EFEKTIVITAS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP

MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

Oleh

M. HASBI RAMADHAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas pendekatan matematika realistik ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 8 Bandarlampung tahun pelajaran 2014/ 2015. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII-E dan VIII-F yang ditentukan dengan teknik purposive sampling. Desain yang digunakan adalah

posttest only control group design. Data pemahaman konsep matematis siswa diperoleh dari tes uraian. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan pendekatan matematika realistik efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada kelas VIII semester genap SMP Negeri 8 Bandarlampung tahun pelajaran 2014/ 2015.


(2)

EFEKTIVITAS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP

MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

Oleh

M. Hasbi Ramadhan

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

EFEKTIVITAS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP

MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

(Skripsi)

Oleh

M. Hasbi Ramadhan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2015


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ……….………... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran ... 9

B. Pendekatan Matematika Realistik ... 10

C. Pemahaman Konsep Matematis ... 13

D. Pembelajaran Konvensional ... 16

E. Kerangka Pikir ... 17

F. Anggapan Dasar ... 20

G. Hipotesis Penelitian ... 21

III.METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 22

B. Desain Penelitian ... 23

C. Data Penelitian ... 24

D. Teknik Pengumpulan Data ... 24

E. Prosedur Penelitian... 24

F. Instrumen Penelitian... 25

1. Validitas Isi ... 27

2. Reliabilitas ... 28

3. Tingkat Kesukaran ... 29

4. Daya Pembeda ... 31

G. Teknik Analisis Data ... 32


(5)

vii

2. Uji Homogenitas Varians ... 34

3. Uji Hipotesis ... 35

a. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata ... 36

b. Uji Proporsi ... 37

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 38

1. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata ... 39

2. Uji Proporsi ... 39

3. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis ... 40

B. Pembahasan ... 42

V. KESIMPULAN A. Simpulan ... 45

B. Saran ... 45 DAFTAR PUSTAKA


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. PERANGKAT PEMBELAJARAN

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pendekatan Matematika

Realistik ... 52

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional ... 86

A.3 Lembar Kerja Kelompok (LKK) ... 118

B. PERANGKAT TES B.1 Kisi-kisi Soal Post-test ... 159

B.2 Soal Post-test ... 160

B.3 Kunci Jawaban Soal Post-test ... 161

B.4 Soal Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Materi Lingkaran ... 165

B.5 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep Matematis ... 166

B.6 Form Penilaian Post-test ... 168

B.7 Surat Keterangan Validasi ... 170

C. ANALISIS DATA C.1 Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Kelas Uji Coba) ... 172

C.2 Hasil Uji Reliabilitas (Kelas Uji Coba) ... 173

C.3 Hasil Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Tes (Kelas Uji Coba) ... 174

C.4 Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Pendekatan Matematika Realistik ... 175


(7)

x C.5 Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Kelas Konvensional ... 176

C.6 Uji Normalitas Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa yang Menggunakan Pendekatan Matematika Realistik ... 177

C.7 Uji Normalitas Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa yang Menggunakan Pembelajaran Konvensional ... 181

C.8 Uji Homogenitas Varians ... 185

C.9 Uji Hipotesis ... 187

C.10 Uji Proporsi ... 190

C.11 Analisis Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Skor Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa yang Menggunakan Pendekatan Matematika Realistik ... 192

C.12 Analisis Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Skor Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa yang Menggunakan Pembelajaran Konvensional ... 195 D. LAIN-LAIN

Kartu Kendali Bimbingan Skripsi Daftar Hadir Seminar Proposal Daftar Hadir Seminar Hasil Surat Izin Penelitian


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa………. 23

Tabel 3.2 Post-test Only Control Group Design... 23

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep... 26

Tabel 3.4 KoefisienReliabilitas……... 29

Tabel 3.5 Kriteria Indeks Tingkat Kesukaran………... 30

Tabel 3.6 Tingkat Kesukaran Butir Soal Uji Coba... 30

Tabel 3.7 Interpretasi Daya Pembeda... 31

Tabel 3.8 Daya Pembeda Butir Soal Uji Coba... 32

Tabel 3.9 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa... 33

Tabel 3.10 Hasil Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep Matematis... 35

Tabel 4.1 Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa……... 38

Tabel 4.2 Rekapitukasi Data Hasil Uji–t... 39

Tabel 4.3 Hasil Uji Proporsi Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa... 40

Tabel 4.4 Pencapaian Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa... 41


(9)

MOTTO

Either Risk Something Than

Regret It

You Can’t Fly Unless You Let


(10)

(11)

(12)

i

Persembahan

Segala Puji Bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Dzat Yang Maha Sempurna. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Uswatun

Hasanah Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta dan kasih

sayangku kepada:

Ibuku tercinta Rismasari dan Ayahku tercinta Mardanus, yang telah membesarkan dan mendidik dengan penuh cinta

dan kasih sayang serta selalu mendoakan kesuksesan dan keselamatanku.

Adikku tercinta Muhammad Nabil Alfattah, yang selalu memberikan dukungan dan semangat untukku Seluruh keluarga besar yang terus memberikan do’a dan

dukungannya

Para pendidik yang telah mengajar dan mendidik dengan penuh semangat dan kesabaran

Semua sahabat-sahabatku yang tulus membantu, memberi

dukungan, dan do’anya


(13)

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 19 Maret 1993. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan dari Bapak Mardanus, S. T. dan Ibu Rismasari, A. Md.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Taruna Jaya Bandarlampung pada tahun 1999, pendidikan dasar di SD Negeri 1 Perumnas Way Halim Bandarlampung pada tahun 2005, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 29 Bandarlampung pada tahun 2008, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Kota Jambi pada tahun 2011.

Pada tahun 2011, penulis diterima melalui jalur SNMPTN Undangan sebagai mahasiswa Universitas Lampung, pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Pada tahun 2014, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Kejadian, Kecamatan Belalau, Kabupaten Lampung Barat. Selain itu, pada tahun yang sama penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Belalau, Kabupaten Lampung Barat yang terintegrasi dengan program KKN tersebut.


(15)

SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil „Alamin, puji syukur kehadirat Allah SubhanahuWaTa‟ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam selalu tercurah pada junjungan kita Rasulullah Muhammad Shalallahu ‟Alaihi Wasallam yang telah membawa kita dari zaman Jahiliah menuju ke zaman yang terang.

Skripsi yang berjudul “Efektivitas Pendekatan Matematika Realistik Ditinjau dari Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)”, disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Ibu Rismasari dan Ayah Mardanus tercinta, terimakasih atas bantuan moril dan materilnya serta doa yang selalu diucapkan untuk kesuksesanku.

2. Bapak Drs. M. Coesamin, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran, perhatian, kritik, saran, motivasi, dan semangat kepada penulis


(16)

iii selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan sangat baik.

3. Ibu Dra. Rini Asnawati, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran, perhatian, kritik, saran, motivasi, dan semangat kepada penulis selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan sangat baik.

4. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M. Pd., selaku Pembahas yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan sangat baik.

5. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M. Pd., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan kemudahan kepada penulis selama menempuh pendidikan. 6. Bapak Dr. Caswita, M. Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA yang telah

memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Bapak Dr. Haninda Bharata, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak Dr. Bujang Rahman, M. Si., selaku dekan FKIP Universitas Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 10. Ibu Drs. Hj. Else Sari, selaku guru matematika SMP Negeri 8 Bandarlampung


(17)

iv 11. Ibu Hj. Ratnasari, S. Pd., MM., selaku Kepala SMP Negeri 8 Bandarlampung beserta wakil, staf, dan karyawan yang telah memberikan kemudahan selama penelitian.

12. Seluruh siswa-siswi SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/ 2015, khususnya siswa kelas VIII-E dan VIII-F terima kasih atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.

13. Paman dan Tanteku tercinta yang selalu menyemangati, memotivasi, memberikan masukan, dan membangunkanku (Uncu Diana, Ami Juli, Tante Ila, Om Fani, Umi Berti, Om Haviz, Akok Lina, Bapak Deden, Tante Dewi, dan Om Yan).

14. Adik-adikku tercinta Nabil, Faqih, Risky, Belly, Ican, Atiah, Fadil, Balqis, Lala, Khanza, Adam, dan Abdi yang selalu menyemangati dan mendoakanku. 15. Teman-teman yang telah menyemangatiku (Rizka, Dina, Veni, Emil, Novi,

Ni Luh, Yulisa, dan Ismi).

16. Teman-teman karibku tersayang, seluruh angkatan 2011 Pendidikan Matematika: Ade, Agung, Agus, Anshori, Aliza, Vina, Au, Ayu Anindra, Ayuf, Ayu Sekar, Ayu Ta, Ayu Tiara, Bayu, Citra, Dedes, Desi, Dewi, Dian, Didi, Dina, Emi, Emilda, Enggar, Eni, Fitri, Flo, Fuji, Gilang, Hani, Heizlan, Ige, Ikhwanudin, Indah, Ismi, Ista, Iwan, Laili, Latifah, Lidia, Elcho, Panji, Yusuf, Muthiah, Ratna, Niluh, Nourma, Pobby, Abi, Ria, Rizka, Rossa, Selvi, Siska, Siti, Suci, Titi, Veni, Venti, Winda, Wulan, Yola, dan Yulisa.

17. Kakak-kakakku angkatan 2008, 2009, 2010 serta adik-adikku angkatan 2012, 2013, 2014 terima kasih atas kebersamaanya.


(18)

v 18. Teman-teman seperjuangan KKN di Desa Kejadian, Kecamatan Belalau, Kabupaten Lampung Barat dan PPL di SMA Negeri 1 Belalau (Tata, Intan, Tiwi, Rini, Ida, Aya, Erni, Iin, Linda, dan Yuli) terimakasih atas kebersamaan selama kurang lebih tiga bulan yang penuh makna dan kenangan.

19. Almamater Universitas Lampung tercinta yang telah mendewasakanku. 20. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga mendapat balasan pahala dari Allah SWT atas kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis. Kekeluargaan yang sudah terikat semoga selalu terjalin tali silaturahmi di antara kita, dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin ya Robbal „Alamin.

Bandarlampung, Oktober 2015 Penulis


(19)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini pendidikan merupakan aspek yang penting bagi suatu bangsa. Dengan pendidikan, pemerintah dapat mengembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) yang dimilikinya secara maksimal untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. Melalui pendidikan, akan terbentuk manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab terhadap tugasnya. Dengan terciptanya manusia yang berkualitas, suatu bangsa dapat bersaing dengan bangsa-bangsa yang lebih maju dan berkembang.

Pentingnya pendidikan dalam membentuk manusia Indonesia yang berkualitas diperkuat dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dalam Bab II Pasal 3 adalah sebagai berikut.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan mem-bentuk watak serta memmem-bentuk peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk mengem-bangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, kepada siswa perlu diberikan berbagai macam mata pelajaran yang telah ditetapkan. Salah satu mata pelajaran


(20)

2 pokok yang diajarkan kepada siswa adalah mata pelajaran matematika. Menurut Permendiknas nomor 22 Tahun 2006, peran dan fungsi matematika adalah sarana untuk mengembangkan kemampuan bernalar dalam memecahkan masalah pada bidang matematika maupun dalam bidang lainnya. Hal ini menunjukkan pentingnya pembelajaran matematika dalam membentuk pola pikir dan tingkah laku siswa serta untuk menghasilkan SDM yang berkualitas. Mengingat perannya yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas SDM, maka upaya peningkatan kualitas pembelajaran matematika memerlukan perhatian yang sangat serius. Upaya ini menjadi sangat penting mengingat masih rendahnya mutu pendidikan matematika di sekolah.

Rendahnya mutu pendidikan matematika di Indonesia dapat dilihat dari hasil

Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) yang menunjukan capaian rata-rata siswa Indonesia pada TIMSS 2007 dan 2011 adalah 397 dan 386, atau berada pada level bawah. Capaian rata-rata siswa Indonesia masih berada di bawah Korea (613) dan Singapura (611). Selain itu ditunjukkan oleh hasil Programme for International Student Assessment (PISA) yang menunjukkan capaian rata-rata peserta Indonesia pada PISA 2012 adalah 375, menduduki posisi 64 dari 65 negara. Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa kemampuan matematika siswa di Indonesia untuk pengetahuan, penerapan, dan pemahaman masih rendah. Rendahnya kemampuan matematika siswa di Indonesia disebabkan karena siswa tidak terbiasa dengan soal-soal yang menuntut penyelesaian masalah non rutin, mencakup konteks yang kompleks, dan melakukan langkah penyelesaian yang banyak. Mereka sudah terbiasa menyelesaikan soal-soal rutin dengan penyelesaian yang sederhana dan terkadang


(21)

3 hanya meniru penyelesaian yang sudah diberikan guru, sehingga tidak dapat mengembangkan pemahaman konsep dengan baik. Kondisi ini sangat memprihatinkan bagi siswa Indonesia. Untuk itu dalam menyelesaikan masalah matematika, siswa perlu memiliki kemampuan pemahaman konsep yang baik.

Dalam pembelajaran matematika ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa sulit untuk mempelajari matematika, yaitu pembelajaran matematika yang tidak bermakna dan objek kajian matematika abstrak. Pembelajaran menjadi tidak bermakna apabila selama pembelajaran berlangsung guru tidak menghadirkan masalah-masalah kontekstual dan realistik, masalah yang sudah dikenal dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa, dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya dikarenakan guru bertindak sebagai pemberi informasi, sedangkan siswa hanya menerima informasi dengan cara mendengarkan, mencatat atau menyalin, dan menghafal. Pembelajaran yang demikian membuat siswa cepat bosan dan mengantuk dalam pembelajaran, sehingga siswa tidak termotivasi untuk mengikuti pembelajaran matematika selanjutnya. Penyebab kesulitan siswa dalam mempelajari matematika selanjutnya adalah objek kajian matematika yang abstrak. Oleh sebab itu, pembelajaran matematika hendaknya diawali dengan hal yang konkret ke abstrak, dan dari yang mudah ke sulit. Pembelajaran matematika yang disajikan dengan mengaitkan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat siswa termotivasi dalam memecahkan masalah matematika. Hal ini sesuai dengan pendapat Van de Henvel-Panhuizen (1998) yang menyatakan bahwa siswa belajar matematika yang terpisah dari pengalaman mereka sehari-hari akan membuat siswa cepat lupa dengan materi yang telah dipelajari.


(22)

4 Salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari adalah pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik. Pendekatan matematika realistik adalah suatu konsep belajar dengan cara guru mengaitkan situasi dunia nyata siswa ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya serta penerapannya.

Menurut Marpaung (2011) pendekatan matematika realistik dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan matematika di Indonesia. Menurut Hadi (2005 : 37) masalah-masalah nyata dari kehidupan sehari-hari digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika untuk menunjukkan bahwa matematika sebenarnya dekat dengan kehidupan sehari-hari. Permasalahan yang digunakan dalam pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik mempunyai keterkaitan dengan situasi nyata sehingga mudah dipahami dan dibayangkan oleh siswa. Hal ini akan membuat siswa lebih tertarik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan demikian siswa menjadi terlibat dalam pembelajaran dan mampu menemukan konsep yang sedang dipelajari secara mandiri.

Pada saat peneliti melakukan observasi, proses pembelajaran matematika di SMP Negeri 8 Bandarlampung masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Guru menjadikan dirinya sebagai pusat pembelajaran, sementara siswa hanya berdiam diri mendengarkan ceramah guru. Hal tersebut membuat siswa menjadi kurang aktif dan kreatif. Jelas ini menandakan masalah serius dalam proses pembelajaran matematika yang harus dicari solusinya. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran matematika tersebut


(23)

5 adalah merubah model pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas Pendekatan Matematika Realistik Ditinjau dari Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa” di SMP Negeri 8 Bandarlampung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka secara umum permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan “Bagaimana efektivitas penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 8 Bandarlampung?”

Rumusan masalah di atas dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?

2. Apakah proporsi siswa yang memahami konsep matematis pada pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik lebih dari 60% dari jumlah siswa?


(24)

6 C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pendekatan matematika realistik ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam pendidikan terutama pada pembelajaran matematika dengan pendekatan matematika realistik dan hubungannya dengan pemahaman konsep matematis siswa.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada praktisi pendidikan sebagai bahan pertimbangan terkait dengan penggunaan pendekatan matematika realistik yang berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini mencapai sasaran yang diinginkan sebagaimana yang telah dirumuskan dalam tujuan, dan untuk menghindari terjadinya kesimpangsiuaran permasalahan yang akan dibahas, maka perlu adanya pembatasan pengertian dalam penelitian. Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:


(25)

7 1. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas pembelajaran merupakan ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada penelitian ini, pembelajaran dikatakan efektif apabila : (1) kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional, dan (2) proporsi siswa memahami konsep matematis pada pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik lebih dari 60%. Sehingga siswa dikatakan memahami konsep matematis

apabila skor tes pemahaman konsep matematis yang diperoleh ≥ 68. 2. Pendekatan Matematika Realistik

Pendekatan matematika realistik merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mengaitkan konsep matematika dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Pada penelitian ini, permasalahan yang digunakan dalam pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik mempunyai keterkaitan dengan situasi nyata yang mudah dipahami dan dibayangkan oleh siswa. 3. Pemahaman Konsep Matematis

Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa merupakan kemampuan siswa yang berupa penguasaan materi pelajaran. Siswa bukan hanya sekedar menghafal atau mengingat konsep yang telah dipelajari, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti. Indikator kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang diukur pada penelitian ini adalah menyatakan ulang suatu konsep, kemampuan mengklasifikasikan


(26)

8 objek-objek matematika, menginterpretasikan gagasan atau konsep, memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika, menggunakan, memanfaat-kan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, serta mengaplikasikan konsep pada pemecahan masalah.

4. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran dengan metode ceramah yang biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Dalam hal ini, pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran yang digunakan di sekolah tempat penelitian, yaitu guru aktif memberikan informasi sedangkan kegiatan siswa hanya menyimak, mencatat, dan mengerjakan tugas.


(27)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga berhubungan dengan kegunaan atau manfaat dari hasil yang diperoleh. Menurut Sutikno (2005 : 7) pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pembelajaran dikatakan efektif apabila tujuan dari pembelajaran tersebut tercapai.

Hal senada juga dikemukakan oleh Mulyasa (2006) yang menyatakan bahwa pembelajaran dikatakan efektif apabila mampu memberikan pengalaman baru dan membentuk kompetensi peserta didik serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan peserta didik secara penuh agar aktif dalam pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran betul-betul kondusif dan terarah pada tujuan serta dapat membentukan kompetensi peserta didik.


(28)

10 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tercapainya tujuan pembelajaran yang diwujudkan dari hasil belajar merupakan hal utama dalam menilai efektivitas pembelajaran. Dalam penelitian ini, efektivitas dikatakan tercapai apabila kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional, serta proporsi siswa memahami konsep matematis pada pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik lebih dari 60%.

B. Pendekatan Matematika Realistik

Pendekatan matematika realistik merupakan suatu pendekatan pembelajaran dalam pendidikan matematika yang pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda sejak tahun 1970-an oleh Institute Freudenthal. Menurut Gravemeijer (1994) pendekatan matematika realistik merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memahami suatu konsep matematika dengan mengaitkan konsep tersebut dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, permasalahan yang digunakan dalam pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik harus mempunyai keterkaitan dengan situasi nyata yang mudah dipahami dan dibayangkan oleh siswa. Sesuatu yang dibayangkan tersebut digunakan sebagai starting point (titik tolak atau titik awal) dalam pemahaman konsep-konsep matematika.

Menurut Soejadi (2002 : 49) pendekatan matematika realistik pada dasarnya adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai tujuan


(29)

11 pendidikan matematika secara lebih baik daripada masa lalu. Realitas yang dimaksud adalah hal-hal nyata yang dapat diamati atau dipahami oleh siswa. Sementara lingkungan yang dimaksud disini adalah lingkungan tempat siswa berada, seperti lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat yang mudah dibayangkan oleh siswa.

Zulkardi (2003 : 14) berpendapat bahwa pendekatan matematika realistik adalah pendekatan pendidikan matematika yang berdasarkan ide bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan matematika harus dihubungkan nyata dalam konteks kehidupan sehari-hari. Dengan memandang matematika sebagai suatu aktivitas, maka belajar matematika berarti bekerja dengan matematika dan pemecahan masalah hidup sehari-hari merupakan bagian penting dalam pembelajaran sebagai suatu sumber pengembangan sekaligus sebagai aplikasi melalui proses matematisasi.

Pada pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik, pemahaman konsep matematis siswa terjadi melalui proses matematisasi horizontal dan vertikal. Treffers (1987) menjelaskan dua tipe matematisasi tersebut yaitu :

1. Matematisasi Horizontal

Tahap ini dimulai dengan penyajian permasalahan kontekstual (riil) dan siswa diberi kesempatan untuk mencoba menguraikan dengan bahasa dan simbol yang dibuatnya sendiri. Pada tahap ini, pemahaman yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah berkaitan dengan masalah kontekstual yang disajikan. Aktivitas yang dapat dilakukan siswa pada tahap ini adalah mengidentifikasian


(30)

12 masalah, mengubah masalah nyata ke masalah matematika, serta menemukan hubungan dan aturan-aturan.

2. Matematisasi Vertikal

Pada tahap ini, siswa melakukan proses pengorganisasian kembali menggunakan sistem matematika itu sendiri. Aktivitas yang dilakukan siswa adalah memperhatikan hubungan dalam rumus, membuktikan aturan, dan membuat generalisasi.

De Lange (1987) mengatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik adalah pembelajaran matematika dengan mengembangkan konsep matematika dimulai oleh siswa secara mandiri dengan memberikan peluang pada siswa untuk berkreasi mengembangkan pemikirannya. Pengembangan konsep berawal dari siswa itu sendiri, siswa menggunakan strategi untuk mengembangkan dan menemukan konsep itu, dan guru hanya membimbing siswa untuk menemukan konsep itu secara aktif.

Hadi (2005 : 4) menyebutkan urutan pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik sebagai berikut :

1. Memahami Masalah Kontekstual

Guru menyajikan masalah kontekstual dengan memperhatikan penga-laman, tingkat pengetahuan siswa, dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Penyajian masalah kontekstual tersebut dapat dilakukan dengan memberikan soal atau pertanyaan yang memiliki keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya guru meminta siswa menelaah masalah yang terkandung di dalam soal yang diberikan. Pada kegiatan ini guru hanya memberikan penjelasan pada bagian-bagian tertentu yang belum dipahami oleh siswa.

2. Menyelesaikan Masalah Kontekstual

Siswa secara mandiri menyelesaikan masalah kontekstual yang disajikan. Guru memotivasi siswa agar mampu menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri.


(31)

13 3. Membandingkan dan Mendiskusikan Jawaban

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertukar pikiran atau mendiskusikan jawabannya dengan siswa lain dalam kelompok kecil yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelas.

4. Menyimpulkan

Siswa diminta menyimpulkan jawaban dari masalah kontekstual yang disajikan, dan guru memberikan arahan sehingga diperoleh jawaban yang benar.

Mencermati uraian diatas, pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik memiliki kelebihan antara lain :

a. Siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran karena materi yang disajikan sering dijumpai dan terkait dengan kehidupan sehari-hari.

b. Pengetahuan yang diperoleh siswa akan lebih lama membekas dalam pikirannya karena siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

Sedangkan kekurangannya antara lain :

a. Memerlukan kreativitas yang tinggi untuk dapat menyajikan topik atau pokok bahasan secara riil bagi siswa.

b. Membutuhkan waktu yang cukup lama agar siswa dapat menemukan konsep yang sedang dipelajari.

C. Pemahaman Konsep Matematis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat, sedangkan konsep berarti suatu rancangan. Sedangkan dalam matematika, konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk menggolongkan suatu objek atau kejadian. Jadi pemahaman konsep adalah pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak.


(32)

14 Menurut Hudoyo (2002), kemampuan pemahaman konsep matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pembelajaran itu sendiri. Pemahaman matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang akan disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan.

Menurut Hiebert dan Carpenter (1992 : 65) pemahaman merupakan aspek yang fudamental dalam belajar dan setiap pembelajaran matematika seharusnya lebih memfokuskan untuk menanamkan konsep. Lebih lanjut, pemahaman akan memudahkan terjadinya transfer, sebab jika hanya memberikan keterampilan saja tanpa dipahami, akibatnya siswa akan mengalami kesulitan belajar pada materi selanjutnya, sehingga siswa akan menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit.

Konsep merupakan ide abstrak manusia yang mendasari keseluruhan objek, peristiwa, dan fakta yang menerangkan suatu hal. Konsep tersebut akan menggambarkan secara detail objek-objek yang dibicarakan. Menurut Dahar (1989) konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, dan hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Menurut Suherman (2003 : 22) konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai konsep yang paling kompleks. Hal ini membuat siswa harus memiliki konsep yang benar agar dapat memahami konsep selanjutnya.


(33)

15 Skemp (1986) membedakan pemahaman menjadi dua yaitu pemahaman instruksional (instructional understanding) dan pemahaman relasional (relational understanding). Pada pemahaman instruksional, siswa hanya sekedar tahu mengenai suatu konsep namun belum memahami mengapa hal itu bisa terjadi. Sedangkan pada pemahaman relasional, siswa telah memahami mengapa hal tersebut bisa terjadi dan dapat menggunakan konsep dalam memecahkan masalah-masalah sesuai dengan kondisi yang ada.

Pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep matematika dapat dilihat dari beberapa kriteria. Menurut NCTM (1989 : 223) kriteria pengetahuan dan pemahaman siswa dapat dilihat dari cara siswa dalam mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan, membuat contoh dan bukan contoh, menggunakan simbol-simbol untuk merepresentasikan suatu konsep, mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya, mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep, mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep, serta membandingkan dan membedakan konsep-konsep.

Ketercapaian dari pemahaman konsep matematika siswa dapat dilihat dari hasil belajar yang diperolah siswa berdasarkan hasil tes kuantitatif. Wirasto (1987) memberikan ciri-ciri siswa yang sudah menguasai konsep yaitu:

a. Mengetahui ciri-ciri suatu konsep.

b. Mengenal beberapa contoh dan bukan contoh dari konsep tersebut. c. Mengenal sejumlah sifat-sifat dan esensinya.

d. Dapat menggunakan hubungan antar konsep. e. Dapat mengenal hubungan antar konsep.

f. Dapat mengenal kembali konsep itu dalam berbagai situasi.

g. Dapat menggunakan konsep untuk menyelesaikan masalah matematika. h. Khusus dalam geometri, dapat mengenal wujud, dapat memperagakan, dan


(34)

16 D. Pembelajaran Konvensional

Institute of Computer Technology (dalam Sunartombs, 2009) menyebutkan bahwa pembelajaran konvensional atau dapat disebut pula dengan istilah “pengajaran

tradisional” adalah metode pembelajaran yang berpusat pada guru dan yang paling umum diterapkan sekolah-sekolah di seluruh dunia. Pembelajaran model ini dipandang efektif, terutama untuk membagikan informasi dengan cepat, membangkitkan minat akan informasi, mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan, serta tidak memerlukan waktu yang lama untuk menyampaikan pembelajaran.

Menurut Roestiyah (1998 : 136), pembelajaran konvensional adalah cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan, yaitu cara mengajar dengan ceramah. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Djamarah (1995 : 97) yang menyatakan bahwa metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran.

Menurut Sanjaya (2009 : 177), model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang menekankan pada penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada kelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi secara optimal. Sanjaya (2009 : 177) juga menyatakan bahwa model pembelajaran konvensional merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru. Peran guru lebih aktif dalam hal menyampaikan bahan


(35)

17 pelajaran, sedangkan siswa hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh guru.

Pembelajaran konvensional mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Menurut Kholik (2011 : 1) kelebihan dari model pembelajaran konvensional adalah dapat menampung kelas yang berjumlah besar, serta waktu yang diperlukan cukup singkat dalam proses pembelajaran karena waktu dan materi pelajaran dapat diatur secara langsung oleh guru. Sedangkan kelemahan model pembelajaran konvensional yaitu tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan dan hanya memperhatikan penjelasan guru. Kelemahan berikutnya adalah kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang dipelajari dikarenakan siswa hanya mendengarkan dan hanya memperhati-kan penjelasan guru, sehingga siswa sering merasa jenuh dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran ini juga cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis dan mengansumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama serta tidak bersifat pribadi.

E. Kerangka Pikir

Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan matematika realistik, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

Rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematis siswa merupakan suatu hal yang harus mendapatkan perhatian serius dari guru. Permasalahan ini dapat terjadi karena pembelajaran masih menggunakan pembelajaran konvensional.


(36)

18 Dalam proses pembelajaran yang berlangsung selama ini, cenderung hanya terpusat pada guru. Guru aktif dalam menyampaikan informasi sedangkan siswa hanya bertugas untuk menerima informasi, yang akibatnya siswa menjadi pasif. Siswa juga sering merasa jenuh dan perhatiannya kurang karena selama pembelajaran matematika hanya terjadi komunikasi satu arah sehingga mengakibatkan siswa tidak dapat mengembangkan pemahaman konsepnya secara optimal.

Untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa dapat dilakukan beberapa hal, salah satunya adalah memilih pendekatan pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam memilih pendekatan pembelajaran, guru hendaklah lebih selektif dalam memilih. Pemilihan pendekatan pembelajaran yang tidak tepat justru dapat menghambat tercapainya tujuan pembelajaran. Pendekatan pembe-lajaran yang akan dipilih hendaklah yang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif, kreatif, dan dapat mempelajari matematika dengan mudah. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan adalah pendekatan matematika realistik.

Pendekatan matematika realistik merupakan pendekatan pembelajaran yang bermula dari berbagai situasi dan persoalan riil bagi siswa dan siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika yang dimilikinya. Pendekatan ini juga memberikan kebebasan berfikir kepada siswa dengan caranya sendiri serta dalam proses pembelajaran terjadi komunikasi banyak arah antar siswa ke siswa dan atau dari siswa ke guru.


(37)

19 Dengan demikian, siswa akan merasa nyaman dalam belajar dan pembelajaran akan lebih menyenangkan.

Dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik terdapat beberapa tahap yang harus ditempuh. Tahap pertama yaitu memahami masalah kontekstual. Pada tahap ini guru memberikan masalah (soal) kontekstual dan siswa diminta untuk memahami masalah tersebut. Guru menjelaskan soal atau masalah dengan memberikan petunjuk atau saran seperlunya (terbatas) terhadap bagian-bagian tertentu.

Tahap kedua yaitu menyelesaikan masalah kontekstual. Pada tahap ini siswa secara mandiri menyelesaikan masalah kontekstual pada LKK dengan caranya sendiri. Cara pemecahan dan jawaban masalah yang berbeda lebih diutamakan. Guru memotivasi siswa untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk mengarahkan siswa memperoleh penyelesaian soal tersebut, misalnya bagaimana kamu tahu itu, bagaimana caranya, mengapa kamu berpikir seperti itu, dan lain-lain. Siswa dibimbing untuk menemukan kembali tentang konsep atau definisi dari soal matematika. Disamping itu, siswa juga diarahkan untuk membentuk dan menggunakan model sendiri untuk memudahkan menyelesaikan masalah (soal). Guru diharapkan tidak memberi tahu penyelesaian soal atau masalah tersebut sebelum siswa memperoleh penyelesaiannya sendiri.

Tahap berikutnya yaitu membandingkan dan mendiskusikan jawaban. Pada tahap ini siswa diminta untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban mereka dalam kelompok kecil. Setelah itu, hasil dari diskusi tersebut dibandingkan pada


(38)

20 diskusi kelas yang dipimpin oleh guru. Tahap ini dapat digunakan siswa untuk melatih keberanian mengemukakan pendapat meskipun berbeda dengan teman lain atau bahkan gurunya.

Tahap terakhir yaitu menarik kesimpulan. Berdasarkan hasil diskusi kelompok dan diskusi kelas yang telah dilakukan, guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan tentang suatu konsep, definisi, teorema, prinsip, sifat-sifat dan prosedur matematika yang terkait dengan masalah kontekstual yang baru diselesaikan.

Dengan adanya tahap-tahap tersebut, diharapkan siswa dapat memahami serta dapat menjelaskan masalah yang ada baik secara lisan maupun secara tertulis, sehingga siswa akan mampu meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematisnya.

F. Anggapan Dasar

Penelitian ini, bertolak pada anggapan dasar sebagai berikut.

1. Setiap siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 8 Bandarlampung memperoleh materi pelajaran matematika sesuai dengan kurikulum yang berlaku di sekolah.

2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemahaman konsep matematis selain pendekatan matematika realistik dianggap memberikan kontribusi yang sangat kecil dan tidak diperhatikan.


(39)

21 G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : 1. Hipotesis Umum

Pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

2. Hipotesis Kerja

a. Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

b. Proporsi siswa yang memahami konsep matematis pada pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik lebih dari 60% dari jumlah siswa.


(40)

22

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandarlampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 8 Bandarlampung tahun ajaran 2014/ 2015 yang terdiri dari 12 kelas yaitu VIII-A, VIII-B, VIII-C, VIII-D, VIII-E, VIII-F, VIII-G, VIII-H, VIII-I, VIII-J, VIII-K, dan VIII-L. Dari kedua belas kelas tersebut dipilih 2 kelas, yaitu sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Tahapan pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

1. Dari 12 kelas terdapat 3 guru matematika yang berbeda, dipilih 6 kelas yang mempunyai guru matematika yang sama, yaitu VIII-E, VIII-F, VIII-G, VIII-H, VIII-I, dan VIII-J.

2. Menentukan 2 kelas dari 6 kelas yang merupakan populasi dengan rata-rata kemampuan yang sama atau hampir sama dengan rata-rata populasi.

Kesetaraan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dilihat dari nilai ulangan harian ke-2 (soal ulangan harian ke-2 di lampiran B4). Berikut disajikan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dari ulangan harian ke-2 kelas VIII-E, VIII-F, VIII-G, VIII-H, VIII-I, dan VIII-J


(41)

23 Tabel 3.1 Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Kelas VIII-E, VIII-F, VIII-G, VIII-H, VIII-I, dan VIII-J

No. Kelas Banyak Siswa

Persentase Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa

1 VIII-E 21 38,09%

2 VIII-F 20 40%

3 VIII-G 21 52,38%

4 VIII-H 21 42,86%

5 VIII-I 21 33,33%

6 VIII-J 20 30%

Rata-rata 39,44%

(Sumber : SMP Negeri 8 Bandarlampung, 2015)

Selanjutnya mengambil 2 kelas sebagai sampel yang mewakili populasi dilihat dari persentase kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mendekati rata-rata persentase kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Kemudian menentukan satu kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas satunya sebagai kelas kontrol. Sehingga terpilih kelas VIII-E sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas yang menggunakan pendekatan matematika realistik dan kelas VIII-F sebagai kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Desain dalam penelitian ini adalah Posttest Only Control Group Design (Sukardi, 2008 : 185). Desain penelitian ini merupakan desain dengan pemberian tes akhir saat pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Disain penelitian disajikan dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Posttest Only Control Group Design

Kelas Pembelajaran Postest

K1 X1 Y1


(42)

24 Keterangan:

K1 = Kelas Eksperimen

K2 = Kelas Kontrol

X1 = Pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik

X2 = Pembelajaran Konvensional

Y1 = Skor posttest pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik

Y2 = Skor posttest pembelajaran konvensional

C. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang berupa data kuantitatif. Data tersebut diperoleh setelah dilakukan tes pemahaman konsep matematis siswa terhadap kelas yang diberi perlakuan dengan menggunakan pendekatan matematika realistik dan terhadap kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui teknik tes. Pada penelitian ini, tes yang digunakan adalah posttest only. Tes ini digunakan untuk mengukur pemahaman konsep matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap, yaitu sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan

a) Orientasi sekolah dilakukan untuk melihat kondisi lapangan seperti berapa kelas yang ada, jumlah siswanya, dan cara mengajar guru matematika selama pembelajaran.


(43)

25 c) Menyusun proposal penelitian.

d) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Kelompok (LKK).

e) Menyiapkan instrumen penelitian berupa tes pemahaman konsep sekaligus aturan penskorannya.

f) Melakukan validasi instrumen. g) Melakukan uji coba instrumen. h) Melakukan perbaikan instrumen. 2. Tahap Pelaksanaan

a) Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matema-tika realistik pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

b) Mengadakan posttest pada akhir pembelajaran. 3. Tahap Pengolahan Data

a) Mengumpulkan data penelitian.

b) Mengolah dan menganalisis data penelitian. c) Mengambil kesimpulan dan membuat laporan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa tes berbentuk uraian yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis siswa berdasarkan indikator dari pedoman penskoran pemahaman konsep matematis. Pedoman penskoran tes kemampuan pemahaman konsep (dalam Sartika 2011:22) pada penelitian ini disajikan pada Tabel 3.3 sebagai berikut.


(44)

26 Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep

No

Indikator Pemahaman

Konsep

Rubrik Penilaian Skor

1 Menyatakan ulang suatu konsep

Tidak menjawab dan menyatakan ulang suatu konsep

dengan proses salah dan hasil salah 0 Menyatakan ulang suatu konsep dengan proses salah dan

hasil benar 1 Menyatakan ulang suatu konsep dengan proses benar dan hasil salah 2 Menyatakan ulang suatu konsep dengan proses benar dan hasil benar 3 2 Mengklasifikasi

kan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu

Tidak menjawab dan mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu dengan proses salah dan hasil salah

0 Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat

tertentu dengan proses salah dan hasil benar 1 Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat

tertentu dengan proses benar dan hasil salah 2 Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat

tertentu dengan proses benar dan hasil benar 3 3 Memberi

contoh dan non contoh dari konsep

Tidak menjawab dan memberi contoh dan non contoh

dari konsep dengan proses salah dan hasil salah 0 Memberi contoh dan non contoh dari konsep dengan

proses salah dan hasil benar 1 Memberi contoh dan non contoh dari konsep dengan

proses benar dan hasil salah 2 Memberi contoh dan non contoh dari konsep dengan

proses benar dan hasil benar

3

4 Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika

Tidak menjawab dan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika dengan proses salah dan hasil salah

0 Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi

matematika dengan proses salah dan hasil benar 1 Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi

matematika dengan proses benar dan hasil salah 2 Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi

matematika dengan proses benar dan hasil benar 3 5 Menggunakan,

memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu

Tidak menjawab dan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu dengan proses salah dan hasil salah

0 Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu dengan proses salah dan hasil benar 1 Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu dengan proses benar dan hasil salah 2 Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu dengan proses benar dan hasil benar 3 6

Mengaplikasi-kan konsep pada pemeca-han masalah

Tidak menjawab dan mengaplikasikan konsep atau

pemecahan masalah dengan proses salah dan hasil salah 0 Mengaplikasikan konsep atau pemecahan masalah

dengan proses salah dan hasil benar 1 Mengaplikasikan konsep atau pemecahan masalah

dengan proses benar dan hasil salah 2 Mengaplikasikan konsep atau pemecahan masalah


(45)

27 Sebelum penelitian ini dilakukan, instrumen diuji untuk mendapatkan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda dari instrumen tersebut. Langkah-langkah uji coba instrumen yaitu sebagai berikut :

1. Instrumen dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing dan dengan guru matematika yang bersangkutan di sekolah tempat penelitian. 2. Setelah mengalami perbaikan, instrumen diujicobakan terhadap kelas yang

telah mempelajari materi yang akan diujikan.

3. Kemudian mengukur validitas, reabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda dari instrumen tersebut.

1) Validitas Isi

Validitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi dari suatu tes kemampuan pemahaman matematis siswa dapat diketahui dengan cara membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan indikator kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang telah ditentukan. Untuk mendapatkan perangkat tes yang valid, dilakukan beberapa langkah yaitu membuat kisi-kisi dengan indikator yang telah ditentukan, kemudian membuat soal berdasarkan kisi-kisi tersebut. Setelah itu soal tes dikonsultasikan dengan dosen pembimbing terlebih dahulu untuk menentukan valid atau tidaknya soal tes tersebut. Setelah dinyatakan valid, kemudian soal tes tersebut dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 8 Bandarlampung untuk memastikan kelayakan soal tes tersebut sebelum diujikan kepada siswa. Berdasarkan penilaian guru mitra, soal yang digunakan telah dinyatakan valid


(46)

28 (lihat lampiran B.7). Selanjutnya instrumen tes diujicobakan pada kelompok siswa yang berada di luar sampel penelitian. Uji coba instrumen tes dimaksudkan untuk mengetahui tingkat reliabilitas tes, tingkat kesukaran butir tes, dan daya beda butir tes. Dalam penelitian ini, uji coba soal dilakukan di kelas IX-B SMP Negeri 8 Bandarlampung.

2) Reliabilitas

Suherman (2003) berpendapat bahwa suatu alat evaluasi disebut reliabel jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap yang digunakan pada subjek yang sama. Relatif tetap di sini dimaksudkan tidak tepat sama, tetapi mengalami perubahan yang tidak berarti (tidak signifikan) dan bisa diabaikan. Bentuk soal yang digunakan pada penelitian ini adalah soal tes tipe subjektif atau uraian. Untuk mencari indeks reliabilitas ( ) digunakan rumus Alpha (dalam Suherman, 2003) sebagai berikut :

Keterangan :

= Indeks reliabilitas = Banyak butir soal

= Jumlah Varians skor setiap soal = Varians skor total

Untuk mencari varians digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

= Banyaknya data = Jumlah semua data


(47)

29 Menurut Guilford (dalam Suherman, 2003) koefisien reliabilitas diinterpre-tasikan seperti menurut kriteria yang terlihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Koefisien Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas ( ) Kriteria

0,90 1,00 Reliabilitas sangat tinggi (sangat baik) 0,70 0,90 Reliabilitas tinggi (baik)

0,40 0,70 Reliabilitas sedang (cukup) 0,20 0,40 Reliabilitas rendah (kurang)

0,20 Reliabilitas sangat rendah (kurang) Menurut Suherman, suatu tes dikatakan baik apabila koefisien reliabilitasnya lebih dari 0,70 ( , sehingga dalam penelitian ini kriteria reliabilitas tes yang digunakan adalah lebih dari 0,70. Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes, diperoleh nilai koefisien reliabilitas tes adalah 0,94. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tes yang diujicobakan memiliki reliabilitas yang sangat baik, sehingga instrumen tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Hasil perhitungan reliabilitas uji coba soal dapat dilihat pada Lampiran C.2.

3) Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran merupakan nilai dari derajat kesukaran yang berupa bilangan real dengan interval 0,00 sampai 1,00. Nilai ini menyatakan suatu soal tersebut terlalu mudah, sedang, atau terlalu sukar. Sudijono (2008) mengungkapkan untuk mengetahui tingkat kesukaran setiap butir soal, digunakan formula sebagai berikut :


(48)

30 Keterangan:

: Indeks tingkat kesukaran item

: Jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh : jumlah skor maksimum yang diperoleh siswa pada suatu butir soal

Selanjutnya indeks tingkat kesukaran yang diperoleh diinterpretasikan menggunakan kriteria indeks tingkat kesukaran seperti yang dikemukakan oleh Sudijono (2008) pada Tabel 3.5 sebagai berikut :

Tabel 3.5 Kriteria Indeks Tingkat Kesukaran Indeks Tingkat Kesukaran Interpretasi

0,00 < ≤ 0,15 Sangat Sukar 0,16 < ≤ 0,30 Sukar 0,31 < ≤ 0,70 Sedang 0,71 < ≤ 0,85 Mudah 0,86 < ≤ 1,00 Sangat Mudah

Instrumen uji yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen yang memiliki kriteria indeks tingkat kesukaran minimal mudah. Adapun hasil perhitungan indeks tingkat kesukaran uji coba soal disajikan pada Tabel 3.6. Tabel 3.6 Tingkat Kesukaran Butir Soal Uji Coba

No. Butir

Item Indeks TK Interpretasi

1 0,783 Mudah

2 0,674 Sedang

3 0,659 Sedang

4 0,614 Sedang

5 0,541 Sedang

6 0,272 Sukar

Hasil perhitungan tingkat kesukaran butir item soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3.


(49)

31 4) Daya Pembeda

Daya pembeda dari sebuah soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut (testi yang menjawab salah). Dengan kata lain daya pembeda sebutir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara testi (siswa) yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menentukan indeks daya pembeda digunakan rumus sebagai berikut (Suherman, 2003) :

Keterangan :

DP = Indeks Daya pembeda

= Rata-rata skor siswa kelompok atas = Rata-rata skor siswa kelompok bawah = Skor maksimal ideal

Kriteria yang digunakan untuk daya pembeda (Suherman, 2003) dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Interpretasi Daya Pembeda

Daya Pembeda (DP) Kriteria

0,70 < DP 1,00 Sangat Baik

0,40 < DP 0,70 Baik

0,20 < DP 0,40 Cukup

0,00 < DP 0,20 Kurang

DP 0,00 Sangat jelek

Instrumen uji yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen yang memiliki kriteria daya pembeda cukup. Adapun hasil perhitungan daya pembeda butir item soal yang telah diujicobakan dapat dilihat pada Tabel 3.8.


(50)

32 Tabel 3.8 Daya Pembeda Butir Soal Uji Coba

No. Butir

Item Indeks DP Interpretasi

1 0,30 Cukup

2 0,31 Cukup

3 0,51 Baik

4 0,43 Baik

5 0,49 Baik

6 0,22 Cukup

Hasil perhitungan daya pembeda butir item soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3.

G. Teknik Analisis Data

Untuk data skor siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dianalisis menggunakan uji kesamaan dua rata-rata. Sebelum melakukan analisis kesamaan dua rata-rata perlu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan homogenitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Chi-Kuadrat. Uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005 : 272-273) adalah: a. Hipotesis

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal


(51)

33 c. Statistik uji

Keterangan:

X2 = harga chi-kuadrat

Oi = frekuensi observasi Ei = frekuensi harapan K = banyak kelas interval d. Keputusan uji

Statistik di atas berdistribusi chi-kuadrat dengan dk = (k – 3). Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika x2hitung x2(1-α)(k-3), dengan taraf nyata α = 0,05

untuk pengujian. Hasil perhitungan uji normalitas dapat disajikan pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Pembelajaran α Keputusan Uji Pendekatan Matematika

Realistik 6,9681 7,81

Sampel berasal dari populasi yang ber-distribusi normal

Konvensional 5,112

Berdasarkan tabel 3.9 dapat diketahui bahwa data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pendekatan matematika realistik memiliki pada taraf signifikansi = 5%, yang berarti H0

diterima, dan data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional juga memiliki pada taraf signifikansi = 5%, yang berarti H0 diterima. Dengan demikian, data


(52)

34 2 2 2 1

s

s

F

berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada Lampiran C.6 dan C.7.

2. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika kedua kelompok mempunyai varians yang sama maka kedua kelompok tersebut dikatakan homogen. Uji dua pihak untuk pasangan hipotesis nol (H0) dan tandingannya (H1) menurut Sudjana (2005:

249-250) sebagai berikut: a. Hipotesis

Ho : (kedua populasi memiliki varians yang sama)

H1 : (kedua populasi memiliki varians yang tidak sama)

b. Taraf signifikan: α = 0,05 c. Satitistik uji:

dengan ) 1 ( . . 2 2 2         

n n x f x f n S i i i i Keterangan:

S12 = varians terbesar

S22 = varians terkecil

n = banyak siswa

xi = tanda kelas


(53)

35 d. Keputusan uji

Kriteria pengujian adalah tolak Ho jika Fhitung ≥ α untuk taraf nyata α = 0,05, dimana diperoleh dari daftar distribusi F. Untuk n1-1 adalah dk

pembilang (varians terbesar) dan n2-1 adalah dk penyebut (varians terkecil).

Hasil perhitungan uji homogenitas dengan menggunakan uji F disajikan dalam Tabel 3.10.

Tabel 3.10 Hasil Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Pembelajaran Varians (s2) dk Kriteria Uji Pendekatan

Matematika Realistik

239 20

1,07 2,15

kedua populasi memiliki varians yang sama

Konvensional 224 19

Berdasarkan Tabel 3.10, nilai Fhitung untuk data posttest dari siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional lebih kecil dari Ftabel, dengan taraf

= 0,05 dan dk = (20,19). Karena Fhitung < Ftabel, maka terima H0 diterima,

artinya kedua populasi mempunyai varians yang sama. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran C.8.

3. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji prasyarat, langkah selanjutnya yaitu melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan yaitu uji kesamaan dua rata-rata dan uji proporsi. Adapun penjelasan dari masing-masing uji hipotesis, yaitu sebagai berikut.


(54)

36 a. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata

Pada uji normalitas dan homogenitas, data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen. Sehingga pengujian hipotesis yang digunakan adalah Uji-t, dengan hipotesis sebagai berikut.

H0 : μ1 = μ2 (rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa

dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan mate-matika realistik sama dengan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran konvensional)

H1 : μ1 > μ2 (rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa

dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan mate-matika realistik lebih tinggi dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran konvensional)

Statistik yang digunakan untuk uji-t menurut Sudjana (2005 : 243) adalah : thitung = ̅ ̅

dengan =

Keterangan :

̅ = rata-rata skor kelas pembelajaran pendekatan matematika realistik ̅ = rata-rata skor kelas pembelajaran konvensional

= banyaknya siswa pada kelas pendekatan matematika realistik

= banyaknya siswa pada kelas konvensional

= varians gabungan

= varians kelompok pembelajaran pendekatan matematika realistik = varians kelompok pembelajaran konvensional

Dengan kriteria pengujian adalah terima H0 jika thitung , dimana

didapat dari daftar distribusi t dengan dk = (n1 + n2 – 2) dan peluang ( ,


(55)

37 b. Uji Proporsi

Untuk mengetahui besarnya persentase siswa yang memahami konsep dalam pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik lebih dari atau sama dengan 60%, dilakukan uji proporsi satu pihak. Uji proporsi menurut Sudjana (2005 : 234) adalah sebagai berikut:

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : (proporsi siswa yang memahami konsep matematis sama

dengan 60%)

H1 : (proporsi siswa yang memahami konsep matematis lebih

dari 60%)

Statistik yang digunakan dalam uji ini adalah:

√ Keterangan:

x = banyaknya siswa yang tuntas dengan pendekatan matematika realistik

n = banyaknya sampel pada kelas eksperimen 0,6 = proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan

Dalam pengujian ini digunakan taraf signifikan , dengan peluang dengan kriteria uji: tolak H0 jika , dimana

didapat dari daftar normal baku dengan peluang . Untuk hipotesis H0 diterima.


(56)

45

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa penerapan pendekatan matematika realistik efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada kelas VIII semester genap SMP Negeri 8 Bandarlampung tahun pelajaran 2014/ 2015.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi guru, pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik hendaknya

digunakan sebagai salah satu alternatif untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Namun harus menyesuaikan materi dan karakter siswa agar mencapai hasil yang optimal dan suasana kelas yang kondusif.

2. Pembaca dan peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan mengenai penelitian dengan pendekatan matematika realistik hendaknya melakukan pengkajian lebih mendalam, seperti memperhatikan pembagian waktu sebaik mungkin, agar proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu, dapat juga digunakan untuk menambahkan referensi


(57)

46 tentang pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.


(58)

47

DAFTAR PUSTAKA

Balitbang. 2011. Survey Internasional TIMSS (Trends In International Mathematics and Science Study). [Online]. Tersedia :

http://psychology-about.com/od/cognitivepsychology/tp/memory_tips. html (18 Maret 2015).

Dahar, R. W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

De Lange, J. 1987. Mathematics Insight and Meaning. Utrecht : OW & CO. Djamarah, S. B. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Gravemeijer. K. 1994. Developing Realistic Mathematics Education. Utrecht :

Freudental Institute.

Hadi, S. 2005. Pendekatan Matematika Realistik. Banjarmasin : Tulip. Hiebert dan Carpenter. 1992. Study and Understanding of Mathematical

Concepts. [Online]. Tersedia :

http://whi5eza.wordpress.com/2011/04/21/pembelajaran dan pemahaman konsep matematika (20 Maret 2015).

Hudoyo, H. 2002. Peta Konsep. Jakarta : Pusat Pembukuan Depdiknas. Kemendiknas. 2006. Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi.

[Online]. Tersedia :

http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2009/04/permendiknas-no-22- tahun-2006.pdf (18 Maret 2015).

Kholik, M. 2011. Metode Pembelajaran Konvensional.

[On Line]. Tersedia :

http:// muhammadkholik.wordpress.com/2011/11/08/metode-pembelajaran-konvensional/ (19 Maret 2015).

Marpaung, Y. 2011. PMRI dan PISA: Suatu Usaha Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia. [Online]. Tersedia :

http://p4mriusd.blogspot.com/2011/12/pmri-dan-pisa-suatu-usaha-peningkatan.html (18 Maret 2015).


(59)

48 Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, VA : NCTM.

Roestiyah, N. K. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Sanjaya, W. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta :

Prenada Media Group.

Sartika, D. 2011. Efektivitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Siswa . Skripsi.

Bandarlampung : Unila.

Semiawan, C. R. 2002. Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini. Jakarta : Prehalindo.

Skemp, R. R. 1986. The Psychology of Learning Mathematics 2ndEdition. London : Penguin Books.

Soejadi. 2002. Pemanfaatan Realitas dan Lingkungan dalam Pembelajaran Matematika. Jakarta : Bumi Aksara.

Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Penerbit Tarsito Bandung.

Suherman, E. 2003. Individual Text Book ; Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung : JICA.

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara.

Sunartombs. 2009. Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik Namun Paling Disukai. [Online]. Tersedia :

http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajaran-konvensional- banyak-dikritik-namun-paling-disukai/ (20 Maret 2015).

Sutikno, M. S. 2005. Pembelajaran Efektif Apa dan Bagaimana mengupayakannya. Mataram : NTP Press.

Treffers, A. 1987. Three Dimensions a Model of Goal and Theory Description in

Mathematics Education. Dordrecht : Reidel, The Wiscobas Project. UU RI No 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : CV Karya


(60)

49 Van den Heuvel-Panhuizen. 1998. Realistic Mathematics Education Work in

Progress. Norway : Faculty of Mathematics and Science. [Online].Tersedia :

http://www.fisme.science.uu.nl/staff/marjah/documents/Marja_Work-in progress.pdf. (15 April 2015).

Wirasto. 1987. Beberapa Faktor Penyebab Kemerosotan Pendidikan di Negara Kita. Makalah. Yogyakarta : Pusat Penelitian Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP Sanata Dharma.

Zulkardi. 2003. Realistic Mathematics Education Theory Meets Web Technology. Makalah Prosiding Konferensi Nasional X Matematika. Majalah Ilmiah Himpunan Matematika Indonesia. Bandung : Institut Teknologi Bandung.


(1)

b. Uji Proporsi

Untuk mengetahui besarnya persentase siswa yang memahami konsep dalam pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik lebih dari atau sama dengan 60%, dilakukan uji proporsi satu pihak. Uji proporsi menurut Sudjana (2005 : 234) adalah sebagai berikut:

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : (proporsi siswa yang memahami konsep matematis sama

dengan 60%)

H1 : (proporsi siswa yang memahami konsep matematis lebih

dari 60%)

Statistik yang digunakan dalam uji ini adalah:

√ Keterangan:

x = banyaknya siswa yang tuntas dengan pendekatan matematika realistik n = banyaknya sampel pada kelas eksperimen

0,6 = proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan

Dalam pengujian ini digunakan taraf signifikan , dengan peluang

dengan kriteria uji: tolak H0 jika , dimana

didapat dari daftar normal baku dengan peluang . Untuk


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa penerapan pendekatan matematika realistik efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada kelas VIII semester genap SMP Negeri 8 Bandarlampung tahun pelajaran 2014/ 2015.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi guru, pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik hendaknya

digunakan sebagai salah satu alternatif untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Namun harus menyesuaikan materi dan karakter siswa agar mencapai hasil yang optimal dan suasana kelas yang kondusif.

2. Pembaca dan peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan mengenai penelitian dengan pendekatan matematika realistik hendaknya melakukan pengkajian lebih mendalam, seperti memperhatikan pembagian waktu sebaik mungkin, agar proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu, dapat juga digunakan untuk menambahkan referensi


(3)

tentang pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Balitbang. 2011. Survey Internasional TIMSS (Trends In International Mathematics and Science Study). [Online]. Tersedia :

http://psychology-about.com/od/cognitivepsychology/tp/memory_tips. html (18 Maret 2015).

Dahar, R. W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

De Lange, J. 1987. Mathematics Insight and Meaning. Utrecht : OW & CO. Djamarah, S. B. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Gravemeijer. K. 1994. Developing Realistic Mathematics Education. Utrecht :

Freudental Institute.

Hadi, S. 2005. Pendekatan Matematika Realistik. Banjarmasin : Tulip. Hiebert dan Carpenter. 1992. Study and Understanding of Mathematical

Concepts. [Online]. Tersedia :

http://whi5eza.wordpress.com/2011/04/21/pembelajaran dan pemahaman konsep matematika (20 Maret 2015).

Hudoyo, H. 2002. Peta Konsep. Jakarta : Pusat Pembukuan Depdiknas. Kemendiknas. 2006. Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi.

[Online]. Tersedia :

http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2009/04/permendiknas-no-22- tahun-2006.pdf (18 Maret 2015).

Kholik, M. 2011. Metode Pembelajaran Konvensional. [On Line]. Tersedia :

http:// muhammadkholik.wordpress.com/2011/11/08/metode-pembelajaran-konvensional/ (19 Maret 2015).

Marpaung, Y. 2011. PMRI dan PISA: Suatu Usaha Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia. [Online]. Tersedia :

http://p4mriusd.blogspot.com/2011/12/pmri-dan-pisa-suatu-usaha-peningkatan.html (18 Maret 2015).


(5)

Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, VA : NCTM.

Roestiyah, N. K. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Sanjaya, W. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta :

Prenada Media Group.

Sartika, D. 2011. Efektivitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Siswa . Skripsi.

Bandarlampung : Unila.

Semiawan, C. R. 2002. Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini. Jakarta : Prehalindo.

Skemp, R. R. 1986. The Psychology of Learning Mathematics 2nd Edition. London : Penguin Books.

Soejadi. 2002. Pemanfaatan Realitas dan Lingkungan dalam Pembelajaran Matematika. Jakarta : Bumi Aksara.

Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Penerbit Tarsito Bandung.

Suherman, E. 2003. Individual Text Book ; Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung : JICA.

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara.

Sunartombs. 2009. Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik Namun Paling Disukai. [Online]. Tersedia :

http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajaran-konvensional- banyak-dikritik-namun-paling-disukai/ (20 Maret 2015).

Sutikno, M. S. 2005. Pembelajaran Efektif Apa dan Bagaimana mengupayakannya. Mataram : NTP Press.

Treffers, A. 1987. Three Dimensions a Model of Goal and Theory Description in Mathematics Education. Dordrecht : Reidel, The Wiscobas Project. UU RI No 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : CV Karya


(6)

Van den Heuvel-Panhuizen. 1998. Realistic Mathematics Education Work in Progress. Norway : Faculty of Mathematics and Science.

[Online].Tersedia :

http://www.fisme.science.uu.nl/staff/marjah/documents/Marja_Work-in progress.pdf. (15 April 2015).

Wirasto. 1987. Beberapa Faktor Penyebab Kemerosotan Pendidikan di Negara Kita. Makalah. Yogyakarta : Pusat Penelitian Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP Sanata Dharma.

Zulkardi. 2003. Realistic Mathematics Education Theory Meets Web Technology. Makalah Prosiding Konferensi Nasional X Matematika. Majalah Ilmiah Himpunan Matematika Indonesia. Bandung : Institut Teknologi Bandung.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII MTs Negeri Kedondong Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 3 53

EFEKTIVITAS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 2 Pesisir Tengah Krui Tahun Pelajaran 2011/2012)

2 10 48

PENGARUH PENERAPAN MODEL PERAIHAN KONSEP TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 13 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 43

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013-2014)

0 11 59

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Ar-Raihan Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 7 51

EFEKTIVITAS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 20 BandarLampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 58 183

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

1 14 60

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014-2015)

1 13 58

EFEKTIVITAS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 4 60

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP IT Nurul Iman Pesawaran Tahun Pelajaran 2014/2015)

1 13 64