Pengaruh Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI terhadap Keragaan Usahatani Padi Sawah di Kabupaten Pringsewu

(1)

฀BSTR฀K

PENG฀RUH KREDIT KET฀H฀N฀N P฀NG฀N D฀N ENERGI (KKP-E) BRI TERH฀D฀P KER฀G฀฀N US฀H฀T฀NI P฀DI S฀W฀H

DI K฀BUP฀TEN PRINGSEWU Oleh

Devi ฀riantika

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemanfaatan KKP-E oleh petani, keragaan usahatani petani penerima KKP-E dan petani bukan penerima KKP-E, perbedaan pendapatan usahatani petani penerima KKP-E dan petani bukan

penerima KKP-E, kinerja anggota kelompok tani, dan mengetahui persepsi petani terhadap KKP-E. Metode yang digunakan adalah metode penelitian survei, dengan jumlah sampel sebanyak 23 orang petani penerima KKP-E dan 35 orang petani bukan penerima KKP-E. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu pada Februari hingga Desember 2014. ฀lat analisis yang digunakan adalah deskriptif (kuantitatif).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar petani melakukan

pemanfaatan KKP-E dengan penggunaan di atas 90%. ฀da perbedaan keragaan usahatani antara petani penerima KKP-E dan petani bukan penerima KKP-E, yaitu cara tanam, cara memperoleh benih, penggunaan pupuk, pengendalian gulma, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga, produksi, dan harga jual ฀utput. Pendapatan usahatani petani penerima KKP-E lebih besar dari pendapatan petani bukan penerima KKP-E. Berdasarkan

produktivitas, kinerja petani penerima KKP-E dan petani bukan penerima KKP-E masuk ke dalam kategori baik. Berdasarkan kapasitas, kinerja petani penerima KKP-E masuk ke dalam kategori baik, sedangkan petani bukan penerima KKP-E masuk ke dalam kategori belum baik. Sebagian besar petani mempunyai persepsi baik terhadap KKP-E.


(2)

on Performance of Paddy Farming in Pringsewu District

By Devi ฀riantika

This study aims to analyze the use of food security and energy credit (KKP-E) given by an Indonesian bank (฀RI), the farming performance of farmer recipients and non recipients of the KKP-E, their income difference, the performance of farmer group members, and to determine farmer perceptions on the KKP-E. The method used is a survey, with a total sample of 23 farmer recipients and 35 farmer non recipients of the KKP-E. This research was conducted in the District

Pringsewu in February to December 2014. Data were analyzed descriptively. The results showed that majority of the farmers uses KKP-E with the use of over 90%. There is a significant difference on farming performance of the farmer recipients and non recipients of the KKP-E,which are on the way of planting, obtaining seeds, using fertilizers, controling weed, using family labor and non family labor, production, and selling price of output. The income of the farmer recipients is greater than the income of non recipients of the KKP-E. Based on productivity, the performance of the farmer recipients and non recipients KKP-E are on good categories. Based on capacity, the performance ofthe farmer

recipients of KKP-E is on good category, while the farmer non recipients is not on good category. Most of the farmers have good perceptions of the KKP-E.


(3)

฀ENGARUH KREDIT KETAHANAN ฀ANGAN DAN ENERGI (KK฀-E) BRI TERHADA฀ KERAGAAN USAHATANI ฀ADI SAWAH

DI KABU฀ATEN ฀RINGSEWU

Oleh

DEVI ARIANTIKA Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ฀ERTANIAN

฀ada

Jurusan Agribisnis

Fakultas ฀ertanian Universitas Lampung

FAKULTAS ฀ERTANIAN UNIVERSITAS LAM฀UNG

BANDAR LAM฀UNG 2014


(4)

(5)

(6)

฀enulis dilahirkan di ฀ringsewu pada tanggal 08 Desember 1991 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara. ฀utri dari pasangan Bapak Asep Tatang Sudarman dan Ibu Roma Derta. Riwayat pendidikan penulis dimulai dari ฀endidikan Taman Kanak-kanak (TK) Aisyah yang diselesaikan pada tahun 1998, selanjutnya

menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah pada tahun 2004, Sekolah Menengah ฀ertama (SM฀) Al-Kautsar pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Al-Kautsar pada tahun 2010. ฀ada tahun 2010 penulis diterima di Jurusan Agribisnis, Universitas Lampung.

฀enulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kecamatan ฀urbolinggo Kabupaten Lampung Timur pada Januari hingga Februari tahun 2013 dan

melaksanakan ฀raktik Umum (฀U) di ฀T. Bank Rakyat Indonesia (฀ersero), Tbk. pada Juli hingga Agustus tahun 2013. ฀enulis menjadi anggota Bidang 4

Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi ฀ertanian (HIMASE฀ERTA) pada tahun periode 2010-2011. ฀enulis menjadi asisten dosen Matakuliah Usahatani dan Matakuliah Komunikasi Bisnis.


(7)

฀ANWACANA

฀ismillahirrahmanirrahim

Alhamdullilahirabbil ‘alamin, ฀egala puji hanya kepada Allah SWT, Rabb

฀ekalian alam yang telah memberikan rahmat dan hidayah ฀ehingga penuli฀ dapat dapat menyele฀aikan ฀krip฀i yang berjudul “PENGARUH KREDIT

KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (KKP-E) BRI TERHADAP KERAGAAN U฀AHATANI PADI ฀AWAH DI KEBUPATEN

PRING฀EWU”. Shalawat dan ฀alam ฀emoga ฀elalu terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW be฀erta keluarga dan ฀ahabatnya.

Banyak pihak yang telah memberikan ฀umbang฀ih, bantuan, na฀ihat, ฀erta ฀aran-฀aran yang membangun dalam penyele฀aian ฀krip฀i ini, karena itu dengan rendah hati penuli฀ mengucapkan terima ka฀ih yang tak terhingga nilainya kepada :

1. Dr. Ir. Raden Hanung I฀mono, M.P., ฀elaku Do฀en Pembimbing Pertama ata฀ bimbingan, ฀aran, arahan, na฀ehat, dan motiva฀i yang diberikan.

2. Ir. Adia Nugraha, M.S., ฀elaku Do฀en Pembimbing Kedua ata฀ bimbingan, ฀aran, arahan, na฀ehat, dan motiva฀i yang diberikan.

3. Dr. Ir. Sudarma Widjaya, M.S., ฀ebagai Do฀en Penguji Skrip฀i, ata฀ ฀aran, arahan dan na฀ehat yang diberikan.


(8)

5. Dr. Ir. Fembriarti Erry Pra฀matiwi, M.S., ฀ebagai Ketua Juru฀an Agribi฀ni฀ ata฀ ฀egala ma฀ukan, arahan dan na฀ehatnya.

6. Dr. Ir. Wan Abba฀ Zakaria, M.S., ฀elaku Dekan Fakulta฀ Pertanian Univer฀ita฀ Lampung ata฀ ฀emua bimbingan dan bantuan yang diberikan.

7. Karyawan-karyawan di Juru฀an Agribi฀ni฀, Mba Iin, Mba Ai, Ma฀ Bukhari, Ma฀ Kardi, dan Ma฀ Boim ata฀ bantuannya.

8. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda A฀ep Tatang Sudarman, dan Ibunda Roma Derta, ฀erta adik ฀aya Ri฀ka Wulandari dan Ricky Achmad Subagja ฀erta ฀eluruh keluarga be฀ar yang telah memberikan ka฀ih ฀ayang, motiva฀i, dan do’a yang tiada henti-hentinya.

9. Teman-teman ฀eperjuangan Kurni฀a Ayi Pertiwi, Elli฀ Nurhidayati, Anni฀a Incamilla, Tati Mu฀oleha, Wida Ayu Winarni, I Rani Melya฀ari, Teri฀ia Muharam Se฀unan, Su฀i Su฀anti, Andini Fitria Hadi, Silvia Dara Mitha, Fitria Meiriza, Yuni Elmita฀ari terima ka฀ih ata฀ dukungan dan ฀emangatnya. 10. Teman-teman tercinta Madu, Ayu, Sa฀tra, Meitri, Ita, Lina, Rai฀a, Eri฀a, Ike,

Ni฀ya, Aju฀, Cherry, Doni, Riza, Bara, Altri, Hendra, Dion, Yudha, David, Maryadi, Ha฀an, Wahyu, Rifki, Pram dan ฀eluruh teman-teman angkatan 2010 lainnya yang tidak dapat di฀ebutkan ฀atu per ฀atu, terimaka฀ih ata฀

keber฀amaan dan ฀emangatnya ฀elama ini.

11. Kema฀ Muhammad Fahri yang ฀elama ini memberikan ฀emangat, dukungan, dan waktu hingga ter฀ele฀aikannya ฀krip฀i ini.


(9)

12. Rekan-rekan maha฀i฀wa/i Juru฀an Agribi฀ni฀ angkatan 2009, 2011, dan 2012 terimaka฀ih ata฀ keber฀amaannya.

13. Semua pihak yang tidak dapat di฀ebutkan ฀atu per ฀atu, yang telah membantu penuli฀ dalam menyele฀aikan tuli฀an ini.

Semoga Allah SWT memberikan bala฀an terbaik ata฀ ฀egala bantuan yang telah diberikan dan tetap menanamkan ฀emangat untuk berbuat baik dalam diri kita. Semoga karya kecil yang ma฀ih jauh dari ke฀empurnaan ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Penuli฀ memohon maaf jika ada ke฀alahan pada penuli฀an dan kepada Allah SWT penuli฀ mohon ampun.

Bandar Lampung, 8 De฀ember 2014 Penuli฀,


(10)

Halaman

฀AFTAR TABEL………...………… xiii

฀AFTAR GAMBAR………..……….... xv

I. PEN฀AHULUAN ...1

฀. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ...10

D. Manfaat Penelitian ...10

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, ฀AN HIPOTESIS...11

฀. Tinjauan Pustaka ...11

1. Modal ...11

2. Kredit ...13

3. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi ...14

3.1 Ketahanan pangan dan ketahanan energi...16

3.2 Kebutuhan indikatif ...17

3.3 Indikator keberhasilan program KKP-E ...19

4. Usahatani Padi...19

4.1 ฀gronomi padi ...19

4.2 Budidaya padi ...20

4.3 Faktor produksi padi ...21

5. Struktur Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan Usahatani Padi ...21

5.1 Struktur penerimaan usahatani padi sawah ...21

5.2 Struktur biaya usahatani padi sawah ...22

5.3 Pendapatan usahatani padi sawah ...23

5.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan ...26

6. Teori Kinerja Usahatani ...29

7. Konsep Persepsi ...32

7.1 Proses persepsi ...33

7.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi ...35

8. Kajian Penelitian Terdahulu ...35


(11)

C. Hipotesis ...41

III. METO฀E PENELITIAN...42

฀. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ...42

B. Lokasi Penelitian, Waktu Penelitian, dan Metode Pengambilan Sampel ...45

C. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data ...48

D. Metode ฀nalisis Data ...49

1. Pemanfaatan Modal KKP-E ...50

2. Keragaan Usahatani Padi Sawah...50

3. Uji Beda Pendapatan ...50

4. ฀nalisis Kinerja ฀nggota Kelompok Tani ...54

5. Persepsi petani ...56

IV. GAMBARAN UMUM ฀AERAH PENELITIAN ...61

฀. Kabupaten Pringsewu ...61

1. Lokasi Penelitian...61

2. Kondisi Topografi ...62

2.1 Kemiringan Lahan ...62

2.2 Ketinggian Lahan ...63

3. Gambaran Umum Usaha Pertanian dan Potensi Pertanian di Kabupaten Pringsewu ...63

4. Penggunaan Lahan di Kabupaten Pringsewu ...65

B. Kecamatan Gadingrejo ...66

1. Lokasi Penelitian ...66

2. Kondisi Topografi dan Tanah ...67

3. Kondisi Penduduk, Lahan, dan Mata Pencaharian ...67

C. Kecamatan Sukoharjo ...69

1. Lokasi Penelitian ...69

2. Kondisi Topografi dan Tanah ...69

3. Kondisi Penduduk, Lahan, dan Mata Pencaharian ...70

D. Gambaran Umum Pelaksanaan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) di Kecamatan Gadingrejo dan Kecamatan Sukoharjo ...70

1. Bank Pelaksana dan Plafon KKP-E ...70

2. Suku Bunga, Sumber Dana dan Risiko Kredit ...71

3. Persyaratan dan Kewajiban Kelompok Tani ...72

4. Mekanisme Pencairan dan Pengembalian KKP-E ...73

V. HASIL PENELITIAN ฀AN PEMBAHASAN...75

฀. Karekteristik Petani Responden ...75

1. Umur Petani Responden ...75

2. Tingkat Pendidikan Formal ...76

3. Pekerjaan Sampingan ...78


(12)

8. Status Kepemilikan Lahan ...84

B. Pemanfaatan Modal KKP-E Oleh Petani ...85

C. Keragaan Usahatani Padi ...88

1. Pola Tanam Padi Sawah ...88

2. Kegiatan Budidaya Padi...89

2.1 Pengolahan tanah ...91

2.2 Persemaian ...91

2.3 Benih ...92

2.4 Cara tanam ...93

2.5 Pemupukan ...94

2.6 Pengendalian gulma ...96

2.7 Pengendalian hama dan penyakit ...97

2.8 Tenaga kerja ...98

2.9 Panen ...98

2.10 Pasca panen ...99

2.11 Produksi dan harga jual ...100

2.12 Sumber modal ...100

3. Input dan Biaya Sarana Produksi ...101

3.1 Benih padi ...103

3.2 Pupuk ...104

3.3 Pestisida ...105

3.4 Tenaga kerja ...105

3.5 Pendapatan usahatani padi ...106

D. Uji Beda Pendapatan Petani Penerima KKP-E dan Petani Bukan Penerima KKP-E ...112

E. Kinerja ฀nggota Kelompok Tani di Kabupaten Pringsewu ...115

1. Kinerja ฀nggota Kelompok Tani Berdasarkan Produktivitas ...115

2. Kinerja ฀nggota Kelompok Tani Berdasarkan Kapasitas ...117

F. Persepsi Petani Padi Terhadap KKP-E ...119

1. Persepsi Petani Terhadap Penggunaan dan Penyaluran KKP-E ...120

2. Persepsi Petani Terhadap Mekanisme pencairan dan Pengembalian Kredit ...121

3. Persepsi Petani Terhadap Kelembagaan Bank ...123

4. Persepsi Petani Terhadap Peningkatan Penerapan Teknologi ฀njuran...124

VI. KESIMPULAN ฀AN SARAN...126

฀. Kesimpulan ...126

B. Saran ...127

฀AFTAR PUSTAKA...128 LAMPIRAN


(13)

฀AFTAR TABEL

Tabel Halaman ฀. Kredit bank umum berdasarkan sektor ekonomi

Tahun 2008-20฀฀ ...4

2. Komitmen dan rencana tahunan penyaluran kredit ketahanan pangan dan energi berdasarkan bank pelaksana, 20฀4 ...6

3. Alokasi plafon kredit ketahanan pangan dan energi (KKP-E) per sub sektor, 20฀4 ...7

4. Luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 20฀2 ...8

5. Kelompok tani penerima KKP-E di Kabupaten Pringsewu, 20฀3... 46

6. Ukuran sampel pada tiap strata, 20฀4 ... 48

7. Alokasi proporsi sampel pada tiap kelompok tani, 20฀4 ... 48

8. Indikator persepsi petani, 20฀4 ... 57

9. Hasil uji validitas ...59

฀0. Hasil uji reliabilitas...60

฀฀. Penggunaan lahan di Kabupaten Pringsewu, 20฀3 ... 65

฀2. Luas Kecamatan Gadingrejo menurut pekon, 20฀4... 68

฀3. Jumlah penduduk Pekon Waringin Sari Barat berdasarkan mata pencarian, 20฀4 ... 70

฀4. Tingkat bunga bank,tingkat bunga peserta KKP-E dan subsidi bunga, 20฀3... 7฀

฀5. Sebaran petani penerima KKP-E dan petani bukan penerima KKP-E menurut golongan umur, 20฀4 ... 75

฀6. Sebaran petani penerima KKP-E dan petani bukan penerima KKP-E berdasarkan tingkat pendidikan formal, 20฀4 ... 77

฀7. Sebaran petani penerima KKP-E dan petani bukan penerima KKP-E menurut pekerjaan di luar budidaya padi, 20฀4 ... 78

฀8. Sebaran petani penerima KKP-E dan petani bukan penerima KKP-E menurut pengalaman usahatani, 20฀4 ... 80

฀9. Sebaran petani berdasarkan sumber modal usahatani padi, 20฀4 ... 8฀

20. Sebaran petani penerima KKP-E dan petani bukan penerima KKP-E menurut jumlah tanggungan keluarga, 20฀4 ... 82

2฀. Luas lahan usahtani padi petani penerima KKP-E dan petani bukan penerimaKKP-E, 20฀4 ... 83

22. Status kepemilikan lahan padi petani penerima KKP-E dan petani bukan penerima KKP-E, 20฀4 ... 84


(14)

26. Penggunaan jenis pupuk pada petani penerima KKP-E dan petani

bukan penerima KKP-E, 20฀4 ...95 27.฀nput dan biaya sarana produksi petani penerima KKP-E dan petani bukan

penerima KKP-E per rata-rata luas lahan, 20฀4 ...฀0฀ 28.฀nput dan biaya sarana produksi petani penerima KKP-E dan petani bukan

penerima KKP-E per hektar, 20฀4 ...฀03 29. Rata-rata penerimaan, biaya, pendapatan, dan R/C rasio usahatani

padi petani penerima KKP-E dan petani bukan penerima KKP-E

per rata-rata luas lahan, 20฀4 ... ฀07 30. Rata-rata penerimaan, biaya, pendapatan, dan R/C rasio usahatani

padi petani penerima KKP-E dan petani bukan penerima KKP-E

per hektar, 20฀4 ... ฀09 3฀. Hasil uji t perbedaan pendapatan petani, 20฀4 ...฀฀2 32. Hasil uji t pendapatan rata-rata petani penerima KKP-E dan petani

bukan penerima KKP-E, 20฀4 ...฀฀3 33. Kinerja anggota kelompok tani berdasarkan produktivitas usahatani

padi, 20฀4 ...฀฀6 34. Kinerja anggota kelompok tani berdasarkan kapasitas usahatani

padi, 20฀4 ...฀฀8 35. Persepsi petani terhadap kredit ketahanan pangan dan energi

di Kabupaten Pringsewu, 20฀4 ... ฀฀9 36. Persepsi petani terhadap penggunaan dan penyaluran KKP-E, 20฀4 ... ฀2฀ 37. Persepsi petani terhadap mekanisme pencairan dan pengembalian

kredit, 20฀4 ... ฀22 38. Persepsi petani terhadap kelembagaan bank, 20฀4 ... ฀23 39. Persepsi petani terhadap peningkatan penerapan


(15)

฀AFTAR GAMBAR

Gambar Halaman ฀ Faktor internal dan eksternal ...26 2 Proses terjadinya persepsi ...34 3 Bagan alur analisis pengaruh kredit ketahanan pangan dan energi

(KKP-E) BRI terhadap keragaan usahatani padisawah

di Kabupaten Pringsewu ...4฀ 4 Pola Tanam Petani Penerima KKP-E dan Petani Bukan


(16)

฀. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi pertanian dari kondisi yang kurang menguntungkan menjadi kondisi yang lebih menguntungkan (฀ong term and sustainabi฀ity). Pembangunan pertanian berkelanjutan sangat tergantung kepada ketersediaan sumber daya dan pelaku di dalam pembangunan pertanian dalam mempertimbangkan keuntungan yang diperoleh. A.T. Mosher (฀983) dalam Arifin (2005) berpendapat bahwa pembangunan pertanian adalah usaha untuk meningkatkan produksi pertanian baik kuantitas maupun kualitas, sedangkan menurut Arifin (2005),

pembangunan pertanian adalah kegiatan yang memiliki tiga dimensi yaitu pertumbuhan pertanian, pengentasan kemiskinan, dan keberlanjutan lingkungan hidup.

Pembangunan pertanian yang baik untuk Negara Indonesia adalah

pembangunan pertanian yang memiliki pertumbuhan konsisten. Konsistensi pertumbuhan yang dimaksud adalah pembangunan pertanian yang dilakukan tidak boleh mengganggu sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang ada di sekitarnya, agar pembangunan pertanian dapat berjalan secara berkelanjutan. Pembangunan pertanian yang berkelanjutan sebaiknya dilakukan secara


(17)

2 merata, agar dapat berkontribusi pada pengentasan kemiskinan dan ketahanan pangan (Arifin, 2005).

Pembangunan pertanian tetap memegang peran strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan kapital, penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, pakan dan bio energi, penyerapan tenaga kerja, sumber devisa negara dan sumber pendapatan serta pelestarian lingkungan melalui praktik usahatani yang ramah lingkungan. Pembangunan pertanian diharapkan dapat

memperbaiki pendapatan penduduk secara merata dan berkelanjutan, karena sebagian besar penduduk Negara Indonesia memiliki mata pencaharian di sektor pertanian. Sejalan dengan target utama Kementerian Pertanian 20฀0-20฀4 meliputi: (฀) pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan; (2) peningkatan diversifikasi pangan; (3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor; (4) peningkatan kesejahteraan petani. Strategi yang akan

dilaksanakan adalah melakukan revitalisasi pertanian dengan fokus terhadap tujuh aspek dasar yaitu: (฀) lahan; (2) perbenihan dan perbibitan; (3)

infrastruktur dan sarana; (4) sumber daya manusia; (5) pembiayaan petani; (6) kelembagaan petani; (7) teknologi dan industri hilir (Kementan,20฀4).

Menurut Ashari (2009), walaupun perannya sangat strategis sektor pertanian masih menghadapi banyak permasalahan, diantaranya keterbatasan

permodalan petani dan pelaku usaha pertanian lain. Permasalahan mendasar bagi pengembangan usaha pertanian adalah lemahnya permodalan pelaku usaha pertanian baik dalam pemilikan maupun akses terhadap permodalan


(18)

melalui lembaga keuangan perbankan. Lemahnya kepemilikan modal

disebabkan oleh kecilnya skala usaha sehingga tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan akumulasi modal, sementara lemahnya akses petani kecil terhadap lembaga keuangan perbankan disebabkan oleh prosedur dan

persyaratan yang tidak sederhana yang harus dipenuhi oleh petani. Di sisi lain pihak perbankan sendiri kurang tertarik untuk membiayai sektor pertanian yang dipandang berisiko tinggi, baik karena gangguan alam seperti banjir dan kekeringan, serangan hama dan penyakit tanaman, maupun fluktuasi harga. Kebutuhan pembiayaan di sektor pertanian dapat dipenuhi melalui lembaga keuangan non perbankan, selain kelembagaan keuangan perbankan. Lembaga keuangan non perbankan yang ada di masyarakat dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi masyarakat, khususnya bagi petani yang menggunakan jasa pinjaman tersebut. Dampak positif dari lembaga keuangan non perbankan yaitu proses pencairan dana yang cepat karena tidak memerlukan administrasi yang panjang. Dampak negatif dari lembaga keuangan non perbankan yaitu petani yang meminjam modal ke pedagang besar (tengkulak) diharuskan menjual hasil panennya kepada pedagang besar (tengkulak) tersebut, sehingga petani memiliki keterbatasan pasar untuk menjual hasil panennya. Jika petani dapat menjual hasil panennya selain ke pedagangan besar (tengkulak), maka petani dapat memperoleh kebebasan pasar yang akan berpengaruh pada penentuan harga jual gabahnya.

Berdasarkan hal tersebut, muncul permasalahan yaitu petani tidak memiliki kebebasan pasar untuk menjual hasil panennya, sehingga petani tidak


(19)

4 memiliki kekuatan dalam penentuan harga jual gabah. Permasalahan lainnya yaitu masih rendahnya alokasi kredit untuk sektor pertanian jika dibandingkan dengan alokasi kredit untuk sektor lainnya. Alokasi kredit oleh bank umum untuk berbagai sektor ekonomi, salah satunya pertanian pada Tahun 2008-20฀฀ dapat dilihat pada Tabel ฀.

Tabel ฀. Kredit Bank Umum Berdasarkan Sektor Ekonomi Tahun 2008-20฀฀ (dalam Presentase)

No Sektor Ekonomi Tahun

2008 2009 2010 2011

1 Pertanian, perburuhan, dan sarana pertanian 5 5 5 5

2 Pertambangan 2 3 3 4

3 Perindustrian 2฀ ฀ ฀6 ฀6

4 Listrik, Gas dan Air ฀ 2 2 2

5 Konstruksi 4 4 4 3

6 Perdagangan, restoran dan hotel 20 2฀ ฀9 ฀8 7 Pengangkutan, pergudangan dan komunikasi 5 5 4 4

8 Jasa Dunia Usaha ฀2 ฀0 ฀0 ฀0

9 Jasa Sosial ฀ ฀ 3 3

฀0 Lain-lain 28 3฀ 34 34

Jumlah 100 100 100 100

Sumber: Bank Indonesia, 20฀3.

Berdasarkan data statistik perbankan Indonesia pada Tabel ฀, dapat diketahui besarnya alokasi kredit bank umum untuk sektor pertanian, perburuhan, dan sarana pertanian masih rendah jika dibandingkan dengan sektor lain-lain, perindustrian, perdagangan, restoran dan hotel, dan jasa dunia usaha. Tinggi rendahnya alokasi kredit untuk sektor pertanian berhubungan erat dengan ketersediaan modal petani. Permasalahan di sektor pertanian tersebut, mendorong pemerintah untuk mengeluarkan berbagai kebijakan di sektor pertanian yang bertujuan untuk membantu permodalan petani. Salah satu


(20)

kebijakan pemerintah yang telah dilaksanakan yaitu subsidi terhadap bunga kredit bank yang diwujudkan dalam Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E).

Keberhasilan peningkatan produksi pangan di masa lalu dalam pencapaian swasembada pangan, tidak terlepas dari peran pemerintah melalui penyediaan kredit program dengan suku bunga rendah dan fasilitas Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI). Sejak berlakunya UU No. 23 Tahun ฀999 tentang Bank Indonesia maka tidak tersedia lagi sumber dana dari KLBI. Pemerintah bekerjasama dengan perbankan pada tahun 2000 menerbitkan Skim Kredit Ketahanan Pangan (KKP) yang telah mengalami penyesuaian menjadi Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) sejak Bulan Oktober 2007.

KKP-E merupakan kredit modal kerja yang diberikan dalam rangka

mendukung pelaksanaan program ketahanan pangan di Indonesia. Program Ketahanan Pangan Tahun 20฀0-20฀4 difokuskan pada lima komoditas utama yaitu padi (beras), jagung, kedelai, tebu (gula) dan daging sapi. Dalam rangka mencukupi kebutuhan bahan pangan utama dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor pangan maka pemerintah mencanangkan program pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan. Upaya pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan untuk sub sektor tanaman pangan ditempuh melalui peningkatan produktivitas hasil, perluasan areal tanam, pengamanan produksi, program peningkatan kesejahteraan petani, dukungan pembiayaan petani salah satunya melalui optimalisasi pemanfaatan KKP-E.


(21)

6 Pemerintah menunjuk 22 bank sebagai bank pelaksana KKP-E yang terdiri dari sembilan bank umum dan ฀3 Bank Pembangunan Daerah (BPD). Salah satu bank pelaksana KKP-E adalah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Komitmen dan rencana tahunan penyaluran KKP-E berdasarkan bank

pelaksana dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komitmen dan Rencana Tahunan Penyaluran Kredit Ketahanan Pangan dan Energi Berdasarkan Bank Pelaksana (Rp Juta) No Bank Pelaksana Total

Komitmen RTP

1 BR฀ 5.983.000 5.983.000

2 BNI 6฀8.350 326.700

3 Bank Mandiri 480.000 35.000

4 Bukopin 735.000 425.500

5 BCA 55.000 20.000

6 Bank Agroniaga 423.000 ฀90.500

7 BII ฀05.000 55.000

8 Bank CIMB Niaga ฀90.000

-9 BPD Sumut ฀9.฀65 4.000

฀0 BPD Nagari 90.000 25.000

฀฀ BPD Sumsel 20.000 20.000

฀2 BPD Jabar 98.000 30.฀50

฀3 BPD Jateng 82.750 72.382

฀4 BPD DIY ฀5.025 32.000

฀5 BPD Jatim 356.000 85.000

฀6 BPD Bali 26฀.905 253.000

฀7 BPD Sulsel ฀.000 ฀.000

฀8 BPD Kalsel 6.485 8.340

฀9 BPD Papua 55.000 30.000

20 BPD Riau 35.000 75.000

2฀ BPD NTB 8.062 7.6฀7

22 BPD Jambi ฀2.700

-Jumlah 9.650.442 7.679.฀89

Sumber: Kementerian Pertanian, 20฀4.

Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui komitmen dan rencana tahunan penyaluran KKP-E per bank. Bank BRI mempunyai komitmen dan


(22)

penyaluran tertinggi dibandingkan dengan bank lainnya. Pada Tahun 20฀3 penyaluran KKP-E tertinggi di Provinsi Lampung terdapat di BRI Cabang Pringsewu jika dibandingkan dengan BRI cabang lainnya, dilihat dari banyaknya kelompok tani yang mengakses KKP-E sebanyak 20 kelompok tani dan peternak. Kelompok tani dapat mengakses KKP-E untuk berbagai komoditas, seperti tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perternakan dan pengadaan pangan. Berikut adalah alokasi plafon KKP-E untuk masing-masing sub sektor pertanian yang tersaji pada Tabel 3.

Tabel 3. Alokasi Plafon Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) Per Sub Sektor.

No Sub sector Alokasi (Rp) Persentase

1 Tanaman pangan 2,284 trilyun 23.70%

2 Hortikultura 737,530 milyar 7.60% 3 Perkebunan 3,384 trilyun 35.฀0% 4 Perternakan 2,93฀ trilyun 30.40% 5 Pengadaan Pangan 3฀2,890 milyar 3.20%

  Jumlah 9,650 trilyun ฀00%

Sumber: Kementerian Pertanian, 20฀4.

Data pada Tabel 3 diperoleh dari pedoman teknis KKP-E, berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa alokasi plafon KKP-E untuk sub sektor tanaman pangan memiliki presentase sebesar 23,70% atau sebesar Rp 2,284 trilyun dari alokasi KKP-E secara keseluruhan sebesar 9,650 trilyun. Alokasi plafon KKP-E untuk sub sektor tanaman pangan salah satunya di alokasikan untuk tanaman padi. Padi menjadi pangan yang sangat dibutuhkan oleh penduduk Indonesia. Padi (beras) merupakan makanan pokok bagi sebagian


(23)

8 besar penduduk Indonesia. Komoditas ini dianggap memiliki peranan yang strategis dalam mencapai ketahanan pangan di Indonesia.

Indonesia sebagai negara agraris memiliki peran penting dalam memproduksi padi. Provinsi Lampung adalah salah satu provinsi penghasil padi di

Indonesia. Padi menjadi komoditas pangan unggulan di Provinsi Lampung. Provinsi Lampung memiliki ฀3 kabupaten dan dua kota, salah satunya adalah Kabupaten Pringsewu. Mata pencaharian utama masyarakat di Kabupaten Pringsewu yaitu bertani dan berdagang. Data mengenai luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Luas Panen, Produksi, Produktivitas Padi Sawah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 20฀2.

No Kabupaten/Kota Padi Sawah

Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

฀ Lampung Barat 38.773 ฀77.8฀ 4,59

2 Tanggamus 40.฀฀4 2฀2.3฀7 5,29

3 Lampung Selatan 76.฀08 399.9 5,25

4 Lampung Timur 94.4฀7 492.3฀5 5,2฀

5 Lampung Tengah ฀25.37 656.886 5,24

6 Lampung Utara 30.฀79 ฀39.3฀9 4,62

7 Way Kanan 30.฀5 ฀37.฀6฀ 4,55

8 Tulang Bawang 40.62 ฀87.044 4,6

9 Pesawaran 28.864 ฀5฀.96 5,26

10 Pringsewu 21.453 113.357 5,28

฀฀ Mesuji 3฀.35 ฀44.924 4,62

฀2 Tulang Bawang Barat ฀4.354 66.226 4,6฀

฀3 Pesisir Barat - -

-฀4 Bandar Lampung ฀.26฀ 6.826 5,4฀

฀5 Metro 4.233 4.233 5,33


(24)

Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa Kabupaten Pringsewu menempati urutan ke empat terbesar dalam produktivitas padi sawah setelah Kota Bandar Lampung, Kota Metro, dan Kabupaten Tanggamus yang masing-masing memiliki produktivitas sebesar 5,4฀ ton/ha, 5,33 ton/ha, dan 5,29 ton/ha. Besarnya produktivitas padi di suatu wilayah tentu tidak terlepas dari penggunaan input yang tepat dan baik. Penggunaan input yang baik seperti benih unggul dapat membantu petani dalam meningkatkan produksi tanaman padinya, untuk dapat menggunakan benih unggul, petani membutuhkan

tambahan modal karena benih unggul memiliki harga yang relatif lebih mahal. Program KKP-E dapat membantu petani padi untuk memperoleh modal bagi usahataninya. Pada akhirnya diharapkan ada hubungan yang positif antara besarnya alokasi dana KKP-E untuk sektor tanaman pangan terhadap peningkatan produksi dan produktivitas padi di Kabupaten Pringsewu. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian ini maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

฀. Bagaimana pemanfaatan modal KKP-E oleh petani di Kabupaten Pringsewu?

2. Bagaimana keragaan usahatani padi petani penerima KKP-E dan petani bukan penerima KKP-E di Kabupaten Pringsewu?

3. Bagaimana perbedaan pendapatan usahatani petani penerima KKP-E dan petani bukan penerima KKP-E di Kabupaten Pringsewu?


(25)

฀0 5. Bagaimana persepsi petani terhadap KKP-Edi Kabupaten Pringsewu? C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk: ฀. Menganalisis pemanfaatan modal KKP-E oleh petani di Kabupaten

Pringsewu.

2. Menganalisis keragaan usahatani padi petani penerima KKP-E dan petani bukan penerima KKP-E di Kabupaten Pringsewu.

3. Menganalisis perbedaan pendapatan usahatani padi petani penerima KKP-E dan petani bukan penerima KKP-KKP-E di Kabupaten Pringsewu.

4. Menganalisis kinerja anggota kelompok tani di Kabupaten Pringsewu. 5. Mengetahui persepsi petani terhadap KKP-E di Kabupaten Pringsewu. D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :

฀. Bagi pemerintah atau instansi terkait, sebagai sarana evaluasi keberhasilan KKP-E yang dilaksanakan oleh BRI Cabang Pringsewu dan pengaruhnya terhadap usahatani padi di Kabupaten Pringsewu.

2. Bagi petani, sebagai bahan evaluasi terhadap pelaksanaan dan penggunaan modal KKP-E, serta sebagai informasi dalam pemanfaatan KKP-E sebagai akses permodalan usahatani padi.

3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi, acuan, bahan perbandingan serta informasi dalam melihat pengaruh KKP-E terhadap usahatani padi di waktu yang akan datang.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Modal

Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya suatu usaha, demikian pula dengan usahatani. Tanah serta alam sekitarnya dan tenaga kerja adalah faktor produksi asli, sedangkan modal dan peralatan merupakan subtitusi faktor produksi tanah dan tenaga kerja. Dengan modal dan peralatan, faktor produksi tanah dan tenaga kerja dapat memberikan manfaat yang jauh lebih baik bagi manusia. Dengan modal dan peralatan maka

penggunaan tanah dan tenaga kerja juga dapat dihemat. Oleh karena itu, modal dapat dibagi menjadi dua, yaitu land saving capital dan labour saving capital (Suratiyah, 2008).

Modal dikatakan land saving capital jika dengan modal tersebut dapat menghemat penggunaan lahan, tetapi produksi dapat dilipatgandakan tanpa harus memperluas areal. Contohnya pemakaian pupuk, bibit unggul, pestisida, dan intensifikasi. Modal dikatakan labour saving capital jika dengan modal tersebut dapat menghemat penggunaan tenaga kerja. Contohnya pemakaian traktor untuk membajak, mesin penggiling padi (Rice Milling Unit) untuk memproses padi menjadi beras, pemakaian


(27)

12

thresher untuk penggabahan, dan sebagainya. Dalam arti ekonomi

perusahaan, modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk memproduksi kembali atau modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan pendapatan (Suratiyah,2008).

Menurut Suratiyah (2008), modal dapat dikelompokkan berdasarkan sifat, kegunaan, waktu dan fungsi.

a. Sifat

Selain atas dasar sifatnya yaitu yang menghemat lahan (land saving

capital) dan menghemat tenaga kerja (labour saving capital), ada juga yang justru menyerap tenaga kerja lebih banyak, misalnya jika menggunakan teknologi kimiawi, biologis, dan panca usaha. Ada pula yan mempertinggi efisiensi misalnya mencakal dan membajak jika menggunakan traktor biaya yang dikeluarkan Rp 300.000,00 sedangkan jika menggunakan tenaga manusia atau hewan biaya yang dikeluarkan Rp 450.000,00.

b. Kegunaan

Berdasarkan penggunaannya, modal dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu modal aktif dan modal pasif. Modal aktif adalah modal yang secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan produksi, misalnya pupuk dan bibit unggul, sedangkan tidak langsung misalnya penggunaan terasering. Modal pasif adalah modal yan digunakan hanya untuk

mempertahankan produk, misalnya penggunaan bungkus, karung, kantong, plastic, dan gudang.


(28)

c. Waktu

Berdasarkan waktu pemberian manfaatnya, modal dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu modal produktif dan modal prospektif. Modal

dikatakan produktif jika langsung dapat meningkatkan produksi, misalnya pupuk dan bibit unggul. Modal dikatakan prospektif jika dapat

meningkatkan produksi, tetapi baru dirasakan pada jangka waktu lama, misalnya investasi dan terasering.

d. Fungsi

Berdasarkan fungsinya, modal dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu modal tetap (fixed costs) dan modal tidak tetap atau modal lancar (variable costs). Modal tetap adalah modal yang dapat dipergunakan dalam berkali-kali proses produksi. Modal tetap ada yang bergerak atau mudah

dipindahkan, ada yang hidup maupun mati (misalnya cangkul, sabit, ternak), sedangkan yang tidak dapat dipindahkan juga ada yang hidup maupun mati (misalnya bangunan, tanaman keras). Modal tidak tetap adalah modal yang hanya dapat digunakan dalam satu kali proses produksi saja, misalnya pupuk dan bibit unggul untuk tanaman semusim.

2. Kredit

Kredit pertanian memiliki peran yang penting dalam pembangunan sektor pertanian. Pentingnya perananan kredit disebabkan oleh kenyataan bahwa modal merupakan faktor produksi non alami yang persediaannya masih sangat terbatas terutama di negara yang sedang berkembang.


(29)

14

persediaan tenaga kerja yang melimpah, diperkirakan bahwa cara yang lebih mudah dan tepat untuk memajukan pertanian dan peningkatan produksi adalah dengan memperbesar penggunaan modal.

Ashari (2009) menyatakan bahwa kredit berperan untuk memperlancar pembangunan pertanian, antara lain karena:

1. membantu petani kecil dalam mengatasi keterbatasan modal dengan bunga relatif ringan.

2. mengurangi ketergantungan petani pada pedagang perantara dan pelepas uang sehingga bisa berperan dalam memperbaiki struktur dan pola pemasaran hasil pertanian.

3. mekanisme transfer pendapatan untuk mendorong pemerataan. 4. insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi pertanian.

Peningkatan produksi pertanian dan pendapatan petani akan

mempengaruhi status ketahanan pangan, karena dengan meningkatnya produksi maka ketersediaan pangan juga meningkat. Peningkatan

pendapatan petani akan meningkatkan aksesibilitas ekonomi dimana daya beli petani menjadi lebih tinggi dan skala usaha taninya juga dapat

meningkatkan.

3. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E)

Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) merupakan penyempurnaan dari Kredit Ketahanan Pangan (KKP) yang sudah berjalan sejak Oktober 2007. KKP-E ditujukan untuk membantu permodalan petani dan peternak


(30)

dengan suku bunga bersubsidi sehingga mereka dapat menerapkan

teknologi rekomendasi budidaya. Dalam perkembangannya, KKP-E terus mengalami perubahan dan penyempurnaan yang meliputi, debitur

penerima KKP-E, plafon maksimum per debitur, cakupan komoditas yang dibiayai dan kebutuhan indikatif masing-masing komoditas.

Penyempurnaan KKP-E ditujukan untuk mendukung ketahanan pangan nasional dan ketahanan energi sekaligus meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani (Kementerian Pertanian, 2014).

Program KKP-E memiliki beberapa tujuan yaitu: (1) memberikan acuan bagi pemangku kepentingan di pusat dan daerah dalam pelaksanaan penyaluran dan pengembalian KKP-E; (2) mengoptimalkan pemanfaatan dana kredit yang disediakan oleh perbankan untuk petani atau peternak yang memerlukan pembiayaan usahanya secara efektif, efisien dan berkelanjutan; (3) mendukung peningkatan produksi dalam peningkatan ketahanan pangan nasional dan ketahanan energi lain melalui

pengembangan tanaman bahan baku bahan bakar nabati. Seiring dengan tujuan tersebut, program KKP-E memiliki sasaran yaitu, (1) terlaksananya penyaluran KKP-E kepada petani atau peternak dan pengembalian kredit tepat waktu; (2) terpenuhinya modal bagi petani atau peternak dalam melaksanakan usaha taninya; (3) meningkatnya penerapan teknologi anjuran bagi petani atau peternak (Kementerian Pertanian, 2014).


(31)

16

3.1 Ketahanan Pangan dan Ketahanan Energi

Program Ketahanan Pangan Tahun 2010-2014 difokuskan pada 5 (lima) komoditas pangan utama yaitu: padi (beras), jagung, kedelai, tebu (gula) dan daging sapi. Dalam rangka mencukupi kebutuhan bahan pangan utama dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor pangan maka pemerintah telah mencanangkan program pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan. Swasembada berkelanjutan ditargetkan untuk komoditas padi dan jagung, dengan sasaran peningkatan produksi dapat dipertahankan minimal sesuai dengan pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Sedangkan pencapaian swasembada yang ditargetkan untuk Tahun 2014, untuk tiga komoditas pangan utama yaitu kedelai, gula dan daging sapi.

Kebijakan energi nasional ditujukan untuk menjamin keamanan pasokan energi dalam negeri dan mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, program ketahanan energi diarahkan untuk mengurangi ketergantungan sumber energi bahan bakar minyak yang tak terbarukan. Untuk itu pemerintah mendorong penggunaan sumber energi dari bahan bakar nabati (biofuel) yang terbarukan yang antara lain komoditas ubi kayu, jagung dan tetes tebu untuk dijadikan bioethanol. Untuk

menggerakkan pemanfaatan komoditas ubi kayu, jagung dan tetes tebu sebagai bahan bakar nabati maka diperlukan upaya antara lain:

1. mendorong penyediaan tanaman biofuel termasuk benih dan bibit 2. melakukan penyuluhan pengembangan biofuel


(32)

4. melakukan sosialisasi pemanfaatan biofuel

Komoditas ubi kayu dan tebu dapat secara bersama-sama dapat digunakan untuk mendukung ketahanan pangan nasional dan ketahanan energi. Pengembangan komoditas ubi kayu dan tebu dapat digunakan sebagai bahan baku energi nabati (biofuel). Produksi ubi kayu di beberapa daerah sudah dikembangan sebagai bahan baku pabrik yang menghasilkan ethanol. Pada saat sekarang terdapat sekitar 85 pabrik yang tersebar di 12 propinsi yaitu: Lampung, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Kalimantan Timur. Sasaran produksi ubi kayu Tahun 2012 sebanyak 25.000.000 ton dan Tahun 2013 sebanyak 26.300.000 ton.

Komoditas tebu diprioritaskan untuk sawasembada gula, baru kemudian untuk mendukung ketahanan energi. Diharapkan melalui optimalisasi pemanfaatan KKP-E khususnya untuk tanaman ubi kayu dan tebu dapat mendukung ketahanan energi nasional (Kementerian Pertanian, 2014).

3.2 Kebutuhan Indikatif

Kebutuhan indikatif adalah biaya maksimum untuk setiap komoditas yang didanai KKP-E per satuan luas atau per unit usaha yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian. Rincian kebutuhan indikatif untuk masing-masing sub sektor adalah sebagai berikut:


(33)

18

a. Besarnya KKP-E maksimal untuk komoditas tanaman pangan per ha, yaitu padi irigasi Rp 8,637 juta, padi gogo rancah/lading Rp11,110 juta, padi hibrida Rp 9,200 juta, jagung Rp 7,265 juta, kedelai Rp 6,010 juta, ubi kayu Rp 5,992 juta dan ubi jalar Rp 8,840 juta, kacang tanah Rp 7,637 juta, kacang hijau Rp 5,040 juta, koro Rp 5,830 juta per Ha, perbenihan padi Rp 9,875 juta, padi hibrida Rp 26,880 juta, jagung Rp 8,675 juta dan kedelai Rp 6,945 juta.

b. Besarnya KKP-E maksimal untuk komoditas hortikultura per ha, yaitu cabai Rp 62,082 juta, bawang merah Rp54,224 juta, kentang Rp 61,856 juta, bawang putih Rp44,690 juta, tomat Rp 50.330 juta, jahe Rp 38,950 juta, kencur Rp 36,950 juta, kunyit Rp 31,950 juta, pisang Rp18,0 juta, nenas Rp 38,0 juta, buah naga Rp 97,529 juta, melon Rp 52,739 juta, semangka Rp 30,324 juta, papaya Rp 19,0 juta, salak Rp 49,125 juta, strawberi Rp 98,464 juta, pemeliharaan durian Rp 35,168 juta, mangga Rp22,595 juta, manggis Rp 27,775 juta, jeruk Rp 74,900 juta, apel Rp 62,062 juta dan melinjo Rp 40,575 per ha.

c. Besarnya KKP-E maksimal untuk pengembangan budidaya tebu per ha Rp 18 juta, pemeliharaan teh Rp 7,663 juta, kopi robusta Rp 9,186 juta, kopi arabika Rp 12,885 juta dan lada Rp 32,250 juta.

d. Besarnya KKP-E maksimal untuk peternak, yaitu ayam buras Rp 100 juta, ayam ras petelur Rp 100 juta, ayam ras pedaging Rp 100 juta, itik Rp 100 juta, burung puyuh Rp 100 juta, kelinci Rp 100 juta, sapi potong dan sapi perah Rp 100 juta, penggemukan sapi perah jantan atau sapi


(34)

potong Rp 100 juta, kambing atau domba Rp 100 juta, kerbau Rp 100 juta, dan babi Rp 100 juta per satuan unit usaha.

e. Besarnya KKP-E untuk kelompok tani, gabungan kelompok tani dan koperasi dalam rangka pengadaan pangan (gabah, jagung dan kedelai) setinggi-tingginya Rp500 juta.

f. Besarnya KKP-E untuk kelompok tani dalam rangka pengadaan atau peremajaan alat dan mesin untuk mendukung usaha tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan setinggi-tingginya Rp 500 juta.

3.3 Indikator Keberhasilan Program KKP-E

Program KKP-E ini dianggap berhasil apabila telah berhasil mencapai tujuan dan memenuhi ke empat indikator berikut ini:

a. Plafon KKP-E yang telah disediakan Bank Pelaksana dapat

dimanfaatkan dan disalurkan kepada petani atau peternak, kelompok tani atau koperasi.

b. Petani atau peternak mendapatkan subsidi suku bunga dari pemerintah. c. Peningkatan penerapan teknologi anjuran

d. Peningkatan produktivitas hasil di atas rata-rata.

4. Usahatani Padi 4.1 Agronomi Padi

Menurut Purwono dan Purnamawati (2009), padi tergolong dalam family Gramineae (rumput-rumputan). Padi dapat beradaptasi pada lingkungan aerob dan anaerob. Batang padi berbuku dan berongga, dari buku batang


(35)

20

inilah tumbuh anakan atau daun. Akar padi adalah akar serabut yang sangat sensitif dalam penyerapan hara, tetapi peka terhadap kekeringan. Biji padi mengandung butiran pati amilosa dan amilopektin yang

mempengaruhi mutu dan rasa nasi.

Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan. Curah hujan yang

dikehendaki per tahun sekitar 1500-2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23฀ C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0-1500 m dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu, dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jumlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18-22 cm dengan pH antara 4-7.

4.2 Budidaya Padi

Ciri khusus budidaya padi adalah adanya penggenangan selama fase pertumbuhan tanaman. Budidaya padi dilakukan pada tanah yang berstruktur lumpur. Tahapan budidaya padi secara garis besar adalah penyiapan lahan, penyemaian, penanaman, pemupukan, pemeliharaan tanaman, dan panen. Pemberian air pada tanaman padi disesuaikan dengan kebutuhan tanaman yakni dengan mengatur ketinggian genangan. Ketinggian genangan berkisar 2-5cm, karena jika berlebihan dapat


(36)

4.3 Faktor Produksi Padi

Benih yang disarankan adalah benih bersertifikasi atau berlabel biru. Kebutuhan benih 20-25 kg/ha dengan terlebih dulu dilakukan perendaman di dalam larutan air garam selama 24 jam. Perendaman dimaksudkan untuk memecahkan dormansi. Pupuk yang digunakan sebaiknya

kombinasi antara pupuk organik dan buatan. Pupuk organik berupa pupuk kandang atau kompos dengan dosis 2-5 ton/ha yang diberikan pada saat pengolahan tanah. Pupuk buatan terdiri dari urea 200 kg/ha, SP36 75-100 kg/ha, KCl 75-100 kg/ha, dan NPK 300 kg/ha. Dosis penggunaan pupuk disesuaikan dengan keadaan potensi dan daya dukung tanah tersebut.

5. Struktur Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan Usahatani Padi Untuk menganalisis usahatani diperlukan data mengenai penerimaan, biaya, dan pendapatan yang berkaitan dengan usahatani yang akan dianalisis. Cara analisis terhadap tiga variabel ini sering disebut dengan analisis anggaran arus uang tunai (cash flow analysis). Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual. Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran (Soekartawi, 1995).

5.1Struktur Penerimaan Usahatani Padi

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut:


(37)

22

TRi = Yi x Pyi………… (1)

Keterangan:

TR = total penerimaan

Y = produksi yang diperoleh dalam suatu usahatni Py = harga Y

Perhitungan total penerimaan usahatani ini disebut sebagai analisis parsial usahatani, karena hanya salah satu tanaman yang akan diteliti dari berbagai macam tanaman yang ditanam petani (responden), yaitu tanaman padi.

5.2 Stuktur Biaya Usahatani Padi

Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus

dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Besarnya biaya tetap tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh, contohnya pajak. Biaya untuk pajak tanah atau bangunan untuk usahatani akan tetap dibayar walaupun hasil usahatani itu besar atau gagal sekalipun. Contoh biaya tetap antara lain: sewa tanah, pajak, alat

pertanian, dan iuran irigasi. Cara menghitung biaya tetap adalah :

FC = =1Xi Pxi………… (2)

Keterangan : FC = biaya tetap


(38)

Pxi = harga input n = macam input

Jika besarnya biaya tetap tidak dapat dihitung dengna rumus tersebut, maka dapat ditetapkan nilainya saja. Misalnya pajak irigasi yang harus dibayar, karena tidak diketahui berapa liter air yang dipakai untuk irigasi, maka untuk menghitung biaya tetap, diperhitungkan langsung berapa rupiah yang dibayarkan untuk biaya irigasi tersebut. Kadang-kadang biaya tetap ini berubah atau diperlakukan sebagai biaya variabel bila angka penyusutan (alat-alat pertanian) dihitung. Rumus kedua juga dapat dipakai untuk menghitung biaya variabel. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) ditambah biaya tidak tetap (VC), maka:

TC = FC + VC………… (3)

Menurut Soekartawi (1995) biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang ingin diperoleh. Contohnya biaya untuk saran produksi, jika

menginginkan produksi yang tinggi, maka tenaga kerja perlu ditambahkan, pupuk juga perlu ditambah dan sebagainya, sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang diinginkan.

5.3 Pendapatan Usahatani Padi

Pendapatan usahatani adalah selisih antara total penerimaan dan total biaya. Total biaya akan lebih besar dari total penerimaan jika analisis ekonomi yang digunakan dan selalu lebih kecil dari total penerimaan jika


(39)

24

analisis finansial yang digunakan. Penelitian ini akan menggunakan analisis finansial, dimana pada analisis finansial data biaya yang dipakai adalah data riil yang dikeluarkan petani. Misalnya jumlah tenaga kerja yang dipakai 100 HKSP (Hari Kerja Setara Pria) dengan upah Rp 40.000,00/hari, maka biaya tenaga kerja adalah 100 x Rp 40.000 = Rp 4.000.000. Bila diantara 100 HKSP, 25 HKSP di antaranya adalah tenaga kerja dalam keluarga, maka nilai upah yang dihitung hanya upah tenaga kerja yang luar keluarga saja sebesar 75 HKSP (Soekartawi, 1995).

Pendapatan petani padi dipengaruhi oleh faktor modal dan harga jual. Petani akan memperoleh harga jual yang tinggi jika petani memiliki pilihan pasar. Adanya pasar bagi petani yaitu jika petani mampu memperoleh modal dari lembaga keuangan perbankan, bukan dari pedagang besar. Pendapatan petani diharapkan dapat meningkat setelah memperoleh bantuan pinjaman modal. Pendapatan bersih usahatani padi diperoleh dari hasil pengurangan antara penerimaan usahatani dengan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi.

Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk menggambarkan faktor keuntungan usaha. Pendapatan dapat didefenisikan sebagai selisih antara penerimaan total dengan biaya total atau dapat dirumuskan sebagai berikut:

π = TR-TC Keterangan:


(40)

TR = penerimaan Total (Total Revenue) TC = biaya Total (Total Cost)

Menurut Soekartawi (1990), pendapatan bersih atau keuntungan

merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani tersebut akan mendorongnya untuk dapat mengalokasikan pendapatan tersebut ke dalam berbagai kegunaan seperti biaya produksi periode berikutnya. Berikut ini penjabaran dari rumus keuntungan:

π = Y. Py− =1Xi. Pxi−BTT

Keterangan :

π = keuntungan/ Pendapatan (Rp) Y = hasil produksi (Kg)

Py = harga hasil produksi (Rp) Xi = faktor-faktor produksi Pxi = harga faktor produksi (Rp) i = macam faktor produksi BTT = biaya tetap total (Rp)

Besarnya pendapatan yang diperoleh dari suatu kegiatan tergantung kepada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Soekartawi (1997) menyatakan bahwa hasil olahan yang baik akan menyebabkan total penerimaan yang lebih tinggi. Bila keadaan memungkinkan, maka sebaiknya petani mengolah sendiri hasil pertaniannya untuk mendapatkan


(41)

26

kualitas hasil yang lebih baik yang harganya lebih tinggi sehingga total penerimaan atau total keuntungan lebih besar.

Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang di investasikan ke dalam usahatani. Oleh sebab itu pendapatan bersih merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk membandingkan penampilan beberapa usahatani.

5.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Menurut Suratiyah (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi biaya dan pendapatan sangatlah kompleks. Faktor-faktor tersebut dapat dibagi ke dalam dua golongan yaitu:

a. Faktor Internal dan Eksternal

Faktor internal dan faktor eksternal akan mempengaruhi biaya dan pendapatan usahatani. Faktor-faktor tersebut tersaji pada Gambar 1.

Gambar 1. Faktor Internal dan Eksternal

1.Umur petani

2.Pendidikan, pengetahuan, pengalaman, keterampilan 3.Jumlah tenaga kerja keluarga 4.Luas lahan

5.Modal

1.Input

a.Ketersediaan b.Harga 2.Output

a.Permintaan b.Harga

Faktor Internal Faktor Eksternal

Usahatani


(42)

Penjelasan dari masing-masing faktor internal dan eksternal tersebut yaitu: 1. jika ditinjau dari umur, semakin tua umur petani maka akan semakin

berpengalaman sehingga semakin baik dalam mengelola usahataninya. Semakin tua umur petani maka kemampuan fisiknya akan menurun sehingga memerlukan bantuan tenaga kerja, baik dalam keluarga maupun luar keluarga.

2. jika ditinjau dari pendidikan, misalkan pendidikan non-formal seperti kursus kelompok tani, penyuluhan, dan demplotakan menambah keterampilan dan pengalaman petani dalam mengelola usahataninya. Pendidikan non-formal sangat dibutuhkan karena sebagian besar petani berpendidikan formal rendah.

3. jika ditinjau dari jumlah tenaga kerja dalam keluarga, maka akan memberikan pengaruh langsung pada biaya. Penggunaan tenaga kerja yang semakin banyak, maka semakin sedikit biaya yang dikeluarkan untuk mengupah tenaga kerja luar keluarga. Faktor alam seperti musim hujan dan kemarau membatasi waktu petani untuk berproduksi, sehingga diperlukan bantuan tenaga kerja luar keluarga yang berarti mengeluaran biaya akan semakin tinggi.

4. jika ditinjau dari luas lahan, petani yang memiliki lahan

sempitkebutuhan tenaga kerjanya tidak akan sebanyak petani yang memiliki lahan yang luas, karena lahan yang luas akan membutuhkan tenaga kerja tambahan dari luar keluarga sehingga akan mempengaruhi biaya. Luas lahan akan mempengaruhi besarnya produksi yang


(43)

28

5. jika ditinjau dari modal, ketersediaan modal sangat dipengaruhi oleh petani sebagai manajer dan juru tani. Jenis komoditas yang akan diusahakan dan besarnya tingkat penggunaan faktor produksi tergantung pada modal yang tersedia. Petani sebagai juru tani harus mengetahui banyaknya masing-masing faktor produksi yang

diperlukan. Petani sebagai manajer yang tidak dapat menyediakan modal, maka akan mengurangi penggunaan faktor produksi sehingga tidak sesuai dengan ketentuan yang seharunya, akibatnya produktivitas rendah dan pendapatan juga rendah.

6. faktor ketersediaan dan harga faktor produksi tidak dapat dikendalikan oleh petani. Jika faktor produksi berupa pupuk tidak tersedia atau langka di pasaran maka petani akan mengurangi penggunaan pupuknya. Harga pupuk juga akan berpengaruh pada biaya, produktivitas, dan pendapatan dari usahatni.

7. jika ditinjau dari segi output yaitu permintaan dan harga output, apabila permintaan akan produksi tinggi maka harga di tingkat petani akan tinggi sehingga dengan biaya yang sama petani akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Petani yang telah berhasil

mengingkatkan produksi, tetapi pada saat akan menjual hasil panennya harga output turun maka pendapatan petani akan menurun.

b. Faktor manajemen

Faktor manajemen juga sangat menentukan keberhasilan usahatani, petani sebagai manajer harus dapat mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomi sehingga diperoleh hasil yang memberikan


(44)

pendapatan yang maksimal. Petani sebagai juru tani harus dapat melaksanakan usahataninya dengan sebaik-baiknya, yaitu penggunaan faktor produksi dan tenaga kerja secara efisien sehingga akan diperoleh manfaat yang setinggi-tingginya. Pada pelaksanaannya sangat diperlukan berbagai informasi tentang kombinasi faktor produksi dan informasi harga baik harga faktor produksi maupun produk, dengan bekal informasi tersebut petani dapat segera mengantisipasi perubahan yang ada agar tidak salah pilih dan merugi.

6. Teori Kinerja Usahatani

Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya baik secara kualitas maupun kuantitas (Mangkunegara, 2011). Hasibuan (2005) mengemukakan bahwa kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam menyelesaikan tanggung jawab (pekerjaan) yang dibebankan kepadanya, didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.

Menurut Prasetya dan Fitri (2009), ada enam cara pengukuran kinerja yaitu produktivitas, kapasitas, kualitas, kecepatan pengiriman, fleksibelitas dan kecepatan proses.

1) Produktivitas

Produktivitas dari anggota kelompok tani dihitung dari unit yang

diproduksi (output) dengan masukan yang digunakan (tenaga kerja) yang dirumuskan sebagai berikut:


(45)

30

Produktivitas = Unit yang diproduksi (kg) Masukan yang digunakan (HOK)

Macam-macam pengukuran produktivitas: Produktivitas parsial =

atau

atau

Produktivitas multifaktor =

+ � + �

Standar nilai produktivitas tenaga kerja menurut Heizer dan Render (2005) adalah 7,2 kg/HOK.

a) Jika produktivitas ≥ 7,2 kg/HOK, maka kinerja usahatani tersebut sudah baik.

b) Jika produktivitas < 7,2 kg/HOK, maka kinerja usahatani tersebut kurang baik.

2) Kapasitas

Kapasitas adalah suatu ukuran yang menyangkut kemampuan output dari suatu proses.

� � � � = �

�� �

Standar nilai kapasitas menurut Heizer dan Render (2005). - Jika kapasitas ≥ 0,5 atau 50%, maka usaha kelompok tani telah

berproduksi secara baik.

- Jika kapasitas < 0,5 atau 50%, maka usaha kelompok tani berproduksi kurang baik.


(46)

3) Kualitas

Kualitas dari proses pada umumnya diukur dengan tingkat ketidaksesuaian dari produk yang dihasilkan.

4) Kecepatan Pengiriman

Kecepatan pengiriman ada dua ukuran dimensi, pertama jumlah waktu antara produk ketika dipesan untuk dikirimkan ke pelanggan, kedua adalah variabilitas dalam waktu pengiriman.

5) Fleksibel

Fleksibel yaitu mengukur bagaimana proses transformasi menjadi lebih baik dengan membutuhkan kinerja disini. Ada tiga dimensi dari fleksibel, pertama bentuk dari fleksibel menandai bagaimana kecepatan proses dapat masuk dari memproduksi satu produk atau keluarga produk untuk yang lain. Kedua adalah kemampuan bereaksi untuk berubah dalam volume. Ketiga adalah kemampuan dari proses produksi yang lebih dari satu produk secara serempak.

6) Kecepatan Proses

Kecepatan proses adalah perbandingan nyata melalui waktu yang diambil dari produk untuk melewati proses yang dibagi dengan nilai tambah waktu yang dibutuhkan untuk melengkapi produk atau jasa.

� = ℎ �ℎ �


(47)

32

7. Konsep Persepsi

(Branca, 1964; Woodworth dan Marquis, 1957) dalam Walgito (2003), berpendapat bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan adalah suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu indera. Stimulus tersebut diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf, dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses yang mendahului terjadinya persepsi. Proses penginderaan terjadi setiap saat, yaitu pada waktu individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Stimulus yang mengenai individu itu kemudian diorganisasikan, diinterpretasikan, sehingga individu menyadari tentang apa yang diinderanya itu. Proses inilah yang dimaksud dengan persepsi. Jadi stimulus diterima oleh indera, kemudian melalui proses persepsi sesuatu yang diindera tersebut menjadi sesuatu yang berarti setelah diorganisasikan dan diinterprestasikan.

Menurut Moskowitz dan Orgel (1969 dalam Walgito, 2003) berpendapat bahwa persepsi ini merupakan proses yang intergrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Persepsi itu merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang intergrated dalam diri individu.


(48)

Persepsi dapat membuat individu menyadari serta dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya, dan juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan. Persepsi stimulus dapat datang dari luar diri individu dan juga dapat datang dari dalam diri individu yang

bersangkutan. Bila yang dipersepsi dirinya sendiri sebagai objek persepsi, inilah yang disebut persepsi diri (self-perception).

Persepsi merupakan aktivitas yang intergrated, maka seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka acuan, dan aspek-aspek lain yang ada dalam diri individu akan ikut berperan dalam persepsi tersebut. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi itu sekalipun stimulusnya sama, tetapi karena pengalamannya tidak sama, kemampuan berpikir tidak sama, kerangka acuan tidak sama, adanya kemungkinan hasil persepsi antara individu satu dengan individu yang lain tidak sama. Keadaan tersebut memberikan gambaran bahwa persepsi itu memang bersifat individual.

7.1 Proses Persepsi

Kehidupan individu tidak dapat terlepas dari lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Sejak individu dilahirkan, individu tersebut langsung berhubungan dengan dunia luarnya. Sejak itu pula individu menerima langsung stimulus atau rangsangan dari luar. Stimulus yang mengenai individu sangatlah beragam, namun tidak semuanya dapat dipersepsikan. Umumnya individu hanya dapat


(49)

34

stimulus yang satu akan mengurangi perhatian pada stimulus lainnya (Mulyana, 2005).

Proses persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognisi. Persepsi dipengaruhi oleh faktor pengalaman, proses pengalaman, cakrawala dan pengetahuan. Menurut Walgito (2002), proses persepsi diawali dengan proses penginderaan. Penginderaan adalah suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Alat indra meliputi indra peraba, indra penglihat, indra pencium, indra pengecap, dan indra pendengar. Alat indra merupakan alat

penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Proses penginderaan terjadi setiap saat, yaitu pada waktu individu menerima stimulus yang mengenai dirinya.

Gibson, Ivancevich, dan Donnely (1993), memperjelas pengertian persepsi dengan menggunakan gambar proses persepsi dari stimulus hingga hasil proses persepsi. Proses persepsi ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Proses Terjadinya Persepsi

Kenyataan Objek Proses Persepsi Hasil peristiwa

Perilaku tanggapan

Sikap yang terbentuk Pengamatan

stimulus

Faktor yang mempengaruhi persepsi

Evaluasi dan penafsiran kenyataan Stimulus


(50)

7.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Faktor yang mempengaruhi individu mengadakan persepsi adalah faktor yang ada dalam individu itu sendiri, ini merupakan faktor internal. Faktor lain yang dapat mempengaruhi dalam proses persepsi yaitu faktor stimulus dan faktor lingkungan dimana pesepsi itu berlangsung, dan ini merupakan faktor eksternal. Stimulus dan lingkungan sebagai faktor eksternal dan individu sebagai faktor internal saling berinteraksi dalam individu mengadakan persepsi (Walgito, 2002).

8. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang analisis pengaruh kredit ketahanan pangan dan energi (KKP-E) BRI terhadap pendapatan petani padi di Kabupaten Karanganyar oleh Ayu (2011) yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal sendiri terhadap peningkatan pendapatan petani pemilik dan penggarap di Kabupaten Karanganyar dan untuk mengkaji pengaruh KKP-E BRI terhadap peningkatan pendapatan petani pemilik dan penggarap di Kabupaten Karanganyar. Analisis data dilakukan dengan cara analisis deskriptif dan distributif yaitu analisa terhadap data secara rinci. Hasil dari penelitian ini adalah pada usaha tani petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil analisis variabel modal penggunaan kredit

diperoleh t-hitung sebesar 2,852 lebih besar daripada t-tabel sebesar 2,397 dengan nilai signifikansi 0,006 lebih kecil dari batas kesalahan yang dapat terjadi yaitu 0,010 sehingga variabel penggunaan kredit berpengaruh nyata


(51)

36

terhadap pendapatan petani pada tingkat kepercayaan 99%. Koefisien regresi sebesar 0,083 menunjukkan bahwa apabila petani menggunakan KKP-E sebesar Rp 1.000.000,00 maka akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 83.000,00 dan apabila tidak menggunakan KKP-E atau hanya menggunakan modal sendiri maka tidak menambah pendapatan.

Hasil penelitian Sahara (2013), tentang kinerja usahatani padi dengan mesin transplanter dalam rangka efisiensi tenaga kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan kinerja usahatani padi secara manual dan dengan menggunakan mesin transplanter. Alat analisis yang digunakan yaitu deskriptif (kuantitatif) dengan melihat kelayakan

usahatani. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kedua sistem usahatani yang dilakukan oleh petani di daerah penelitian menunjukkan nilai B/C rasio > 2, hal ini berarti sistem usahatani padi dengan dan atau tanpa mesin transplanter memberikan keuntungan yang cukup bagi petani, namun keuntungan yang lebih besar diperoleh pada petani dengan

menggunakan mesin transplanter karena produksi per hektar yang mereka diperoleh lebih besar.

Berdasarkan penelitian mengenai implikasi kredit pertanian terhadap pendapatan petani (studi kasus: program kredit ketahanan pangan dan energi pada petani tebu di Kabupaten Malang), oleh Dalilah (2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implikasi kredit pertanian dalam program KKPE terhadap pendapatan petani tebu di Kabupaten Malang, dengan menggunakan alat analisis desktiptif


(52)

(kuantitatif). Hasil penelitian ini menunjukkan kredit pertanian dalam program KKP-E belum memberikan implikasi yang signifikan terhadap pendapatan petani tebu di Kabupaten Malang, hal ini dikarenakan adanya peningkatan bunga KKP-E dan prosedur dalam kemitraan yang panjang membuat petani yang mengambil program kredit KKP-E memiliki pendapatan yang lebih rendah dari pada petani tebu non mitra yang tidak mengikuti program KKP-E.

Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Putri (2013) yang berjudul pendapatan dan kesejahteraan petani padi organik peserta sekolah

lapangan pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT) di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. Tujuan dari penelitian ini salah satunya adalah mengetahui tingkat pendapatan dan keuntungan usahatani padi organik peserta SL-PTT. Metode yang digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata pendapatan per hektar antara petani peserta SL-PTT dan petani non peserta SL-PTT adalah uji beda rata-rata atau uji t. Hasil uji beda pendapatan secara statistik menunjukkan tidak ada perbedaan pendapatan, akan tetapi jika dilihat dari rata-rata pendapatan per hektar antara peserta SL-PTT dengan non peserta SL-PTT terdapat perbedaan senilai Rp 3.530.979,00.

Penelitian terdahulu mengenai hubungan persepsi dan faktor-faktor sosial ekonomi terhadap keputusan petani mengembangkan pola kemitraan petani plasma mandiri kelapa sawit di Kelurahan Bantuas Kecamatan Palaran Kota Samarinda, oleh Lesmana (2011). Penelitian ini bertujuan


(53)

38

untuk mengetahui persepsi petani plasma mandiri dan non plasma mandiri mengenai pengembangan petani plasma mandiri di Kelurahan Bantuas dengan menggunakan metode analisis data deskriptif (kuantitatif) dan pengukuran dengan skala likert. Kesimpulan penelitian ini adalah petani plasma mandiri memiliki persepsi positif sebesar 100% dan sebesar 20% responden non plasma mandiri memiliki persepsi positif.

Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Yudhianto (2013) mengenai hubungan faktor sosial ekonomi dengan persepsi petani padi terhadap kredit ketahanan pangan dan energi (KKP-E) di Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi petani padi terhadap Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) di Kecamatan Magetan dengan menggunakan metode analisis data deskriptif (kuantitatif), dikategorikan dalam sangat baik, baik, sedang, kurang dan sangat kurang. Pengukuran kategori tersebut menggunakan rumus lebar interval. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa persepsi petani padi terhadap KKP-E di Kecamatan Magetan tergolong baik.

Penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap program corporate social responsibility (CSR) PT PLN Sektor Pembangkit Tarahan Provinsi Lampung oleh Kusnani (2013). Penelitian ini salah satunya bertujuan untuk mengkaji tingkat persepsi masyarakat terhadap program CSR. Metode analisis data menggunakan analisis kualitatif. Alat analisis menggunakan analisis jalur dan pengukuran menggunakan skala likert. Sebelumnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada istrumen


(54)

(pertanyaan) yang berasal dari tiga indikator, yaitu persepsi masyarkat terhadap kesesuain program CSR, persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan program CSR, dan persepsi masyarakat terhadap interaksi sosial terkait program CSR. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi masyarakat sekitar perusahaan terhadap penerapan program CSR PT PLN termasuk dalam klasifikasi kurang baik karena program yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Masyarakat tidak dilibatkan dalam pelaksanaan program dan perusahaan tidak pernah melakukan interaksi sosial terkait CSR kepada masyarakat.

B. Kerangka Pemikiran

KKP-E adalah kredit modal kerja yang disubsidi oleh pemerintah dan dialokasikan salah satunya untuk tanaman padi, sehingga petani padi dapat mengakses kredit perbankan dengan bunga yang rendah. BRI merupakan salah satu bank pelaksana KKP-E dengan penyaluran KKP-E tertinggi.

Penyaluran KKP-E di salurkan melalui kelompok tani, salah satunya kelompok tani di Kabupaten Pringsewu. Kelompok tani yang menjadi responden pada penelitian ini di dalamnya terdapat petani penerima KKP-E dan petani bukan penerima KKP-E. Strata petani penerima KKP-E melakukan pemanfaatan modal KKP-E, sedangkan strata petani bukan penerima KKP-E tidak melalukan pemanfaatan modal KKP-E.

Berdasarkan perbedaan modal tersebut maka dapat dilihat bagaimana


(55)

40

dua strata petani. Keragaan usahatani berupa cara dan perilaku petani dalam melakukan budidaya padi. Perbedaan keragaan usahatani antara petani penerima KKP-E dan petani bukan penerima KKP-E akan berpengaruh terhadap pendapatan usahatani dan kinerja usahatani. Berdasarkan analisis keragaan usahatani, pendapatan usahatani, dan kinerja usahatani, pada akhirnya dapat dilihat bagaimana persepsi petani terhadap KKP-E. Persepsi atau pandangan petani terhadap KKP-E menjadi penilaian akhir untuk mengetahui bagaimana pengaruh KKP-E terhadap usahatani padi di Kabupaten Pringsewu. Berikut adalah bagan alur dari kerangka pemikiran yang tersaji pada Gambar 3.


(56)

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Pengaruh Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI Terhadap Keragaan Usahatani Padi Sawah di

Kabupaten Pringsewu.

C. Hipotesis

Diduga pendapatan usahatani per hektar petani penerima KKP-E lebih besar dari petani bukan penerima KKP-E.

KKP-E BRI

Kelompok tani di Kabupaten Pringsewu

Proses produksi Keragaan Usahatani Padi Petani non KKP-E Petani penerima KKP-E Kinerja Biaya Penerimaan Pendapatan Usahatani Pemanfaatan Modal KKP-E

Faktor Produksi: Benih, pupuk, pestisida, luas lahan, TKDK &TKLK

Persepsi petani Proses produksi

Biaya Penerimaan Faktor Produksi:

Benih, pupuk, pestisida, luas lahan, TKDK &TKLK Output:

∑ produksi

& harga jual

Output:

∑ produksi


(57)

42

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Konsep dasar dari penelitian ini adalah dengan adanya perbedaan sumber modal petani akan dilihat bagaimana pemanfaatan modal KKP-E yang berpengaruh terhadap keragaan usahatani padi, pendapatan usahatani, kinerja usaha petani, dan persepsi petani terhadap KKP-E.

Usahatani padi sawah adalah kegiatan berusahatani padi sawah dimulai dari proses persemaian sampai dengan proses panen dan pasca panen.

Tenaga kerjadalam keluarga adalah banyaknya tenaga kerja dari dalam keluarga yang dicurahkan selama proses kegiatan usahatani padi sawah. Tenaga kerja diukur dalam satuan orang kerja (HOK).

Tenaga kerjaluar keluarga adalah banyaknya tenaga kerja dari luar keluarga yang dicurahkan selama proses kegiatan usahatani padi sawah. Tenaga kerja diukur dalam satuan orang kerja (HOK).


(58)

Produksi padi sawah adalah jumlah gabah kering (GKG) yang telah dikurangi dengan bawon dan upah irigasi, diukur dalam satuan kilogram.

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan karena terpakainya faktor-faktor produksi dalam suatu proses produksi (biaya tunai dan biaya diperhitungkan) yang diukur dalam satuan rupiah.

Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan petani secara tunai meliputi biaya pembelian benih, pupuk, pestisida, upah tenaga kerja luar keluarga, dan sewa lahan yang diukur dalam satuan rupiah.

Biaya diperhitungkan adalah biaya yang tidak dikeluarkan oleh petani tetapi diperhitungkan dalam analisis usahatani melalui biaya sewa lahan (milik sendiri), tenaga kerja dalam keluarga, serta penyusutan alat-alat pertanian yang diukur dalam satuan rupiah.

Umur ekonomis alat adalah jumlah tahun alat selama digunakan, terhitung sejak tahun pembelian sampai alat tersebut tidak dapat digunakan lagi yang diukur dalam satuan tahun.

Penerimaan petani adalah jumlah uang yang diterima petani dari suatu proses produksi, dimana penerimaan tersebut didapatkan dengan mengalikan jumlah produksi (output) dengan harga output yang diukur dalam satuan rupiah.


(59)

44

Luas lahan adalah sejumlah lahan yang diusahakan oleh petani untuk usahatani padi sawah yang diukur dalam satuan hektar.

Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang dimiliki oleh petani responden yang diukur dalam satuan tahun.

Jumlah tanggungan adalah banyaknya anggota keluarga yang menjadi tanggungan petani responden.

Harga input adalah suatu nilai yang dibayar oleh petani untuk membeli faktor-faktor produksi, seperti benih, pupuk, pestisida, upah tenaga kerja, sewa lahan yang diukur dalam satuan rupiah.

Harga gabah (output) adalah nilai tukar antara gabah kering dengan sejumlah uang yang diukur dalam satuan rupiah (Rp) per kilogram (kg).

Kepenguasaan lahan adalah status kepemilikian lahan yang digunakan oleh petani, berupa lahan milik sendiri atau lahan sewa.

Kredit adalah suatu cara membayaran dengan cara mengangsur sejumlah uang.

Pendapatan atas biaya tunai adalah pendapatan dalam usahatani padi sawah yang merupakan selisih antara penerimaan dengan total biaya tunai yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).


(60)

Pendapatan atas biaya diperhitungkan adalah pendapatan dalam usahatani padi sawah yang merupakan selisih antara penerimaan dengan total biaya

diperhitungkan yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Kinerja merupakan hasil kerja dari petani dalam berusahatani yang diukur melalui produktivitas tenaga kerja dan kapasitas.

Produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara produksi yang dihasilkan dalam satuan kilogram (kg) dengan masukan tenaga kerja yang digunakan, diukur dalam satuan HOK.

Kapasitas usahatani adalah perbandingan antara output yang diproduksi diukur dalam satuan kilogram dengan kapasitas maksimal memproduksi yang diukur dalam satuan kilogram.

Persepsi petani adalah hasil penilaian petani berupa pandangan petani terhadap KKP-E, yang diukur dengan skala likert.

B. Lokasi Penelitian, Waktu Penelitian, dan Metode Pengambilan Sampel

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Pringsewu merupakan kabupaten yang mempunyai realisasi penyaluran dana KKP-E terbesar melalui BRI Cabang Pringsewu. Waktu penelitian dilakukan pada Februari sampai dengan Desember 2014.


(61)

46

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

probability sampling jenis acak terstratifikasi proporsional (proportionate stratified random sampling). Proportionate Stratified random sampling adalah teknik pengambilan sampel anggota populasi yang dilakukan dengan

memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Stratifikasi dalam penelitian ini berdasarkan petani yang menerima KKP-E dan petani yang tidak menerima KKP-E. Teknik sampling ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel dengan cara membagi populasi ke dalam kelompok-kelompok yang homogen yang disebut strata, kemudian sampel diambil secara acak dari tiap strata tersebut. Data kelompok tani penerima KKP-E di Kabupaten Pringsewu dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kelompok Tani Penerima KKP-E di Kabupaten Pringsewu.

No Kecamatan Kelompok Tani Penerima KKP-E Non KKP-E Jumlah

1 Gading Rejo Rukun Tani I 8 16 24

Panca Sari I 7 18 25

Panca Sari II 10 15 25

Sari Murni III 7 9 16

2 Sukoharjo Tani Lestari 14 11 25

Sido Mukti 9 13 22

Total 55 82 137

Sumber: PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Pringsewu, 2013.

Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa dari populasi sebanyak 137 orang petani ditentukan terlebih dahulu jumlah keseluruhan sampel yang akan di ambil dengan menggunakanrumus Yamane, 1967 (dalam Riduwan dan Kuncoro, 2008) yaitu:


(62)

� =

²+ 1

Keterangan:

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d = Derajat penyimpangan yang dapat ditolerir (10%= 0,1)

Dengan perhitungan : n = 137

137 ( 0,1)² + 1

n = 137

2,37 = 57,8 = 58 petani

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 58 petani. Populasi dibagi menjadi dua strata yaitu populasi petani penerima KKP-E dan populasi petani bukan penerima KKP-E, kemudian ditentukan dengan rumus

proportionate stratified ramdom sampling (Sugiarto, 2003) yang hasilnya tersaji pada Tabel 6.

nh=Nh

N x n

Keterangan :

nh = jumlah tiap strata sampel

Nh = jumlah tiap strata populasi

N = jumlah (total) populasi n = jumlah (total) sampel


(63)

48

Tabel 6. Ukuran Sampel Pada Tiap Strata

Strata Ukuran populasi

% dalam populasi

Pecahan

sampling n sampel

% dalam sampel

Petani KKP-E 55 40% 0,39 23 40%

Petani non KKP-E 82 60% 0,39 35 60%

137 100% 58 100%

Sumber: Data Diolah, 2014.

Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh sampel sebanyak 23 petani untuk strata petani KKP-E dan 35 petani untuk strata non KKP-E, kemudian dihitung untuk pengambilan sampel pada tiap kelompok tani, sehingga proporsi sampel pada tiap kelompok tani seperti yang tersaji pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Alokasi Proporsi Sampel Pada Tiap Kelompok Tani.

No Kelompok Tani Sampel Petani KKP-E Sampel Petani non KKP-E

1 Rukun Tani I 3 7

2 Panca Sari I 3 8

3 Panca Sari II 4 6

4 Sari Murni III 3 4

5 Tani Lestari 6 5

6 Sido Mukti 4 5

Total 23 35

Sumber: Data Diolah, 2014.

C. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei. Data yang

dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden


(64)

melalui wawancara dan pengamatan langsung dengan petani perima KKP-E dan bukan penerima KKP-E yang tergabung di dalam kelompok tani berdasarkan isi pertanyaan pada kuesioner. Data sekunder diperoleh dari publikasi karya ilmiah(jurnal), Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Pertanian, Bank Indonesia, dan BRI Cabang Pringsewu.

D. Metode Analisis Data

Untuk menjawab tujuan dari penelitian ini, maka metode analisis data yang digunakan adalah 1) untuk menjawab tujuan yang pertama, yaitu pemanfaatan modal KKP-E oleh petani di Kabupaten Pringsewu, digunakan alat analisis deskriptif (kuantitatif) dan tabulasi; 2) untuk menjawab tujuan kedua yaitu keragaan usaha pada usahatani padi sawah di Kabupaten Pringsewu digunakan alat analisis deskriptif (kualitatif) dan tabulasi; 3) untuk menjawab tujuan ketiga yaitu perbedaan pendapatan petani penerima KKP-E dan pendapatan petani bukan penerima KKP-E, digunakan alat analisis deskriptif (kuantitatif); 4) untuk

menjawab tujuan keempat, yaitu analisis kinerja anggota kelompok tani di Kabupaten Pringsewu, digunakan alat analisis deskriptif (kuantitatif); dan 5) untuk menjawab tujuan kelima, yaitu persepsi petani terhadap KKP-E digunakan alat analisis deskriptif (kuantitatif). Berikut ini adalah penjelasan metode analisis data untuk masing-masing tujuan pada penelitian ini.


(1)

74

b. Permohonan kredit diteliti oleh bank pelaksana dan apabila memenuhi syarat, maka petani/peternak/pekebun/kelompok tani melakukan akad kredit dengan bank pelaksana.

c. Bank pelaksana merealisasikan KKP-E pada waktu dan jumlah sesuai kebutuhan kepada petani/peternak/pekebun atau kelompok tani/koperasi untuk diteruskan kepada anggotanya.

d. Kelompok tani/koperasi meneruskan KKP-E pada waktu dan jumlah sesuai kebutuhan kepada petani/anggota kelompok tani.

e. Petani/kelompok tani harus mengembalikan kewajiban KKP-E kepada bank pelaksana sesuai dengan jadwal.


(2)

฀26

฀I. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

฀. Sebagian besar petani telah melakukan pemanfaatan KKP-E dengan penggunaan di atas 90%.

2. Pada keragaan usahatani padi petani penerima KKP-E dan petani bukan penerima KKP-E ada perbedaan yang terletak pada cara tanam, cara memperoleh benih, penggunaan pupuk, pengendalian gulma, penggunaan TKDK dan TKLK, produksi, harga jual ฀utput, dan sumber modal. 3. Pendapatan usahatani per hektar petani penerima KKP-E lebih besar dari

petani bukan penerima KKP-E.

4. Berdasarkan produktivitas kinerja petani penerima KKP-E dan petani bukan penerima KKP-E masuk ke dalam kategori baik. Berdasarkan kapasitas kinerja petani penerima KKP-E termasuk ke dalam kategori baik, sedangkan petani bukan penerima KKP-E termasuk ke dalam kategori belum baik.


(3)

฀27 B. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah:

฀. Bagi instansi terkait, sebaiknya pihak bank pelaksana melakukan pengawasan lebih intensif terkait penggunaan modal KKP-E dan pihak bank sebaiknya perlu meningkatkan sosialisasi KKP-E kepada petani di Kabupaten Pringsewu, agar petani yang belum pernah mengakses KKP-E dapat memperoleh pinjaman KKP-E tersebut.

2. Bagi petani, sebaiknya menggunakan modal KKP-E sesuai dengan peraturan yang berlaku dan menginformasikan kepada kelompok tani lain yang belum pernah mendapatkan modal KKP-E, agar pinjaman KKP-E dapat diberikan secara merata kepada petani di Kabupaten Pringsewu. 3. Bagi peneliti lain, sebaiknya dapat dijadikan bahan pembanding dan

refrensi untuk melakukan penelitian sejenis seperti menganalisis pengaruh lain yang ditimbulkan dari KKP-E dan mengalisis tentang pelaksanaan dan penyaluran KKP-E.


(4)

฀AFTAR PUSTAKA

฀rifin, Bustanul. 2005. ฀embangunan ฀ertanian: ฀aradigma Kebijakan dan Strategi Revitalisasi. Jakarta: PT. Grasindo.

฀shari. 2009. Peran Perbankan Nasional Dalam Pembiayaan Sektor Pertanian di Indonesia. Jurnal Forum Penelitian ฀gro Ekonomi Vol. 27 No.1, 13-27. ฀yu, Noer. 2013. ฀nalisis Pengaruh Kredit Ketahanan Pangan dan Energi

(KKP-E) BRI terhadap Pendapatan Petani Padi di Kabupaten Karanganyar. Jurnal ฀grista Edisi 1 Vol. 1, 1-11.

Badan Pusat Statistik Kabupaten. 2013. Kabupaten ฀ringsewu Dalam Angka 2013. Lampung: BPS.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2013. Lampung Dalam Angka 2013. http://lampung.bps.go.id/publikasi/buku/lda2013/index.html#/234/(Diakse s tanggal 05 Desember 2013).

Bank Indonesia.2013.Statistik ฀erbankan Indonesia.Vol.11 No.3 Februari 2013.Jakarta: Bank Indonesia.

Dalilah, Imanina, Eka. 2013. Implikasi Kredit Petanian Terhadap Pendapatan Petani (Studi Kasus: Program Kredit Ketahanan Pangan dan Energi Pada Petani Tebu di Kebupaten Malang). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB (JIMFEB) Vol.1 No.2.

Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., dan Donnely, J. M. 1993. Organisasi dan Manajemen (฀erilaku-struktur-proses). Jakarta:Erlangga.

Hasibuan, Malayu S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi. Jakarta: Bumi ฀ksara.

Heizer, Jay dan Render, Barry. 2005. Manajemen Operasi. Edisi Ketujuh. Jakarta: Salemba 4.

Kecamatan Gading Rejo. 2014. ฀rofil Kecamatan Gading Rejo. Lampung: Kecamatan Gading Rejo.


(5)

Kecamatan Sukoharjo. 2014. ฀rofil Kecamatan Sukoharjo. Lampung: Kecamatan Sukoharjo.

Kementerian Pertanian. 2014. ฀edoman Teknis Skim Kredit Ketahanan ฀angan dan Energi. http://psp.deptan.go.id/assets/file/Pedoman% 20KKPE% 202014.pdf. (Diakses tanggal 1Maret 2014).

Kusnani, Kurniasih, Dedeh. 2013. Persepsi Masyarakat Terhadap Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT PLN Sektor Pembangkit Tarahan Provinsi Lampung. JII฀ Volume 1 Nomor 2, 140-147.

Lesmana, Dina. 2011. Hubungan Persepsi dan Faktor-Faktor Sosial Ekonomi terhadap Keputusan Petani Mengembangkan Pola Kemitraan Petani Plasma Mandiri Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kelurahan Bantuas Kecamatan Palaran Kota Samarinda. Jurnal EPP. Vol.8 No.2 ,8-17.

Mangkunegara, ฀฀. ฀nwar Prabu. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Kesepuluh. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mantra, Bagoes, Ida. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta: ฀wal Millenium III. Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu ฀engantar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Prasetya dan Fitri. 2009. Manajemen Operasi. Yogyakarta: Media Pressindo. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 2013. Kredit Ketahanan ฀angan dan

Energi (KK฀-E). Pringsewu: BRI

Purwono dan Purnamawati, Heni. 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman ฀angan Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.

Putri, Leoni, Tika. 2013. Pendapatan dan Kesejahteraan Petani Padi Organik Peserta Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. JII฀ Volume 1 Nomor 3, 226-231.

Riduwan, dan Kuncoro, ฀chmad, Engkos. 2008. Analisis Jalur (฀ath Analysis). Bandung: ฀lfabeta.

Sahara, Dewi. 2013. Kinerja Usahatani Padi Dengan Mesin Transplanter Dalam Rangka Efisiensi Tenaga Kerja. Jurnal SEP฀ Vol. 1 No. 1, 55-62.

Soekartawi, ฀.Soeharjo, J.L. Dillon dan J.B. Hardaker. 1990. Ilmu Usahatani dan ฀enelitian untuk ฀engembangan ฀etani Kecil. Jakarta: Penerbit UI-Press. Soekartawi.1995.Analisis Usahatani. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.


(6)

. 1997. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Sugiarto, Dergibson Siagian, Lasmono Tri, dan Denny S.Oetomo. 2003. Teknik Sampling. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Sulistyo, Joko. 2012. 6 Hari Jago S฀SS 17. Jakarta: PT. Buana Ilmu Populer. Suratiyah, Ken. 2008. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.

Walgito, Bimo. 2003. ฀sikologi Sosial Suatu ฀engantar. Yogyakarta: ฀ndi. Yudhianto, Krisna, dan Eka. 2013. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Dengan

฀ersepsi ฀etani ฀adi Terhadap Kredit Ketahanan ฀angan dan Energi (KK฀-E) di Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan. Other Thesis, Universitas Sebelas Maret.