EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Sejahtera 1 TP 2013/2014)

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI

PEMAHAMAN KONSEP

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Sejahtera 1 TP 2013/2014) Oleh

ELIZABETH CAHYA KRISTINA

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan analisis data secara deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual ditinjau dari pemahaman konsep siswa kelas VIII SMP Sejahtera 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014. Sampel dari penelitian ini adalah keseluruhan dari populasi yaitu seluruh kelas VIII SMP Sejahtera 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 48 siswa yang terbagi dalam 2 kelas yaitu kelas A dan kelas VIII-B. Berdasarkan pengujian hipotesis dengan taraf signifikansi 5%, diperoleh bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Kesimpulan yang diperoleh yaitu pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual efektif diterapkan di kelas VIII ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.


(2)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI

PEMAHAMAN KONSEP

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Sejahtera I Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

ELIZABETH CAHYA KRISTINA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(3)

(4)

(5)

(6)

✁WAYAT HIDUP

✂✄☎u✆ ✝ s✞ ✄r☎ ✟ ✠✟ Elizabeth Cahya Kristina dilahirkan pada tanggal 18 Maret 1989 di Bandar Jaya, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara buah hati dari Bapak Yusup Yohanes dengan Ibu Wiwik Dwi Suprihatin.

Pendidikan yang ditempuh penulis berawal dari Taman Kanak-kanak (TK) yakni TK Hang Tuah Lampung Utara yang dilanjutkan dengan pendidikan Sekolah Dasar (SD) yakni di SD YPP Bandar Harapan Lampung Tengah dan lulus pada tahun 2000. Kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah dan lulus tahun 2003 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) yakni di SMA Negeri 2 Kota Bumi, Lampung Utara hingga tahun 2006.

Pada tahun 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Non Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (Non SPMB).

Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK Budi Karya Lampung Selatan.


(7)

MOTO

Ketika kamu berpikir bahwa

kamu bisa maka

KAMU PASTI BISA!

Saat kamu jatuh,

Berlututlah

Berdo’a

Minta kekuatan kepada-Nya

agar dapat bangkit dan berjuang


(8)

PERSEMBAHAN

Segala Puji syukur ku ucapkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus

Kupersembahkan buah karya kecilku ini kepada

Kedua orangtuaku tercinta Bapak Yusup Yohanes dan Ibu Wiwik Dwi Supriatin yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan, dan semangat

yang takkan pernah habis,

yang selalu sabar dalam membesarkanku, yang selalu ada dikala aku sedih dan senang, yang tak pernah lelah untuk selalu mendoakan dan memberikan yang

terbaik dalam hidup ini.

Adikku terkasih Sara Kurnia Kristi serta seluruh keluarga besarku atas semua doa dan dukungan yang telah kalian berikan.

Sahabat-sahabat terbaikku baik di kampus maupun di luar kampus atas semua doa, semangat persaudaraan, dan kebersamaan yang telah kalian berikan.

Para pendidik yang kuhormati, terimakasih untuk ilmu dan pengalaman yang telah membuatku lebih berwawasan.


(9)

ix ✡☛☞✌ ☛✍ ☛☞☛

✎u✏✑ syu✒ur ✒✓✔ ✕✖ ✑✕rt ✗✔ ✕u n✘ ✓s su✙✑rstus ✘ ✕n✚ ✛ ✕✔ ✕ ✎✓n✚ ✕✑ ✔s ✖ ✕n✛ ✕✔ ✕ ✎✓ny✕y✕n✚ , ✕t✕s r✕✔m✕t ✖ ✕n✒ ✕✑ ✕run -✜y✕ s✓✔ ✑n✚✚ ✕ p✓✢ ✑nus ✖ ✕✕pt m✓ny✓ ✢ ✓s✕✑✒ ✕n p

✓usunny✕n s✒r✑✑ps y✕n✚ berjudul ✣fektivitas Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan KontekstuKonsepal Untuk Meningkatkan Pemahaman (studi pada

kelas ✤✥ ✥ ✥ SMP Sejahtera 1 ✦and✧ar ampung ★0013/Tahu★n Pelajaran 01✩) ✪ sebagai syarat ukan padantuk mencapai gelar sarjana pendidi ✫akultas Keguruan d

an ✥lmu Pend✧ampuidikan, Universitas ng.

Penulis menyadari s dorongan, bskripsi ini dantuan, arahan,apat diselesaikan ata b

imbingan, dan masukan dari berbagai pihak . Untuk itu perkenankan penulis mengu✬ capkan terima kasih kepada

1. ✦apak Dr. Caswita, M.Si ✥ ., selaku Dosen Pembimbing dan Ketua Jurusan yang te lah bertasi dsedan memia meluangkan waktunya untuk konsul berikan b

imbingan, masukan , kritik, saranma penyu, serta dukungan su nan sela skripsi , sehingga skripsi ini menjadi lebih baik .

★. ✦apak Drs. M. Coesamin, M.Pd✥ ✥ ., selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Pembimbing Akademik ktunya untukyang telah bersedia meluangkan wa konsultasi dk, saran serta dan memberikan bukunganimbingan, masukan, kriti


(10)

x ✭. ✮✯u✰✱. ✲✳r ✴✵✳stut ✶✷or , ✸.✹✺., s✷ ✻ ✵✼u ✺os✷n ✷p✯ ✵✽ ✵m s y✵✾n t✷ ✻✵✽

m✷✯ ✷m✳ ✼ ✵r mn✵✼su ✵n, ✼r✳✳ ✼t , ✺✵n s✵✵rn ✼ ✷p✵ ✺✵ p✷nu✻✳s.

✿. ✮bu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku pendidikan ketua program studi

matematika yang telah ber sedia meluangkan waktumberikan an med perhatian kepada penulis.

❀. ❁apak d✮bu dosen pendan idikan matematika ❂akultas Kegu✮lmu ruan dan di Pendidikan yang telah membuan kepada penulis. erikan bekal ilmu pengetah

6. ❁apak Dr. ❁ujang Rahman, M.Si., selaku❂K✮P Universitas ❃ampung Dekan b

eserta staf dan jajarannya.

7. ✮bu El. Sri Puryanti , S.Pd . M.Pd. , selaku k jahtera 1 ❁epalaandar SMP S e

❃ampung beserta Wakil, staff, demberikan an karyawan yang telah m kemudahan selama penelitian.

8. ✮bu Sinu❃ingga , S.Pdbantu., selaku dalam guru mitra yang telah banyak mem penelitian.

9. Siswa Kelas❄✮✮ ✮ SMP Sejahtera 1 ❁and❃ar ampung yang telah membantu

penulis selama melakukan penelitian .

10. Papa dan Mama n dan kasih sayang yangtercinta, terimakasih atas perhatia telah diberikan selama ini, yang tid untuk selalu mendoakan ak pernah lelah

yang lebih baik untuk anak -anaknya.

11. Mbah Kakung ( †) dan Mbah Uti antersayang, terimakasih atas perhatian d kasih sayang yang telah didak pernah lelahiberikan selama ini, yang t

mendoakan cucu -cucunya.

1❅. ❆❇ ❈ ❉ ❉u tersayang Sara Kurnia Kristi , terima kasih atas doa dan d

u ✼un✾ ✵nny✵.


(11)

xi ❊❋. ●y Lovely cousin Kefas Ajie Bhekti serta k❍■❏ur❑❏ ▲❍❏sr▼u ❍tr◆❏m▼ ❏s◆❖

❏❏ts P❏oP ❏nPu▼un❑❏❏nny. ❊◗ ❘ ❙ima ❚Pi Putra terima kasih untuk doa dan dukungan selama pembuatan

sk ripsi in❘i

❊❯ ❘ Teman ❱teman ku yang selalu memberikan dangunku ❲❳as ❙❨idu❩❏mdan❨ dan Oki

❊❬❘ Rekan ❱rekan seperjuanganku telahygan memberikan banantuan d m en d u k u n g

saat perku liahan m❲aupu❙n ujian❨eni❚❭man❨❪❨eo❪iza❨❪yly❨ ❫in

❚❴❨didan❵❛❘ras

❊❜❘ Teman ❱teman seperjuangaku Pen❳anidikdatematika 2❝❝ ❬ serta kakak dan ad

ik

tingkat yang memberikan persausama selamynaana inaraan ddi kaneber ❲

❫❨ra❞❨iwin ❨Qiput dan❚❡ril ❘ ❊❢❘ ❫bu❳iryam S❨etyani S❘❣d S❤ terimakasih atas dukungan dan doa selama

pem❘buatan skripsi ini

❊✐❘ emS ua pihak yang telah membantu dripsi inalam peniyusunan sk yang tidak d

apat disebutkan satu persatu ❘

Semoga dengan ebaikkan dan danuk yugnang telah ndiberika pada penulis m

en d

apat balasan pahala an setimygpal dari ❳a ah❥Tuasau yanhgan dan s emoga sk

ripsi ❘ini bermanfaat

❙andar ❪ampung ❨ ❦ul i 2❝❊◗ Penulis


(12)

♥♦♣ q ♦rsts

H✉l✉m✉n

♥♦♣q♦rq ♦✈ ✇ ①... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv I. PENDAHULUAN

②③④✉t✉r⑤⑥l✉k✉ng⑦✉s✉l✉h③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ⑧ ⑤ ③⑨umus✉n ⑦✉s✉l✉h ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ⑩ ❶ ③❷uju✉n ❸eneliti✉n ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ❹ ❺③⑦✉✉ ✉nf t ❸eneliti✉n ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ❹ ❻ ③⑨u✉ng ④pukgin ❸eneliti✉n ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ❹

II. TINJAUAN PUSTAKA

②③❷inj✉u✉n❸ust✉k✉③③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ❼ ⑧ ③ ❻✉fektivits ❸❽emel✉j✉r✉n ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ❼ ❾ ③ ❸endek✉t✉n❿ontekstu✉l ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ➀ ➁ ③ ❸em✉h✉m✉n❿onsep ⑦✉tem✉tis ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ⑧ ➂ ⑤ ③❿er✉ngk✉ ❸ikir ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ⑧ ➀ ❶ ③➃➄po❸tesiseneliti✉n ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ⑧ ➀

III. METODE PENELITIAN

②③❸opu✉sil d✉n ➅✉mpel ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ❾➆ ⑤ ③⑨✉nc✉✉gnn❸eneliti✉n ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ❾ ⑧ ❶ ③❺✉t✉ ❸eneliti✉n ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ③ ③ ③ ③③ ③ ③ ❾ ❾


(13)

➇➈➉ ➊knik ➋➊ngumpul➌n➇➌t➌➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➍ ➍ ➎➈Instrum➊n➋➊n➊liti➌n➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➍➏ ➐➈ ➑➌➌lidits ➒si ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➍➏ ➍ ➈ ➓➌➔eli ➌ilits ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➍4 →➈ ➣↔➌lisis ➇➌t➌➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈ ➈➈ ➈ ➈ ➍↕

G. Pengujian Hipotesis... 27

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 28 1. Uji Hipotesis ... 29 2. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep

Matematis siswa... 29 B. Pembahasan ... 31

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 34 B. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

➙➛➜ ➝ ➛➞➝ ➛➟ ➠ ➡

➢➤ ➥➦ ➧ ➨➤ ➧➤ ➩➤ ➫ ➭➯ ➲ ➳➵ ➸➺ ➻ ➫➼➢➦ ➽➾➦➩➤ ➚➤➩➤➫➪➸ ➫➽➦➶➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯ ➯➹5

3.2 ➘ ➫➴➦ ➺ ➶➺ ➦➽➴➤➽➻➷➻➧➤ ➻➪➸➦ ➬ ➻➽➻➦➫ R➦➧➻➤➥➻ ➧➻➴ ➤ ➽... 26

4.1 R➦ ➵➤ ➶➻ ➴ ➮ ➧➤➽➻➾➦ ➫➱➤➶➤ ➻➤➫➘ ➫✃ ➻ ➵➤➴➸➺➾➦ ➩➤ ➚➤➩➤➫➪➸ ➫ ➽➦ ➶❐ ➤➴ ➦ ➩➤ ➴ ➻ ➽


(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

❰ÏÐniÐikÑn mÏÑprukÑn kÏÒutuÓ Ñn yÑÔn mutlÑkÒ ÑÔi pÏmÒÑnÔÑunn mÑÑsyrÑkÑt su

Ñtu nÏÔ ÑrÑÕ sÏ ÒÑ Ò pÏÐnÐiikÑn mÏÑrupkÑn Ð ÑsÑr Ò ÑÔi pÏrkÏmÒ ÑÔ Ñn n p

ÏmÒ ÑÔnunÑn nÑÑnsiol yÑnÔ Ó Ñrus ÐÐinÔkuu olÏ Ó mÑnusiÑ Ö ÏÐ Ñr Õs tÏrÑÕmpil

Ò ÏrÒÐui pÏkÏrtiÕ Ð Ñn tÑ× Ñk tÏrÓ ÑÐ ÑpTuhan Yang Maha Esa. Di Indonesia

berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan telah dilakukan berbagai pihak baik dari pihak guru sebagai pelaksana bahkan sampai pihak pemerintah sebagai penentu kebijakan. Upaya peningkatan mutu pendidikan ini ditujukan untuk mencapai salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1, menyebutkan sebagai berikut.

ØPendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara . Melalui pendidikan, seorang siswa diharapkan bisa mengembangkan potensi dirinya dan menerapkan apa yang telah ia dapatkan dari kegiatan pembelajaran ke


(16)

2

dalam kehidupan nyata, sehingga kemampuan yang ia miliki berguna dalam kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

Salah satu proses yang penting dalam dunia pendidikan adalah kegiatan pembelajaran. Pada saat kegiatan pembelajaran, rangkaian kegiatan belajar didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Guru tidak hanya dituntut menguasai materi tetapi juga dituntut untuk menguasai strategi-strategi dalam penyampaian materi tersebut. Guru yang kompeten akan lebih mampu mengelola kelasnya, menciptakan suasana belajar yang efektif, dan menyenangkan sehingga kegiatan pembelajaran akan berlangsung secara optimal. Cara guru menciptakan suasana kelas dan mendekatkan materi kepada siswa akan berpengaruh terhadap respon siswa dalam kegiatan pembelajaran. Apabila guru berhasil meningkatan pemahaman konsep materi pelajaran, maka pada akhirnya mengakibatkan hasil belajar menjadi lebih optimal. Selain itu, kemampuan guru untuk mendesain kegiatan pembelajaran dan mendekatkan materi kepada siswa sangat dibutuhkan agar siswa tidak sekedar menerima materi yang akan dibahas oleh guru tetapi benar-benar terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran sehingga pada akhirnya mampu menerapkan materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang telah berkembang pesat pada umumnya lebih bersifat abstrak. Apabila materi matematika disampaikan langsung secara abstrak kepada siswa, tentu siswa akan kesulitan dalam memahami materi matematika tersebut. Oleh sebab itu, pembelajaran matematika perlu diawali dengan hal-hal yang konkret ke hal-hal yang abstrak, dari hal sederhana ke yang kompleks, dan dari yang mudah ke yang sulit, dengan


(17)

3

menggunakan berbagai sumber belajar. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya sedikit demi sedikit sehingga materi yang sedang dipelajari dapat dipahami dengan baik. Agar siswa dapat mempelajari dan memahami matematika dengan baik, maka seorang guru harus mampu menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa sehingga siswa mendapatkan pengalaman-pengalaman belajar yang dapat memunculkan kesan bahwa matematika itu mudah.

Kegiatan pembelajaran matematika harus memberikan kebermaknaan bagi siswa. Menurut Djahiri (dalam Kunandar, 2007: 287)

Dalam pembelajaran prinsip utamanya adalah adanya proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi siswa (fisik dan non fisik) dan kebermaknaan bagi dirinya dan kehidupan saat ini dan saat yang akan datang (life skill).

Siswa diharapkan terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mampu mengaitkan antara materi yang diperoleh dengan pengalaman-pengalamannya dalam kehidupan, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Dengan demikian, siswa terlatih dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam dunia nyata dengan menerapkan pengetahuan yang telah mereka terima. Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran diperlukan pengaitan antara materi matematika dengan dunia nyata.

Pembelajaran matematika yang dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa akan lebih mudah dipahami dan diingat oleh siswa. Pengaitan materi matematika dengan kehidupan nyata dapat membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan matematika mereka sendiri. Pengaitan materi ini menjadikan siswa mengetahui kegunaan matematika dalam kehidupan nyata, sehingga siswa merasa perlu untuk


(18)

4

belajar matematika yang pada akhirnya membuat mereka lebih tertarik untuk belajar matematika.

Pendekatan kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. Pendekatan kontekstual mendasarkan pada kecenderungan pemikiran bahwa belajar tidak hanya sekedar menghapal tetapi siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benaknya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VIII SMP Sejahtera I Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014, diketahui bahwa 55% (27 dari 48 siswa) siswa yang tuntas KKM (Kriteria Ketuntasan Belajar) atau mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 65. Persentase tersebut masih di bawah indikator keberhasilan yang ingin dicapai sekolah, yaitu 70% siswa tuntas belajar. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Sejahtera I Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 masih rendah dan mengindikasikan pembelajaran matematika masih kurang efektif.

Berdasarkan observasi di kelas, guru sudah menerapkan model-model pembel-ajaran berkelompok, namun dalam penyampaian materi guru masih menggunakan metode ceramah dan kurang mengaitkan materi dengan kehidupan nyata sehingga siswa merasa kesulitan dalam memahami materi yang diberikan. Kegiatan pembelajaran selama ini masih berjalan satu arah yaitu antara guru ke siswa,


(19)

5

belum membangkitkan budaya belajar pada diri siswa sehingga menyebabkan siswa kurang memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran matematika yang pada akhirnya mengakibatkan rendahnya hasil belajar yang mereka dapatkan. Oleh karena itu, diduga dengan diterapkannya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika, diharapkan permasalahan-permasalahan tersebut dapat diatasi.

Selain itu, dalam proses pembelajaran sering kali timbul permasalahan bahwa siswa kesulitan dalam membayangkan benda-benda atau kejadian-kejadian berhubungan dengan materi yang diajarkan. Dari masalah tersebut perlu dicari satu solusi alternatif metode mengajar yang efektif dalam melaksanakan proses pembelajaran matematika di kelas. Salah satu alternatifnya adalah model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan lembar kegiatan siswa. Siswa diajak untuk belajar memahami konsep matematika dengan mengaitkan materi yang sedang dipelajari kepada permasalahan di kehidupan sehari-hari secara berkelompok dan di akhir pembelajaran siswa mengerjakan lembar kerja siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

ÙÚ ÙÛÙÜÝApakah pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual efektif ditinjau dari pemahaman konsep siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2013/2014? .


(20)

6

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual ditinjau dari pemahaman konsep siswa kelas VIII semester genap.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Memberikan suasana baru dalam pembelajaran matematika kepada siswa yai-tu dengan pendekatan konteksyai-tual.

2. Memberikan informasi dan wawasan kepada guru tentang efektivitas pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual.

3. Memberikan sumbangan pemikiran kepada sekolah dalam upaya memper-baiki mutu pembelajaran.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut.

1. Pendekatan kontekstual merupakan suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

2. Efektivitas pembelajaran adalah ketepatgunaan pembelajaran untuk men-capai tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini, hasil belajar tersebut berupa nilai yang diperoleh siswa berdasarkan hasil tes berbentuk uraian yang dibuat


(21)

7

sesuai indikator pemahaman konsep yang diteliti. Pembelajaran efektif jika hasil tes siswa pada materi yang diajarkan sekurang-kurangnya 70% siswa tuntas.

3. Pemahaman konsep merupakan kemampuan siswa dalam menguasai meteri pembelajaran yang terlihat dari hasil belajar. Hasil belajar tersebut berupa nilai yang diperoleh siswa berdasarkan hasil tes yang dibuat sesuai dengan indikator pemahaman konsep yang diteliti.


(22)

8

II . TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Pustaka

1. Efektivitas Pembelajaran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 219) efektif berarti dapat mem-bawa hasil atau berdaya guna. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Efektivitas pembelajaran dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Sutikno (dalam Wijaya, 2009: 9) menyatakan sebagai berikut.

”Pembelajaran efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai

tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.”

Pembelajaran akan efektif jika pembelajaran yang berlangsung tersebut mudah dan menyenangkan bagi siswa. Siswa akan tertarik mengikuti pembelajaran jika pembelajaran yang berlangsung dirasa menyenangkan bagi siswa. Ketertarikan siswa terhadap pembelajaran yang berlangsung dapat diketahui dengan memberikan angket mengenai respon siswa selama mengikuti pembelajaran.

Suatu pembelajaran dikatakan efektif jika dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai yang diharapkan. Tujuan pembelajaran secara umum mencakup tiga aspek,


(23)

9

yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam efektivitas pembelajaran ini tujuan pembelajaran matematika lebih mengacu pada aspek kognitif, yaitu tingkat kemampuan siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Tingkat kemampuan siswa dalam memahami materi dapat diketahui dengan pemberian tes.

Hamalik (2001: 171) menyatakan bahwa pembelajaran dikatakan efektif jika pembelajaran tersebut memberikan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar. Pembelajaran sebaiknya tidak didominasi oleh guru. Sebaliknya seorang guru harus mampu membuat siswanya ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan menyediakan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya diharapkan siswa dapat mengembangkan potensinya dengan baik. Dengan demikian pembelajaran efektif jika siswa terlibat aktif selama kegiatan pembelajaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ketepatgunaan pembelajaran dari suatu proses interaksi antara siswa dengan siswa maupun antara guru dan siswa dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Efektif atau tidaknya pembelajaran dapat dilihat dari terpenuhi atau tidaknya kriteria-kriteria yang berupa aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, hasil belajar siswa, dan respon siswa terhadap pembelajaran.

2. Pendekatan Kontekstual

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 458) Konteks diartikan sebagai situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian. Pendekatan Kontekstual merupakan konsep belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar lebih baik


(24)

10

jika lingkungan diciptakan secara alamiah, artinya belajar akan lebih bermakna jika anak bekerja dan mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sekedar mengetahuinya. Kunandar (2007: 296) menyatakan sebagai berikut.

”Contectual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan antara materi pelajaran yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.”

Berdasarkan uraian di atas, pendekatan kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada prospek keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Sihono (2004 : 74) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual memiliki 7 komponen utama, yaitu (1) konstruktivisme, (2) inquiry, (3) questioning, (4) learning community, (5) modelling, (6) refleksi, dan (7) authentic assessment.

Komponen-komponen di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Konstruktivisme (Contructivism)

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir bagi pendekatan kontekstual yang menyatakan bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara langsung.

Sihono (2004 : 75) menyatakan:

“Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.”


(25)

11

Berdasarkan pernyataan tersebut, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan suatu masalah, bergelut dengan ide-ide, dan menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Untuk itu siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.

Dengan dasar itu, pembelajaran hanya dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan bukan guru. Sihono (2004 : 75) menyatakan bahwa tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan cara :

1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa

2) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri

3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

2) Teori Menemukan (Inquiry)

Sihono (2004 : 76) menyatakan bahwa menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual yang berpendapat bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan dari hasil mengingat se-perangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apa pun materi yang diajarkannya.

Sihono ( 2004 : 76) mengatakan bahwa langkah-langkah dari kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut.

1. merumuskan masalah


(26)

12

3. menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan sebagainya

4. mengomunikasikan atau menyajikan hasil karya di depan guru, teman sekelas, dan audiens yang lain.

3) Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat bermula dari kegiatan bertanya. Bertanya (questioning) adalah suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh

siswa untuk menganalisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan.

Sihono (2004 : 77) menyatakan bahwa bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya untuk menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan menunjukkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Sedangkan bagi guru, bertanya adalah upaya untuk merangsang siswa berpikir, mengevaluasi belajar, memulai pengajaran, memperjelas gagasan, dan meyakinkan apa yang diketahui oleh siswa.

Menurut pendapat Sihono ( 2004 : 77), dalam suatu pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya sangat penting dilakukan karena memiliki beberapa kegunaan yaitu:

1. menggali informasi, baik administrasi maupun akademis 2. mengecek pemahaman siswa

3. membangkitkan respon kepada siswa

4. mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa 5. mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa


(27)

13

7. untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa 8. untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

4) Masyarakat belajar (Learning Community)

Sihono (2004 : 77 – 78) menyatakan bahwa konsep Learning Community

menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Oleh karena itu, dalam kelas guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang anggotanya heterogen. Hasil belajar diperoleh dari diskusi antara teman, dan antar kelompok, dari yang tahu ke yang belum tahu. Baik orang-orang di dalam kelas, di sekitar kelas, maupun yang di luar kelas, semua adalah anggota dari masyarakat belajar.

Dalam Hermawan (2010 : 15) disebutkan bahwa masyarakat belajar (Learning

Comunity) pada dasarnya memiliki pengertian:

1. Adanya kelompok belajar yang berkomunikasi untuk berbagi gagasan dan pengalaman.

2. Ada kerjasama untuk memecahkan masalah.

3. Ada rasa tanggung jawab kelompok, semua anggota dalam kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama.

4. Membangun motivasi belajar bagi anak yang belum mampu.

5. Menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan seorang anak belajar dengan anak lainnya.

6. Ada fasilitator/ guru yang memandu proses belajar dalam kelompok. 7. Harus ada komunikasi dua arah atau multi arah.

8. Ada kemauan untuk menerima pendapat yang lebih baik. 9. Ada kesediaan untuk menghargai pendapat orang lain.

10. Dominasi siswa yang pintar perlu diperhatikan agar yang lambat/lemah bisa pula berperan.


(28)

14

Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu, semua pihak mau saling mendengarkan. Model pembelajaran dengan teknik masyarakat belajar ini ini sangat membantu proses pembelajaran di kelas.

5) Pemodelan (Modeling)

Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa-siswanya ikut melakukan. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. Dengan kata lain, contoh model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara menggambar garis sejajar, cara menggambar kubus, dan sebagainya.

Faridah (2012 : 9) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk menggambarkan grafik suatu fungsi dengan panduan dari guru. Siswa tersebut dapat dikatakan sebagai model. Model juga dapat menggunakan benda-benda nyata yang ada di dalam kelas atau di luar kelas, misalkan lemari yang dapat dijadikan model balok, atau piramida sebagai model limas segiempat, dan sebagainya.


(29)

15

6) Refleksi (Reflection)

Sihono (2004 : 79) menyatakan bahwa refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima. Siswa mengendapkan apa yang baru di-pelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Kunci dari kegiatan refleksi adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa.

Tugas guru adalah membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan begitu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya.

7) Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)

Johnson (dalam Supinah, 2008 : 10) menyatakan sebagai berikut.

“Penilaian yang sesungguhnya (authentic assessment), ditujukan pada motivasi siswa untuk menjadi unggul di era teknologi, penilaian sesungguhnya ini berpusat pada tujuan, melibatkan keterampilan tangan, penerapan, dan kerjasama serta pemikiran tingkat tinggi yang berulang-ulang. Penilaian itu bertujuan agar para siswa dapat menunjukkan penguasaan dan keahlian yang sesungguhnya dan kedalaman berpikir dari pengertian, pemahaman, akal budi, kebijaksanaan, dan kesepakatan.”

Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama (2003 : 10-20) menyatakan bahwa penilaian sesungguhnya (authentic assessment), adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.


(30)

16

Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan hanya hasil, dan dengan berbagai cara. Tes hanya salah satu dari cara menilai. Itulah hakekat penilaian yang sebenarnya.

Berdasarkan pernyataan tersebut, data yang dikumpulkan melalui kegiatan peni-laian (assesssment) bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa.

Karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpul-kan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjadikumpul-kan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Hal-hal yang dapat dijadikan penilaian antara lain melalui pekerjaan rumah, laporan, demonstrasi, jurnal, karya tulis, hasil tes tertulis, presentasi atau penampilan siswa, dan sebagainya.

Alasan dipilihnya pendekatan kontekstual ini adalah, bahwa melalui pendekatan kontekstual: (1) situasi pembelajaran lebih kondusif, karena siswa dilibatkan secara penuh dalam pembelajaran dan posisi guru lebih berpindah-pindah (depan, tengah, dan belakang), (2) Guru tidak lagi menggunakan metode konvensional, sehingga pembelajaran lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa menjadi aktif, dan (3) guru akan termotivasi untuk mencari media pembelajaran baru (modelling) dari berbagai sumber, karena pendekatan kontekstual mengarahkan guru untuk menggunakan media pembelajaran yang lebih bervariasi guna membangkitkan minat siswa dalam pembelajaran.

Selain itu, dengan menerapkan ketujuh komponen tersebut siswa diajak untuk terlibat langsung mulai dari pemahaman materi, diskusi, pembentukan kelompok


(31)

17

belajar, sampai kegiatan refleksi. Melalui pendekatan kontekstual ini diharapkan mampu untuk meningkatkan kualitas dan antusias siswa dalam menulis narasi.

Berdasarkan uraian, dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang dapat membantu siswa menemukan makna dalam pembelajaran dengan cara menghubungkan materi pelajaran dengan konteks kehidupan sehari-hari. Mereka membuat hubungan-hubungan yang menghasilkan makna dengan melaksanakan pembelajaran yang diatur sendiri, bekerja sama, berpikir teoritis, kreatif, menghargai orang lain, dan berperan serta dalam penilaian autentik.

3. Pemahaman Konsep Matematis

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat, sedangkan konsep berarti ide atau pengertian yang diabstrakan dari peristiwa konkret. Menurut Gagne (2011), konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita mengelompokkan objek ke dalam contoh dan bukan contoh. Sedangkan dalam matematika, konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan sese-orang untuk menggolongkan suatu objek atau kejadian. Jadi pemahaman konsep adalah pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak. Nasution (2006: 26) mengatakan bahwa konsep sangat penting bagi manusia, karena digunakan dalam komunikasi dengan orang lain, dalam berpikir, dalam belajar, membaca, dan lain-lain. Tanpa konsep, belajar akan sangat terhambat.

Kemampuan pemahaman konsep matematika adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu. Dengan


(32)

18

pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematika juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan Hudoyo (dalam Herdian, 2010: 5) yang menyatakan tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan dapat dipahami peserta didik.

Pemahaman konsep siswa dapat dilihat dengan tercapainya indikator dari pemahaman konsep. Pada penjelasan teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 (dalam Wardhani 2008: 10) Indikator dari pemahaman konsep yaitu:

(1) menyatakan ulang suatu konsep;

(2) mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu; (3) memberi contoh dan noncontoh dari konsep;

(4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika; (5) mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep;

(6) menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu; (7) mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. Jadi pemahaman konsep berpengaruh terhadap tercapainya hasil belajar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep merupakan kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran yang terlihat dari hasil belajar. Dalam penelitian ini, hasil belajar tersebut berupa nilai yang diperoleh siswa berdasarkan hasil tes berbentuk uraian yang dibuat sesuai indikator pemahaman konsep yang diteliti.


(33)

19

B. Kerangka Pikir

Dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual membantu para siswa menemukan makna dalam pembelajaran dengan cara menghubungkan materi pelajaran dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan ini siswa tidak hanya mudah dalam menguasai konsep dan materi pelajaran namun juga tidak mudah lupa dengan konsep yang telah diperolehnya tersebut. Dengan pendekatan kontekstual siswa di kelas akan dibentuk menjadi kelompok-kelompok, sehingga berpeluang untuk bekerja dalam sebuah tim serta memiliki kesempatan untuk menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilannya. Dalam pembelajaran ini guru berperan sebagai fasilitator. Interaksi yang tercipta dengan pembelajaran kontekstual adalah multi arah, yaitu dari guru ke siswa, siswa ke guru, dan siswa ke siswa.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan pende-katan kontekstual efektif ditinjau dari pemahaman konsep siswa kelas VIII


(34)

20

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Sejahtera 1 Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Sejahtera 1 Bandar Lampung. Penelitian ini merupakan penelitian terhadap total sampel yaitu seluruh siswa kelas VIII semester genap SMP Sejahtera I Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 48 orang yang terbagi dalam 2 kelas yaitu kelas VIII-A dan kelas VIII-B. Kelas VIII-A bejumlah 24 siswa terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Kelas VIII-B berjumlah 24 siswa terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Kelas-kelas tersebut tidak dibedakan menjadi kelas unggulan dan kelas reguler.

Siswa dalam setiap kelas memiliki kemampuan matematika yang heterogen. Sebagian besar dari mereka tinggal di Bandarlampung. Mereka hidup di perumahan padat penduduk dengan lingkungan sosial yang heterogen. Kondisi perekonomian orang tua siswa termasuk dalam golongan menengah kebawah. Sebagian besar pekerjaan orang tua siswa adalah buruh, dan pedagang kecil, hanya beberapa yang menjadi pegawai kantor atau PNS.


(35)

21

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan analisis data secara deskriptif. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Tahap Perencanaan

a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

b. Menyiapkan Media Benda Konkret yang akan digunakan sebagai alat bantu mengajar.

c. Menyusun lembar kerja siswa yang akan diberikan kepada siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.

d. Menyusun perangkat untuk instrumen evaluasi. 2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Adapun urutan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Kegiatan Awal

Memberikan motivasi dan apersepsi dengan melakukan tanya jawab untuk menggali kemampuan siswa mengenai materi yang akan dibahas.

b. Kegiatan Inti

Guru menyajikan materi dengan menggunakan media benda yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

1) Guru membagikan LKS kepada setiap siswa, meminta siswa mengerjakannya.


(36)

22

3) Mengadakan diskusi kelas tentang materi yang telah dipelajari. 4) Guru menyempurnakan hasil diskusi.

c. Kegiatan Penutup

1) Dengan bimbingan guru, siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.

2) Guru memberikan PR dan menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

C. Data Penelitian

Data penelitian ini merupakan data kuantitatif yaitu data berupa nilai pemahaman konsep matematika siswa yang diperoleh melalui tes pemahaman konsep yang dilakukan sesudah pokok bahasan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara tes. Tes yang diberikan berupa tes formatif pada pokok bahasan lingkaran. Pemberian tes ini bertujuan untuk mengukur pemahaman konsep matematis siswa dan juga mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa dengan Pendekatan Kontekstual. Untuk menjamin validitas isi, soal tes disusun berdasarkan kisi-kisi dengan memperhatikan setiap indikator yang telah ditentukan dalam kurikulum. Soal untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis disusun dalam bentuk tes uraian.


(37)

23

E. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data perangkat tes terdiri dari enam soal berbentuk uraian. Tes diberikan di akhir pembelajaran kepada siswa. Tes tersebut berisi butir soal untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

Penyusunan soal tes ini diawali dengan menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan di ukur sesuai dengan materi dan tujuan kurikulum yang berlaku pada populasi, menyusun kisi-kisi tes berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang dipilih, menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Hal ini dilakukan untuk menjamin validitas isi soal tes yang diujikan.

Instrumen tes yang digunakan adalah soal tes yang sudah pernah diujicobakan oleh ahli matematika kepada siswa kelas VIII sekolah tersebut pada tahun pelajaran sebelumnya dan telah dinyatakan valid oleh ahli matematika. Setelah diujicobakan data hasil ujicoba tersebut diukur tingkat reliabilitas tes. Apabila tes tersebut telah dinyatakan reabel, maka tes termasuk kriteria yang baik sehingga soal layak untuk digunakan.

1. Validitas Isi

Validitas tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi yaitu validitas yang dilihat dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur pemahaman konsep, yaitu: sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar siswa, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diujikan. Validitas isi tes ini


(38)

di-24

dasarkan pada penilaian guru kelas, jika penilaian guru menyatakan bahwa butir-butir tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator maka tes tersebut dikategorikan valid.

Validitas isi dari suatu tes pemahan konsep dapat diketahui dengan jalan mem-bandingkan antara isi yang terkandung dalam tes hasil belajar dengan indikator yang telah ditentukan untuk masing-masing pelajaran, apakah hal-hal yang tercantum dalam tujuan intruksional khusus sudah terwakili secara nyata dalam tes hasil belajar tersebut atau belum. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini soal tes dikonsultasikan dengan dosen pembimbing terlebih dahulu kemudian dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMP Sejahtera 1 Bandar Lampung. Setelah perangkat tes dinyatakan valid, maka perangkat tes diujicobakan diluar sampel penelitian.

2. Reliabilitas

Reliabilitas tes dinyatakan dalam koefisien reliabilitas dan digunakan untuk mengetahui tingkat keterandalan tes. Perhitungan koefisien reliabilitas tes ini didasarkan pada pendapat Arukunto (2010: 240) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas tes dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

keterangan:

11

r = Koefisien reliabilitas tes

k = Banyaknya butir soal yang dikeluarkan dalam tes 2

b = Jumlah varians skor dari tiap butir soal 2

2

11 1

1

b k

k r


(39)

25

σ2

= Varian total

Untuk menghitung reabilitas tes, maka kita perlu menganalisis skor jawaban siswa. Skor jawaban disusun berdasarkan indikator pemahaman konsep seperti disajikan dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Skoring Tes Pemahaman Konsep No

.

Indikator Jawaban Sko

r 1. Menyatakan ulang

suatu konsep

Tidak menjawab 0

Menyatakan ulang suatu konsep tetapi salah 1 Menyatakan ulang suatu konsep dengan benar 2 2. Mengklarifikasika

n objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.

Tidak menjawab 0

Mengklarifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu tetapi salah.

1 Mengklarifikasikan objek-objek menurut

sifat-sifat tertentu dengan benar.

2 3. Memberi contoh

dan non-contoh dari konsep.

Tidak menjawab. 0

Memberi contoh dan non-contoh dari konsep tetapi salah.

1 Memberi contoh dan non-contoh dari konsep dengan benar.

2 4. Menyajikan

konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.

Tidak menjawab 0

Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika tetapi salah.

1 Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk

representasi matematika dengan benar.

2 5. Mengembangkan

syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

Tidak menjawab. 0

Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep tetapi salah.

1 Mengembangkan syarat perlu dan syarat

cukup suatu konsep dengan benar.

2 6. Menggunakan,

memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

Tidak menjawab. 0

Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu tetapi salah.

1 Menggunakan, memanfaatkan dan memilih

Prosedur atau operasi tertentu dengan benr.

2 7. Mengaplikasikan

konsep atau pemecahan masalah.

Tidak menjawab. 0

Mengaplikasikan konsep atau pemecahan masalah tetapi salah.

1 Mengaplikasikan konsep atau pemecahan

masalah dengan benar.

2 (Noer, 2010)


(40)

26

Hasil perhitungan koefisien reliabilitas dapat diinterpretasikan ke dalam kategori tinggi, sedang, atau rendah berdasarkan Tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Reliabilitas

Nilai Interpretasi

Antara 0,00 s.d 0,20 Sangat rendah

Antara 0,20 s.d 0,40 Rendah

Antara 0,40 s.d 0,70 Sedang

Antara 0,70 s.d 0,90 Tinggi

Antara 0,90 s.d 1,00 Sangat tinggi

Ruseffendi (dalam Noer, 2010: 22)

Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh nilai r11= 0,8299 (Lihat Lampiran), sehingga reliabilitas dari instrumen tes tersebut dikatakan tinggi.

F. Analisis Data

Data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil penilaian tes formatif yang dikerjakan oleh siswa. Siswa dikatakan telah tuntas belajar apabila nilai yang diperoleh (X) ≥ 65 dari skor maksimal. Setelah diperoleh data, kemudian dilakukan perhitungan untuk mencari persentase siswa yang tuntas belajar menggunakan rumus :

n

T

T x100% Keterangan :

T = persentase siswa yang tuntas belajar

T = jumlah siswa yang tuntas belajar


(41)

27

G. Pengujian Hipotesis

Pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual dikatakan efektif apabila pembelajaran tersebut dapat mencapai indikator keberhasilan dengan sekurang-kurangnya 70% siswa tuntas. Untuk menguji apakah menerima atau menolak hipotesis maka dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji proporsi satu pihak.

Perhitungan uji hipotesis ini didasarkan pada pendapat Sudjana (2005: 234) yang menyatakan sebagai berikut:

dengan π0 sebuah harga yang diketahui. Dari sampel berukuran n akan dihitung

proporsi sampel adanya peristiwa A. Untuk pengujian ini digunakan statistik z yang rumusnya sebagai berikut:

Dalam hal ini, tolak H0 jika dan untuk hipotesis H0 diterima.


(42)

34

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual efektif apabila diterapkan pada siswa kelas VIII SMP Sejahtera I Bandar Lampung. Hal ini dapat dilihat dari persentase siswa tuntas belajar lebih besar dari 70%.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dalam penerapan pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut.

1. Hendaknya guru memiliki kreativitas yang tinggi dalam menyajikan materi matematika yang abstrak yaitu dengan menyajikannya dalam bentuk masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang mudah dibayangkan oleh siswa untuk didiskusikan dalam pembelajaran.

2. Pelaksanaan diskusi kelompok membutuhkan waktu yang cukup lama. Untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya dilakukan strategi agar pembelajaran yang berlangsung tidak begitu menyita waktu yang lama. Salah satunya yaitu dalam presentasi terhadap hasil kerja kelompok tidak


(43)

35

dilakukan oleh semua kelompok. Kelompok yang mempunyai jawaban sama dapat diwakili oleh satu kelompok saja.

3. Hendaknya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang diterapkan kelas VIII SMP.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abu Muhammad Ibnu. 27 September 2008. Hasil dan Prestasi Belajar. http://spesialis-torch.com/content/view/120/29/ - 51k.

Arikunto, Suharsimi. 1991. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta

Djamarah, Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineke Cipta Dimyati, Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Faridah. 2012. Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Kontekstual.[On Line].

Tersedia:

http://www.lpmpsulsel.net/v2/attachments/132_Pendekatan%20Kontekstual .pdf. (tanggal 22 Mei 2014)

Furchan, Arief. 2007. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan.

Yogyakarta:Pustaka Belajar

Gagne, Robert M. Teori Belajar Gagne. [on line]. Tersedia: (http://blog.uin malang.ac.id/vieviet12/-2010/12/12/komparasi konsep gagne). (tanggal 16 Januari 2011)

Guza, Afnil. 2008. Undang-undang SISDIKNAS UU RI Nomor 20 Tahun 2003

dan Undang-undang Guru dan dosen UU RI Nomor 14 Tahun 2005. Asa

Mandiri. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta Herdian. 2010. Kemampuan Pemahaman Matematika. [On Line]. Tersedia:

http://herdy07.wordpress.com/. (tanggal 28 Agustus 2010)

Hermawan, Leonardo Agung. 2010. Efektivitas Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kontekstual (Studi Pada Siswa Kelas Viii Semester Ganjil Smp Sejahtera I Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011). (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hobri. 28 Oktober 2009. Teknik Analisis Data Penelitian Pengembangan.


(45)

Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Nasution. 2006. Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta

Noer, S.H. 2010. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, dan Reflektif (K2R) Matematis Siswa SMP melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (Studi pada Siswa SMP Negeri Bandar Lampung). Disertasi SPs. Upi : tidak diterbitkan.

Sihono, Teguh. 2004. Contextual Teaching and Learning (CTL) Sebagai Model

Pembelajaran Ekonomi Dalam KBK. [On Line]. Tersedia:

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5& cad=rja&uact=8&ved=0CFYQFjAE&url=http%3A%2F%2Fjournal.uny.ac. id%2Findex.php%2Fjep%2Farticle%2Fdownload%2F673%2F537&ei=Gbh 9U8boHdaVuASH34CwBQ&usg=AFQjCNH9NjWyDW50PiypqN7Y_ZU Fn-4Myg&sig2=J_Pqu5YGlZfB4VptDKtv6g. (tanggal 22 Mei 2014) Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.

Supinah. 2008. Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual dalam Melaksanakan KTSP. [On Line]. Tersedia:

http://p4tkmatematika.org/fasilitasi/11-Pembelajaran-matematika-kontekstual-sd-ktsp-supinah.pdf. (tanggal 22 Mei 2014)

Tim Penyusun. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI Dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs

Untuk Optimalisasi Pencapaian Tujuan. [On Line]. Tersedia:

http://p4tkmatematika.org/fasilitasi/13-SI-SKLSMP-Optimalisasi-Tujuan-wardhani.pdf. (tanggal 21 Mei 2014)

Wijaya, Agung Putra. 2009. Efektivitas Pembelajaran Dengan Pendekatan

Matematika Realistik (Studi pada siswa kelas V B Semester Ganjil SD Negri 2 Sukarame Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010). (Skripsi).


(1)

Hasil perhitungan koefisien reliabilitas dapat diinterpretasikan ke dalam kategori tinggi, sedang, atau rendah berdasarkan Tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Reliabilitas

Nilai Interpretasi

Antara 0,00 s.d 0,20 Sangat rendah

Antara 0,20 s.d 0,40 Rendah

Antara 0,40 s.d 0,70 Sedang

Antara 0,70 s.d 0,90 Tinggi

Antara 0,90 s.d 1,00 Sangat tinggi

Ruseffendi (dalam Noer, 2010: 22)

Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh nilai r11= 0,8299 (Lihat Lampiran), sehingga reliabilitas dari instrumen tes tersebut dikatakan tinggi.

F. Analisis Data

Data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil penilaian tes formatif yang dikerjakan oleh siswa. Siswa dikatakan telah tuntas belajar apabila nilai yang diperoleh (X) ≥ 65 dari skor maksimal. Setelah diperoleh data, kemudian dilakukan perhitungan untuk mencari persentase siswa yang tuntas belajar menggunakan rumus :

n

T

T x100%

Keterangan :

T = persentase siswa yang tuntas belajar T = jumlah siswa yang tuntas belajar n = jumlah seluruh siswa


(2)

27

G. Pengujian Hipotesis

Pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual dikatakan efektif apabila pembelajaran tersebut dapat mencapai indikator keberhasilan dengan sekurang-kurangnya 70% siswa tuntas. Untuk menguji apakah menerima atau menolak hipotesis maka dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji proporsi satu pihak.

Perhitungan uji hipotesis ini didasarkan pada pendapat Sudjana (2005: 234) yang menyatakan sebagai berikut:

dengan π0 sebuah harga yang diketahui. Dari sampel berukuran n akan dihitung proporsi sampel adanya peristiwa A. Untuk pengujian ini digunakan statistik z yang rumusnya sebagai berikut:

Dalam hal ini, tolak H0 jika dan untuk hipotesis H0 diterima.


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual efektif apabila diterapkan pada siswa kelas VIII SMP Sejahtera I Bandar Lampung. Hal ini dapat dilihat dari persentase siswa tuntas belajar lebih besar dari 70%.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dalam penerapan pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut.

1. Hendaknya guru memiliki kreativitas yang tinggi dalam menyajikan materi matematika yang abstrak yaitu dengan menyajikannya dalam bentuk masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang mudah dibayangkan oleh siswa untuk didiskusikan dalam pembelajaran.

2. Pelaksanaan diskusi kelompok membutuhkan waktu yang cukup lama. Untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya dilakukan strategi agar pembelajaran yang berlangsung tidak begitu menyita waktu yang lama. Salah satunya yaitu dalam presentasi terhadap hasil kerja kelompok tidak


(4)

35

dilakukan oleh semua kelompok. Kelompok yang mempunyai jawaban sama dapat diwakili oleh satu kelompok saja.

3. Hendaknya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang diterapkan kelas VIII SMP.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abu Muhammad Ibnu. 27 September 2008. Hasil dan Prestasi Belajar. http://spesialis-torch.com/content/view/120/29/ - 51k.

Arikunto, Suharsimi. 1991. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta

Djamarah, Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineke Cipta Dimyati, Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Faridah. 2012. Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Kontekstual.[On Line].

Tersedia:

http://www.lpmpsulsel.net/v2/attachments/132_Pendekatan%20Kontekstual .pdf. (tanggal 22 Mei 2014)

Furchan, Arief. 2007. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan.

Yogyakarta:Pustaka Belajar

Gagne, Robert M. Teori Belajar Gagne. [on line]. Tersedia: (http://blog.uin malang.ac.id/vieviet12/-2010/12/12/komparasi konsep gagne). (tanggal 16 Januari 2011)

Guza, Afnil. 2008. Undang-undang SISDIKNAS UU RI Nomor 20 Tahun 2003 dan Undang-undang Guru dan dosen UU RI Nomor 14 Tahun 2005. Asa Mandiri. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta Herdian. 2010. Kemampuan Pemahaman Matematika. [On Line]. Tersedia:

http://herdy07.wordpress.com/. (tanggal 28 Agustus 2010)

Hermawan, Leonardo Agung. 2010. Efektivitas Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kontekstual (Studi Pada Siswa Kelas Viii Semester Ganjil Smp Sejahtera I Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011). (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hobri. 28 Oktober 2009. Teknik Analisis Data Penelitian Pengembangan.


(6)

Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Nasution. 2006. Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta

Noer, S.H. 2010. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, dan Reflektif (K2R) Matematis Siswa SMP melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (Studi pada Siswa SMP Negeri Bandar Lampung). Disertasi SPs. Upi : tidak diterbitkan.

Sihono, Teguh. 2004. Contextual Teaching and Learning (CTL) Sebagai Model Pembelajaran Ekonomi Dalam KBK. [On Line]. Tersedia:

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5& cad=rja&uact=8&ved=0CFYQFjAE&url=http%3A%2F%2Fjournal.uny.ac. id%2Findex.php%2Fjep%2Farticle%2Fdownload%2F673%2F537&ei=Gbh 9U8boHdaVuASH34CwBQ&usg=AFQjCNH9NjWyDW50PiypqN7Y_ZU Fn-4Myg&sig2=J_Pqu5YGlZfB4VptDKtv6g. (tanggal 22 Mei 2014) Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.

Supinah. 2008. Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual dalam Melaksanakan KTSP. [On Line]. Tersedia:

http://p4tkmatematika.org/fasilitasi/11-Pembelajaran-matematika-kontekstual-sd-ktsp-supinah.pdf. (tanggal 22 Mei 2014)

Tim Penyusun. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI Dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs

Untuk Optimalisasi Pencapaian Tujuan. [On Line]. Tersedia:

http://p4tkmatematika.org/fasilitasi/13-SI-SKLSMP-Optimalisasi-Tujuan-wardhani.pdf. (tanggal 21 Mei 2014)

Wijaya, Agung Putra. 2009. Efektivitas Pembelajaran Dengan Pendekatan

Matematika Realistik (Studi pada siswa kelas V B Semester Ganjil SD Negri 2 Sukarame Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010). (Skripsi).


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas V SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 5 68

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 21 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 10 42

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Sejahtera 1 TP 2013/2014)

1 9 45

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Sejahtera I Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 18 46

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Kota Agung Barat Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 6 42

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Ar-Raihan Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 7 51

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBASIS CTL DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Bangunrejo, Kab. Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 205

EFEKTIVITAS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 20 BandarLampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 58 183

EVEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Ketapang TP 2013/2014)

0 20 40

EFEKTIVITAS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 4 60