NOER AYU FAJRINA OKHTA NUGRAHENI H0808033

ANALISIS PENGARUH KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (KKP-E) BRI TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KABUPATEN KARANGANYAR

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Program Studi Agribisnis OLEH: NOER AYU FAJRINA OKHTA NUGRAHENI NIM. H0808033 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

commit to user

ANALISIS PENGARUH KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (KKP-E) BRI TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KABUPATEN KARANGANYAR

Oleh: NOER AYU FAJRINA OKHTA NUGRAHENI

H 0808033

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal: 11 Januari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Dr. Ir. Minar Ferichani, MP NIP. 19670331 199303 2 001

Anggota I

Widiyanto, SP, M.Si NIP. 19810221 200501 1 003

Anggota II

Dr. Sapja Anantanyu, SP, M.Si NIP. 19681227 199403 1 002

Surakarta,

Mengetahui Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS

NIP. 19560225 198601 1 1001

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI terhadap Pendapatan Petani Padi di Kabupaten Karanganyar”.

Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas setiap kerja menjadikan akhir dari pelaksanaan penelitian terwujud dalam bentuk penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan baik moril maupun materiil kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih ini penulis tujukan terutama kepada :

1. Allah SWT atas segalanya yang telah diberikan kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian UNS Surakarta.

3. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Nuning Setyowati, SP., M.Sc selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ibu Dr. Ir. Minar Ferichani, M.P. selaku selaku Dosen Pembimbing Utama Skripsi sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang dengan kasih selalu memberikan pengarahan, nasehat, dan motivasi kepada penulis.

6. Bapak Widiyanto, SP., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Pendamping Skripsi yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

7. Bapak Dr. Sapja Anantanyu, SP., M.Si selaku Dosen Penguji Tamu atas diskusi, bimbingan, serta arahannya kepada penulis.

commit to user

8. Bapak/Ibu Dosen serta seluruh staff/karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama menempuh perkuliahan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

9. Kantor Kesbangpolinmas Kabupaten Karanganyar, BAPPEDA Kabupaten Karanganyar, BP4K Kabupaten Karanganyar, serta BPS Kabupaten Karanganyar yang telah memberikan izin penelitian serta menyediakan data- data yang diperlukan penulis.

10. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) kantor cabang Karanganyar yang telah memberikan izin penelitian serta Bapak Agus Irawan selaku AO Kredit Program BRI cabang Karanganyar yang telah membantu dalam melengkapi data-data yang diperlukan.penulis.

11. Penyuluh Pertanian Lapangan Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Jaten, Bapak Sumarso selaku ketua kelompok tani Rukun Tani, Bapak Suyanto selaku ketua kelompok tani Rukun Makaryo, serta petani responden di Kelurahan Lalung dan Desa Jati yang telah membantu penulis selama penelitian.

12. Ayahanda dan Ibunda, Bapak Drs. Waluyo Dwi Basuki, MM dan Ibu Yayuk Wahyusri, SE yang tiada henti memberikan kasih sayang, semangat, doa, dan motivasi dalam setiap langkah penulis sehingga penulis dapat berjalan sejauh ini, adikku Hilda Maulika Ayudya dan Daffa Alby Zhafran, serta keluarga besar ayah dan bunda yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan baik moral maupun material kepada penulis.

13. Sahabat-sahabatku Dyah Puspitasari Purnaningtyas, Aulia Rahma Kautsari, Ayu Nilasari, dan Galuh Perwita Sari, terima kasih atas doa, semangat dan persahabatan yang luar biasa.

14. Sahabat Agribisnis 2008, Bundo Retna, Riri, Suryani, Mesty, Puput, Anita, Carrine, Tami, Riana, Ifa, Ema, Inneke, Yurike, Mas Abid, Mas Nanda, Mas Nur, Mas Ragil, Mas Heri, Ocha, Arum, dan lain-lain serta Sasaeng Group yang telah memberi dukungan, semangat, dan doanya selama ini.

commit to user

15. Teman-teman Agribisnis 2007, Agribisnis 2009 (Hazizah, Shela, Karin, Iim, dkk), dan Agribisnis 2010 yang telah memberi semangat dan masukan bagi penulis.

16. Prima Nandana Multi Pradani, rekan GALAKSI, dan Aks 1 SMAN 1 Karanganyar: Dian, Indah, Rino, Bayu, Giri, Budi, Ditya, Asep, Andre, Alami, Herlin, Ririn, Gede, dan Habib terima kasih untuk semangat dan persahabatan supernya, apapun yang terjadi silaturahim harus tetap terjaga.

17. Teman-teman magang dan staff PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya yang telah memberi pengalaman dan kenangan indah tak terlupakan selama magang.

18. Pengurus KAMAGRISTA periode 2010-2011 yang telah memberikan pengalaman dan pembelajaran berharga bagi penulis. Satukan tekad, meraih asa, jaya KAMAGRISTA!

19. Mas Yudi yang telah bersedia mengantar penulis dalam melengkapi data penelitian.

20. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini baik dari segi penyajian maupun pembahasannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang jauh dari sempurna ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi penulis sendiri khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.

Surakarta, Januari 2013

Penulis

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Kredit Bank Umum Berdasarkan Sektor Ekonomi tahun 2008-

2011 (Miliar Rupiah) ......................................................................

Tabel 1.2. Jumlah Penduduk 10 Tahun keAtas menurut Mata Pencaharian

di Kabupaten Karanganyar Tahun 2008-2010 (Jiwa) ...................

Tabel 1.3. Jumlah Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI

Cabang Karanganyar Tahun 2009-2011 (Rupiah) ........................

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 10 Tabel 3.1. Plafon dan Realisasi Jumlah Kredit Ketahanan Pangan dan

Energi BRI di Kabupaten Karanganyar Tahun 2011 ..................... 30

Tabel 3.2. Populasi Petani Padi Pengguna KKP-E dan Bukan Pengguna

KKP-E ............................................................................................... 31

Tabel 3.3. Penentuan Jumlah Sampel Petani Responden Pengguna KKP-E

di Kabupaten Karanganyar .............................................................. 32

Tabel 3.4. Jenis dan Sumber Data dalam Penelitian ........................................ 35 Tabel 4.1. Jumlah Penduduk menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin

Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 ............................................. 45

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin

Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 ............................................. 46

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin

KecamatanJaten Tahun 2010 ........................................................... 47

Tabel 4.4. Penduduk 5 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang

Ditamatkan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010..................... 48

Tabel 4.5. Penduduk 5 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang

Ditamatkan di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 .................... 48

Tabel 4.6. Penduduk 5 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang

Ditamatkan di Kecamatan Jaten Tahun 2010 ................................. 49

Tabel 4.7. Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Mata Pencaharian

di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 ......................................... 50

Tabel 4.8. Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Mata Pencaharian

di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 ........................................ 51

Tabel 4.9. Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Mata Pencaharian

di Kecamatan Jaten Tahun 2010 ..................................................... 51

Tabel 4.10. Tata Guna Lahan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 ........... 52 Tabel 4.11. Tata Guna Lahan di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 .......... 53

commit to user

Tabel4.13. Jumlah Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangandi Kabupaten

Karanganyar Tahun 2010 ................................................................ 55

Tabel4.14. Jumlah Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangandi

KecamatanKaranganyar Tahun 2010 .............................................. 55

Tabel4.15. Jumlah Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangandi Kecamatan

Jaten Tahun 2010 ............................................................................. 56

Tabel 4.16. Sarana Perekonomian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010.... 57 Tabel 4.17. Sarana Perekonomian di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 .. 57 Tabel 4.18. Sarana Perekonomian di Kecamatan Jaten Tahun 2010 ............... 58 Tabel 5.1. Karakteristik Petani Sampel Pengguna KKP-E dan Petani Bukan

Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar ............................... 71

Tabel 5.2. Rata-rata Besarnya Input dan Output dari Usaha Tani Padi

Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 .................................. 73

Tabel 5.3. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Usaha Tani Padi Petani

Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 .................................. 74

Tabel 5.4. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usaha Tani Padi Petani

Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 .................................. 76

Tabel 5.5. Rata-rata Biaya Sarana Produksi Usaha Tani Padi Petani

Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 .................................. 78

Tabel 5.6. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Usaha Tani Padi Petani Pengguna

KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 ..................................................... 79

Tabel 5.7. Rata-rata Biaya Lain-lain Usaha Tani Padi Petani Pengguna

KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 ..................................................... 80

Tabel 5.8. Rata-rata Biaya Total Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E

dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 ............................................................................ 81

Tabel 5.9. Rata-rata Produksi, Harga, dan Penerimaan Usaha Tani Padi

Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 .................................. 82

Tabel 5.10. Rata-rata Pendapatan Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E

dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 ............................................................................ 83

commit to user

Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 .................................. 84

Tabel 5.12. Hasil Analisis Regresi Pengaruh Beberapa Faktor terhadap

Pendapatan Usaha Tani Petani Anggota Kelompok Tani Rukun Tani dan Rukun Makaryo di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 ....................................................................................... 85

Tabel 5.13. Hasil Analisis Uji t-test antara Variabel Pendapatan Petani dan

Penggunaan Kredit ........................................................................... 88

Tabel 5.14. Hasil Analisis Uji t-test antara Variabel Luas Lahan dan

Penggunaan Kredit ........................................................................... 89

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1.Bagan Kerangka Berpikir .................................................................. 25 Gambar 2.2 SkemaVariabel X dan Y dalamPenelitian ........................................ 26 Gambar 3.1.Bagan Pengambilan Sampel Responden .......................................... 33 Gambar 4.1. Prosedur Penyaluran KKP-E Bekerjasama dengan Mitra Usaha .. 62 Gambar 5.1. Pengaruh KKP-E terhadap Pendapatan Petani ............................... 99 Gambar 5.2. Penggunaan Modal oleh Petani Bukan Pengguna KKP-E ............. 102 Gambar 5.3. Penggunaan Modal oleh Petani Pengguna KKP-E ......................... 103 Gambar 5.4. Alasan Petani Menggunakan dan Tidak Menggunakan KKP-E.... 104

commit to user

RINGKASAN

Noer Ayu Fajrina Okhta Nugraheni. H0808033. Analisis Pengaruh Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI terhadap Pendapatan Petani Padi di Kabupaten Karanganyar . Dibimbing oleh Dr. Ir. Minar Ferichani, MP. dan Widiyanto, SP., M.Si. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal sendiri dan Program Kredit Ketahanan Pangan dan Energi BRI terhadap peningkatan pendapatan petani pemilik dan penggarap di Kabupaten Karanganyar.

Metode dasar penelitian adalah metode deskripsi analisis dan pelaksanaan penelitian dilakukan dengan metode survei. Penelitian dilakukan di Kabupaten Karaganyar. Teknik pengambilan sampel dengan metode multistage cluster random sampling . Jumlah sampel ditentukan berdasarkan jumlah pengguna KKP-

E terbanyak yaitu kelompok tani Rukun Tani dan Rukun Makaryo. Untuk mengkaji pengaruh modal sendiri dan modal KKP-E terhadap pendapatan petani digunakan model regresi linier berganda, serta didukung dengan analisis R/C ratio dan Incremental B/C ratio untuk melihat perbedaan penggunaan modal sendiri dan KKP-E.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan petani pengguna KKP-E sebesar Rp 15.835.880,00/Ha/MT lebih besar dari pada pendapatan petani bukan pengguna KKP-E sebesar Rp 14.042.598,00/Ha/MT. Nilai efisiensi usahatani petani pengguna KKP-E sebesar 2,57 lebih besar dari efisiensi usahatani petani bukan pengguna KKP-E sebesar 2,50. Kemanfaatan usahatani sebesar 3,517sehingga usahatani pengguna KKP-E lebih memberi kemanfaatan daripada usahatani petani bukan pengguna KKP-E. Hubungan faktor-faktor dengan pendapatan petani dinyatakan dalam model fungsi regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = -5,720E6 + 0,949X 1 + 0,008X 2 + 0,047X 3 + 0,081D 1 + 0,083D 2 +e Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa luas lahan, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, kepenguasaan lahan, dan penggunaan kredit secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani. Secara individu faktor luas lahan, kepenguasaan lahan, dan penggunaan kredit berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani, sedangkan faktor tingka tpendidikan dan jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani.

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan yaitu adanya penyuluhan lebih lanjut mengenai KKP-E oleh pemerintah melalui PPL supaya seluruh petani anggota kelompok tani menjadi paham mengenai program pemerintah dalam hal kredit atau bantuan permodalan utamanya KKP-E beserta pengaruh dan manfaatnya dalam pengembangan usaha tani.

commit to user

SUMMARY

Noer Ayu Fajrina Okhta Nugraheni. H0808033. Analysis of Effect of Energy and Food Safety Credit (KKP-E) BRI to Increase the Rice Farmers Income in Karanganyar Regency .Supervised by Dr. Ir. FerichaniMinar, MP.andWidiyanto, SP., M.Si. Faculty of Agriculture.SebelasMaret University. Surakarta.

This research aimed to analyze the effect of own capital and Credit of Energy and Food Safety BRI to increase the income of owner and tenant farmers in Karanganyar Regency.

The basic method of this research is a descriptive analysis method and the research conducted by survey method. The research was conducted in the Karanganyar Regency. This research uses multistage cluster random sampling method for the sampling technique. Samplesare determined by the most farmers in KKP-E used, they are RukunTani and RukunMakaryo farmers groups. To assess the influence of their own capital and KKP-E to the farmers income used multiple linear regression models, and supported by the analysis of R/C ratio and Incremental B/C ratio to see the difference in the use of its own capital and KKP-

E. The results showed that the average farmer's income who using KKP-E was Rp 15.835.880,00/Ha/GS, that was more than farmer’s income who didn’t use KKP-E. That was Rp 14.042.598,00/Ha/GS. Peasant farming efficiency value of KKP-E user wass 2,57, that was more than the efficiency of peasant farming who was not KKP-E user. That was 2,50. Benefits farming value amounted to 3,517 so that farming farmers who using KKP-E gave more benefits than farming farmers who didn’t use the KKP-E. The relationship between these factors with farmers' income can be expressed in multiple linear regression models as follows:

Y = -5,720E6 + 0,949X 1 + 0,008X 2 + 0,047X 3 + 0,081D 1 + 0,083D 2 +e The results of the regression analysis showed that the land large, education level, number of family members, the land rulership, and the use of credit jointly have significant effect on farmers' income. The individual factor of land large, land rulership, and the use of credit give the significant effect on farmers 'income, whereas level of education factor and the number of family members factor did not significantly affect to farmers' income.

Based on this research, the advice can be given is the need to use a well management by KKP-E user so they don’t create bad debts and a further extension of the KKP-E to increase farmers' understanding of the KKP-E and its benefits for farming.

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan nasional adalah pembangunan dalam hal ekonomi. Pembangunan ekonomi merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat. Pembangunan ekonomi pedesaan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi nasional. Keberhasilan pembangunan ekonomi di pedesaan banyak didukung oleh kegiatan usaha di bidang pertanian.

Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Kontribusi sektor pertanian cenderung dominan dalam pencapaian tujuan pembangunan perekonomian nasional. Kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan meliputi pemantapan ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dan pemerataan pendapatan. Secara garis besar, kebijakan pembangunan pertanian diprioritaskan kepada beberapa program kerja yang dijabarkan kedalam beberapa kegiatan. Beberapa program kerja tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk mencapai sasaran dari pembangunan pertanian, salah satunya adalah program ketahanan pangan. Oleh karena itu, dalam program revitalisasi pertanian dibutuhkan suatu bentuk pembangunan terstruktur antara pemerintah dan pelaku usaha tani.

Meski perannya strategis, sektor pertanian masih menghadapi banyak permasalahan. Lemahnya permodalan masih menjadi salah satu permasalahan utama yang dihadapi oleh pelaku usaha pertanian. Petani umumnya mengajukan pinjaman ke lembaga pembiayaan di sekitar tempat tinggal mereka, baik formal maupun informal. Namun demikian, petani di pedesaan cenderung lebih sering mengakses kredit dari pihak informal dengan bunga yang tinggi. Petani sering merasa kesulitan dalam mengakses pinjaman yang dikeluarkan oleh lembaga pembiayaan formal karena persyaratan yang dinilai

commit to user

berbelit, memerlukan agunan, dan membutuhkan waktu yang lama. Selain itu, alokasi kredit untuk sektor pertanian cenderung kecil apabila dibandingkan dengan alokasi kredit untuk sektor perekonomian yang lain. Data Bank Indonesia menunjukkan alokasi kredit perbankan terhadap sektor pertanian masih cukup rendah dibandingkan dengan sektor perekonomian yang lainnya. Berikut adalah data mengenai alokasi kredit bank umum berdasarkan sektor ekonomi tahun 2007-2011 berdasarkan data statistik perbankan Indonesia tahun 2011.

Tabel 1.1. Kredit Bank Umum Berdasarkan Sektor Ekonomi tahun 2008-2011

(Miliar Rupiah)

Sektor Ekonomi

2010 2011 Pertanian, perburuan, dan sarana pertanian

275.404 344.597 Listrik, gas, dan air

63.500 75.395 Perdagangan, restoran, dan hotel

259.632

301.382

339.639 405.442 Pengangkutan, pergudangan,

dan komunikasi

62.579

73.213

75.142 95.206 Jasa dunia usaha

152.302

150.843

179.398 224.146 Jasa sosial/masyarakat

1.437.930 1.765.845 2.200.094 Sumber: Bank Indonesia, 2011

Data yang dihimpun dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa alokasi kredit bank umum yang diberikan kepada debitur jumlahnya selalu meningkat sejak tahun 2008 hingga tahun 2011. Jumlah kredit paling banyak dicurahkan pada sektor lain-lain yaitu sebesar 748.983 miliar rupiah pada tahun 2011. Pada tahun yang sama alokasi kredit terendah diterima sektor listrik, gas, dan air yaitu sebesar 45.841 miliar rupiah. Alokasi kredit untuk sektor pertanian menempati urutan ke-5 dengan besar kredit 114.725 miliar rupiah.

Salah satu bank yang menjadikan agribisnis sebagai salah satu sektor unggulan adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI). BRI sebagai lembaga pembiayaan yang dikenal dekat dengan masyarakat, khususnya di pedesaan,

commit to user

juga memiliki kontribusi dalam mendorong pengembangan pertanian. Salah satu bentuk kontribusi BRI adalah dengan menerapkan kebijakan pembiayaan di sektor agribisnis. Peran BRI dalam membangun agribisnis nasional tidak terlepas dari keprihatinan kondisi di lapangan, dimana secara mikro sebagian pelaku usaha pertanian masih memiliki aksesibilitas yang rendah terhadap sumber-sumber permodalan (Aviliani, 2008).

Salah satu program kredit yang digulirkan oleh BRI terkait program revitalisasi pertanian adalah Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E). KKP-E merupakan salah satu program Kementerian Pertanian berupa fasilitas kredit yang diberikan untuk usaha produktif dalam rangka mendukung pelaksanaan program ketahanan pangan dan program pengembangan tanaman bahan baku dan bahan bakar nabati. Kredit diberikan kepada petani-petani yang mengusahakan tanaman pangan, hortikultura, peternakan, pengadaan dan peremajaan alat dan mesin, perikanan, dan petani tebu. KKP-E digulirkan kepada petani melalui kelompok tani. Pada tahun 2010, posisi KKP-E di BRI mencapai Rp 1,52 triliun atau mencapai 27,17 % dari plafon sebesar Rp 5,6 triliun. Secara nasional, penyaluran KKP-E pada periode yang sama tercatat Rp 2,69 triliun sehingga sumbangan BRI terhadap penyaluran KKP-E secara nasional sebesar 56,5 %. KKP-E dapat diakses melalui Kantor Cabang BRI di seluruh wilayah Indonesia, dan salah satunya ada di Kabupaten Karanganyar.

Kabupaten Karanganyar merupakan Kabupaten yang terletak di lereng gunung dengan kondisi alam yang subur. Banyak masyarakat di Kabupaten

Karanganyar bekerja di sektor pertanian. Jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian menempati urutan kedua setelah lain-lain. Berikut adalah data mengenai jumlah penduduk 10 tahun ke atas menurut mata pencaharian di Kabupaten Karanganyar tahun 2008-2010 berdasarkan data olahan registrasi penduduk 2010.

commit to user

Kabupaten Karanganyar Tahun 2008-2010 (Jiwa)

Mata Pencaharian

Petani Sendiri

134.175

134.487

135.557 Buruh Tani

10.312 Buruh Industri

104.798

105.536

107.063 Buruh Bangunan

6.269 PNS/TNI/POLRI

732.933 Sumber: Kabupaten Karanganyar dalam Angka, BPS 2011

Data Registrasi Penduduk 2010 yang dihimpun dari Data Kabupaten Karanganyar dalam Angka Tahun 2011 pada Tabel 1.1. menunjukkan dari tahun 2008 hingga tahun 2010 jumlah angkatan kerja di Kabupaten Karanganyar selalu meningkat. Pada tahun 2010 jumlah penduduk yang mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian (petani sendiri dan buruh tani) adalah sebesar 203.097 orang atau 27,71 % dari total jumlah angkatan kerja di Kabupaten Karanganyar. Jumlah ini meningkat dari jumlah angkatan kerja sektor pertanian pada tahun 2008 sebesar 202.794 orang dan tahun 2009 sebanyak 202.881 orang (BPS, 2011).

Sektor pertanian di Kabupaten Karanganyar sangat potensial untuk dikembangkan, terutama untuk meningkatkan pendapatan petani. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani adalah dengan meningkatkan akses permodalan petani. Sumber permodalan yang dapat diakses petani di Kabupaten Karanganyar beragam. Salah satu sumber permodalan yang dapat diakses petani adalah Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI yang disalurkan melalui BRI Cabang Karanganyar. Jumlah KKP-E BRI yang diakses petani di BRI Cabang Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 1.3. berikut.

commit to user

Karanganyar Tahun 2009-2011 (Rupiah)

Jenis Kredit

3.651.244.600 Sumber: BRI Cabang Karanganyar

Data yang diambil dari BRI Cabang Karanganyar, pada tahun 2009 jumlah KKP-E yang diakses kelompok petani adalah sebesar Rp 2.517.700.000,00. Pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp 3.756.407.100,00 disertai dengan penambahan jumlah kelompok tani pengakses KKP-E. Pada tahun 2011 jumlah KKP-E yang diakses kelompok tani mengalami penurunan menjadi Rp 3.651.244.600,00. Hal ini disebabkan oleh penunggakan yang dilakukan oleh beberapa kelompok tani sehingga pemberian skim kredit tidak dapat diteruskan. Oleh karena banyaknya KKP-E yang diakses petani di Kabupaten Karanganyar maka perlu rasanya dilakukan penelitian mengenai

Analisis Pengaruh Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) melalui BRI terhadap Pendapatan Petani Padi di Kabupaten

Karanganyar. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah dan bank pelaksana dalam hal ini BRI terkait kebijakan-kebijakan dalam mendukung upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.

B. Perumusan Masalah

Pertanian merupakan salah satu sektor yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Keberadaannya pun juga sebagai pendukung kelangsungan sektor lain, terlebih sektor industri. Dalam meningkatkan produksi pertanian dan peningkatan kesejahteraan petani, pemerintah melalui Kementerian Pertanian mencetuskan 7 Gema Revitalisasi Pertanian yang terdiri dari revitalisasi lahan, revitalisasi perbenihan dan perbibitan, revitalisasi infrastuktur dan sarana, revitalisasi pembiayaan petani, revitalisasi kelembagaan petani, dan revitalisasi teknologi dan industri hilir.

Sektor pertanian masih menghadapi banyak permasalahan, diantaranya keterbatasan permodalan petani dan pelaku usaha pertanian lain. Kebutuhan modal diperkirakan akan semakin meningkat di masa mendatang seiring

commit to user

dengan semakin melonjaknya harga input pertanian, baik pupuk, obat-obatan, maupun upah tenaga kerja. Kebutuhan pembiayaan di sektor pertanian, tidak hanya sebatas untuk keperluan investasi atau modal kerja, tetapi juga menghadapi tantangan lain berupa permasalahan infrastruktur pertanian (Ashari, 2009). Dalam upaya membantu petani mengatasi masalah kesulitan modal, Kementerian Pertanian mengembangkan berbagai skim kredit pertanian, seperti: Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), Kredit Pembangunan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP) dan Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS), serta memperluas pemanfaatan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebagai lembaga pembiayaan nasional tergerak untuk langsung berkontribusi memajukan agribisnis nasional dengan pemberian kredit pertanian. Salah satu skim kredit BRI yang sesuai dengan kebijakan pemerintah terkait dengan 7 Gema Revitalisasi Pertanian adalah Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E). KKP-E adalah kredit program berupa kredit investasi dan/atau modal kerja yang diberikan dalam rangka mendukung pelaksanaan Program Ketahanan Pangan dan Program Pengembangan Tanaman Bahan Baku Bahan Bakar Nabati. Melalui akses permodalan berupa KKP-E ini, diharapkan dapat membantu petani dalam meningkatkan produksi usaha taninya sehingga pendapatan petani ikut meningkat. Jumlah alokasi modal yang dicurahkan para petani untuk usaha

taninya berbeda-beda sehingga antara petani satu dengan yang lain mempunyai komposisi perubahan tingkat pendapatan yang berbeda. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh modal sendiri terhadap pendapatan petani pemilik dan penggarap di Kabupaten Karanganyar?

2. Bagaimana pengaruh Kredit Ketahanan Pangan dan Energi BRI terhadap pendapatan petani pemilik dan penggarap di Kabupaten Karanganyar?

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan yang ada, tujuan dari penelitian antara lain:

1. Untuk menganalisis pengaruh modal sendiri terhadap peningkatan pendapatan petani pemilik dan penggarap di Kabupaten Karanganyar.

2. Untuk mengkaji pengaruh Program Kredit Ketahanan Pangan dan Energi BRI terhadap peningkatan pendapatan petani pemilik dan penggarap di Kabupaten Karanganyar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian antara lain:

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk menambah pengetahuan mengenai hal-hal yang dikaji, selain itu penelitian ini juga merupakan sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan peningkatan pendapatan petani.

3. Bagi Bank Rakyat Indonesia, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan pelaksanaan kredit pertanian terkait perannya sebagai bank umum dan bank pelaksana program pemerintah.

4. Bagi petani, penelitian dapat dijadikan sebagai sumber pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan modal yang bersumber dari perbankan utamanya Kredit Ketahanan Pangan dan Energi,

5. Bagi pembaca, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan referensi serta bahan kajian mengenai penelitian yang sejenis atau penelitian lanjutan.

commit to user

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu dan Keterbaruan Penelitian

1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan penelitian. Penelitan-penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah kredit atau modal bergulir yang berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan petani. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis baca.

Hasil penelitian Manurung (1996) yang berjudul Dampak Kredit Bank Perkreditan Rakyat dalam Meningkatkan Perekonomian Pedesaan (Studi Kasus di Wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali) menyebutkan peranan kredit BPR terhadap usaha kecil dan masyarakat berpendapatan rendah akan dapat meningkatkan perekonomian pedesaan melalui peningkatan pendapatan dan/atau penciptaan kesempatan kerja bagi masyarakat di pedesaan. Kredit BPR berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan bersih para pengusaha kecil di pedesaan Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali terutama untuk kelompok pedagang. Kredit BPR berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan kesempatan kerja di Jawa Barat dan Jawa Timur, namun kredit BPR berpengaruh nyata terhadap

peningkatan kesempatan kerja di Bali. BPR berperan sebagai agent of development dalam memobilisasi perekonomian masyarakat pedesaan dan menjadi pendorong utama dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer khususnya untuk pembiayaan pendidikan.

Hasil penelitian Sembiring (2002) yang berjudul Analisis Peranan Kredit Bank Rakyat Indonesia (BRI) dalam Peningkatan Pendapatan Petani di Daerah Tingkat II Kabupaten Karo (Studi Kasus: Unit Bank Rakyat Indonesia Simpang Empat) menyebutkan peranan faktor produksi modal sangat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan petani, baik modal sendiri maupun modal kredit. Setiap penambahan modal sendiri

commit to user

sebesar Rp 1.000.000,00 akan meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 100.800,00. Penambahan kredit secara nyata akan meningkatkan pendapatan petani. Setiap penambahan modal sendiri dan modal kredit secara bersama-sama sebesar Rp 1.000.000,00 akan meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 133.900,00. Sehingga jelas bahwa pendapatan petani mengalami kenaikan setelah menerima kredit. Hasil rangkuman penelitian terdahulu secara singkat dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.

Hasil penelitian Setiawan (2005) yang berjudul Pengaruh Kredit, Luas Lahan, dan Penggunaan Pupuk terhadap Laba Bersih Petani Padi di Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar menyebutkan bahwa kredit, luas lahan, dan penggunaan pupuk ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap laba bersih. Semakin tinggi kredit yang diterima petani, maka laba usaha taninya juga akan semakin tinggi. Demikian juga dengan variable luas lahan dan penggunaan pupuk. Semakin tinggi luas lahan, maka laba usaha tani juga semakin tinggi. Semakin sedikit pupuk yang diberikan maka akan mengakibatkan terganggunya pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya akan memperkecil tingkat produktifitas padi.

Hasil penelitian Lely (2007) yang berjudul Pengaruh Modal Bergulir terhadap Peningkatan Pendapatan Petani Sayur di Kota Medan (Studi Kasus: Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan) menyebutkan ada perbedaan nyata pendapatan petani sayur sebelum dan setelah menggunakan modal bergulir. Pendapatan petani meningkat setelah adanya modal bergulir. Petani di daerah penelitian menggunakan modal bergulir untuk membeli benih, pupuk, dan obat-obatan.

commit to user

Peneliti

Judul

Inti Kajian Romulus Manurung (1996)

Dampak Kredit Bank Perkreditan Rakyat dalam Meningkatkan Perekonomian Pedesaan (Studi Kasus di Wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali)

a. Variabel kredit BPR berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan bersih pengusaha kecil di pedesaan Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali.

b. Variabel kredit BPR berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan kesempatan kerja di Jawa Barat dan Jawa Timur, namun kredit BPR berpengaruh nyata terhadap peningkatan kesempatan kerja di Bali.

Warga Sembiring (2002)

Analisis Peranan Kredit Bank Rakyat Indonesia (BRI) dalam Peningkatan Pendapatan Petani di Daerah Tingkat II Kabupaten Karo (Studi Kasus: Unit Bank Rakyat Indonesia Simpang Empat)

Variabel modal kredit berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan petani.

Rosadi Setiawan (2005)

Pengaruh Kredit, Luas Lahan, dan Penggunaan Pupuk terhadap Laba Bersih Petani Padi di Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar

Variabel kredit , luas lahan, penggunaan pupuk berpengaruh nyata terhadap peningkatan laba bersih petani.

Yenny Lely (2007)

Pengaruh Modal Bergulir terhadap Peningkatan Pendapatan Petani Sayur di Kota Medan (Studi Kasus: Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan)

Variabel modal bergulir berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan petani sayur.

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi mencantumkan kredit sebagai salah satu variabel yang berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan dan laba bersih petani.

commit to user

Variabel lain yang berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan dan laba bersih petani adalah luas lahan dan penggunaan pupuk. Berdasarkan penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa variabel kredit memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan dan laba bersih petani.

2. Keterbaruan Penelitian

Berdasarkan empat penelitian di atas, variabel kredit berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan dan keuntungan usaha tani. Pada keempat penelitian tersebut hanya dibahas kredit secara keseluruhan dan tidak ada spesifikasi jenis skim kredit. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) merupakan salah satu jenis program kredit yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui Kementerian Pertanian yang penyalurannya dilakukan oleh bank pelaksana. KKP-E merupakan penyempurnaan dari Kredit Ketahanan Pangan (KKP) yang sudah berjalan sejak Oktober 2000 dan disempurnakan menjadi KKP-E pada Oktober 2007. KKP-E tergolong jenis program kredit baru sehingga belum banyak peneliti yang meneliti mengenai KKP-E, termasuk kaitan KKP-E dengan peningkatan pendapatan petani. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh KKP-E terhadap peningkatan pendapatan petani di Kabupaten Karanganyar.

B. Landasan Teori

1. Pertanian

a. Pengertian Pertanian

Mardikanto (2007) menyatakan bahwa pertanian merupakan usaha turut campur-tangan manusia dalam perkembangan tanaman atau hewan, agar dapat lebih baik memenuhi kebutuhan dan memperbaiki kehidupan keluarga dan atau masyarakatnya. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam hayati dalam agroekosistem yang sesuai dan berkelanjutan, dengan bantuan teknologi,

commit to user

modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat.

Pertanian mempunyai dua pengertian, yaitu pertanian dalam arti sempit dan pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti sempit dapat dikatakan sebagai pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga dimana produksinya bahan makanan utama seperti beras, palawija, tanaman sayuran dan buah-buahan. Pada umumnya sebagian hasil pertanian rakyat adalah untuk dikonsumsi keluarga. Adapun petanian dalam arti luas adalah banyak sekali macamnya, yaitu (1) pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit, (2) perkebunan, termasuk didalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar, (3) kehutanan, (4) peternakan, (5) perkebunan baik perikanan darat maupun perikanan laut.

Usaha tani dapat didefinisikan sebagi himpunan dari sumber- sumber alam yang terdapat ditempat itu, yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tumbuhan, tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan diatas tanah tersebut. Usaha tani produktif berarti usaha tani itu produktivitasnya tinggi. Pengertian produktivitas ini, secara teknis merupakan perkalian antara efisien dan kapasitas. Efisien mengukur banyaknya output yang diperoleh dari suatu input. Sementara kapasitas menggambarkan kemampuan yang dapat memberikan hasil produksi bruto yang sebesar-besarnya pada teknologi tertentu (Mubyarto, 1977).

Antara (1994) berpendapat bahwa peningkatan produksi pertanian akan berpengaruh pada petani. Dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, sering diharapkan pada permasalahan pengetahuan petani yang masih relatif rendah, keterbatasan modal, lahan garapan yang sempit serta kurangnya ketrampilan petani yang nantinya akan berpengaruh pada penerimaan petani.

commit to user

b. Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian tidak terlepas dari pengembangan kawasan pedesaan yang menempatkan pertanian sebagai penggerak utama perekonomian. Lahan, potensi tenaga kerja, dan basis ekonomi lokal pedesaan menjadi faktor utama pengembangan pertanian. Saat ini disadari bahwa pembangunan pertanian tidak saja bertumpu di desa tetapi juga diperlukan integrasi dengan kawasan dan dukungan sarana serta prasarana yang berada di perkotaan. Struktur perekonomian wilayah merupakan faktor dasar yang membedakan suatu wilayah dengan wilayah lainnya, perbedaan tersebut sangat erat kaitannya dengan kondisi dan potensi suatu wilayah dari segi fisik lingkungan, sosial ekonomi dan kelembagaan. Menurut Santoso, et al., (2005), pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan memperluas penganekaragaman hasil pertanian. Hal ini berguna untuk memenuhi kebutuhan pangan serta meningkatkan pendapatan, taraf hidup, dan kesejahteraan petani

Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan pertanian adalah tercapainya peningkatan pendapatan petani yang hidup di pedesaan. Jumlah, ragam, serta mutu konsumsi masyarakat terus bertambah, baik konsumsi bahan pokok maupun konsumsi terhadap barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor non pertanian.

Keberhasilan pembangunan tidak selalu dapat menciptakan perluasan lapangan kerja dan kesempatan kerja maka untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional diperlukan pertumbuhan sektor-sektor lain yang memerlukan dukungan dari sektor pertanian, terutama yang menyangkut kebutuhan modal (investasi dan modal kerja), kebutuhan tenaga kerja, serta tersedianya bahan baku yang dihasilkan oleh sektor pertanian (Mardikanto, 2008).

Menurut Ashari (2009) walaupun perannya sangat strategis, sektor pertanian masih menghadapi banyak permasalahan, diantaranya keterbatasan permodalan petani dan pelaku usaha pertanian lain.

commit to user

Kebutuhan modal diperkirakan akan semakin meningkat di masa mendatang seiring dengan semakin melonjaknya harga input pertanian, baik pupuk, obat-obatan, maupun upah tenaga kerja. Kebutuhan pembiayaan di sektor pertanian, tidak hanya sebatas untuk keperluan investasi atau modal kerja, tetapi juga menghadapi tantangan lain berupa permasalahan infrastruktur pertanian. Perbankan nasional memiliki posisi dan peranan sangat penting dalam menggerakkan perekonomian Indonesia, karena perbankan menjadi sumber utama pembiayaan berbagai sektor usaha, termasuk pertanian.

2. Lembaga Keuangan Perbankan

Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting dalam perekonomian, terutama dalam sistem pembayaran moneter. Secara umum, bank didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Fungsi perbankan ini bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak (Ashari, 2009).

Bank adalah suatu lembaga yang lahir karena fungsinya sebagai agent of trust dan agent of development. Yang dimaksud sebagai agent of trust adalah suatu lembaga perantara (intermediary) yang dipercaya untuk melayani segala kebutuhan dari dan untuk masyarakat. Sedangkan sebagai agent of development bank adalah sebagai lembaga perantara yang dapat mendorong kemajuan pembangunan melalui fasilitas kredit dan kemudahan-kemudahan pembayaran serta penarikan dalam proses transaksi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi.

Berdasarkan definisi tersebut bank sebagai lembaga perantara dapat membawa dampak ekonomi yang sangat berarti seperti penghimpun dan penyalur dana, mempermudah pembayaran, peningkatan lapangan kerja, pemerataan penghasilan, dan stabilitator pembangunan. Penggolongan bank

commit to user

di Indonesia terdiri dari Bank Sentral/Bank Indonesia, Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat, Bank berdasarkan Prinsip Syariah, dan Bank Devisa. Penggolongan lembaga keuangan bank di Indonesia meliputi: Bank Sentral/Bank Indonesia, Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) dan Bank Asing, Bank Campuran, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) serta Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) dan Usaha-Usaha Lembaga keuangan (Panggabean, 2002).

Menurut Sutaryono (2009) dalam Ashari (2010), ada beberapa kendala yang dihadapi perbankan nasional dalam menyalurkan kredit ke sektor pertanian, diantaranya: (1) sektor pertanian sangat tergantung pada musim sehingga dipandang mempunyai resiko tinggi, (2) tata niaga komoditas pertanian banyak yang belum tertata sehingga harga selalu naik turun dan tidak ada kepastian, dan (3) sebagian dana yang terhimpun perbankan bersifat jangka pendek (short term funding), sedangkan kredit pertanian sebagian besar berjangka relatif panjang (long term loan). Akibatnya terjadi ketidaksesuaian dalam waktu antara pendanaan dan kredit. Beberapa hal ini menyebabkan alokasi kredit untuk pertanian cenderung rendah sehingga perlu adanya kredit program untuk pertanian.

3. Kredit Pertanian

Salah satu langkah terobosan yang dilakukan untuk meningkatkan upaya pemberdayaan petani adalah meningkatkan aksesibilitas terhadap modal kerja melalui penyediaan skim-skim kredit yang merangsang pengembangan usaha agribisnis skala kecil, menengah, dan koperasi. Skim- skim kredit yang dikembangkan tersebut diupayakan mempunyai plafon unit usaha yang cukup, cakupan input dan komoditas yang lebih banyak, bunga yang murah serta prosedur pemanfaatannya yang cukup sederhana (Solahudin, 2009).

Pentingnya kredit dalam pembangunan pertanian Indonesia terkait dengan tipologi petani yang sebagian besar merupakan petani kecil dengan penguasaan lahan yang sempit, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan pemupukan modal untuk investasi pada teknologi baru. Dengan

commit to user

demikian dukungan pembiayaan harus dilakukan. Syukur, et al., (1998) menyatakan bahwa peran kredit sebagai pelancar pembangunan pertanian antara lain: (1) Membantu petani kecil dalam mengatsi keterbatasan modal dengan bunga yang relatif ringan, (2) Mengurangi ketergantungan petani dengan pedagang perantara dan pelepas uang, dengan demikian berperan dalam memperbaiki struktur dan pola pemasaran hasil pertanian, (3) Mekanisme tranfer pendapatan diantara masyarakat untuk mendorong pemerataan, (4) Insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi usahatani.

Arsyad (2004) menganalisis syarat-syarat pembangunan pertanian jika pertanian akan dikembangkan dengan baik. Mosher mengelompokkan syarat-syarat pembangunan tersebut menjadi dua yaitu syarat-syarat mutlak dan syarat-syarat pelancar. Syarat mutlak terdiri dari: adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani, teknologi yang senantiasa berkembang, tersedianya bahan-bahan dan alat produksi secara lokal, adanya perangsang produksi bagi petani, dan tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu. Di samping kelima syarat mutlak tersebut, ada lima syarat yang keberadaanya tidak mutlak tetapi apabila ada memperlancar pembangunan pertanian. Syarat-syarat pelancar tersebut antara lain: pendidikan pembangunan, kegiatan gotong royong petani, perbaikan dan perluasan tanah pertanian, perencanaan nasional pembangunan pertanian, dan kredit produksi.