EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Sejahtera I Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

ABSTRAK
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI
PEMAHAMAN KONSEP
(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Sejahtera 1 TP 2013/2014)
Oleh
ELIZABETH CAHYA KRISTINA
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan analisis data secara
deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran matematika
dengan pendekatan kontekstual ditinjau dari pemahaman konsep siswa kelas VIII
SMP Sejahtera 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.

Sampel dari

penelitian ini adalah keseluruhan dari populasi yaitu seluruh kelas VIII SMP
Sejahtera 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa
sebanyak 48 siswa yang terbagi dalam 2 kelas yaitu kelas VIII-A dan kelas VIIIB.

Berdasarkan pengujian hipotesis dengan taraf signifikansi 5%, diperoleh

bahwa


pembelajaran

matematika

dengan

meningkatkan pemahaman konsep siswa.

pendekatan

kontekstual

dapat

Kesimpulan yang diperoleh yaitu

pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual efektif diterapkan di
kelas VIII ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.
Kata Kunci: efektivitas, pendekatan kontekstual, pemahaman konsep matematis


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Elizabeth Cahya Kristina dilahirkan pada tanggal 18 Maret 1989
di Bandar Jaya, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung.

Penulis

merupakan anak pertama dari dua bersaudara buah hati dari Bapak Yusup
Yohanes dengan Ibu Wiwik Dwi Suprihatin.
Pendidikan yang ditempuh penulis berawal dari Taman Kanak-kanak (TK) yakni
TK Hang Tuah Lampung Utara yang dilanjutkan dengan pendidikan Sekolah
Dasar (SD) yakni di SD YPP Bandar Harapan Lampung Tengah dan lulus pada
tahun 2000. Kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP
Negeri 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah dan lulus tahun 2003 dan Sekolah
Menengah Atas (SMA) yakni di SMA Negeri 2 Kota Bumi, Lampung Utara
hingga tahun 2006.
Pada tahun 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi
Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui

jalur Non Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (Non SPMB).
Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di
SMK Budi Karya Lampung Selatan.

PERSEMBAHAN
Segala Puji syukur ku ucapkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus

Kupersembahkan buah karya kecilku ini kepada
Kedua orangtuaku tercinta Bapak Yusup Yohanes dan Ibu Wiwik Dwi
Supriatin yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan, dan semangat
yang takkan pernah habis,
yang selalu sabar dalam membesarkanku, yang selalu ada dikala aku sedih dan
senang, yang tak pernah lelah untuk selalu mendoakan dan memberikan yang
terbaik dalam hidup ini.
Adikku terkasih “Sara Kurnia Kristi” serta seluruh keluarga besarku atas semua
doa dan dukungan yang telah kalian berikan.
Sahabat-sahabat terbaikku baik di kampus maupun di luar kampus atas semua
doa, semangat persaudaraan, dan kebersamaan yang telah kalian berikan.
Para pendidik yang kuhormati, terimakasih untuk ilmu dan pengalaman yang
telah membuatku lebih berwawasan.

Almamater Universitas Lampung Tercinta

MOTO
Ketika kamu berpikir bahwa
kamu bisa maka
KAMU PASTI BISA!
Saat kamu jatuh,
Berlututlah
Berdo’a
Minta kekuatan kepada-Nya
agar dapat bangkit dan berjuang
dengan lebih baik lagi

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Matematika dengan
Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep (studi pada
kelas VIII SMP Sejahtera 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 20013/2014)”

sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Penulis menyadari skripsi ini dapat diselesaikan atas dorongan, bantuan, arahan,
bimbingan, dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankan penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I dan Ketua Jurusan
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk konsultasi dan memberikan
bimbingan, masukan, kritik, saran, serta dukungan selama penyusunan
skripsi, sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

2.

Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II dan Dosen
Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
konsultasi dan memberikan bimbingan, masukan, kritik, saran serta dukungan
selama penyusunan skripsi, sehingga skripsi ini menjadi lebih baik

ix


3.

Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku dosen pembahas yang telah
memberikan masukan, kritik, dan saran kepada penulis.

4.

Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku

ketua program studi pendidikan

matematika yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan
perhatian kepada penulis.
5.

Bapak dan Ibu dosen pendidikan matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

6.


Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung
beserta staf dan jajarannya.

7. Ibu El. Sri Puryanti, S.Pd. M.Pd., selaku kepala SMP Sejahtera 1 Bandar
Lampung beserta Wakil, staff, dan karyawan yang telah memberikan
kemudahan selama penelitian.
8. Ibu Sinu Lingga, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu dalam
penelitian.
9. Siswa Kelas VIII SMP Sejahtera 1 Bandar Lampung yang telah membantu
penulis selama melakukan penelitian.
10. Papa dan Mama tercinta, terimakasih atas perhatian dan kasih sayang yang
telah diberikan selama ini, yang tidak pernah lelah untuk selalu mendoakan
yang lebih baik untuk anak-anaknya.
11. Mbah Kakung (†) dan Mbah Uti tersayang, terimakasih atas perhatian dan
kasih sayang yang telah diberikan selama ini, yang tidak pernah lelah
mendoakan cucu-cucunya.
12. Adikku tersayang “Sara Kurnia Kristi”, terima kasih atas doa dan
dukungannya.


x

13. My Lovely cousin “Kefas Ajie Bhekti” serta keluarga besarku terima kasih
atas doa dan dukungannya.
14. Bima Adi Putra terima kasih untuk doa dan dukungan selama pembuatan
skripsi ini.
15. Teman-temanku yang selalu memberikan dukungan: Mas Budi, Hamdan, dan
Oki.
16. Rekan-rekan

seperjuanganku

yang

telah

memberikan

bantuan


dan

mendukung saat perkuliahan maupun ujian: Beni, Arman, Leo, Liza, Lyly, Iin
Andi, dan Goras.
17. Teman-teman seperjuangaku Pendidikan Matematika 2006 serta kakak dan
adik tingkat yang memberikan persaudaraan dan kebersamaannya selama ini:
Ira, Wiwin, Qiput, dan April.
18. Ibu Miryam Setyani, S.Pd SD terimakasih atas dukungan dan doa selama
pembuatan skripsi ini.
19. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Semoga dengan kebaikan dan dukungan yang telah diberikan pada penulis
mendapat balasan pahala yang setimpal dari Tuhan yang Maha Kuasa dan semoga
skripsi ini bermanfaat.
Bandar Lampung,

Juli 2014

Penulis,


Elizabeth Cahya Kristina

xi

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .........................................................................

1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................

5

C. Tujuan Penelitian....................................................................................


6

D. Manfaat Penelitian..................................................................................

6

E. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................

6

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka... .................................................................................

8

1. Efektivitas Pembelajaran ..................................................................

8

2. Pendekatan Kontekstual ....................................................................

9

3. Pemahaman Konsep Matematis ........................................................ 17
B. Kerangka Pikir........................................................................................ 19
C. HipotesisPenelitian ................................................................................. 19
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel .............................................................................. 20
B. Rancangan Penelitian ............................................................................. 21
C. Data Penelitian ....................................................................................... 22

D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 22
E. Instrumen Penelitian ............................................................................... 23
1. Validitas Isi ........................................................................................ 23
2. Reliabilitas ......................................................................................... 24
F. Analisis Data .......................................................................................... 26
G. Pengujian Hipotesis ................................................................................ 27
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 28
1. Uji Hipotesis ...................................................................................... 29
2. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep
Matematis siswa ................................................................................. 29
B. Pembahasan ............................................................................................ 31
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................................ 34
B. Saran ...................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

3.1

Skoring Tes Pemahaman Konsep............................................................ 25

3.2

Interprestasi Nilai Koefisien Reliabilitas ................................................ 26

4.1

Rekapitulasi Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis
Siswa Menggunakan Pendekatan Kontekstual........................................ 30

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

Halaman

A. Perangkat Pembelajaran
A.1 Silabus ..........................................................................................

40

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ...................................

42

A.3 Lembar Kerja Kelompok ...............................................................

61

B. Instrumen Penelitian
B.1 Kisi-Kisi Soal-Soal Test .............................................................

74

B.2 Soal Test .....................................................................................

76

B.3 Kunci Jawaban Soal Test .............................................................

78

B.4 Form Penilaian Test ......................................................................

85

C. Analisis Data
C.1 Tabel Analisis Item Hasil Uji Coba ..............................................

88

C.2 Perhitungan Koefisien Reabilitas Tes Hasil Uji Coba ..................

89

C.3 Pencapaian Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis Siswa ..........................................................................

90

C.4 Analisis Data .................................................................................

94

C.5 Pengujian Hipotesis ......................................................................

95

D. Lain-lain

1

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan yang mutlak bagi pembangunan masyarakat
suatu

negara,

pembangunan

sebab

pendidikan

merupakan

dasar

bagi

perkembangan

nasional yang harus didukung oleh manusia cerdas, terampil,

berbudi pekerti, dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Di Indonesia

berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan telah dilakukan berbagai pihak baik
dari

pihak guru sebagai pelaksana bahkan sampai pihak pemerintah sebagai

penentu kebijakan. Upaya peningkatan mutu pendidikan ini ditujukan untuk
mencapai salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1, menyebutkan sebagai berikut.
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan
proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.
Melalui pendidikan, seorang siswa diharapkan bisa mengembangkan potensi
dirinya dan menerapkan apa yang telah ia dapatkan dari kegiatan pembelajaran ke

2

dalam kehidupan nyata, sehingga kemampuan yang ia miliki berguna dalam
kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Salah satu proses yang penting dalam dunia pendidikan adalah kegiatan
pembelajaran. Pada saat kegiatan pembelajaran, rangkaian kegiatan belajar
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Guru tidak hanya dituntut
menguasai materi tetapi juga dituntut untuk menguasai strategi-strategi dalam
penyampaian materi tersebut. Guru yang kompeten akan lebih mampu mengelola
kelasnya, menciptakan suasana belajar yang efektif, dan menyenangkan sehingga
kegiatan pembelajaran akan berlangsung secara optimal. Cara guru menciptakan
suasana kelas dan mendekatkan materi kepada siswa akan berpengaruh terhadap
respon siswa dalam kegiatan pembelajaran. Apabila guru berhasil meningkatan
pemahaman konsep materi pelajaran, maka pada akhirnya mengakibatkan hasil
belajar menjadi lebih optimal. Selain itu, kemampuan guru untuk mendesain
kegiatan pembelajaran dan mendekatkan materi kepada siswa sangat dibutuhkan
agar siswa tidak sekedar menerima materi yang akan dibahas oleh guru tetapi
benar-benar terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran sehingga pada
akhirnya mampu menerapkan materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang telah berkembang pesat pada
umumnya lebih bersifat abstrak. Apabila materi matematika disampaikan
langsung secara abstrak kepada siswa, tentu siswa akan kesulitan dalam
memahami materi matematika tersebut. Oleh sebab itu, pembelajaran matematika
perlu diawali dengan hal-hal yang konkret ke hal-hal yang abstrak, dari hal
sederhana ke yang kompleks, dan dari yang mudah ke yang sulit, dengan

3

menggunakan berbagai sumber belajar. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya sedikit demi sedikit sehingga materi yang
sedang dipelajari dapat dipahami dengan baik. Agar siswa dapat mempelajari dan
memahami matematika dengan baik, maka seorang guru harus mampu
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan
bagi siswa sehingga siswa mendapatkan pengalaman-pengalaman belajar yang
dapat memunculkan kesan bahwa matematika itu mudah.
Kegiatan pembelajaran matematika harus memberikan kebermaknaan bagi siswa.
Menurut Djahiri (dalam Kunandar, 2007: 287)
”Dalam pembelajaran prinsip utamanya adalah adanya proses keterlibatan
seluruh atau sebagian besar potensi siswa (fisik dan non fisik) dan
kebermaknaan bagi dirinya dan kehidupan saat ini dan saat yang akan datang
(life skill).”
Siswa diharapkan terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mampu
mengaitkan antara materi yang diperoleh dengan pengalaman-pengalamannya
dalam kehidupan, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Dengan demikian,
siswa terlatih dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam dunia nyata
dengan menerapkan pengetahuan yang telah mereka terima. Oleh karena itu,
dalam kegiatan pembelajaran diperlukan pengaitan antara materi matematika
dengan dunia nyata.
Pembelajaran matematika yang dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa akan
lebih mudah dipahami dan diingat oleh siswa.

Pengaitan materi matematika

dengan kehidupan nyata dapat membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan
matematika mereka sendiri. Pengaitan materi ini menjadikan siswa mengetahui
kegunaan matematika dalam kehidupan nyata, sehingga siswa merasa perlu untuk

4

belajar matematika yang pada akhirnya membuat mereka lebih tertarik untuk
belajar matematika.
Pendekatan kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan
kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih
produktif

dan

bermakna.

Pendekatan

kontekstual

mendasarkan

pada

kecenderungan pemikiran bahwa belajar tidak hanya sekedar menghapal tetapi
siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benaknya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VIII SMP Sejahtera
I Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014, diketahui bahwa 55% (27 dari 48
siswa) siswa yang tuntas KKM (Kriteria Ketuntasan Belajar) atau mendapat nilai
lebih dari atau sama dengan 65. Persentase tersebut masih di bawah indikator
keberhasilan yang ingin dicapai sekolah, yaitu 70% siswa tuntas belajar. Hal
tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP
Sejahtera I Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 masih rendah dan
mengindikasikan pembelajaran matematika masih kurang efektif.
Berdasarkan observasi di kelas, guru sudah menerapkan model-model pembelajaran berkelompok, namun dalam penyampaian materi guru masih menggunakan
metode ceramah dan kurang mengaitkan materi dengan kehidupan nyata sehingga
siswa merasa kesulitan dalam memahami materi yang diberikan. Kegiatan
pembelajaran selama ini masih berjalan satu arah yaitu antara guru ke siswa,

5

belum membangkitkan budaya belajar pada diri siswa sehingga menyebabkan
siswa kurang memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran matematika
yang pada akhirnya mengakibatkan rendahnya hasil belajar yang mereka
dapatkan. Oleh karena itu, diduga dengan diterapkannya pendekatan kontekstual
dalam pembelajaran matematika, diharapkan permasalahan-permasalahan tersebut
dapat diatasi.
Selain itu, dalam proses pembelajaran sering kali timbul permasalahan bahwa
siswa kesulitan dalam membayangkan benda-benda atau kejadian-kejadian
berhubungan dengan materi yang diajarkan. Dari masalah tersebut perlu dicari
satu solusi alternatif metode mengajar yang efektif dalam melaksanakan proses
pembelajaran matematika di kelas.

Salah satu alternatifnya adalah model

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan lembar kegiatan siswa. Siswa
diajak untuk belajar memahami konsep matematika dengan mengaitkan materi
yang sedang dipelajari kepada permasalahan di kehidupan sehari-hari secara
berkelompok dan di akhir pembelajaran siswa mengerjakan lembar kerja siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Apakah pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual efektif
ditinjau dari pemahaman konsep siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran
2013/2014 ?”.

6

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran
matematika dengan pendekatan kontekstual ditinjau dari pemahaman konsep
siswa kelas VIII semester genap.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.

Memberikan suasana baru dalam pembelajaran matematika kepada siswa yaitu dengan pendekatan kontekstual.

2.

Memberikan

informasi dan wawasan kepada guru tentang efektivitas

pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual.
3.

Memberikan sumbangan pemikiran kepada sekolah dalam upaya memperbaiki mutu pembelajaran.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut.
1.

Pendekatan kontekstual merupakan suatu strategi pembelajaran yang
menekankan kepada keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan
materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan
nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka.

2.

Efektivitas pembelajaran adalah ketepatgunaan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini, hasil belajar tersebut berupa
nilai yang diperoleh siswa berdasarkan hasil tes berbentuk uraian yang dibuat

7

sesuai indikator pemahaman konsep yang diteliti. Pembelajaran efektif jika
hasil tes siswa pada materi yang diajarkan sekurang-kurangnya 70% siswa
tuntas.
3.

Pemahaman konsep merupakan kemampuan siswa dalam menguasai meteri
pembelajaran yang terlihat dari hasil belajar. Hasil belajar tersebut berupa
nilai yang diperoleh siswa berdasarkan hasil tes yang dibuat sesuai dengan
indikator pemahaman konsep yang diteliti.

4.

Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah lingkaran.

8

II . TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka
1. Efektivitas Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 219) efektif berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat
keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Efektivitas pembelajaran
dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai

tujuan

pembelajaran.
Sutikno (dalam Wijaya, 2009: 9) menyatakan sebagai berikut.
”Pembelajaran efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa
untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai
tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.”
Pembelajaran akan efektif jika pembelajaran yang berlangsung tersebut mudah
dan menyenangkan bagi siswa. Siswa akan tertarik mengikuti pembelajaran jika
pembelajaran yang berlangsung dirasa menyenangkan bagi siswa. Ketertarikan
siswa terhadap pembelajaran yang berlangsung dapat diketahui dengan
memberikan angket mengenai respon siswa selama mengikuti pembelajaran.
Suatu pembelajaran dikatakan efektif jika dapat mencapai tujuan pembelajaran
sesuai yang diharapkan. Tujuan pembelajaran secara umum mencakup tiga aspek,

9

yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam efektivitas pembelajaran ini
tujuan pembelajaran matematika lebih mengacu pada aspek kognitif, yaitu tingkat
kemampuan siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Tingkat kemampuan
siswa dalam memahami materi dapat diketahui dengan pemberian tes.
Hamalik (2001: 171) menyatakan bahwa pembelajaran dikatakan efektif jika
pembelajaran tersebut memberikan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas
seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar. Pembelajaran sebaiknya tidak
didominasi oleh guru. Sebaliknya seorang guru harus mampu membuat siswanya
ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan menyediakan kesempatan belajar
sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya diharapkan siswa dapat mengembangkan
potensinya dengan baik. Dengan demikian pembelajaran efektif jika siswa terlibat
aktif selama kegiatan pembelajaran.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah
ketepatgunaan pembelajaran dari suatu proses interaksi antara siswa dengan siswa
maupun antara guru dan siswa dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Efektif atau tidaknya pembelajaran dapat dilihat dari terpenuhi
atau tidaknya kriteria-kriteria yang berupa aktivitas siswa selama pembelajaran
berlangsung, hasil belajar siswa, dan respon siswa terhadap pembelajaran.
2. Pendekatan Kontekstual
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 458) Konteks diartikan sebagai
situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian. Pendekatan Kontekstual
merupakan konsep belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar lebih baik

10

jika lingkungan diciptakan secara alamiah, artinya belajar akan lebih bermakna
jika anak bekerja dan mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sekedar
mengetahuinya. Kunandar (2007: 296) menyatakan sebagai berikut.
”Contectual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang
membantu guru menghubungkan antara materi pelajaran yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari.”
Berdasarkan uraian di atas, pendekatan kontekstual adalah suatu strategi
pembelajaran yang menekankan kepada prospek keterlibatan siswa secara penuh
untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan
situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka. Sihono (2004 : 74) menyatakan bahwa pendekatan
kontekstual memiliki 7 komponen utama, yaitu (1) konstruktivisme, (2) inquiry,
(3) questioning, (4) learning community, (5) modelling, (6) refleksi, dan (7)
authentic assessment.
Komponen-komponen di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Konstruktivisme (Contructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir bagi pendekatan kontekstual yang
menyatakan bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara langsung.
Sihono (2004 : 75) menyatakan:
“Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang
siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan
itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.”

11

Berdasarkan pernyataan tersebut, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan suatu
masalah, bergelut dengan ide-ide, dan menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa.
Untuk itu siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
Dengan dasar itu, pembelajaran hanya dikemas menjadi proses mengkonstruksi
bukan menerima pengetahuan. Dalam pembelajaran, siswa membangun sendiri
pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar.
Siswa menjadi pusat kegiatan bukan guru. Sihono (2004 : 75) menyatakan bahwa
tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan cara :
1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa
2) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya
sendiri
3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam
belajar.
2) Teori Menemukan (Inquiry)
Sihono (2004 : 76) menyatakan bahwa menemukan merupakan bagian inti dari
kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual yang berpendapat bahwa pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu
merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apa pun materi
yang diajarkannya.
Sihono ( 2004 : 76) mengatakan bahwa langkah-langkah dari kegiatan inkuiri
adalah sebagai berikut.
1. merumuskan masalah
2. mengumpulkan data melalui observasi

12

3. menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,
tabel, dan sebagainya
4. mengomunikasikan atau menyajikan hasil karya di depan guru, teman
sekelas, dan audiens yang lain.
3) Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat bermula dari kegiatan bertanya.
Bertanya (questioning) adalah suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh
siswa untuk menganalisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan.
Sihono (2004 : 77) menyatakan bahwa bertanya dalam pembelajaran dipandang
sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan
berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya untuk menggali informasi,
mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan menunjukkan perhatian pada
aspek yang belum diketahui. Sedangkan bagi guru, bertanya adalah upaya untuk
merangsang siswa

berpikir,

mengevaluasi

belajar,

memulai

pengajaran,

memperjelas gagasan, dan meyakinkan apa yang diketahui oleh siswa.
Menurut pendapat Sihono ( 2004 : 77), dalam suatu pembelajaran yang produktif,
kegiatan bertanya sangat penting dilakukan karena memiliki beberapa kegunaan
yaitu:
1.

menggali informasi, baik administrasi maupun akademis

2.

mengecek pemahaman siswa

3.

membangkitkan respon kepada siswa

4.

mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa

5.

mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa

6.

memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehedaki guru

13

7.

untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa

8.

untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

4) Masyarakat belajar (Learning Community)
Sihono (2004 : 77 – 78) menyatakan bahwa konsep Learning Community
menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain.
Oleh karena itu, dalam kelas guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran
dalam kelompok-kelompok belajar.

Siswa dibagi dalam kelompok yang

anggotanya heterogen. Hasil belajar diperoleh dari diskusi antara teman, dan
antar kelompok, dari yang tahu ke yang belum tahu. Baik orang-orang di dalam
kelas, di sekitar kelas, maupun yang di luar kelas, semua adalah anggota dari
masyarakat belajar.
Dalam Hermawan (2010 : 15) disebutkan bahwa masyarakat belajar (Learning
Comunity) pada dasarnya memiliki pengertian:
1.

Adanya kelompok belajar yang berkomunikasi untuk berbagi gagasan
dan pengalaman.
2. Ada kerjasama untuk memecahkan masalah.
3. Ada rasa tanggung jawab kelompok, semua anggota dalam kelompok
mempunyai tanggung jawab yang sama.
4. Membangun motivasi belajar bagi anak yang belum mampu.
5. Menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan seorang anak
belajar dengan anak lainnya.
6. Ada fasilitator/ guru yang memandu proses belajar dalam kelompok.
7. Harus ada komunikasi dua arah atau multi arah.
8. Ada kemauan untuk menerima pendapat yang lebih baik.
9. Ada kesediaan untuk menghargai pendapat orang lain.
10. Dominasi siswa yang pintar perlu diperhatikan agar yang lambat/lemah
bisa pula berperan.
11. Siswa bertanya kepada teman-temannya.

14

Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan
dalam komunikasi, tidak ada pihak yang segan untuk bertanya, tidak ada pihak
yang menganggap paling tahu, semua pihak mau saling mendengarkan. Model
pembelajaran dengan teknik masyarakat belajar ini ini sangat membantu proses
pembelajaran di kelas.
5) Pemodelan (Modeling)
Pemodelan

pada

dasarnya

membahasakan

gagasan

yang

dipikirkan,

mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar,
dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa-siswanya ikut melakukan.
Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau
aktivitas belajar. Dengan kata lain, contoh model itu bisa berupa cara
mengoperasikan sesuatu, cara menggambar garis sejajar, cara menggambar kubus,
dan sebagainya.
Faridah (2012 : 9) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual, guru
bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
Seorang siswa bisa ditunjuk untuk menggambarkan grafik suatu fungsi dengan
panduan dari guru. Siswa tersebut dapat dikatakan sebagai model. Model juga
dapat menggunakan benda-benda nyata yang ada di dalam kelas atau di luar kelas,
misalkan lemari yang dapat dijadikan model balok, atau piramida sebagai model
limas segiempat, dan sebagainya.

15

6) Refleksi (Reflection)
Sihono (2004 : 79) menyatakan bahwa refleksi adalah cara berpikir tentang apa
yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita
lakukan di masa lalu. Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau
pengetahuan yang baru saja diterima. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan
atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap
kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Kunci dari kegiatan
refleksi adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa.
Tugas guru adalah membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan
begitu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa
yang baru dipelajarinya.
7) Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
Johnson (dalam Supinah, 2008 : 10) menyatakan sebagai berikut.
“Penilaian yang sesungguhnya (authentic assessment), ditujukan pada
motivasi siswa untuk menjadi unggul di era teknologi, penilaian
sesungguhnya ini berpusat pada tujuan, melibatkan keterampilan tangan,
penerapan, dan kerjasama serta pemikiran tingkat tinggi yang berulang-ulang.
Penilaian itu bertujuan agar para siswa dapat menunjukkan penguasaan dan
keahlian yang sesungguhnya dan kedalaman berpikir dari pengertian,
pemahaman, akal budi, kebijaksanaan, dan kesepakatan.”
Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama (2003 : 10-20) menyatakan bahwa
penilaian sesungguhnya (authentic assessment), adalah proses pengumpulan
berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.

16

Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu
siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan ditekankan pada diperolehnya
sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. Kemajuan belajar
dinilai dari proses, bukan hanya hasil, dan dengan berbagai cara. Tes hanya salah
satu dari cara menilai. Itulah hakekat penilaian yang sebenarnya.
Berdasarkan pernyataan tersebut, data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian (assesssment) bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa.
Karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat
melakukan proses pembelajaran. Hal-hal yang dapat dijadikan penilaian antara
lain melalui pekerjaan rumah, laporan, demonstrasi, jurnal, karya tulis, hasil tes
tertulis, presentasi atau penampilan siswa, dan sebagainya.
Alasan dipilihnya pendekatan kontekstual ini adalah, bahwa melalui pendekatan
kontekstual: (1) situasi pembelajaran lebih kondusif, karena siswa dilibatkan
secara penuh dalam pembelajaran dan posisi guru lebih berpindah-pindah (depan,
tengah, dan belakang), (2) Guru tidak lagi menggunakan metode konvensional,
sehingga pembelajaran lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa menjadi aktif,
dan (3) guru akan termotivasi untuk mencari media pembelajaran baru
(modelling) dari berbagai sumber, karena pendekatan kontekstual mengarahkan
guru untuk menggunakan media pembelajaran yang lebih bervariasi guna
membangkitkan minat siswa dalam pembelajaran.
Selain itu, dengan menerapkan ketujuh komponen tersebut siswa diajak untuk
terlibat langsung mulai dari pemahaman materi, diskusi, pembentukan kelompok

17

belajar, sampai kegiatan refleksi. Melalui pendekatan kontekstual ini diharapkan
mampu untuk meningkatkan kualitas dan antusias siswa dalam menulis narasi.
Berdasarkan uraian, dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual merupakan
pendekatan yang dapat membantu siswa menemukan makna dalam pembelajaran
dengan cara menghubungkan materi pelajaran dengan konteks kehidupan seharihari. Mereka membuat hubungan-hubungan yang menghasilkan makna dengan
melaksanakan pembelajaran yang diatur sendiri, bekerja sama, berpikir teoritis,
kreatif, menghargai orang lain, dan berperan serta dalam penilaian autentik.
3. Pemahaman Konsep Matematis
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat,
sedangkan konsep berarti ide atau pengertian yang diabstrakan dari peristiwa
konkret. Menurut Gagne (2011), konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan
kita mengelompokkan objek ke dalam contoh dan bukan contoh. Sedangkan
dalam matematika, konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk menggolongkan suatu objek atau kejadian. Jadi pemahaman konsep
adalah pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak. Nasution
(2006: 26) mengatakan bahwa konsep sangat penting bagi manusia, karena
digunakan dalam komunikasi dengan orang lain, dalam berpikir, dalam belajar,
membaca, dan lain-lain. Tanpa konsep, belajar akan sangat terhambat.
Kemampuan pemahaman konsep matematika adalah salah satu tujuan penting
dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan
kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu. Dengan

18

pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri.
Pemahaman matematika juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang
disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai
konsep yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan Hudoyo (dalam Herdian, 2010: 5)
yang menyatakan tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan
dapat dipahami peserta didik.
Pemahaman konsep siswa dapat dilihat dengan tercapainya indikator dari
pemahaman konsep. Pada penjelasan teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen
Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 (dalam Wardhani 2008: 10) Indikator dari
pemahaman konsep yaitu:
(1) menyatakan ulang suatu konsep;
(2) mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu;
(3) memberi contoh dan noncontoh dari konsep;
(4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika;
(5) mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep;
(6) menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu;
(7) mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. Jadi pemahaman
konsep berpengaruh terhadap tercapainya hasil belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep merupakan
kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran yang terlihat dari hasil
belajar. Dalam penelitian ini, hasil belajar tersebut berupa nilai yang diperoleh
siswa berdasarkan hasil tes berbentuk uraian yang dibuat sesuai indikator
pemahaman konsep yang diteliti.

19

B. Kerangka Pikir
Dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan
para

siswa

menemukan

kontekstual

membantu

makna dalam pembelajaran dengan cara

menghubungkan materi pelajaran dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan
pendekatan ini siswa tidak hanya mudah dalam menguasai konsep dan materi
pelajaran namun juga tidak mudah lupa dengan konsep yang telah diperolehnya
tersebut. Dengan pendekatan kontekstual siswa di kelas akan dibentuk menjadi
kelompok-kelompok, sehingga berpeluang untuk bekerja dalam sebuah tim serta
memiliki kesempatan untuk menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan
dan keterampilannya. Dalam pembelajaran ini guru berperan sebagai fasilitator.
Interaksi yang tercipta dengan pembelajaran kontekstual adalah multi arah, yaitu
dari guru ke siswa, siswa ke guru, dan siswa ke siswa.
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual efektif ditinjau dari pemahaman konsep siswa kelas VIII
semester genap SMP Sejahtera I Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.

20

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Sejahtera 1 Bandar Lampung. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Sejahtera 1 Bandar Lampung.
Penelitian ini merupakan penelitian terhadap total sampel yaitu seluruh siswa
kelas VIII semester genap SMP Sejahtera I Bandar Lampung tahun pelajaran
2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 48 orang yang terbagi dalam 2 kelas
yaitu kelas VIII-A dan kelas VIII-B. Kelas VIII-A bejumlah 24 siswa terdiri dari
16 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Kelas VIII-B berjumlah 24 siswa
terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Kelas-kelas tersebut tidak
dibedakan menjadi kelas unggulan dan kelas reguler.
Siswa dalam setiap kelas

memiliki kemampuan matematika yang heterogen.

Sebagian besar dari mereka tinggal di Bandarlampung. Mereka hidup di
perumahan padat penduduk dengan lingkungan sosial yang heterogen. Kondisi
perekonomian orang tua siswa termasuk dalam golongan menengah kebawah.
Sebagian besar pekerjaan orang tua siswa adalah buruh, dan pedagang kecil,
hanya beberapa yang menjadi pegawai kantor atau PNS.

21

B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan analisis data secara deskriptif.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut
1. Tahap Perencanaan
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
b. Menyiapkan Media Benda Konkret yang akan digunakan sebagai alat
bantu mengajar.
c. Menyusun lembar kerja siswa yang akan diberikan kepada siswa pada saat
proses pembelajaran berlangsung.
d. Menyusun perangkat untuk instrumen evaluasi.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang telah disusun. Adapun urutan pembelajaran yang dilakukan adalah
sebagai berikut.
a. Kegiatan Awal
Memberikan motivasi dan apersepsi dengan melakukan tanya jawab untuk
menggali kemampuan siswa mengenai materi yang akan dibahas.
b. Kegiatan Inti
Guru menyajikan materi dengan menggunakan media benda yang sudah
dipersiapkan sebelumnya.
1) Guru membagikan LKS kepada setiap siswa, meminta siswa
mengerjakannya.
2) Guru meminta beberapa siswa untuk mempresentasikan pekerjaannya.

22

3) Mengadakan diskusi kelas tentang materi yang telah dipelajari.
4) Guru menyempurnakan hasil diskusi.
c. Kegiatan Penutup
1) Dengan bimbingan guru, siswa membuat kesimpulan dari materi yang
telah dipelajari.
2) Guru memberikan PR dan menginformasikan materi yang akan
dibahas pada pertemuan berikutnya.
C. Data Penelitian
Data penelitian ini merupakan data kuantitatif yaitu data berupa nilai pemahaman
konsep matematika siswa yang diperoleh melalui tes pemahaman konsep yang
dilakukan sesudah pokok bahasan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara tes. Tes yang
diberikan berupa tes formatif pada pokok bahasan lingkaran. Pemberian tes ini
bertujuan untuk mengukur pemahaman konsep matematis siswa dan juga
mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa dengan Pendekatan
Kontekstual. Untuk menjamin validitas isi, soal tes disusun berdasarkan kisi-kisi
dengan memperhatikan setiap indikator yang telah ditentukan dalam kurikulum.
Soal untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis disusun dalam
bentuk tes uraian.

23

E. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam
kegiatan mengumpulkan data perangkat tes terdiri dari enam soal berbentuk
uraian. Tes diberikan di akhir pembelajaran kepada siswa. Tes tersebut berisi
butir soal untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
Penyusunan soal tes ini diawali dengan menentukan kompetensi dasar dan
indikator yang akan di ukur sesuai dengan materi dan tujuan kurikulum yang
berlaku pada populasi, menyusun kisi-kisi tes berdasarkan kompetensi dasar dan
indikator yang dipilih, menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Hal
ini dilakukan untuk menjamin validitas isi soal tes yang diujikan.
Instrumen tes yang digunakan adalah soal tes yang sudah pernah diujicobakan
oleh ahli matematika kepada siswa kelas VIII sekolah tersebut pada tahun
pelajaran sebelumnya dan telah dinyatakan valid oleh ahli matematika. Setelah
diujicobakan data hasil ujicoba tersebut diukur tingkat reliabilitas tes. Apabila tes
tersebut telah dinyatakan reabel, maka tes termasuk kriteria yang baik sehingga
soal layak untuk digunakan.
1.

Validitas Isi

Validitas tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi yaitu
validitas yang dilihat dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur pemahaman
konsep, yaitu: sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar
siswa, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan
materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diujikan. Validitas isi tes ini di-

24

dasarkan pada penilaian guru kelas, jika penilaian guru menyatakan bahwa butirbutir tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator maka tes tersebut
dikategorikan valid.
Validitas isi dari suatu tes pemahan konsep dapat diketahui dengan jalan membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes hasil belajar dengan indikator
yang telah ditentukan untuk masing-masing pelajaran, apakah hal-hal yang
tercantum dalam tujuan intruksional khusus sudah terwakili secara nyata dalam
tes hasil belajar tersebut atau belum. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini soal tes
dikonsultasikan

dengan

dosen

pembimbing

terlebih

dahulu

kemudian

dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMP Sejahtera
1 Bandar Lampung. Setelah perangkat tes dinyatakan valid, maka perangkat tes
diujicobakan diluar sampel penelitian.
2. Reliabilitas
Reliabilitas tes dinyatakan dalam koefisien reliabilitas dan digunakan untuk
mengetahui tingkat keterandalan tes. Perhitungan koefisien reliabilitas tes ini
didasarkan pada pendapat Arukunto (2010: 240) yang menyatakan bahwa untuk
menghitung reliabilitas tes dapat digunakan rumus alpha, yaitu:
2
 k    b
r11  
 1
2
 k  1 






keterangan:
r11

= Koefisien reliabilitas tes

k

= Banyaknya butir soal yang dikeluarkan dalam tes



b

2

= Jumlah varians skor dari tiap butir soal

25

σ2

= Varian total

Untuk menghitung reabilitas tes, maka kita perlu menganalisis skor jawaban
siswa. Skor jawaban disusun berdasarkan indikator pemahaman konsep seperti
disajikan dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Skoring Tes Pemahaman Konsep
No
Indikator
.
1. Menyatakan ulang
suatu konsep
2.

3.

4.

5.

6.

7.

Jawaban

Sko
r
0
1
2
0
1

Tidak menjawab
Menyatakan ulang suatu konsep tetapi salah
Menyatakan ulang suatu konsep dengan benar
Mengklarifikasika Tidak menjawab
n objek-objek
Mengklarifikasikan objek-objek menurut
menurut sifat-sifat sifat-sifat tertentu tetapi salah.
tertentu.
Mengklarifikasikan objek-objek menurut
2
sifat-sifat tertentu dengan benar.
Memberi contoh
Tidak menjawab.
0
dan non-contoh
Memberi contoh dan non-contoh dari konsep
1
dari konsep.
tetapi salah.
Memberi contoh dan non-contoh dari konsep
2
dengan benar.
Menyajikan
Tidak menjawab
0
konsep dalam
Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk
1
berbagai bentuk
representasi matematika tetapi salah.
representasi
Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk
2
matematika.
representasi matematika dengan benar.
Mengembangkan Tidak menjawab.
0
syarat perlu dan
Mengembangkan syarat perlu dan syarat
1
syarat cukup suatu cukup suatu konsep tetapi salah.
konsep.
Mengembangkan syarat perlu dan syarat
2
cukup suatu konsep dengan benar.
Menggunakan,
Tidak menjawab.
0
memanfaatkan
Menggunakan, memanfaatkan dan memilih
1
dan memilih
prosedur atau operasi tertentu tetapi salah.
prosedur atau
Menggunakan, memanfaatkan dan memilih
2
operasi tertentu.
Prosedur atau operasi tertentu dengan benr.
Mengaplikasikan Tidak menjawab.
0
konsep atau
Mengaplikasikan konsep atau pemecahan
1
pemecahan
masalah tetapi salah.
masalah.
Mengaplikasikan konsep atau pemecahan
2
masalah dengan benar.
(Noer, 2010)

26

Hasil perhitungan koefisien reliabilitas dapat diinterpretasikan ke dalam kategori
tinggi, sedang, atau rendah berdasarkan Tabel 3.2 di bawah ini.
Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Reliabilitas
Nilai

Interpretasi

Antara 0,00 s.d 0,20
Antara 0,20 s.d 0,40
Antara 0,40 s.d 0,70
Antara 0,70 s.d 0,90
Antara 0,90 s.d 1,00

Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Ruseffendi (dalam Noer, 2010: 22)

Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh nilai

r11

= 0,8299 (Lihat Lampiran),

sehingga reliabilitas dari instrumen tes tersebut dikatakan tinggi.
F. Analisis Data
Data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil penilaian tes formatif yang
dikerjakan oleh siswa. Siswa dikatakan telah tuntas belajar apabila nilai yang
diperoleh (X) ≥ 65 dari skor maksimal. Setelah diperoleh data, kemudian
dilakukan perhitungan untuk mencari persentase siswa yang tuntas belajar
menggunakan rumus :
T

T x100%
n

Keterangan :
T

= persentase siswa yang tuntas belajar

T

= jumlah siswa yang tuntas belajar

n

= jumlah seluruh siswa

27

G. Pengujian Hipotesis
Pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual dikatakan efektif
apabila pembelajaran tersebut dapat mencapai indikator keberhasilan dengan
sekurang-kurangnya 70% siswa tuntas. Untuk menguji apakah menerima atau
menolak hipotesis maka dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji
proporsi satu pihak.
Perhitungan uji hipotesis ini didasarkan pada pendapat Sudjana (2005: 234) yang
menyatakan sebagai berikut:
:
:

=
>

dengan π0 sebuah harga yang diketahui. Dari sampel berukuran n akan dihitung
proporsi sampel ⁄ adanya peristiwa A. Untuk pengujian ini digunakan statistik
z yang rumusnya sebagai berikut:

⁄ −

=
Dalam hal ini, tolak H0 jika
diterima.

(1 −


,



)⁄

dan untuk

<

,



hipotesis H0

34

V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa
pembelajaran

matematika dengan pendekatan kontekstual efektif apabila

diterapkan pada siswa kelas VIII SMP Sejahtera I Bandar Lampung. Hal ini
dapat dilihat dari persentase siswa tuntas belajar lebih besar dari 70%.

B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dalam penerapan pembelajaran
matematika dengan pendekatan kontekstual penulis menyarankan beberapa
hal sebagai berikut.
1. Hendaknya guru memiliki kreativitas yang tinggi dalam menyajikan
materi matematika yang abstrak

yaitu dengan menyajikannya dalam

bentuk masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
yang mudah dibayangkan oleh siswa untuk didiskusikan dalam
pembelajaran.
2. Pelaksanaan diskusi kelompok membutuhkan waktu yang cukup lama.
Untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya dilakukan strategi agar
pembelajaran yang berlangsung tidak begitu menyita waktu yang lama.
Salah satunya yaitu dalam presentasi terhadap hasil kerja kelompok tidak

35

dilakukan oleh semua kelompok. Kelompok yang mempunyai jawaban
sama dapat diwakili oleh satu kelompok saja.
3. Hendaknya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika
menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang diterapkan kelas VIII
SMP.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abu Muhammad Ibnu. 27 Sept

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas V SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 5 68

EFEKTIVITAS METODE MIND MAPPING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Xaverius 4 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 4 58

EFEKTIVITAS METODE MIND MAPPING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Xaverius 4 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 13 58

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING TERHADAP AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 26 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 10 63

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Sejahtera 1 TP 2013/2014)

1 9 45

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Sejahtera I Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 18 46

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Ar-Raihan Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 7 51

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBASIS CTL DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Bangunrejo, Kab. Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 205

EFEKTIVITAS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 20 BandarLampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 58 183

EFEKTIVITAS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 4 60