Pendahuluan AKTIVITAS PUBLIC RELATIONS DALAM RANGKA MEMBINA HUBUNGAN BAIK DENGAN MEDIA MASSA 1

AKTIVITAS PUBLIC RELATIONS DALAM RANGKA MEMBINA HUBUNGAN BAIK DENGAN MEDIA MASSA Oleh: Lena Satlita Abstrak Media massapers memiliki kekuatan untuk mempengaruhi opini khalayak dan menimbulkan citra positifnegatif pihak-pihak yang diberitakannya. Karena peran media massa yang besar bagi keberlangsungan suatu institusi, tidak selayaknya lagi ada institusi yang menutup diri dari media massa. Dengan memahami prinsip-prinsip hubungan media massa akan berdampak sangat positif sebab di era keterbukaan, era informasi, mereka yang mampu menguasai informasi dan media massa bakal menjadi pemenang dalam setiap persaingan. Setiap institusi perlu mengoptimalkan fungsi dan peran public relation humas nya dalam membina hubungan baik dengan media massa, agar tidak menjadi sasaran tembak media massa tetapi mampu memanfaatkan media massa untuk membangun reputasinya. Melalui berbagai aktivitas kehumasan yang terencana, hubungan baik dengan media massa akan terjalin dengan baik dan menguntungkan kedua belah pihak.

A. Pendahuluan

Pada zaman modern sekarang ini, peranan media massapers termasuk radio dan televisi yang begitu ampuh dalam penyebarluasan informasi tidak mungkin diabaikan oleh organisasiinstitusilembagaperusahaan apapun. Sifat keserempakan yang menjadi ciri media massa, memungkinkan publik khalayak yang jumlahnya ratusan ribu, bahkan jutaan pada saat yang sama secara bersama-sama memperhatikan suatu pesan yang disampaikan oleh media massa. Karena dikonsumsi oleh massa yang amat heterogen, pers pun mampu membentuk opini khalayak dan menimbulkan citra pihak-pihak yang diberitakannya. Opini dan citra khalayak yang muncul bisa sangat positif, tetapi bisa pula sangat negatif. Citra positif muncul karena isi pesan yang positif sehingga membentuk persepsi positif khalayak sedangkan citra negatif muncul karena pesan yang muncul pun negatif. Citra dari opini yang muncul tidak bisa diabaikan begitu saja, karena opini yang terbentuk bisa berbeda dengan kenyataan yang ada. Apa yang sudah dibangun dengan baik, dapat seketika runtuh karena perantaraan media. Karena memiliki kekuatan untuk mempengaruhi opini publik, media massa dinegara-negara maju, sudah dianggap sebagai kekuatan ke empat setelah eksekutif, legislatif dan yudikatif Abdullah, 2000:4. Sejalan dengan arus reformasi, wajah pers Indonesia kini sungguh lain dengan pers Indonesia sebelumnya. Selain dari sisi kebebasan berekspresi, makin kritisnya insan pers, jumlah penerbitan pers pun meningkat secara drastis. Fungsi kontrol media massa yang pada masa lalu tidak jalan, kini di jamin pemerintah. Konsekuensi dari kondisi ini, maka tidak tertutup kemungkinan siapapun organisasi maupun individu, bakal menjadi sasaran tembak media massa. Banyak pihak-pihak perusahaan, instansi pemerintah, pejabat, artis, dll yang menjadi bulan-bulanan pemberitaaan media massa karena perusahaan tersebut atau pejabat tertentu terlibat korupsi, terjadi pemogokan karyawan, perceraian, dll sehingga terbentuk persepsi negatif masyarakat terhadap pihak-pihak tersebut. Di sisi lain, banyak pula pihak- pihak yang ”diuntungkan” dengan berbagai pemberitaan positif dari media massa sehingga pihak-pihak tersebut menjadi populer, dikenal sebagai tokoh yang simpatik, dermawan atau perusahaan yang memiliki kepedulian dengan lingkungannya. Pemberitaan berbagai media massa di bulan November 2004, tentang reaksi negatif masyarakat terhadap Juru bicara jubir Presiden yang terlalu cepat mengadakan jumpa pers untuk menjelaskan tentang kasus kecelakaan beruntun yang memakan korban 6 orang meninggal di jalan tol Jagorawi ketika Presiden akan melewati jalan tersebut, menunjukkan bahwa berkomunikasi lewat media massa perlu dipersiapkan secara matang. Jubir yang bermaksud baik untuk mengklarifikasikan apa yang terjadi dalam kecelakaan tersebut, dianggap terlalu cepat memvonis siapa yang bersalah dalam kejadian tersebut, melanggar asas praduga karena belum ada proses pembuktian peradilan, menunjukan aroganitas kekuasaan. Jubir Presiden yang bertugas mengelola informasi dan hubungan media massa dan penyampaian informasi kepresidenan kepada masyarakat umum yang sekaligus sebagai PR Presiden, dalam kasus tersebut bukan saja dipertanyakan kemampuannya, kredibilitasnya, kewenangannya berbicara tentang persoalan kecelakaan lalu lintas, terlebih lagi sebagai PR, Sang Jubir hampir menjatuhkan citrareputasi dari Presiden. Berkat kesigapan Presiden dengan meminta aparat yang berwenang untuk mengadakan investigasi tentang kasus tersebut, membuat kasus tersebut tidak lagi jadi bulan bulanan media massa. Agar suatu organisasi dapat memanfaatkan media massa, dapat menjadi pemenang melalui opini publik maupun publisitas yang di ciptakan melalui media massa, setiap organisasi perlu memahami bagaimana membina hubungan baik dengan media massa. Setiap organisasi melalui lembaga atau petugas Public RelationsHumas- nya, perlu menguasai seluk beluk media massa, perlu memahami prinsip-prinsip dan kiat-kiat berhubungan dengan media massa. Munculnya berita di media massa sangat bergantung pada kepiawaian seorang petugas Public Relations PRO dalam menyiasati media massa. PRO yang menguasai prinsip-prinsip public relations dan media relations yang baik mampu memanfaatkan media massa untuk membangun citra dan reputasi yang positif, sebaliknya PRO yang tidak memiliki kemampuan tersebut, berakibat sebaliknya.

B. Public Relations dan Media Massa Pers.