesis digunakan:
Jika Sig < 10 % maka : Ho ditolak dan Ha diterima Jika Sig>10 % maka : Ho diterirna dan Ha ditolak
3.5.4 Uji - f (Pengujian Hipotesis Dengan Regeresi Berganda)
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji F, yaitu untuk mengetahui apakah model yang digunakan secara keseluruhan tepat digunakan dengan tingkat kepercayaan tertentu.
Ho ; B1 = B2 = B3 = 0; artinya digunakan variable independent secara
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variable dependen.Ha ; B1 ≠ B2 ≠B3≠0; artinya
digunakan variable independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.
Langkah pengujian secara serempak dilakukan dengan uji F, yaitu membandingkan nilai F-stat dengan F-tabel.
Atau untuk pengambilan keputusan bisa juga digunakan :
jika probabilitas (F-statistik) < a 0,05 maka bisa dikatakan signifikan. Dengan ini disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel independen mempengaruhi variabel dependen.
(58)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
sebagai dari akhir penulisan skripsi ini maka dalam bab ini penulis sajikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan dan saran yang disampaikam dalam bab ini seluruhnya didasarkan pada hasil analisi data dan pengujian hipotesis. Adapan kesimpulan dan saran sebagai berikut :
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari Return On Equity, Firm Size, umur perusahaan, Kepemilikan Saham Manajerial
(MOWN) dan Kepemilikan Saham Institusional (INST) terhadap Abnormal Return perusahaan non keuangan yang listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 – 2010. Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan secara berganda atau serempak (Karakteristik Perusahaan), Return On Equity, Firm Size, Umur Perusahaan, dan variabel (Karakteristk Kepemilikan Saham) Kepemilikan Saham Manajerial dan Kepemikan Saham Institusional memiliki pengaruh terhadap Abnormal Return pada perusahaan yang melakukan IPO dan secara kelayakan model, variabel Karakteristik Perusaan yaitu Kepemilikan Saham Institusional memiliki pengaruh terhadap Abnormal Return
(59)
pada perusaan yang melakukan IPO, sedangkan variabel Karakteristik Perusahaan lainya yaitu (Return On Equity, Firm Size dan Umur Perusahaan) serta variabel Karakteristik Kepemilikan Saham Manajerial) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Abnormal Return pada perushaan yang melakukan IPO perlu memperhatikan dan mepertimbangkan besaran aset perusahaan yang menjadi ukuran perusahaan (firm size ) sebagai faktor-faktor yang berpengaruh sehingga penting bagi keberhasilan pelaksanaan IPO.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian yaitu :
1. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini hanya
menggunakan perusahaan non-kuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada rentang tahun penelitian yaitu dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 sehingga kesimpulan penelitian ini mungkin tidak akan berlaku untuk perusahaan pada sektor lainya. 2. Proksi Karakteristik Perusahaan yang digunakn dalam penelitian ini
adalah Profotabilitas yang menggunakn proksi Return On Equity, Ukuran Perusahaan Firm Size), dan Umur Perusahaan.
3. Untuk Karakteristik Kepemilikan Saham, dalam penelitian ini hanya mebedakan menjadi kepemilikan Saham Manajerial dan
(60)
Saran
Dari hasil penelitian ini, penulis menyampaikan saran terhadap penelitian selanjutnya yaitu :
1. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel penelitian dan tidak terbatas hanya pada faktor non keuangan saja sehingga diharapkan dapat meningkatkan keakuratan hasil penelitian.
2. Untuk variabel Karakteristik Perusahaan dapat menggunakan rasio-rasio keungan lainya yang juga dapat menggambarkan Karakteristik perusahaan dan diduga memiliki hubungan yang signifikan terhadap Abnormal Return
3. Untuk variabel Karakteristik Kepemilkan Saham dapat
menambahkan atau membedakan Kepemilikan Saham menjadi Kepemilikan Saham Manajerial, Intitusional dan Publik. 4. Untuk penelitian selanjtnya sebaiknya memperpanjang tahun
(61)
DAFTAR PUSTAKA
Specia. (2003). Analisis Faktor faktor yang memepengaruhi Kondisi Financial Distress Suatu perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Makalah Simposium Nasional Akuntansi VI, Ikatan Akuntan Indonesia –
Kompartemen Akuntan Pendidik Universitas Airlangga : Surabaya. Tirapat dan Nittayagasetwat, (2001) Analisis karakteristik perusahaan, struktur
industri perusahaan, faktor makro ekonomi dalam memprediksi status perusahaan pasca IPO. . Jakarta : Salemba Emapat.
Tampubolon, (2002) Analis kinerja jangka panjang investasi saham BUMN dan Non BUMN pada pasar Perdana di BEJ. Kumpulan Makalah Simposium Nasional Akuntansi III.
Apriani, Yeni. 2004. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Industri Lumber And Wood Products yang Tedapat di Indonesia Sebelum dan Sesudah Initial Public Offering (IPO). Skripsi Universitas Lampung.
Budisantoso, Totok, dan Triandaru. (2006). Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Salemba Empat. jakarta.
Daljono. (2000) Analisis Faktor-faktor Yang Memepengaruhi Abnormal Returns Saham Yang Listing di BEJ Tahun 1990-1997.Kumpulan Makalah
Simposium Nasional Akuntansi III. Hal 556-572.
Fakhrudin, Hendy M. Dan Saleh Basir. (2005). Aksi Koperasi : Strategi Untuk Meningkatkan Nilai Saham Melalui Aksi Korporasi. Jakarta : Salemba Emapat.
Foster, George. (1986), Financial Staetment Analysis. 2nd Edition, Prenticehall Internasional : New Jersey.
Ghozali, Imam. (2007) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS Badan Penerbit Universitas Diponogoro : Semarang.
Ghozali, Imam dan Anis Chairiri. (2007). Teori Akuntans.i PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
(62)
Sekuritas UPP AMP YKPN : Yogyakarta.
Indriantoro, Supomi. (1999). Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen BPEE Yogyakarta. Yogyakarta.
Sulistio (2005) Analisis pengaruh informasi akuntansi dan non akuntansi
terhadap , abnormal returns study pada perusahaan yang melakukan intial public offering di bursa efek jakarta. Badan Penerbit Universitas
Diponogoro : Semarang.
Speriani (2008) Aanalisis faktor – faktor yang memepengaruhi underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO (Initial Public Offering)
--- Situs http//www.google.com
--- Situs http//www.duniainvestasi.com --- Situs http//www.bei.co.id
(1)
uji-t pada tingkat keyakinan 90 % dengan tingkat kesalahan analisis (a) 10 %. Untuk menolak atau menerima hipotesis digunakan:
Jika Sig < 10 % maka : Ho ditolak dan Ha diterima Jika Sig>10 % maka : Ho diterirna dan Ha ditolak
3.5.4 Uji - f (Pengujian Hipotesis Dengan Regeresi Berganda)
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji F, yaitu untuk mengetahui apakah model yang digunakan secara keseluruhan tepat digunakan dengan tingkat kepercayaan tertentu.
Ho ; B1 = B2 = B3 = 0; artinya digunakan variable independent secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variable dependen.Ha ; B1 ≠ B2 ≠B3≠0; artinya digunakan variable independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.
Langkah pengujian secara serempak dilakukan dengan uji F, yaitu membandingkan nilai F-stat dengan F-tabel.
Atau untuk pengambilan keputusan bisa juga digunakan :
jika probabilitas (F-statistik) < a 0,05 maka bisa dikatakan signifikan. Dengan ini disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel independen mempengaruhi variabel dependen.
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
sebagai dari akhir penulisan skripsi ini maka dalam bab ini penulis sajikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan dan saran yang disampaikam dalam bab ini seluruhnya didasarkan pada hasil analisi data dan pengujian hipotesis. Adapan kesimpulan dan saran sebagai berikut :
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari Return On Equity, Firm Size, umur perusahaan, Kepemilikan Saham Manajerial
(MOWN) dan Kepemilikan Saham Institusional (INST) terhadap Abnormal Return perusahaan non keuangan yang listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 – 2010. Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan secara berganda atau serempak (Karakteristik Perusahaan), Return On Equity, Firm Size, Umur Perusahaan, dan variabel (Karakteristk Kepemilikan Saham) Kepemilikan Saham Manajerial dan Kepemikan Saham Institusional memiliki pengaruh terhadap Abnormal Return pada perusahaan yang melakukan IPO dan secara kelayakan model, variabel Karakteristik Perusaan yaitu Kepemilikan Saham Institusional memiliki pengaruh terhadap Abnormal Return
(3)
pada perusaan yang melakukan IPO, sedangkan variabel Karakteristik Perusahaan lainya yaitu (Return On Equity, Firm Size dan Umur Perusahaan) serta variabel Karakteristik Kepemilikan Saham Manajerial) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Abnormal Return pada perushaan yang melakukan IPO perlu memperhatikan dan mepertimbangkan besaran aset perusahaan yang menjadi ukuran perusahaan (firm size ) sebagai faktor-faktor yang berpengaruh sehingga penting bagi keberhasilan pelaksanaan IPO.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian yaitu :
1. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini hanya
menggunakan perusahaan non-kuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada rentang tahun penelitian yaitu dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 sehingga kesimpulan penelitian ini mungkin tidak akan berlaku untuk perusahaan pada sektor lainya. 2. Proksi Karakteristik Perusahaan yang digunakn dalam penelitian ini
adalah Profotabilitas yang menggunakn proksi Return On Equity, Ukuran Perusahaan Firm Size), dan Umur Perusahaan.
3. Untuk Karakteristik Kepemilikan Saham, dalam penelitian ini hanya mebedakan menjadi kepemilikan Saham Manajerial dan
(4)
Saran
Dari hasil penelitian ini, penulis menyampaikan saran terhadap penelitian selanjutnya yaitu :
1. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel penelitian dan tidak terbatas hanya pada faktor non keuangan saja sehingga diharapkan dapat meningkatkan keakuratan hasil penelitian.
2. Untuk variabel Karakteristik Perusahaan dapat menggunakan rasio-rasio keungan lainya yang juga dapat menggambarkan Karakteristik perusahaan dan diduga memiliki hubungan yang signifikan terhadap Abnormal Return
3. Untuk variabel Karakteristik Kepemilkan Saham dapat
menambahkan atau membedakan Kepemilikan Saham menjadi Kepemilikan Saham Manajerial, Intitusional dan Publik. 4. Untuk penelitian selanjtnya sebaiknya memperpanjang tahun
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Specia. (2003). Analisis Faktor faktor yang memepengaruhi Kondisi Financial Distress Suatu perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Makalah Simposium Nasional Akuntansi VI, Ikatan Akuntan Indonesia –
Kompartemen Akuntan Pendidik Universitas Airlangga : Surabaya. Tirapat dan Nittayagasetwat, (2001) Analisis karakteristik perusahaan, struktur
industri perusahaan, faktor makro ekonomi dalam memprediksi status perusahaan pasca IPO. . Jakarta : Salemba Emapat.
Tampubolon, (2002) Analis kinerja jangka panjang investasi saham BUMN dan Non BUMN pada pasar Perdana di BEJ. Kumpulan Makalah Simposium Nasional Akuntansi III.
Apriani, Yeni. 2004. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Industri Lumber And Wood Products yang Tedapat di Indonesia Sebelum dan Sesudah Initial Public Offering (IPO). Skripsi Universitas Lampung.
Budisantoso, Totok, dan Triandaru. (2006). Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Salemba Empat. jakarta.
Daljono. (2000) Analisis Faktor-faktor Yang Memepengaruhi Abnormal Returns Saham Yang Listing di BEJ Tahun 1990-1997.Kumpulan Makalah
Simposium Nasional Akuntansi III. Hal 556-572.
Fakhrudin, Hendy M. Dan Saleh Basir. (2005). Aksi Koperasi : Strategi Untuk Meningkatkan Nilai Saham Melalui Aksi Korporasi. Jakarta : Salemba Emapat.
Foster, George. (1986), Financial Staetment Analysis. 2nd Edition, Prenticehall Internasional : New Jersey.
Ghozali, Imam. (2007) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS Badan Penerbit Universitas Diponogoro : Semarang.
Ghozali, Imam dan Anis Chairiri. (2007). Teori Akuntans.i PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
(6)
Sekuritas UPP AMP YKPN : Yogyakarta.
Indriantoro, Supomi. (1999). Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen BPEE Yogyakarta. Yogyakarta.
Sulistio (2005) Analisis pengaruh informasi akuntansi dan non akuntansi
terhadap , abnormal returns study pada perusahaan yang melakukan intial public offering di bursa efek jakarta. Badan Penerbit Universitas
Diponogoro : Semarang.
Speriani (2008) Aanalisis faktor – faktor yang memepengaruhi underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO (Initial Public Offering)
--- Situs http//www.google.com
--- Situs http//www.duniainvestasi.com --- Situs http//www.bei.co.id