EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBASIS CTL DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Bangunrejo, Kab. Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014)

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) BERBASIS

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Bangunrejo Kab. Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh SUSI MARYANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMPN 1 Bangunrejo Kab. Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014)

Nama Mahasiswa : Susi Maryani Nomor Pokok Mahasiswa : 0853021053

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Drs. Gimin Suyadi, M.Si. Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. NIP 19480917 198403 1 001 NIP 19960914 199403 1 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(3)

MENGESAHKAN 1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Gimin Suyadi, M.Si. _________

Sekretaris : Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. __________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Caswita, M.Si. __________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(4)

Susi Maryani

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBASIS CTL DITINJAU DARI

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Bangunrejo, Kab. Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

SUSI MARYANI

Penelitian ini merupakan eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL ditinjau dari pemahaman konsep matematis. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester ganjil SMPN 1 Bangunrejo tahun pelajaran 2013/2014 sebannyak 192 siswa yang berdistribusi pada 6 kelas. Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik purposive sampling dan terpilih 2 kelas yaitu VIII A dan VIII F. Desain yang digunakan adalah post-test only design. STAD dilaksanakan dengan menyertakan tujuh komponen CTL yang meliputi konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian autentik. Berdasarkan hasil uji hipotesis, diketahui rata-rata skor pemahaman konsep matematika siswa pada pembelajaran STAD berbasis CTL lebih dari pembelajaran konvensional. Dengan demikian, disimpulkan model kooperatif tipe STAD berbasis CTL efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematika.


(5)

(6)

(7)

(8)

xii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 8

1. Efektivitas Pembelajaran ... 8

2. Pembelajaran Tipe STAD berbasis CTL ... 10

3. Pembelajaran Konvensional ... 16

4. Pemahaman Konsep Matematis ... 17

B. Kerangka Pikir ... 20

C. Anggapan Dasar ... 22


(9)

xiii III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ... 23

B. Desain Penelitian ... 24

C. Prosedur Penelitian ... 25

D. Data Penelitian ... 26

E. Teknik Pengumpulan Data ... 26

F. Instrumen Penelitian ... 27

G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 30

1. Uji Normalitas ... 30

2. Uji Homogenitas ... 32

3. Uji Hipotesis ... 33

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 36

B. Pembahasan ... 42

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 46

B. Saran ... 47 DAFTAR PUSTAKA


(10)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar siswa aktif mengembangkan potensi diri dan keterampilan yang dimiliki sebagai bekal kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian, pendidikan dapat membantu mengarahkan siswa menjalani kehidupan sebagai makhluk beragama dan makhluk sosial dengan baik. Kehidupan yang demikian dapat mewujudkan peradaban bangsa yang cerdas dan bermartabat. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 ayat 2 :

“Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan

memben-tuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar men-jadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, ber-akhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Dalam mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut maka terdapat beberapa pelajaran yang diajarkan di sekolah, salah satunya adalah matematika. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisasi secara sistematik


(11)

2 sehingga peserta didik diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif dalam memecahkan masalah, pada akhirnya menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Matematika disusun dengan penalaran deduktif yang membutuhkan pemahaman konsep secara bertahap dan beruntun. Pemahaman konsep matematis merupakan langkah awal yang diambil agar dapat melangkah pada tahap selanjutnya, yaitu kemampuan penalaran, koneksi, dan komunikasi matematis, serta aplikasi dalam permasalahan matematika. Oleh sebab itu, pemahaman konsep sangatlah penting dalam pembelajaran matematika.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dianggap sebagai pelajaran yang sulit. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa pada pelajaran matematika seringkali lebih rendah dibandingkan mata pelajaran lainnya, baik pada jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), maupun Sekolah Menengah Atas (SMA). Kenyataan ini menjadi tugas besar bagi seorang guru matematika untuk terus melakukan perbaikan agar terjadi peningkatan dalam hasil belajar siswa.

Perbaikan yang harus dilakukan oleh guru juga terkait dalam pemilihan model pembelajaran yang digunakan. Hal ini mengingat matematika sebagai ilmu yang abstrak sehingga membutuhkan model pembelajaran yang dapat membawa siswa ke dalam situasi pembelajaran aktif. Dalam situasi pembelajaran yang demikian, diharapkan pemahaman konsep matematis siswa dapat terbangun dengan baik. Pemahaman konsep yang baik dapat membantu siswa mencapai hasil belajar yang baik pula. Pokok bahasan matematika di SMP meliputi aspek-aspek bilangan, aljabar,


(12)

3 geometri dan pengukuran, serta statistika dan peluang. Materi-materi tersebut sangat berguna bagi kelanjutan studi siswa ke tingkat SMA, sehingga dibutuhkan pema-haman konsep matematis yang baik agar tidak menimbulkan kesulitan yang berarti di tingkat tersebut. Untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis guru harus dapat menerapkan model pembelajaran yang inovatif dan berpusat pada siswa.

Model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa dengan cara melibatkan siswa secara aktif adalah model pembelajaran tidak langsung. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator siswa dalam memahami konsep matematis yang dipelajari. Menurut Sanjaya (2008:126), model pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien. Pendapat lain dikemukakan oleh Sesmiarni (2008), model pembelajaran untuk kegiatan proses pembelajaran memegang peranan yang menentukan karena tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin dicapai sangat ditentukan oleh model yang digunakan. Model pembelajaran merupakan setiap kegiatan baik prosedur, langkah, maupun metode dan teknik yang digunakan guru agar dapat memberi kemudahan, fasilitas, atau bantuan lain kepada siswa untuk mencapai tujuan instruksional. Menurut Slavin (2008), model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran adalah pembelajaran kooperatif. Salah satu alternatif adalah menggunakan model pembelajaran tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Model ini dikenal dengan pembelajaran individu dalam kelompok yang akan lebih efektif apabila diterapkan dalam kelompok heterogen 3-5 siswa. Menurut Slavin (2010), CTL


(13)

4 merupakan suatu sistem pengajaran yang didasarkan pada filosofi bahwa setiap siswa akan belajar jika siswa mengetahui makna dan kegunaan dari materi akademisnya dan mengetahui makna kegiatan.

Model pembelajaran tipe STAD berbasis CTL memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan motivator dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran ini dapat mendorong siswa untuk selalu aktif ber-partisipasi, komunikatif, berpikir kritis, siap mengemukakan pendapat, menghargai pendapat orang lain, dan melatih siswa untuk menuliskan hasil diskusinya ke dalam bentuk tulisan secara sistematis. Hal ini membantu dalam meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa, mengingat pemahaman konsep matematis tidak dapat diperoleh hanya dengan mendengarkan penjelasan guru.

Dalam kelompok belajar pemahaman konsep dibentuk bersama berdasarkan penge-tahuan yang dimiliki serta interaksi berkelompok. Interaksi ini memungkinkan terjadi saling memperkaya diantara anggota kelompok. Siswa didorong untuk memunculkan berbagai sudut pandang terhadap materi atau masalah yang sama, untuk kemudian mengkontruksi pengetahuannya secara bersama pula. Hal ini berarti, siswa mem-bangun makna dari interaksi, sehingga pemahaman terhadap materi yang sedang dipelajari dapat meningkat.

Saat ini strategi yang diterapkan oleh guru matematika dalam kegiatan pembelajaran masih memfokuskan diri pada upaya pemindahan pengetahuan kepada siswa tanpa memperhatikan keaktifannya. Kegiatan pembelajaran hanya berpusat pada guru


(14)

se-5 hingga tidak ada aktivitas yang meransang siswa untuk turut aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini diperkuat dengan kenyataan bahwa sebagian besar guru matematika SMPN 1 Bangunrejo masih memilih menggunakan strategi pembelajaran langsung dan tidak berpusat pada siswa.

Strategi pembelajaran langsung masih dianggap sebagai strategi pembelajaran yang paling efektif dan efiesien dikalangan guru. Demikian pula yang terjadi di SMPN1 Bangunrejo Kab. Lampung Tengah . Guru menjelaskan materi dan contoh soal secara langsung setelah itu memberikan soal latihan kepada siswa. Dalam kegiatan seperti ini, siswa hanya aktif sebagai penerima ilmu pengetahuan. Meskipun ada kegiatan diskusi, diskusi yang terjadi biasanya hanya melibatkan siswa tertentu. Jika dilihat dari karakteristik siswa, setiap siswa masih dapat diarahkan dalam kegiatan pembelajaran yang lebih aktif. Oleh karena itu, peneliti sangat tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD berbasis CTL Ditinjau Dari Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMPN1 Bangunrejo Kab. Lampung Tengah ( Studi Pada Siswa Kelas VIII Tahun Pelajaran 2013/2014)”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Model pembelajaran

kooperatif tipe STAD berbasis CTL efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMPN 1 Bangunrejo?”


(15)

6 Rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi pertanyaan penelitian yaitu “Apakah pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL lebih tinggi daripada pemahaman konsep matematis yang mengikuti pembelajaran konvensional?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMPN 1 Bangunrejo.

D. Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan: 1. Bagi siswa

a. Memberikan pengalaman baru dalam pembelajaran matematika, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL. b. Mengoptimalkan kemampuan berpikir, berdiskusi, dan menulis dalam

pem-belajaran matematika.

c. Memiliki tanggung jawab dalam pembelajaran matematika. d. Meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa.

2. Bagi guru, memberikan masukan tentang efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.


(16)

7 3. Bagi peneliti

a. Menjadi sarana mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan matematika.

b. Sebagai refrensi untuk penelitian berikutnya yang sejenis.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Efektivitas pembelajaran adalah ketepat gunaan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini ditinjau dari beberapa aspek, rata-rata skor pemahaman konsep siswa.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL merupakan suatu model pembelajaran yang terdiri dari lima komponen utama pada STAD dan tujuh komponen pada CTL

3. Pemahaman konsep siswa merupakan kemampuan siswa memperoleh makna materi pelajaran matematika yang dapat dilihat melalui hasil tes formatif. Adapun indikator pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.

c. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representatif matematika. d. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

e. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. f. Mengaplikasikan konsep.


(17)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Efektivitas Pembelajaran

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008), efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti ada efeknya (pengaruhnya, akibatnya), dapat membawa hasil, berhasil guna yang bisa diartikan sebagai kegiatan yang dapat memberikan hasil yang memuaskan. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tu-juan yang tepat atau mencapai tutu-juan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga ber-hubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diper-oleh, kegunaan, atau manfaat dari hasil yang diperoleh.

Pembelajaran matematika dapat diartikan sebagai suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada siswa yang di dalamnya terdapat upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap ke-mampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang matematika agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Hal ini berdasarkan pendapat Suyitno (2004:2) bahwa “pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dalam pelayanan terhadap kemampuan potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa.”


(18)

9 Sutikno (2005) mengungkapkan bahwa efektivitas pembelajaran berarti ke-mampuan dalam melaksanakan pembelajaran yang telah direncanakan yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah dan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan. Lebih lanjut, Hamalik (2004: 171) me-ngemukakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri dengan melakukan aktivitas-aktivitas belajar. Penyediaan kesempatan untuk belajar secara mandiri ini diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami makna pembelajaran yang sedang dipelajarinya. Simanjuntak (1993:80) juga mengungkapkan bahwa suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila menghasilkan sesuatu sesuai dengan apa yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan yang diinginkan tercapai. Pembelajaran yang efektif menuntut guru untuk dapat merancang bahan belajar yang mampu menarik dan memotivasi siswa untuk belajar. Guru harus kreatif dalam menggunakan berbagai model pembelajaran, mengelolah kelas agar tertib dan teratur. Hal ini bertujuan agar siswa dapat memiliki pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman konsep yang baik. Efektivitas pembelajaran ini akan tercapai apabila siswa berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa tidak hanya aktif mendengarkan penjelasan dari guru, namun siswa mengonstruksi ide-ide mereka secara individual maupun berkelompok. Dalam kegiatan tersebut, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator. Berdasarkan penjelasan Wicaksono (2011) tentang kriteria efektivitas pembelajaran maka pembelajaran dikatakan efektif apabila mengacu pada hal-hal yaitu, Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 65% dari jumlah siswa memperoleh nilai 70 dalam peningkatan hasil belajar. Model pembelajaran


(19)

10 dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan siswa yang diwujudkan dalam hasil belajar. Dalam penelitian ini pembelajaran dikatakan efektif apabila jumlah siswa yang tuntas belajar pada kelas eksperimen 65% dari jumlah siswa dengan nilai ketuntasan sama dengan 70 dan rata-rata skor tes pemahaman konsep serta peningkatan (gain) pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD berbasis CTL

Sanjaya (2008:126) menyatakan bahwa “Model pembelajaran adalah suatu

kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan

pem-belajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.” Pendapat lain dikemukakan

oleh Sesmiarni (2008) bahwa model pembelajaran untuk kegiatan proses pembel-ajaran memegang peranan yang menentukan karena tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin dicapai sangat ditentukan oleh model yang digunakan. Model pem-belajaran mencakup berbagai metode yang digunakan, media, prosedur, dan teknik yang dipakai untuk menyampaikan materi kepada peserta didik. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (2004:171) bahwa model pembelajaran merupakan keseluruhan metode dan prosedur yang menitik beratkan pada kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu. Salah satu model yang diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep


(20)

mate-11 matis siswa adalah model pembelajaran STAD berbasis CTL. STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekataan kooperatif. Menurut pendapat Slavin (2008:143), STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu : presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim.

a. Presentasi Kelas

Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi didalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukan presentasi audiovisual. Para siswa harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis menentukan skor tim mereka.

b. Tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar–benar belajar, dan lebih khusunnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotannya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim ber-kumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya, Yang paling sering terjadi pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim


(21)

12 melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam pembelajaran, dan itu adalah untuk memberikan perhatian dan respek mutual penting untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antar kelompok, rasa harga diri, penerimaan terhadap siswa-siswa.

c. Kuis

Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis. Sehingga tiap siwa bertanggungjawab secara individual untuk memahami materinya.

d. Skor Kemajuan Individual

Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah memberikan kepada tiap siswa untuk tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik dari pada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor awal, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.

e. Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikasi atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga di-gunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.


(22)

13 Menurut pendapat Johnson (2008:67) sistem CTL adalah sebuah proses pen-didikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Ada tujuh komponen pem-belajaran kontektual yaitu kontruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian autentik.

a. Konstruktivisme

Belajar berdasarkan konstruktivisme adalah “mengkonstruksi” pengetahuan. Proses konstruksi pengetahuan melibatkan pengembangan logika deduktif- induktif hipotesis-verifikasi. Belajar dalam konstruktifisme menekankan pada

pertanyaan “ mengapa”.

b. Inkuiri

Prosedur inkuiri terdiri dari tahapan yaitu melontarkan permasalahan, ngumpulkan data dan vertifikasi, mengumpulkan data dan eksperimentasi, me-rumuskan penjelasan, dan menganalisis proses inkuiri.

c. Bertanya

Pembelajaran kontekstual dapat dibangun melalui tanya jawab oleh keseluruhan unsur yang terlibat dalam komunitas belajar.

d. Masyarakat Belajar

Melalui interaksi dalam komunitas belajar, proses dan hasil belajar menjadi lebih bermakna. Hasil belajar diperoleh dari berkolaborasi dan berkooperasi.

Komponen “masyarakat belajar“ ini dalam praktiknya diwujudkan dalam


(23)

14 e. Pemodelan

Pembelajaran kontekstual menekankan arti penting pendemonstrasian terhadap hal yang dipelajari peserta didik.

f. Refleksi

Refleksi merupakan upaya untuk melihat kembali, mengorganisir kembali, menganalisis kembali, mengklarifikasi kembali, dan mengevaluasi hal-hal yang telah dipelajari.

g. Penilaian Autentik

Penilaian autentik adalah upaya pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi perkembangan pengalaman belajar peserta didik. Data diperoleh dari kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik selama pembelajaran.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL, siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimilikinya, yang bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel, yang dapat diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lain, dari satu konteks ke konteks lainnya. STAD dilaksanakan dengan menyertakan tujuh komponen CTL yang meliputi konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian autentik. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL akan dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut:

a) Menyampaikan tujuan pembelajaran/ indikator.


(24)

15 c) Membagi siswa dalam kelas menjadi beberapa kelompok yang anggotanya

terdiri dari 4 -5 siswa.

d) Memberikan nama kelompok untuk masing-masing kelompok .

e) Membagikan lembar kerja siswa kepada masing-masing anggota kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan secara kelompok.

f) Mengingatkan siswa tetap bersama kelompoknya masing-masing sampai selesai tugasnya dan bekerja dengan menggunakan keterampilan- keterampilan kooperatif yang dikembangkan.

g) Memberikan bimbingan kepada kelompok.

h) Meminta salah satu kelompok untuk mempersentasikan hasil diskusinya. i) Memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk berpendapat dan

me-ngajukan pertannyaan, kemudian membahasnya bersama-sama. j) Pemberian kuis yang dikerjakan secara individual.

k) Jawaban dari kuis dikoreksi bersama-sama. l) Siswa dengan bantuan guru menarik kesimpulan. m) Guru memberikan umpan balik.

n) Memberikan tugas kelompok sebagai tugas rumah yang dikerjakan secara berkelompok.

o) Memberikan PR.

STAD berbasis CTL dalam penelitian ini merupakan pembelajaran kooperatif dengan mengangkat masalah-masalah keseharian siswa sehingga siswa kaya akan pemahaman konsep. Berdasarkan kajian di atas maka didapatkan karakteristik pembelajaran STAD berbasis CTL yang membedakan dengan pembelajaran lainnya, antara lain:


(25)

16 1. Melibatkan setiap siswa secara aktif dalam melakukan ekplorasi suatu konsep. 2. Mengonstruksi dengan benar pengetahuan awal siswa baik dari pengalaman

maupun informasi yang diterima.

3. Model pembelajaran STAD berbasis CTL dibangun oleh kemampuan berpikir, berbicara, dan menulis. Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian diberikan permasalahan untuk dipikirkan, didiskusikan dalam kelompok dan kelas kemudian dicari solusi.

4. Dalam kegiatan pembelajaran setiap siswa mendapatkan LKK yang dikerjakan secara individu sebelum didiskusikan dikelompok.

5. Termasuk model pembelajaran yang dilakukan secara kooperatif.

6. Karena terdapat langkah diskusi maka guru dengan mudah mengetahui mis-konsepsi siswa dan dengan diskusi juga dapat lebih mudah diarahkan dalam pemahaman konsep.

3. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang selama ini sering digunakan guru dalam proses pembelajaran. Pembelajaran ini adalah salah satu model pembelajaran yang bepusat pada guru. Jauhar (2011) menyatakan bahwa pembelajaran konvensional adalah salah satu model pembelajaran yang hanya memusatkan pada model ceramah. Menurut Hamalik (2001: 56) pembelajaran konvensional menitikberatkan pada pembelajaran klasikal, guru mengajarkan bahan yang sama dengan model yang sama dan penilaian yang sama kepada semua siswa serta menganggap semua siswa akan memperoleh hasil yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran


(26)

17 yang selama ini paling sering digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran di sekolah. Dalam penelitian ini, model pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah model pembelajaran yang digunakan guru matematika di sekolah yang sedang diteliti. Pelaksanaan model pembelajaran ini yaitu guru menjelaskan materi, sedangkan siswa menyimak dan mencatat. Kemudian guru memberikan contoh soal dan penyelesaiannya, diakhir pembelajaran siswa diberi soal latihan dan mengerjakan soal-soal tersebut serta pekerjaan rumah.

4. Pemahaman Konsep Matematis

Menurut Umi dalam Soedjadi (2000:13) mengungkapkan bahwa konsep adalah ide abstrak yang digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek yang biasanya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata. Konsep berhubungan dengan definisi dan definisi merupakan ungkapan yang membatasi suatu konsep. Dengan defisini, seseorang dapat membuat ilustrasi atau lambang dari suatu konsep yang didefinisikan. Dalam proses pembelajaran, konsep memegang peranan penting. Umi dalam Hamalik (2002:164) menyatakan bahwa dalam suatu pembelajaran konsep berperan sebagai berikut.

“1. Konsep mengurangi kerumitan lingkungan.

2. Konsep membantu siswa untuk mengidentifikasi objek-objek yang ada di sekitar mereka.

3. Konsep dan prinsip untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas dan lebih maju. Siswa tidak harus belajar secara konstan, tetapi dapat

menggunakan konsep-konsep yang telah dimilikinya untuk mempelajari sesuatu yang baru.

4. Konsep mengarahkan kegiatan instrumental.


(27)

18 Ditinjau dari segi fungsi, Sulton dan Hayso (Wanhar, 2008) menyatakan bahwa konsep matematis terbagi menjadi tiga golongan, yaitu konsep yang kinkan siswa dapat mengklasifikasikan obyek-obyek, konsep yang memung-kinkan siswa untuk dapat menghubungkan konsep satu dengan yang lainnya, dan konsep yang memungkinkan siswa untuk menjelaskan fakta. Selain itu, Gagne (Wanhar, 2008) menggolongkan konsep matematis ditinjau dari segi bentuknya menjadi dua golongan, yaitu konsep berdasarkan pengamatan dan berdasarkan definisi. Hal ini dapat diartikan bahwa suatu konsep matematis sangat berguna bagi ketercapaian suatu tujuan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan Umi dalam Hamalik (2002:164) yang menjelaskan bahwa konsep dapat berguna dalam suatu pembelajaran, yaitu untuk mengurangi kerumitan, membantu siswa mengidentifi-kasi obyek-obyek yang ada, membantu mempelajari sesuatu yang lebih luas dan lebih maju, dan mengarahkan siswa kepada kegiatan instrumental. Pemahaman konsep matematis didefinisikan sebagai kemampuan mengaitkan notasi dan simbol matematika yang relevan dengan ide-ide matematika dan mengom-binasikannya ke dalam rangkaian penalaran yang logis. Hal ini sesuai dengan pendapat Skemp (Muaddab, 2010) “the ability to connect mathematical symbolism and notation with relevant mathematical ideas and to combine these

ideas into chains of logical reasoning.” Kemampuan pemahaman konsep matematis adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran karena materi matematika yang diajarkan kepada siswa tidak hanya sebagai hafalan. Dengan pemahaman yang baik, siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa


(28)

19 untuk mencapai konsep yang diharapkan. Skemp (Muaddap, 2010) membedakan pemahaman pada pembelajaran menjadi dua. Pemahaman yang pertama disebut pemahaman instruksional (instructional understanding). Pada tingkatan ini dapat dikatakan bahwa siswa baru berada di tahap tahu atau hafal tetapi dia belum atau tidak tahu mengapa hal tersebut dapat terjadi. Siswa pada tahapan ini belum bisa menerapkan hal tersebut pada keadaan baru yang berkaitan. Pemahaman yang kedua adalah pemahaman relasional (relational understanding). Pada tahapan ini, siswa tidak hanya sekedar hafal tetapi juga tahu bagaimana dan mengapa hal tersebut dapat terjadi dan dapat menggunakannya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan. Lebih lanjut, Sumarno (Marthen:2010) mengemukakan bahwa pemahaman konsep matematis dapat dibedakan menjadi pemahaman induktif dan intuitif. Pemahaman induktif meliputi pemahaman mekanikal, instrumental, dan komputasional yang diidentifikasi melalui indikator dapat melakukan perhitungan rutin, algoritmik, dan menerapkan rumus pada kasus serupa. Pemahaman intuitif meliputi pemahaman rasional, fungsional, mengaitkan satu konsep dengan konsep lainnya, dan dapat memperkirakan suatu kebenaran tanpa ragu. Dalam penelitian ini, hasil belajar diperoleh berdasarkan hasil tes pemahaman konsep. Dalam kaitan tersebut, pada penjelasan teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang penilaian diuraikan bahwa indikator siswa memahami konsep matematis adalah mampu :

“1. Menyatakan ulang suatu konsep.

2. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai de-ngan konsepnya.

3. Memberi contoh dan non contoh dari konsep.

4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. 5. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep.


(29)

20 6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. 7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.” Pedoman penskoran tes pemahaman konsep menurut hasil penelitian

Sartika(2011:22) disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep

No Indikator Ketentuan Skor

1 Menyatakan ulang suatu konsep

Tidak menjawab 0

Menyatakan ulang suatu konsep tetapi salah 1 Menyatakan ulang suatu konsep dengan benar 2

2

Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya

Tidak menjawab 0

Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu tetapi tidak sesuai dengan konsepnya 1 Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu

sesuai dengan konsepnya 2

3 Memberi contoh dan non contoh

Tidak menjawab 0

Memberi contoh dan non contoh tetapi salah 1 Memberi contoh dan non contoh dengan benar 2

4

Menyatakan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika

Tidak menjawab 0

Menyajikan konsep dalam bentuk representasi

matematika tetapi salah 1

Menyajikan konsep dalam bentuk representasi

matematika dengan benar 2

5

Menentukan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep

Tidak menjawab 0

Menentukan syarat perlu atau cukup dari suatu

konsep tetapi salah 1

B. Kerangka Pikir

Penelitian tentang efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran STAD berbasis CTL (X). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa (Y). Rendahnya pemahaman konsep matematis siswa merupakan


(30)

21 permasalahan yang harus mendapatkan perhatian serius dari guru. Permasalahan ini dapat terjadi karena proses pembelajaran yang berlangsung selama ini terpusat pada guru sehingga selama pembelajaran matematika siswa pasif dan hanya memperoleh informasi dari penjelasan guru. Untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa dapat dilakukan beberapa hal, salah satunya adalah memilih model pembelajaran yang efektif dan efisien. Model pembelajaran merupakan setiap kegiatan baik prosedur, langkah, maupun metode dan teknik yang dipakai agar dapat memberikan kemudahan, fasilitas, atau bantuan lain kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam memilih strategi pembelajaran, guru hendaklah lebih selektif. Pemilihan model pembelajaran yang tidak tepat justru dapat menghambat tercapainya tujuan pembelajaran. Model yang dipilih hendaklah yang dapat menciptakan suasana pembelajaran siswa aktif, kreatif, dan dapat mempelajari matematika dengan mudah. Alur kemajuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya membagi ide dengan temannya sebelum menulis. Dalam meng-efektifkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL, guru harus memonitoring dan memotivasi keterlibatan siswa dalam diskusi agar selalu berpartisipasi aktif dalam kelompoknya. Dengan demikian, penerapan model ini memungkinkan menghasilkan pemahaman konsep matematis siswa dengan baik. Dari pemikiran di atas, dalam penelitian ini dapat digambarkan hubungan antar variabel sebagai berikut.


(31)

22 Gambar 2.2. Hubungan antar Variabel Penelitian

C. Anggapan Dasar

Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut.

1. Semua siswa kelas VIII semester genap SMPN 1 Bangunrejo tahun pelajaran 2013/2014 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

2. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan pemahaman konsep matematis siswa selain model pembelajaran diabaikan.

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMPN 1 Bangunrejo.

2. Rata-rata pemahaman konsep matematis siswa pada kelas eksperimen lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa pada kelas kontrol.

Strategi Pembelajaran STAD berbasis CTL

(X)

Pemahaman Konsep Matematis Siswa


(32)

23

III. METODE PENILITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Bangunrejo Kab. Lampung Tengah. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 1 Bangunrejo Tahun Pelajaran 2013/2014. Populasi tersebut terdistribusi dalam 6 kelas yang memiliki kemampuan rata-rata nilai matematika semester genap yang relatif sama seperti dalam table berikut.

Tabel 3.1. Rata-rata nilai semester genap siswa kelas VII SMPN 1 Bangunrejo No. Kelas Jumlah

Peserta Didik

Nilai rata-rata

1 VIII A 32 6,20

2 VIII B 32 6,40

3 VIII C 32 6,00

4 VIII D 32 6,50

5 VIII E 33 6,35

6 VIII F 32 6,25

Rata-rata nilai kelas 6,20

Sumber: SMP Negeri 1 Bangunrejo Tahun Pelajaran 2013/2014

Sempel penelitian diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu dengan mengambil dua kelas yang memiliki rata-rata nilai matematika yang relatif


(33)

24 sama berdasarkan data pada table 3.1 tersebut, maka kelas VIII A merupakan kelas sempel penelitian kelas eksprimen yang menggunakan model STAD berbasis CTL, dan kelas VIII F sebagai kelas kontrol. Tahap – tahap pengambilan sampel, yaitu sebagai berikut :

1. Mencari data awal ( nilai ulangan semester genap) dari guru kelas VIII SMPN 1 Bangunrejo

2. Menghitung rata-rata nilai ulangan semester genap untuk setiap kelas.

3. Menentukan 2 kelas dengan rata-rata nilai kelas yang sama atau hampir sama, kemudian 2 kelas tersebut dikatagorikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.

4. Diasumsikan kelas dengan rata-rata nilai sama atau hampir sama memiliki ke-mampuan awal yang sama.

Sampel dalam penelitian ini yaitu kelas VIII A sebagi kelas eksperimen dan kelas VIII F sebagai kelas kontrol.

B. Desain Penelitian

Desain Penelitian ini adalah menggunakan quasi eksperimen dengan desain yang di-gunakan dalam penelitian ini adalah post-test only design karena sampel memiliki ke-mampuan awal yang relatif sama. Struktur desain penelitian post-test only design menurut Furchan (2007: 368) adalah sebagai berikut:


(34)

25 Tabel 3.2 Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Post-test

E X1 O1

K X2 O2

Keterangan:

E = Kelas eksperimen

K = Kelas pengendali atau kontrol

X1= Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran dengan metode STAD berbasis CTL

X2= Perlakuan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran yang biasanya diterapkan di sekolah

O1 = Skor post-test pada kelas ekperimen O2 = Skor post-test pada kelas control

C. Prosedur Penelitian

Langkah-Langkah yang ditempuh dalam penelitian ini : 1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan penyusunan perangkat pembelajaran untuk pembel-ajaran STAD berbasis CTL dan pembelpembel-ajaran konvensional. Perangkat pembelajaran ini terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Kelompok (LKK) dan Lembar Panduan untuk Pengajar, kisi-kisi soal untuk mengukur pemahaman konsep, soal tes, dan kunci jawaban soal tes pemahaman konsep yang merujuk pada pedoman penskoran.


(35)

26 2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun, yaitu RPP dengan model pembelajaran STAD berbasis CTL di kelas eksperimen dan RPP dengan model pembelajaran konvensional di kelas kontrol.

3. Pengumpulan Data 4. Analisis Data

5. Penarikan Kesimpulan 6. Penyusunan Laporan

D. Data Penelitian

Data penelitian ini adalah data pemahaman konsep matematis siswa diperoleh melalui tes pemahaman konsep yang dilakukan diakhir pokok bahasan terhadap siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL dan pembelajaran konvensional. Data tersebut merupakan data kuantitatif.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL dan pembelajaran konvensional. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pemahaman konsep matematis yang berbentuk uraian. Tes diberikan setelah pembelajaran (post-test) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(36)

27 F. Instrumen Penelitian

1. Materi dan Bentuk Tes

Materi tes berupa soal-soal yang terdapat pada materi relasi dan fungsi. Bentuk tes yang diberikan adalah berupa tes uraian. Tes uraian yaitu sejenis tes untuk mengukur hasil belajar siswa yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata, soal bentuk ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasikan, dan menghubungkan pe-ngertian yang telah dimiliki.

2. Metode Penyusunan Perangkat Tes

Penyusunan perangkat tes dilakukan dengan langkah sebagai berikut. a. Melakukan pembatasan materi yang diujikan.

b. Menentukan tipe soal.

c. Menentukan jumlah butir soal.

d. Menentukan waktu mengerjakan soal. e. Membuat kisi-kisi soal.

f. Menuliskan petunjuk mengerjakan soal, bentuk lembar jawaban, kunci jawaban, dan penentuan skor.

g. Menulis butir soal.

h. Mengujicobakan instrumen.

i. Menganalisis hasil uji coba dalam hal validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran.


(37)

28 j. Memilih item soal yang sudah teruji berdasarkan analisis yang sudah

dilakukan.

3. Pelaksanaan Tes Uji Coba

Setelah perangkat tes tersusun, kemudian diujicobakan pada kelas yang bukan merupakan sampel penelitian, melainkan pada kelas yang tingkatkannya lebih tinggi dari populasi yaitu pada kelas VIII. Tes uji coba dilakukan untuk menguji apakah butir-butir soal tersebut memenuhi kualifikasi soal yang layak digunakan, yaitu butir soal valid dan perangkat tes tersebut reliabel.

4. Analisis Perangkat Tes

Untuk mendapatkan data yang akurat, maka tes yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik.

a. Validitas Isi

Validitas isi yaitu validitas yang ditinjau dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar siswa, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diteskan. Validitas isi dari suatu tes pemahaman konsep matematis dapat diketahui dengan jalan membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes pemahaman konsep matematis dengan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran, apakah hal-hal yang tercantum dalam indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran sudah terwakili dalam tes pemahaman konsep tersebut atau belum terwakili. Validitas tes ini dikonsultasikan dengan dosen pembimbing terlebih dahulu kemudian


(38)

29 dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran matematika kelas VIII. Jika penilaian guru menyatakan bahwa butir-butir tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator maka tes tersebut dikategorikan valid.

b. Reliabilitas

Reliabilitas tes diukur berdasarkan koefisien reliabilitas dan digunakan untuk mengetahui tingkat keterandalan suatu tes. Suatu tes dikatakan reliabel jika hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut berulang kali terhadap subjek yang sama senantiasa menunjukkan hasil yang tetap sama atau sifatnya ajeg (stabil). Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes ini didasarkan pada pendapat Sudijono (2011:207) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas tes dapat digunakan rumus alpha, yaitu :

σ

σ

Keterangan:

= koefisien reliabilitas tes

n = banyaknya butir soal

∑ = jumlah varians skor tiap-tiap item = varians total

dengan: ∑ ∑

Keterangan : = varians total = banyaknya data ∑ = jumlah semua data


(39)

30 Reliabilitas dari tes hasil belajar dikatakan tinggi apabila r11 sama dengan atau lebih dari 0,70. Setelah menghitung reliabilitas instrumen tes, diperoleh nilai r11= 0,85 (Lampiran C.1). Berdasarkan pendapat Sudijono (2008: 208), harga r11tersebut telah memenuhi kriteria tinggi karena koefisien reliabilitasnya lebih dari 0,70. Oleh karena itu, instrumen tes pemahaman konsep matematis tersebut layak digunakan untuk mengumpulkan data.

C. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Pemahaman konsep matematis siswa dilihat dari nilai post-test. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata untuk mengetahui perlakuan mana yang lebih tinggi antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL dengan pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, sebagai prasyarat maka dilakukan uji normalitas dan uji homogenitasnya.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah kedua sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau sebaliknya. Untuk uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005:273). Berikut langkah-langkah uji normalitas

a) Hipotesis

H0 : kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal


(40)

31 b) Taraf Signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan

c) Statistik Uji

Keterangan :

2

x = harga Chi-Kuadrat i

O = frekuensi pengamatan i

E = frekuensi yang diharapkan k = banyaknya kelas interval

d) Keputusan Uji

Terima H0 jika 1  3 2

 

x k

x , dengan taraf α = taraf nyata untuk pengujian. Dalam hal lainnya H0 diterima

Hasil perhitungan uji normalitas kelompok data dapat dilihat pada lampiran C.5 dan C.6, rekapitulasi uji normalitas tersebut disajikan pada tabel 3.2 berikut

Tabel 3.2 Hasil Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis

Kelas 2hitung 2table Keterangan

Eksperimen 6,30 7.81 Normal

Kontrol 4,25 7.81 Normal

Dari hasil pada Tabel 3.2 terlihat bahwa setiap kelas memiliki 2hitung< 2  tabel pada taraf signigikasi  = 5%, yang berarti H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan data pemahaman konsep matematis siswa pada kelas yang


(41)

32 menggunakan model pembelajaran STAD berbasis CTL dan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians dilakukan antara dua kelompok data, yaitu kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Masing-masing kelompok tersebut dilakukan

untuk variabel terikat pemahaman konsep matematika siswa. Uji homogenitas varians

yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji F. menurut Sudjana (2005: 273).

Berikut langkah-langkah uji homogenitas.

a) Hipotesis

H0: σ12= σ22 : kedua kelompok populasi mempunyai varians homogen.

H1: σ12≠ σ22: kedua kelompok populasi mempunyai varians tidak homogen. b) Taraf Signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan c) Statistik Uji

Untuk menguji hipotesis digunakan statistik:


(42)

33 d) Keputusan Uji

Tolak H0 hanya jika F ≥ F1/2 α (v1,v2), dengan F1/2 α (v1,v2) didapat dari daftar distribusi F dengan peluang 1/2 α, sedangkan derajat kebebasan v1 dan v2 masing-masing sesuai dk pembilang dan penyebut dalam rumus. Dengan α = 0,05. Dalam hal lainnya H0 diterima.

Hasil perhitungan uji homogenitas kelompok data dapat dilihat pada lampiran C.7, rekapitulasi uji homogenitas tersebut disajikan pada tabel 3.3 berikut :

Tabel 3.3 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep Matematis

Kelas Varians(s2) Dk Fhitung Ftabel Kriteria

Eksperimen 205,04 32

1.14 1.86 Homogen

Kontrol 179,13 31

Berdasarkan Tabel 3.3, diperoleh Fhitung = 1,14 dan Ftabel = 1,86 pada taraf signifikasi  = 5%, karena < berdasarkan kriteria uji hipotesis nol diterima yang artinya data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa memiliki varians yang sama, maka dapat dilakukan uji kesamaan dua rata-rata.

3. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji kesamaan dua varians, diketahui bahwa kedua data berdistribusi normal dan homogen. Oleh sebab itu, langkah selanjutnya uji


(43)

34 hipotesis menggunakan uji kesamaan rata-rata dengan uji t satu pihak yaitu pihak kanan, dengan hipotesis, menurut Sudjana (2005: 241) sebagai berikut:

1. Hipotesis Uji

H0 : (Rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran STAD berbasis CTL sama dengan atau kurang dari rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional).

H1 : (Rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran STAD berbasis CTL lebih dari rata-rata kemampuan pemahaman konsep siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional).

2. Taraf Signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan 3. Statistik Uji

2 1 2 1 1 1 n n s x x t    ;

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s keterangan: 1

x = rata-rata sampel kelas eksperimen 2

x = rata-rata sampel kelas kontrol 2

1

s = varianssampel kelas eksperimen 2

2

s = varianssampel kelas kontrol = varians gabungan


(44)

35

1

n = ukuran sampel kelas eksperimen

2

n = ukuran sampel kelas control

4. Keputusan Uji

Terima H0 jika t(1-α) dimana t1didapat dari daftar distribusi t dengan

dk = (n1 + n2– 2) dan peluang (1 –). Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak.

Dari hasil perhitungan dengan uji t, diperoleh thitung = 5,73 dan dengan α = 5%, dk = 61 dari daftar distribusi t didapat ttabel = 1,67. Karena t hitung > ttabel, maka rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL lebih tinggi dari rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (Lampiran C.8).


(45)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasanmengenai efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL terhadap pemahaman konsep matematis diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL efektif terhadap pemahaman konsep matematis siswa dalam hal berikut ini:

1. Aspek pemahaman konsep matematis siswa.

a. Rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti model pem-belajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL lebih dari rata-rata pema-haman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. b. Rata-rata pencapaian indikator pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL lebih dari rata-rata pencapaian indikator pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Untuk data post-test, Indikator paling tinggi yang dicapai oleh siswa adalah mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu, yakni sebesar 69,84%, sedangkan indikator paling rendah yang dicapai oleh siswa adalah menyajikan konsep dalam bentuk berbagai representasi matematika, yakni sebesar 52,78%. Sedangkan indikator paling rendah yang dicapai oleh siswa yang mengikuti


(46)

47 pembelajaran konvensional, yaitu Indikator paling tinggi yang dicapai oleh siswa adalah mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu, yakni sebesar 69.64%, sedangkan indikator paling rendah yang dicapai oleh siswa adalah menentukan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep, yakni sebesar 22,50%..

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Diharapkan guru dapat meningkatkan pencapaian pemahaman konsep matematis siswa dan membentuk karakter siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL secara optimal.

2. Diharapkan peneliti lain, dapat menjadikan bahan referensi penelitian lanjut atau penelitian serupa sebagai pengembangan dari penelitian ini dengan meng-gunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

Depdiknas. 2004. Peraturan tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik SMP No. 506/C/Kep?PP/2004 Tanggal 11 November 2004. Ditjen Dikdasmen Depdiknas. Jakarta

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional : Surabaya

____________. 2007. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Matematika Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara. Jakarta.

_____________. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. _____________. 2001. Proses belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Jauhar, Mohammad. 2011. Implementasi PAIKEM dari Behavioristik sampai Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher

Jenny, Irna. 2011. Pengujian Mann-Whitney. [on line]. Tersedia:

http://jennyirna.blogspot.com/2010/01/pengujian-mann-whitney.html. (20 September 2013)

Johnson,Elaine B. 2008. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Mizan

Learning Center (MLC).

Marthen, Tapilouw, 2010. Pembelajaran Melalui REACT Meningkatkan Kemampuan Matematis Siswa SMP. (Jurnal). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.


(48)

http://hafismuaddab.wordpress.com/2010/01/13/pemahaman-siswa/ (25 September 2013)

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran; Berointasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Grup. Jakarta.

Sartika, Dewi. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Siswa.(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 29 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011). (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sesmiarni, Zulfani. 2008. Strategi Pembelajaran Dengan Memberdayakan Kecerdasan Untuk Mencapai Hasil Belajar Yang Optimal. [on line]. Tersedia: lhttp://sweetyhome.wordpress.com/2008/06/20/strategi-pembelajaran-yang-mencerdaskan/Juni 20, 2008. (20 September 2013) Simanjuntak, Lisnawaty. 1993. Metode Mengajar Matematika 1. Rineka Cipta.

Jakarta.

Slavin, E. Robert. 2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek. PT. Indeks. Jakarta.

______________. 2010. Cooperativ Learning, Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Penerbit Nusa Media

Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

____________. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. NTP Pres. Mataram. Suyitno, Amin. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I.

Jurusan Matematika Unnes. Semarang.

Tim Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Tim Penyusun. 2009. Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional)

2003. Asa Mandiri. Jakarta.

Wanhar. 2008. Hubungan antara Pemahaman Konsep Matematis dengan Kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Fisika. [on line]. Tersedia:


(49)

Wicaksono. 2011. Efektivitas Pembelajaran. [on line]. Tersedia:

http://agung.smkn1pml.sch.id/wordpress/?tag=efektifitas-pembelajaran. (25 September 2013)


(50)

52

Kelas Eksperimen 1

A. Identitas

NamaSekolah : SMP Negeri1 Bangunrejo Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VIII/1

AlokasiWaktu : 2 x 40 menit (1pertemuan) Pertemuan : 1 (satu)

StandarKompetensi : Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus

Kompetensi Dasar : 1.3 Memahami relasi dan fungsi

B. Indikator a. Kognitif

Memahami suatu relasi dan fungsi, serta menyatakan relasi dan fungsi dalam diagram panah, diagram cartesius, dan himpunan pasangan berurutan

b. Afektif 1. Karakter

a. Teliti b. Kreatif

c. Pantangmenyerah d. Rasa ingintahu 2. Keterampilan Sosial

a. Memberikan ide atau pendapat b. Menjadi pendengar yang baik c. Kerja sama

d. Tenggang rasa C. Tujuan Pembelajaran

a. Kognitif

Jika siswa diberikan soal tentang relasi dan fungsi dari dua himpunan, maka siswa dapat memahami suatu relasi dan fungsi, serta menyatakan relasi dan fungsi tersebut dalam diagram panah, diagram cartesius, dan himpunan pasangan berurutan


(51)

53 b. Afektif

1. Karakter

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukan karakter:

a. Teliti

yaitu,siswa hati-hati, cermat dan seksama dalam mempelajari suatu konsep didalam materi pembelajaran dan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

b. Kreatif

yaitu,siswa memiliki kemampuan untuk memberikan,menuangkan, menciptakan, atau memodifikasi ide-ide atau gagasan atau pendapat yang mereka miliki dengan baik pada saat proses pembelajaran dan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

c. Pantangmenyerah

yaitu,siswa giat,antusias, dan tidak mudah putus asa dalam mem- pelajari suatu konsep materi pelajaran dan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan baik, tetap berusaha, dan bekerja keras meskipun tugas yang diberikan sulit selama proses pembelajaran d. Rasaingin tahu

yaitu,siswa mempunyai minat yang besar untuk bertanya, menggali, dan memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru dan dalam me-mecahkan suatu masalah, misalnya dengan cara aktif berdiskusi dan aktif bertanya

2. Keterampilan Sosial

Terlibatdalam proses pembelajaran berpusa tpada siswa dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukan keterampilan sosial:

a. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif mengajukan pertanyaan.

b. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif memberikan ide atau pendapat.

c. Dalam proses pembelajaran di kelas, siswa dapat menjadi pendengar yang baik.

d. Dalam diskusi kelompok, siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok.

e. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa dapat saling bekerjasama dalam kelompoknya masing-masing untuk menyelesaikan suatu masalah dengan baik

f. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa memiliki sikap tenggang rasa. yaitu siswa saling menghargai antaranggota kelompok dan saling menghargai ide-ide anggota kelompok

D. Materi Pembelajaran : Relasi dan Fungsi (Pengertian dan Penyajian Dua Himpunan)


(52)

54 F. Strategi pembelajaran : Diskusi Kelompok

G. Langkah-Langkah Pembelajaran : Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

No Kegiatan Karakter Keterlaksanaan Alokasi

Waktu 1. Guru memberikansalam

10’ 2. Guru menginformasikan

materi dan tujuan pembelajaran

3. Guru menjelaskan tentang langkah-langkah

pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL KegiatanInti (65menit)

No Kegiatan Karakter Keterlaksanaan Alokasi

Waktu Eksplorasi

1. Guru mengelompokkan siswa yang terdiridari4- 5 orang/kelompok yang sudah ditentukan oleh guru

10’ 2. Guru memberikan nama

kelompok kepada masing-masing kelompok

3. Guru membagi Lembar Kerja Kelompok (LKK) kepada setiap kelompok. *LKK-1 terlampir. (Pengajuan Pertanyaan) Elaborasi

1. Siswa mengerjakan LKK secara kelompok. Saling membagikan ide-ide dan

mempertimbangkan jawaban yang tepat. Guru memberikan bimbingan kepada masing-masing kelompok( STAD berbasis CTL)

Teliti, kreatif, pantang menyerah, rasa ingin tahu

20’

2. Guru meminta salah satu kelompok untuk

Kreatif, pantang menyerah, rasa ingin


(53)

55 mempresentasikan hasil

diskusi dan memberikan kesempatan pada

kelompok lain untuk berpendapat mengajukan pertanyaan(Pemberian Jawaban) tahu 20’ Konfirmasi

1. Guru memberikan kuis yg dikerjakan secara individual dan jawaban kuis dikoreksi bersama-sama

15’ 2. Siswa dengan bantuan

guru menarik kesimpulan dan guru memberikan umpan balik

Kegiatan Penutup (10 menit)

No Kegiatan Karakter Keterlaksanaan Alokasi

Waktu 1. Siswa menerima tugas

kelompok dan

mempersiapkan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya

5’ 2. Guru menutup pelajaran

dan memberikan salam

H. Alat/Bahan/SumberPembelajaran :

1. Budhi, Wono Setya. 2007. Matematika untuk SMP Kelas VIII Semester 1. Jakarta : Erlangga

2. Hadi, Samsul. 2007. Aplikasi Matematika SMP Kelas VIII. Jakarta : Yudhistira

3. Margisit. 2008. Matematika SMP Kelas 8.Bogor : Yudhistira 4. LKK1 (Lembar Kerja Kelompok 1)

5. White Board, Spidol,danalattulislainnya I. Penilaian :

Teknik : Tes

BentukInstrumen : Uraian


(54)

56 Bangunrejo, Agustus 2013

Guru Mitra Guru Peneliti

Sugiharni, S.Pd Susi Maryani


(55)

57

Kelas Eksperimen 1


(56)

58 NamaSekolah : SMP Negeri 1 Bangunrejo


(57)

(58)

(59)

(60)

(61)

(62)

(63)

(64)

(65)

(66)

(67)

(68)

(69)

71

Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : VIII/1

AlokasiWaktu : 2 x 40 menit (1pertemuan) Pertemuan : 2 (kedua)


(70)

72 Standar Kompetensi : Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan

persamaan garis lurus

Kompetensi Dasar : 1.3 Memahami relasi dan fungsi

B. Indikator A. Kognitif

Menyatakan relasi dan fungsi dalam himpunan pasangan berurutan B. Afektif

1. Karakter e. Teliti f. Kreatif

g. Pantang menyerah h. Rasa ingintahu 2. KeterampilanSosial

e. Kerja sama f. Tenggang rasa C. Tujuan Pembelajaran

a. Kognitif

Jika siswa diberikan soal tentang relasi dan fungsi dari dua himpunan, maka siswa dapat memahami suatu relasi dan fungsi, serta menyatakan relasi dan dan himpunan pasangan berurutan

b. Afektif 1. Karakter

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukan karakter:

a. Teliti

yaitu,siswa hati-hati, cermat dan seksama dalam mempelajari suatu konsep didalam materi pembelajaran dan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

b. Kreatif

yaitu,siswa memiliki kemampuan untuk memberikan, menuangkan, menciptakan, atau memodifikasi ide-ide atau gagasan atau pendapat yang mereka miliki dengan baik pada saat proses pembelajaran dan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

c. Pantang menyerah

yaitu,siswa giat,antusias, dan tidak mudah putus asa dalam mem- pelajari suatu konsep materi pelajaran dan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan baik, tetap berusaha, dan bekerja keras meskipun tugas yang diberikan sulit selama proses pembelajaran d. Rasa ingin tahu


(71)

73 yaitu,siswa mempunyai minat yang besar untuk bertanya, menggali, dan memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru dan dalam memecahkan suatu masalah, misalnya dengan cara aktif berdiskusi dan aktif bertanya

D. Keterampilan Sosial

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa dan siswa diberikesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukan keterampilan sosial:

 Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif mengajukan pertanyaan.

 Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif memberikan ide atau pendapat.

 Dalam proses pembelajaran di kelas, siswa dapat menjadi pendengar yang baik.

 Dalamdiskusi kelompok, siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok.

 Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa dapat saling bekerja sama dalam kelompoknya masing-masing untuk menyelesaikan suatu masalah dengan baik

 Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa memiliki sikap tenggang rasa. yaitu siswa saling menghargai antaranggota kelompok dan saling menghargai ide-ide anggota kelompok

E. Materi Pembelajaran : Relasi dan Fungsi (Pengertian dan Penyajian Dua Himpunan)

F. Model Pembelajaran : Kooperatif tipe STAD berbasis CTL G. Strategi pembelajaran : Diskusi Kelompok

H. Langkah-Langkah Pembelajaran : Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

No Kegiatan Karakter Keterlaksanaan Alokasi

Waktu 1. Guru memberikan salam

10’ 2. Guru menginformasikan

materi dan tujuan pembelajaran

3. Guru menjelaskan tentang langkah-langkah

pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL KegiatanInti (65 menit)


(72)

74

No Kegiatan Karakter Keterlaksanaan Alokasi

Waktu Eksplorasi

1. Guru mengelompokkan siswa yang terdiri dari 4- 5 orang/kelompok yang sudah ditentukan oleh guru

10’ 2. Guru memberikan nama

kelompok kepada masing-masing kelompok

3. Guru membagi Lembar Kerja Kelompok (LKK) kepada setiap kelompok. *LKK-1 terlampir. (Pengajuan Pertanyaan) Elaborasi

1. Siswa mengerjakan LKK secara kelompok. Saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat. Guru memberikan bimbingan kepada masing-masing kelompok( STAD berbasis CTL)

Teliti, kreatif, pantang menyerah, rasa

ingintahu

20’

2. Guru meminta salah satu kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi dan memberikan kesempatan pada

kelompok lain untuk berpendapat mengajukan pertanyaan (Pemberian Jawaban)

Kreatif, pantang menyerah, rasa ingin tahu

20’

Konfirmasi

1. Guru memberikan kuis yg dikerjakan secara individual dan jawaban kuis dikoreksi bersama-sama

15’ 2. Siswa dengan bantuan

guru menarik kesimpulan dan guru memberikan umpan balik


(73)

75

No Kegiatan Karakter Keterlaksanaan Alokasi

Waktu 1. Siswa menerima tugas

kelompok dan

mempersiapkan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya

5’ 2. Guru menutup pelajaran

dan memberikan salam

I. Alat/Bahan/SumberPembelajaran :

6. Budhi, Wono Setya. 2007. Matematika untuk SMP Kelas VIII Semester 1. Jakarta : Erlangga

7. Hadi, Samsul. 2007. Aplikasi Matematika SMP Kelas VIII. Jakarta : Yudhistira

8. Margisit. 2008. Matematika SMP Kelas 8.Bogor : Yudhistira 9. LKK1 (Lembar Kerja Kelompok 1)

10. White Board, Spidol, dan alat tulis lainnya J. Penilaian :

Teknik : Tes

BentukInstrumen : Uraian

Instumen :Post-test (terlampir)

Bangunrejo, Agustus 2013

Guru Mitra Guru Peneliti

Sugiharni, S.Pd_ Susi Maryani

NIP. 196103151983012002 NPM. 0853021053

Kelas Eksperimen 1

A. Identitas

NamaSekolah : SMP Negeri1 Bangunrejo Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VIII/1

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (1 pertemuan) Pertemuan : 3 (tiga)


(74)

76 StandarKompetensi : Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan

persamaan garis lurus

Kompetensi Dasar : 1.3 Memahami relasi dan fungsi

B. Indikator a. Kognitif

Menentukan domain, kodomain, dan range dari suatu fungsi b. Afektif

1. Karakter a. Teliti b. Kreatif

c. Pantang menyerah d. Rasa ingin tahu 2. KeterampilanSosial

A.Kerja sama B. Tenggang rasa C. Tujuan Pembelajaran

1. Kognitif

Jika siswa diberikan soal tentang fungsi dari dua himpunan, maka siswa dapat menentukan domain, kodomain, dan range dari fungsi tersebut

2. Afektif a. Karakter

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukan karakter:

b. Teliti

yaitu,siswa hati-hati, cermat dan seksama dalam mempelajari suatu konsep didalam materi pembelajaran dan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

c. Kreatif

yaitu, siswa memiliki kemampuan untuk memberikan, menuangkan, menciptakan, atau memodifikasi ide-ide atau gagasan atau pendapat yang mereka miliki dengan baik pada saat proses pembelajaran dan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

d. Pantang menyerah

yaitu, siswa giat, antusias, dan tidak mudah putus asa dalam mem- pelajari suatu konsep materi pelajaran dan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan baik, tetap berusaha, dan bekerja keras meskipun tugas yang diberikan sulit selama proses pembelajaran e. Rasa ingin tahu


(75)

77 yaitu, siswa mempunyai minat yang besar untuk bertanya, menggali, dan memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru dan dalam memecahkan suatu masalah, misalnya dengan cara aktif berdiskusi dan aktif bertanya

f. KeterampilanSosial

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukan keterampilan sosial:

 Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa dapat saling bekerjasama dalam kelompokny amasing-masing untuk menyelesaikan suatu masalah dengan baik

 Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa memiliki sikap tenggang rasa. yaitu siswa saling menghargai antaranggota kelompok dan saling menghargai ide-ide anggota kelompok

g. Materi Pembelajaran : Fungsi (Domain, Kodomain, dan Range) h. Model Pembelajaran : Kooperatiftipe STAD berbasis CTL i. Strategi pembelajaran : Diskusi Kelompok

j. Langkah-Langkah Pembelajaran : KegiatanPendahuluan (10 menit)

No Kegiatan Karakter Keterlaksanaan Alokasi

Waktu 1. Guru memberikan salam

10’ 2. Guru menginformasikan

materi dan tujuan pembelajaran

3. Guru menjelaskan tentang langkah-langkah

pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL Kegiatan Inti (65menit)

No Kegiatan Karakter Keterlaksanaan Alokasi

Waktu Eksplorasi

1. Guru mengelompokkan siswa yang terdiridari4- 5 orang/kelompok yang sudah ditentukan oleh

guru 10’

2. Guru memberikan nama kelompok kepada


(76)

78 masing-masing

kelompok

3. Guru membagi Lembar Kerja Kelompok (LKK) kepada setiap kelompok. *LKK-1 terlampir. (Pengajuan Pertanyaan) Elaborasi

1. Siswa mengerjakan LKK secara kelompok. Saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat. Guru memberikan bimbingan kepada masing-masing kelompok( STAD berbasis CTL)

Teliti, kreatif, pantang menyerah, rasa ingin tahu

20’

2. Guru meminta salah satu kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi dan memberikan kesempatan pada

kelompok lain untuk berpendapat mengajukan pertanyaan(Pemberian Jawaban)

Kreatif, rasa ingin tahu

20’

Konfirmasi

1. Guru memberikan kuis yg dikerjakan secara individual dan jawaban kuis dikoreksi bersama-sama

15’ 2. Siswa dengan bantuan

guru menarik kesimpulan dan guru memberikan umpan balik

Kegiatan Penutup (5menit)

No Kegiatan Karakter Keterlaksanaan Alokasi

Waktu 1. Siswa menerima tugas

kelompok dan

mempersiapkan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya

5’ 2. Guru menutup pelajaran


(77)

79 k. Alat/Bahan/SumberPembelajaran :

11. Budhi, Wono Setya. 2007. Matematika untuk SMP Kelas VIII Semester 1. Jakarta : Erlangga

12. Hadi, Samsul. 2007. Aplikasi Matematika SMP Kelas VIII. Jakarta : Yudhistira

13. Margisit. 2008. Matematika SMP Kelas 8. Bogor : Yudhistira 14. LKK1 (Lembar Kerja Kelompok 1)

15. White Board, Spidol,dan alat tulis lainnya l. Penilaian :

Teknik : Tes

BentukInstrumen : Uraian

Instumen :Post-test (terlampir)

Bangunrejo, Agustus 2013

Guru Mitra Guru Peneliti

_Sugiharni, S.Pd Susi Maryani NIP. 196103151983012002 NPM. 0853021053


(78)

80

Kelas Eksperimen 1

A. Identitas

NamaSekolah : SMP Negeri 1 Bangunrejo Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VIII/1

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (1 pertemuan) Pertemuan : 4 (empat)

Standar Kompetensi : Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus

Kompetensi Dasar : 1.3 Memahami relasi dan fungsi

B. Indikator 1. Kognitif

3. Menyatakan suatu notasi dan rumus fungsi

4. Memahami suatu fungsi berupa kores podensi satu-satu 2. Afektif

1. Karakter C.Teliti D.Kreatif

E. Pantang menyerah F. Rasa ingi tahu 3. Keterampilan Sosial

4. Kerja sama 5. Tenggang rasa C. Tujuan Pembelajaran

1. Kognitif

a. Jika siswa diberikan suatu materi mengenai notasi dan rumus fungsi, maka siswa dapat menyatakan notasi dan rumus fungsi

b. Jika siswa diberikan soal tentang fungsi yang merupakan korespodensi satu-satu dari dua himpunan, maka siswa dapat memahami suatu korespodensi satu-satu tersebut


(79)

81

2. Afektif a. Karakter

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukan karakter:

1) Teliti

yaitu,siswa hati-hati, cermat dan seksama dalam mempelajari suatu konsep didalam materi pembelajaran dan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

2) Kreatif

yaitu, siswa memiliki kemampuan untuk memberikan, menuangkan, menciptakan, atau memodifikasi ide-ide atau gagasan atau pendapat yang mereka miliki dengan baik pada saat proses pembelajaran dan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

3) Pantang menyerah

yaitu, siswa giat, antusias, dan tidak mudah putus asa dalam mem- pelajari suatu konsep materi pelajaran dan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan baik, tetap berusaha, dan bekerja keras meskipun tugas yang diberikan sulit selama proses pembelajaran 4) Rasa ingin tahu

yaitu, siswa mempunyai minat yang besar untuk bertanya, menggali, dan memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru dan dalam memecahkan suatu masalah, misalnya dengan cara aktif berdiskusi dan aktif bertanya

5) Keterampilan Sosial

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukan keterampilan sosial:

 Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa dapat saling bekerjasama dalam kelompoknya masing-masing untuk menyelesaikan suatu masalah dengan baik

 Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa memiliki sikap tenggang rasa. yaitu siswa saling menghargai antaranggota kelompok dan saling menghargai ide-ide anggota kelompok

D. Materi Pembelajaran : Fungsi(Notasi dan Rumus Fungsi) dan Korespodensi Satu-Satu

E. Model Pembelajaran : Kooperatif tipe STAD berbasis CTL F. Strategi pembelajaran : Diskusi Kelompok


(80)

82 Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

No Kegiatan Karakter Keterlaksanaan Alokasi

Waktu 1. Guru memberikan salam

10’ 2. Guru menginformasikan

materi dan tujuan pembelajaran 3. Guru mengingatkan

kembali tentang langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipeSTAD berbasis CTL

KegiatanInti (65 menit)

No Kegiatan Karakter Keterlaksanaan Alokasi

Waktu Eksplorasi

1. Guru mengelompokkan siswa yang terdiridari 4- 5 orang/kelompok yang sudah ditentukan oleh guru

10’ 2. Guru memberikan nama

kelompok kepada masing-masing kelompok

3. Guru membagi Lembar Kerja Kelompok (LKK) kepada setiap kelompok. *LKK-1 terlampir. (Pengajuan Pertanyaan) Elaborasi

1. Siswa mengerjakan LKK secara kelompok. Saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat. Guru memberikan bimbingan kepada masing-masing kelompok( STAD berbasis CTL)

Teliti, kreatif, pantang menyerah, rasa ingin tahu

20’

2. Guru meminta salah satu kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi dan memberikan kesempatan pada

kelompok lain untuk

Kreatif, rasa ingin tahu


(81)

83 berpendapat mengajukan

pertanyaan (Pemberian Jawaban)

Konfirmasi

1. Guru memberikan kuis yg dikerjakan secara individual dan jawaban kuis dikoreksi bersama-sama

15’ 2. Siswa dengan bantuan

guru menarik kesimpulan dan guru memberikan umpan balik

KegiatanPenutup (5 menit)

No Kegiatan Karakter Keterlaksanaan Alokasi

Waktu 1. Siswa menerima tugas

kelompok dan

mempersiapkan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya

5’ 2. Guru menutup pelajaran

dan memberikan salam

H. Alat/Bahan/SumberPembelajaran :

16. Budhi, Wono Setya. 2007. Matematika untuk SMP Kelas VIII Semester 1. Jakarta : Erlangga

17. Hadi, Samsul. 2007. Aplikasi Matematika SMP Kelas VIII. Jakarta : Yudhistira

18. Margisit. 2008. Matematika SMP Kelas 8. Bogor : Yudhistira 19. LKK1 (Lembar Kerja Kelompok 1)

20. White Board, Spidol,dan alat tulis lainnya I. Penilaian :

Teknik : Tes

BentukInstrumen : Uraian

Instumen :Post-test (terlampir)

Bangunrejo, Agustus 2013

Guru Mitra Guru Peneliti

Sugiharni, S.Pd.___ Susi Maryani NIP. 196103151983012002 NPM. 0853021053


(82)

84

Kelas Eksperimen 1

A. Identitas

NamaSekolah : SMP Negeri 1 Bangunrejo Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VIII/1

AlokasiWaktu : 2 x 40 menit(1 pertemuan) Pertemuan : 5 (lima)

Standar Kompetensi : Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus

Kompetensi Dasar : 1.3 Memahami relasi dan fungsi

B. Indikator 1. Kognitif

a. Memahami suatu fungsi berupa korespodensi satu-satu 2. Afektif

a. Karakter 1.Teliti 2.Kreatif

3.Pantang menyerah g.Rasa ingin tahu 3. KeterampilanSosial

G.Kerja sama H.Tenggang rasa C. TujuanPembelajaran

D.Kognitif

a. Jika siswa diberikan soal tentang fungsi yang merupakan korespodensi satu-satu dari dua himpunan, maka siswa dapat memahami suatu korespodensi satu-satu tersebut

E.Afektif F. Karakter

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukan karakter:


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 15 67

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 18 64

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 8 39

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pekalongan Kab. Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 10 39

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 21 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 10 42

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 20 Bandar Lampung T.P. 2013/2014)

1 12 51

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Kota Agung Barat Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 6 42

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Ar-Raihan Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 7 51

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBASIS CTL DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Bangunrejo, Kab. Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 205

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 4 62