PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SOSIAL (SOCIAL DISCLOSURE) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP

PENGUNGKAPAN SOSIAL (

SOCIAL

DISCLOSURE

) PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

TERDAFTAR DI BEI

*Tengku Siti Sandra, **Arifin Akhmad

*Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (tie-nizz @ yahoo.com) **Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (arifinakhmad @ yahoo.com)

Abstract : The purpose of this research is to know the influence of corporate characteristics, consist of company size, profitability, size of board of commissioner, management ownership and leverage either partially or simultaneously toward corporate social responsibility disclosure in manufacture firms on BEI. The specific objectives of this research is to provide a snapshot of social disclosure practices by companies listed on BEI. Another aim is to see how big this research contribution to the researchers. This research is classified as causal research and data used are in form of annual reports from 15 companies used as sample listed in BEI during 2006 to 2008. The sample selection using purposive sampling method. This research utilizes external data; those are taken from Indonesia Capital Market Directory (ICMD) 2008 and from the websit classic assumption test before hypothesis test. The statistic method that’s used in multiple regressions analyzes. The result of this research show that company size, profitability, size of board of commissioner, management ownership, leverage simultanly having for significant effect to corporate social responsibility disclosure. Result test partial shows that size of board of commissioner variable has significant effect to corporate social responsibility disclosure.Adjusted R Square that shows value 0,693 indicates that 69,3% turning in corporate social responsibility disclosure can be determined by the independent variable in this research, meanwhile, the reminder 30,7% determined by other factors which not include in this research.

Key Words: corporate characteristic,and corporate social responsibility disclosure.

PENDAHULUAN

Isu paling menarik saat ini dalam dunia bisnis dan pasar modal adalah mengenai pengungkapan laporan keuangan (disclosure of financial statement) dan pertanggung jawaban perusahaan. Pengungkapan laporan keuangan menjadi begitu menarik karena merupakan faktor signifikan dalam pencapaian efisiensi pasar modal dan sarana akuntabilitas publik. Laporan keuangan juga menggambarkan kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dipercayakan kepadanya,. dan salah satu sumber informasi terpenting bagi investor di samping informasi lain, seperti informasi industri, kondisi perusahaan, pangsa pasar perusahaan, kualitas manajemen dan lainnya.

Setiap perusahaan publik diwajibkan membuat laporan keuangan tahunan yang diaudit oleh kantor akuntan publik (KAP) sebagai sarana pertanggungjawaban, terutama kepada pemilik modal (Na’im dan Rakhman, 2000), dan dampaknya orientasi perusahaan lebih berpihak kepada pemilik modal. Keberpihakan perusahaan kepada pemilik modal mengakibatkan perusahaan melakukan ekploitasi sumber-sumber alam dan masyarakat (sosial) secara tidak terkendali, sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan alam.

Banyak aksi protes dari elemen

stakeholders kepada manajemen perusahaan, mereka menuntut keadilan terhadap kebijakan upah dan pemberian fasilitas kesejahteraan yang diterapkan perusahaan. Di lain pihak banyak masyarakat protes atas pencemaran


(2)

lingkungan akibat polusi atau limbah industri dibuang perusahaan tampa melalui proses, menyebabkan hubungan tidak harmonis antara perusahaan dengan lingkungan sosialnya. Untuk itu masyarakat membutuhkan informasi mengenai sejauh mana perusahaan sudah melaksanakan aktivitas sosialnya, sehingga hak masyarakat untuk hidup sehat, aman dan tentram mengkonsumsi makanan dapat terpenuhi, termasuk terpenuhinya kesejahteraan karyawan perusahaan.

Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk memberikan informasi mengenai aktivitas sosialnya. Sejauh ini perkembangan akuntansi konvensional (mainstream accounting) telah banyak di kritik karena tidak dapat mengakomodir kepentingan masyarakat secara luas, sehingga muncul konsep akuntansi baru yang disebut sebagai Social Responsibility Accounting (SRA) atau Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial. Tanggung jawab sosial diartikan bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab pada tindakan yang mempengaruhi konsumen, masyarakat, dan lingkungan. Selama ini produk akuntansi dimaksudkan sebagai pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik saham, kini paradigma tersebut diperluas menjadi pertanggungjawaban kepada seluruh stakeholders.

Standar akuntansi keuangan di Indonesia belum mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial terutama informasi mengenai tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan. Perusahaan akan mempertimbangkan biaya dan manfaat yang akan diperoleh ketika mereka akan memutuskan untuk mengungkapkan informasi sosial. Bila manfaat yang akan diperoleh dengan pengungkapan informasi tersebut lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk mengungkapkannya, maka perusahaan akan dengan sukarela mengungkapkan informasi tersebut.

Berdasarkan uraian di muka, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut masalah berkaitan dengan karakteristik perusahaan beserta pengaruhnya terhadap pengungkapan sosial (social disclosure) perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Ebert (2003) mendefinisikan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility atau CSR) sebagai usaha perusahaan untuk menyeimbangkan komitmen-komitmennya terhadap kelompok-kelompok dan

individual-individual dalam lingkungan perusahaan tersebut, termasuk didalamnya adalah pelanggan, perusahaan-perusahaan lain, para karyawan, dan investor. Penerapan CSR dalam perusahaan-perusahaan diharapkan selain memiliki komitmen finansial kepada pemilik atau pemegang saham (shareholders), tapi juga memiliki komitmen sosial terhadap para pihak lain yang berkepentingan, karena CSR merupakan salah satu bagian dari strategi bisnis perusahaan dalam jangka panjang.

Pendorong utama perusahaan malaksanakan CSR, karena tujuannya antara lain; a)untuk meningkatkan citra perusahaan dan mempertahankan, biasanya secara implisit, asumsi bahwa perilaku perusahaan secara fundamental adalah baik, b)untuk membebaskan akuntabilitas organisasi atas dasar asumsi adanya kontrak sosial di antara organisasi dan masyarakat. Keberadaan kontrak sosial ini menuntut dibebaskannya akuntabilitas sosial, dan c) sebagai perpanjangan dari pelaporan keuangan tradisional dan tujuannya adalah untuk memberikan informasi kepada investor. Oleh karena itu CSR perlu diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan publik sebagai wujud pelaporan tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Menurut Gray et. al (1995) ada dua pendekatan yang secara signifikan berbeda dalam melakukan penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pertama, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan mungkin diperlakukan sebagai suatu suplemen dari aktivitas akuntansi konvensional. Pendekatan ini secara umum akan menganggap masyarakat keuangan sebagai pemakai utama pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan cenderung membatasi persepsi tentang tanggung jawab sosial yang dilaporkan. Pendekatan


(3)

alternatif kedua dengan meletakkan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada suatu pengujian peran informasi dalam hubungan masyarakat dan organisasi. Pandangan yang lebih luas ini telah menjadi sumber utama kemajuan dalam pemahaman tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan sekaligus merupakan sumber kritik utama terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Pengungkapan sosial dalam tanggung jawab perusahaan sangat perlu dilakukan, karena bagaimanapun juga perusahaan memperoleh nilai tambah dari kontribusi masyarakat di sekitar perusahaan termasuk dari penggunaan sumber-sumber sosial (social resources). Jika aktivitas perusahaan menyebabkan kerusakan sumber-sumber sosial maka dapat timbul adanya biaya sosial (social cost) yang harus ditanggung oleh masyarakat, dan jika perusahaan meningkatkan mutu social resources maka akan menimbulkan social benefit (manfaat sosial).

Pelaporan Informasi Sosial Perusahaan Ada dua jenis ungkapan dalam pelaporan keuangan yang telah ditetapkan oleh badan yang memiliki otoritas di pasar modal. Pertama adalah ungkapan wajib (mandatory disclosure), yaitu informasi yang harus di ungkapkan oleh emiten yang diatur oleh peraturan pasar modal di suatu negara. Kedua adalah ungkapan sukarela (voluntary disclosure), yaitu ungkapan yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh standar yang ada. Pengungkapan sosial yang diungkapkan perusahaan merupakan informasi yang sifatnya sukarela. Perusahaan memiliki kebebasan untuk mengungkapkan informasi yang tidak diharuskan oleh badan penyelenggara pasar modal. Keragaman dalam pengungkapan disebabkan entitas dikelola oleh manajer yang memiliki filosofis manajerial berbeda dan keluasan dalam kaitannya dengan pengungkapan informasi kepada masyarakat. IAI (SAK, 2009) dalam PSAK No. 1 pada paragraf 09 secara implisit menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah lingkungan hidup dan sosial, khususnya bagi industri di mana

lingkungan hidup memegang peranan penting.

Karakteristik Perusahaan 1. Size Perusahaan

Size perusahaan merupakan variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan yang dibuat. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar daripada perusahaan kecil. Pengungkapan sosial yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis bagi perusahaan (Hasibuan, 2001) Selain itu perusahaan besar mempunyai kompleksitas dan dasar pemilikan yang lebih luas dibandingkan perusahaan kecil, sehingga perusahaan besar akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak. Ukuran size perusahaan diwakili oleh Log Natural (Ln) dari total aktiva.

2 Profitabiitas

Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kapada pemegang saham (Heinze (1976) dalam Hackston dan Milne (1996)). Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial. Menurut teori keagenan mengatakan semakin besar perolehan laba yang didapat, semakin luas informasi sosial yang diungkapkan perusahaan. Itu dilakukan untuk mengurangi biaya keagenan yang muncul. Hal ini berarti, semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosialnya. 3 Ukuran Dewan Komisaris

Dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Komposisi individu yang bekerja sebagai anggota dewan komisaris merupakan hal penting dalam memonitor aktivitas manajemen secara efektif (Fama dan Jesen, 1983, dalam Sitepu, 2008). Coller dan Gregory


(4)

1999 dalam Sitepu (2008) menyatakan bahwa semakin besar anggota dewan komisaris maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan memonitoring, sehingga yang dilakukan akan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial, maka tekanan terhadap manajemen akan semakin besar untuk mengungkapkannya.

4. Kepemilikan Manajemen

Mehran (1992) dalam Rosmasita (2007) mengartikan kepemilikan manajemen sebagai proporsi saham biasa yang dimiliki oleh manajemen. Kepemilikan manjamen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah saham yang dimiliki oleh Dewan Komisaris dan Direktur. Semakin besar kepemilikan manajer di dalam perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan. Manajer perusahaan akan mengungkapkan informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan

image perusahaan, meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut (Gray, et. al., (1998).

5. Leverage

Rasio Leverage merupakan proporsi total hutang terhadap ekuitas pemegang saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu hutang.

Tambahan informasi seperti informasi sosial diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur (Meek, et.al (1995) dalam Sulastini (2007)). Oleh karena itu perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan

leverage yang rendah.

Berdasarkan konseptual dan teori di atas, maka dapatlah dibuat justifikasi hubungan antara variable independen dengan variable dependen. Size perusahaan diukur melalui total aktivanya. Apabila jumlah aktivanya besar maka perusahaan tersebut termasuk dalam perusahaan besar. Semakin besar perusahaan maka semakin luas pengungkapan sosialnya. Profitabilitas

diukur dengan Return On Asset (ROA). Semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosialnya.

Ukuran dewan komisaris dihitung dengan melihat jumlah anggota dewan komisaris dalam perusahaan. Semalin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan sosial, maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapnya.

Kepemilikan Manajemen diukur melalui persentase kepemilikan manajemen dalam perusahaan. Semakin besar kepemilikan manajemen, maka semakin besar juga pengungkapan sosialnya.

Leverage ditunjukkan melalui Debt to Equity Ratio (DER), semakin tinggi

leverage maka semakin besar juga pengungkapan sosialnya.

METODE

Penelitian ini menggunakan desain kausal yang berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mendownload melalui website Bursa Efek Indonesia yaitu

keuangan tahunan tahun 2006-2008 dan data dari ICMD (Indonesian Capital MarketDirectory) 2008.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006 – 2008 sejumlah 151 perusahaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu. Jumlah seluruh sampel dalam penelitian ini selama tiga tahun amatan adalah sebanyak 45 unit analisis (15 x 3) setelah memenuhi kriteria berikut ini:

a. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan tahunan periode 2006-2008 dan telah mempublikasikannya beturut-turut, b.Informasi pengungkapan sosial

diungkapkan pada laporan tahunan perusahaan yang bersangkutan selama periode 2006-2008.


(5)

HASIL

Pengujian Asumsi Klasik

Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda dengan bantuan software SPSS for windows. Penggunaan metode analisis regresi dalam pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji apakah model tersebut memenuhi asumsi klasik atau tidak.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Hasil analisis dengan menggunakan Berdasarkan hasil uji statistik dengan model kolmogorov-smirnov dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai

Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,606 > 0,05.

2 Uji Multikolineritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Jika pada model terjadi multikolinieritas, maka koefisien regresi tidak dapat ditaksir dan nilai standard error menjadi tidak terhingga. Menurut Nugroho (2005:58), deteksi multikolinieritas pada suatu model dapat dilihat, yaitu jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas. Output SPSS untuk VIF menunjukkan masing-masing variabel independen memiliki nilai VIF 1.831, 1.498, 1.366, 1.377, dan 1.661, sedangkan untuk tolerance memiliki nilai 0.546, 0.667, 0.732, 0.726, dan 0.602. hal ini mengindikasikan tidak terjadi multikolineritas karena telah memenuhi syarat uji multikolineritas yaitu nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0.10.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitias bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastistas. Menurut Nugroho (2005:62) cara memprediksi ada tidaknya

heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot model tersebut. Berdasarkan grafik Scatterplot

terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

4. Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya dalam model regresi. Berdasarkan tabel Durbin-Watson diketahui bahwa nilai D-W yang didapat sebesar 1,756 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas dari masalah autokorelasi.

PEMBAHASAN

Berdasarkan uji F yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa variabel size, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, kepemilikan manajemen dan leverage

mempunyai pengaruh terhadap pengungkapan sosial perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai F-hitung sebesar 20,841 dengan nilai signifikansi 0,000. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel (20,841 > 2,456), sedangkan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05).

Berdasarkan uji t yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa hanya variabel ukuran dewan komisaris yang berpengaruh terhadap pengungkapan sosial perusahaan. Nilai t-hitung untuk variabel dewan komisaris adalah sebesar 7,549 dan t-tabel untuk df (n-2) = 43 dengan • = 5% diketahui sebesar 2,017. Nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (7,549 > 2,017) dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (lebih kecil dari 0,05).

Ada beberapa keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan.

1. Sampel dalam penelitian ini terbatas pada perusahaan manufaktur saja, sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisir keseluruh perusahan publik yang ad di Indonesia.


(6)

2. Periode penelitian ini hanya tiga tahun amatan (2006-2008)

3. Variabel independen terbatas pada

size perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, kepemilikan manajemen dan leverage, sehingga kurang mampu menjelaskan lebih luas pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan melalui analisis dan pembahasan, peneliti memberikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Penelitian ini memberikan hasil bahwa size perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, kepemilikan manajemen dan leverage secara bersama-sama atau simultan memiliki pengaruh terhadap pengungkapan sosial perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%. 2. Penelitian ini mendukung

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sulatini (2007) dan Sitepu (2008) bahwa secara parsial ukuran dewan komisasris berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan manufaktur, sedangkan size

perusahaan, profitabilitas, kepemilikan manajemen dan tingkat leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%.

SARAN

Berdasarkan keterbatasan penelitian di atas, peneliti mengajukan beberapa saran atau rekomendasi bagi penelitian berikutnya.

1. Sebaiknya menggunakan jumlah sampel lebih besar, dan periode penelitian lebih tiga tahun amatan untuk melihat trend CSR.

2. Sebaiknya menambah atau menggunakan variabel independen berbeda dari penelitian ini, seperti struktur permodalan, status

perusahaan, sektor perusahaan dan lain-lain.

3. Bagi penelitian selanjutnya, item-item pengungkapan sosial (misal: lingkungan hidup, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tentang tenaga kerja, produk, dan keterlibatan masyarakat) senantiasa diperbaharui sesuai kondisi masyarakat serta peraturan yang berlaku.

DAFTAR RUJUKAN

lmilia, Luciana Spica dan Ikka Retrinasari, 2007. “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEJ”, Proceeding Seminar Nasional, Jakarta.

Anggraini, Fr.Reni Retno, 2006. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar Bursa Efek Jakarta)”,

Simposium Nasional Akuntansi, Padang.

Belkoui, Ahmed and Philip G.Karpik, 1989. “Determinants of The Corporate Decision to Diclose Social Information”, Acounting, Auditing and Accountability

Journal, Vol.2 No.1, p.36-51. Colleer, P. and A. Gregory, 1999. “Audit

Committee Activity and Agency Cost”, Journal of Accounting and Public Policy, vol. 18 (4-5), pp. 311-332.

Darwin, Ali, 2004. “Penerapan Sustainability Reporting di Indonesia”, Konvensi Nasional Akuntansi V, Program Profesi Lanjutan, Yogyakarta.

Ebert, R. J. and R.W. Griffin, 2003. Bisnis,

Edisi Keenam, Jilid I, Alih Bahasa Edina Cahyaning Tarmidzi, Prenhallindo, Jakarta.

Fitriani, 2001. “Siginifikansi perbedaan tingkat kelengkapan pengungkapan


(7)

waji dan sukarela pada laporan keuangan perusahaan publik yang terdaftar di bursa efek jakarta”.

Simposium Nasional Akuntansi IV. Hackston, David and Markus J. Milne,

1996. “Some Determinants of Social and Environmental Disclosure in New Zealand Companies”, Accounting, Auditing and Accountability Journal, Vol.9 No.1, p.77-100.

Na’im, Ainun dan Fuad Rachman, 2000. “Analisis Hubungan antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Struktur Modal dan Tipe Kepemilikan Perusahaan”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.15 No.1.hal.70-82.

Roberts, R.W., 1992. “Determinants Of Corporate Social Responsibility

Disclosure: An Application Of Stakeholder Theory”, Accounting, Organization And Society. Vol. 17 No. 6, pp. 595-612.

Sulastini, Sri, 2007. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Social Disclosure Perusahaan Manufaktur Yang Telah Go Public”, Skripsi. Fakultas Ekonomi, UNNES, Semarang.

Utomo, Muhammad Muslim, 2000. “Praktek Pengungkapan Sosial Pada Laporan Tahunan Perusahaan di Indonesia (Studi Perbandingan Antara Perusahaan High Profile dan Low Profile)”, Simposium Nasional AkuntansiIV, IAI.

Undang Undang R.I. No. 40 Tahun 2007 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.


(8)

Pedoman Penulisan

Petunjuk Penulisan bagi Penulis

Jurnal EKONOM

ISSN 0853-2435

1. Artikel yang ditulis adalah merupakan hasil penelitian dan pemikiran analitisdi bidang ekonomi. Naskah diketik dengan huruf times new roman, font 12, satu spasi, kertas A4, maksimal 15 halaman, rangkap 3 eksemplar beserta disket dan file diketik dengan

Microsoft Word.

2. Nama penulis artikel ditulis tanpa gelar akademik dan ditempatkan di bawah judul artikel. Apabila artikel ditulis oleh lebih dari satu orang, maka penulis berikutnya diurutkan di bawah penulis utama. Alamat dan institusi penulis serta e-mail harus dicantumkam untuk mempermudah komunikasi.

3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia yang bernar atau bahasa Inggeris dengan format essai. Judul bagian dicetak dengan huruf besar, bagian berikutnnya dengan huruf besar kecil dan bagian lain dengan huruf besar kecil miring.

4. Format penulisan untuk hasil penelitian adalah : judul, nama penulis; abstrak (maks. 100 kata berisikan tujuan, metode dan hasil penelitian); kata kunci, pendahuluan (latar belakang, tinjauan pustaka dan tujuan penelitian; metode ; hasil ; pembahasan ; kesimpulan dan saran ; daftar rujukan

5. Format penulisan untuk non penelitian (hasil pemikiran) adalah : judul, nama penulis; abstrak (maks. 100 kata berisikan tujuan, dan hasil penelitian); kata kunci, pendahuluan (latar belakang, tinjauan pustaka dan tujuan penelitian) ; pembahasan ; kesimpulan dan saran ; daftar rujukan.

6. Daftar Rujukan memuat pustaka terbitan 10 tahun terakhir, bersumber dari buku-buku, jurnal dan laporan penelitian lain (skripsi, tesis dan disertasi). Setiap pengutipan rujukan dicantumkan nama dan tahun contoh (Samuelson, 2005: 202).

7. Daftar Rujukan ditulis dengan ketentuan sebagai berikut : Buku :

Hill, H. 2000. Unity and diversity Regional Economic Development : In Indonesia Since 1970, University Press, Oxford.

Jurnal :

Usmanto, 2002. Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Dampaknya tehadap Lingkungan,

Jurnal Ekonom, Vol. 6 /No.3,Fakultas Ekonomi USU, Medan. Koran (Surat Khabar) :

Neraca. 29 Juli, 2006. Reformasi Ekonomi Dewasa Ini. Hal. 5.

Skripsi, Tesis, Disertasi dan laporan Penelitian :

Rahmansyah, A. 2004. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Propinsi-propinsi di Indonesia. Tesis tidak diterbitkan. Medan.SPs Universitas Sumatera Utara.

Internet :

Hitchkock, S. 1996. A Survey of STM Online Journals 1990-1995 : The Calm Before the


(9)

8. Semua artikel ditelaah oleh secara anonym oleh penyunting ahli yang ditunjuk berdasarkan kepakaran dan kompetensinya. Perbaikan dimungkinkan setelah artikel tersebut disunting dan pemberitahuan pemuatan tulisan atau ditolak akan diberitahukan kepada penulis. 9. Proses penyuntingan terhadap draft tulisan dilakukan oleh penyunting dan atau melibatkan

penulis.

10. Segala sesuatu yang menyangkut dengan HAKI seperti perizinan pengutipan dan penggunaan software computer dalam pembuatan artikel sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis artikel.


(1)

1999 dalam Sitepu (2008) menyatakan bahwa semakin besar anggota dewan komisaris maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan memonitoring, sehingga yang dilakukan akan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial, maka tekanan terhadap manajemen akan semakin besar untuk mengungkapkannya.

4. Kepemilikan Manajemen

Mehran (1992) dalam Rosmasita (2007) mengartikan kepemilikan manajemen sebagai proporsi saham biasa yang dimiliki oleh manajemen. Kepemilikan manjamen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah saham yang dimiliki oleh Dewan Komisaris dan Direktur. Semakin besar kepemilikan manajer di dalam perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan. Manajer perusahaan akan mengungkapkan informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan

image perusahaan, meskipun ia harus

mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut (Gray, et. al., (1998).

5. Leverage

Rasio Leverage merupakan proporsi total hutang terhadap ekuitas pemegang saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu hutang.

Tambahan informasi seperti informasi sosial diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur (Meek, et.al (1995) dalam Sulastini (2007)). Oleh karena itu perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan leverage yang rendah.

Berdasarkan konseptual dan teori di atas, maka dapatlah dibuat justifikasi hubungan antara variable independen dengan variable dependen. Size perusahaan diukur melalui total aktivanya. Apabila jumlah aktivanya besar maka perusahaan tersebut termasuk dalam perusahaan besar. Semakin besar perusahaan maka semakin luas pengungkapan sosialnya. Profitabilitas

diukur dengan Return On Asset (ROA). Semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosialnya.

Ukuran dewan komisaris dihitung dengan melihat jumlah anggota dewan komisaris dalam perusahaan. Semalin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan sosial, maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapnya.

Kepemilikan Manajemen diukur melalui persentase kepemilikan manajemen dalam perusahaan. Semakin besar kepemilikan manajemen, maka semakin besar juga pengungkapan sosialnya. Leverage ditunjukkan melalui Debt to

Equity Ratio (DER), semakin tinggi

leverage maka semakin besar juga

pengungkapan sosialnya. METODE

Penelitian ini menggunakan desain kausal yang berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mendownload melalui website Bursa Efek Indonesia yaitu

keuangan tahunan tahun 2006-2008 dan data dari ICMD (Indonesian Capital MarketDirectory) 2008.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006 – 2008 sejumlah 151 perusahaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu. Jumlah seluruh sampel dalam penelitian ini selama tiga tahun amatan adalah sebanyak 45 unit analisis (15 x 3) setelah memenuhi kriteria berikut ini:

a. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan tahunan periode 2006-2008 dan telah mempublikasikannya beturut-turut, b.Informasi pengungkapan sosial

diungkapkan pada laporan tahunan perusahaan yang bersangkutan selama periode 2006-2008.


(2)

HASIL

Pengujian Asumsi Klasik

Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda dengan bantuan software SPSS for

windows. Penggunaan metode analisis

regresi dalam pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji apakah model tersebut memenuhi asumsi klasik atau tidak.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Hasil analisis dengan menggunakan Berdasarkan hasil uji statistik dengan model kolmogorov-smirnov dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,606 > 0,05. 2 Uji Multikolineritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Jika pada model terjadi multikolinieritas, maka koefisien regresi tidak dapat ditaksir dan nilai standard error menjadi tidak terhingga. Menurut Nugroho (2005:58), deteksi multikolinieritas pada suatu model dapat dilihat, yaitu jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas. Output SPSS untuk VIF menunjukkan masing-masing variabel independen memiliki nilai VIF 1.831, 1.498, 1.366, 1.377, dan 1.661, sedangkan untuk tolerance memiliki nilai 0.546, 0.667, 0.732, 0.726, dan 0.602. hal ini mengindikasikan tidak terjadi multikolineritas karena telah memenuhi syarat uji multikolineritas yaitu nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0.10.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitias bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastistas. Menurut Nugroho (2005:62) cara memprediksi ada tidaknya

heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot model tersebut. Berdasarkan grafik Scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

4. Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya dalam model regresi. Berdasarkan tabel Durbin-Watson diketahui bahwa nilai D-W yang didapat sebesar 1,756 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas dari masalah autokorelasi.

PEMBAHASAN

Berdasarkan uji F yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa variabel size, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, kepemilikan manajemen dan leverage mempunyai pengaruh terhadap pengungkapan sosial perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai F-hitung sebesar 20,841 dengan nilai signifikansi 0,000. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel (20,841 > 2,456), sedangkan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05).

Berdasarkan uji t yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa hanya variabel ukuran dewan komisaris yang berpengaruh terhadap pengungkapan sosial perusahaan. Nilai t-hitung untuk variabel dewan komisaris adalah sebesar 7,549 dan t-tabel untuk df (n-2) = 43 dengan • = 5% diketahui sebesar 2,017. Nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (7,549 > 2,017) dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (lebih kecil dari 0,05).

Ada beberapa keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan.

1. Sampel dalam penelitian ini terbatas pada perusahaan manufaktur saja, sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisir keseluruh perusahan publik yang ad di Indonesia.


(3)

2. Periode penelitian ini hanya tiga tahun amatan (2006-2008)

3. Variabel independen terbatas pada size perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, kepemilikan manajemen dan leverage, sehingga kurang mampu menjelaskan lebih luas pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan melalui analisis dan pembahasan, peneliti memberikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Penelitian ini memberikan hasil bahwa size perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, kepemilikan manajemen dan leverage secara bersama-sama atau simultan memiliki pengaruh terhadap pengungkapan sosial perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%. 2. Penelitian ini mendukung

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sulatini (2007) dan Sitepu (2008) bahwa secara parsial ukuran dewan komisasris berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan manufaktur, sedangkan size perusahaan, profitabilitas, kepemilikan manajemen dan tingkat leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%.

SARAN

Berdasarkan keterbatasan penelitian di atas, peneliti mengajukan beberapa saran atau rekomendasi bagi penelitian berikutnya.

1. Sebaiknya menggunakan jumlah sampel lebih besar, dan periode penelitian lebih tiga tahun amatan untuk melihat trend CSR.

2. Sebaiknya menambah atau menggunakan variabel independen berbeda dari penelitian ini, seperti struktur permodalan, status

perusahaan, sektor perusahaan dan lain-lain.

3. Bagi penelitian selanjutnya, item-item pengungkapan sosial (misal: lingkungan hidup, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tentang tenaga kerja, produk, dan keterlibatan masyarakat) senantiasa diperbaharui sesuai kondisi masyarakat serta peraturan yang berlaku.

DAFTAR RUJUKAN

lmilia, Luciana Spica dan Ikka Retrinasari, 2007. “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEJ”, Proceeding Seminar Nasional, Jakarta.

Anggraini, Fr.Reni Retno, 2006. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar Bursa Efek Jakarta)”,

Simposium Nasional Akuntansi,

Padang.

Belkoui, Ahmed and Philip G.Karpik, 1989. “Determinants of The Corporate Decision to Diclose Social Information”, Acounting, Auditing and Accountability

Journal, Vol.2 No.1, p.36-51. Colleer, P. and A. Gregory, 1999. “Audit

Committee Activity and Agency Cost”, Journal of Accounting and Public Policy, vol. 18 (4-5), pp. 311-332.

Darwin, Ali, 2004. “Penerapan Sustainability Reporting di Indonesia”, Konvensi Nasional

Akuntansi V, Program Profesi

Lanjutan, Yogyakarta.

Ebert, R. J. and R.W. Griffin, 2003. Bisnis, Edisi Keenam, Jilid I, Alih Bahasa Edina Cahyaning Tarmidzi, Prenhallindo, Jakarta.

Fitriani, 2001. “Siginifikansi perbedaan tingkat kelengkapan pengungkapan


(4)

waji dan sukarela pada laporan keuangan perusahaan publik yang terdaftar di bursa efek jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi IV. Hackston, David and Markus J. Milne,

1996. “Some Determinants of Social and Environmental Disclosure in New Zealand Companies”, Accounting, Auditing and Accountability Journal, Vol.9 No.1, p.77-100.

Na’im, Ainun dan Fuad Rachman, 2000. “Analisis Hubungan antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Struktur Modal dan Tipe Kepemilikan Perusahaan”, Jurnal Ekonomi dan

Bisnis Indonesia, Vol.15

No.1.hal.70-82.

Roberts, R.W., 1992. “Determinants Of Corporate Social Responsibility

Disclosure: An Application Of Stakeholder Theory”, Accounting, Organization And Society. Vol. 17 No. 6, pp. 595-612.

Sulastini, Sri, 2007. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Social Disclosure Perusahaan Manufaktur Yang Telah Go Public”, Skripsi. Fakultas Ekonomi, UNNES, Semarang.

Utomo, Muhammad Muslim, 2000. “Praktek Pengungkapan Sosial Pada Laporan Tahunan Perusahaan di Indonesia (Studi Perbandingan Antara Perusahaan High Profile dan Low Profile)”, Simposium Nasional AkuntansiIV, IAI.

Undang Undang R.I. No. 40 Tahun 2007 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.


(5)

Pedoman Penulisan

Petunjuk Penulisan bagi Penulis

Jurnal EKONOM

ISSN 0853-2435

1. Artikel yang ditulis adalah merupakan hasil penelitian dan pemikiran analitisdi bidang ekonomi. Naskah diketik dengan huruf times new roman, font 12, satu spasi, kertas A4, maksimal 15 halaman, rangkap 3 eksemplar beserta disket dan file diketik dengan Microsoft Word.

2. Nama penulis artikel ditulis tanpa gelar akademik dan ditempatkan di bawah judul artikel. Apabila artikel ditulis oleh lebih dari satu orang, maka penulis berikutnya diurutkan di bawah penulis utama. Alamat dan institusi penulis serta e-mail harus dicantumkam untuk mempermudah komunikasi.

3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia yang bernar atau bahasa Inggeris dengan format essai. Judul bagian dicetak dengan huruf besar, bagian berikutnnya dengan huruf besar kecil dan bagian lain dengan huruf besar kecil miring.

4. Format penulisan untuk hasil penelitian adalah : judul, nama penulis; abstrak (maks. 100 kata berisikan tujuan, metode dan hasil penelitian); kata kunci, pendahuluan (latar belakang, tinjauan pustaka dan tujuan penelitian; metode ; hasil ; pembahasan ; kesimpulan dan saran ; daftar rujukan

5. Format penulisan untuk non penelitian (hasil pemikiran) adalah : judul, nama penulis; abstrak (maks. 100 kata berisikan tujuan, dan hasil penelitian); kata kunci, pendahuluan (latar belakang, tinjauan pustaka dan tujuan penelitian) ; pembahasan ; kesimpulan dan saran ; daftar rujukan.

6. Daftar Rujukan memuat pustaka terbitan 10 tahun terakhir, bersumber dari buku-buku, jurnal dan laporan penelitian lain (skripsi, tesis dan disertasi). Setiap pengutipan rujukan dicantumkan nama dan tahun contoh (Samuelson, 2005: 202).

7. Daftar Rujukan ditulis dengan ketentuan sebagai berikut : Buku :

Hill, H. 2000. Unity and diversity Regional Economic Development : In Indonesia Since 1970, University Press, Oxford.

Jurnal :

Usmanto, 2002. Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Dampaknya tehadap Lingkungan, Jurnal Ekonom, Vol. 6 /No.3,Fakultas Ekonomi USU, Medan.

Koran (Surat Khabar) :

Neraca. 29 Juli, 2006. Reformasi Ekonomi Dewasa Ini. Hal. 5.

Skripsi, Tesis, Disertasi dan laporan Penelitian :

Rahmansyah, A. 2004. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Propinsi-propinsi di Indonesia. Tesis tidak diterbitkan. Medan.SPs Universitas Sumatera Utara.

Internet :

Hitchkock, S. 1996. A Survey of STM Online Journals 1990-1995 : The Calm Before the


(6)

8. Semua artikel ditelaah oleh secara anonym oleh penyunting ahli yang ditunjuk berdasarkan kepakaran dan kompetensinya. Perbaikan dimungkinkan setelah artikel tersebut disunting dan pemberitahuan pemuatan tulisan atau ditolak akan diberitahukan kepada penulis. 9. Proses penyuntingan terhadap draft tulisan dilakukan oleh penyunting dan atau melibatkan

penulis.

10. Segala sesuatu yang menyangkut dengan HAKI seperti perizinan pengutipan dan penggunaan software computer dalam pembuatan artikel sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis artikel.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

1 58 93

Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility, Nilai Perusahaan, Dan Kualitas Audit, Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei

4 98 116

Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance, dan pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

12 179 88

Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 63 102

Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 42 94

Pengaruh Corporate Social Responsibility, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2014

0 19 112

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 71 72

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 0 9

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 0 12

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SOSIAL (SOCIAL DISCLOSURE) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

0 0 9