Hubungan Penatalaksanaan Penanganan Gawat Darurat dengan Waktu Tanggap (Respon Time) Keperawatan di Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Permata Bunda 2014

(1)

HUBUNGAN PENATALAKSANAAN PENANGANAN GAWAT DARURAT DENGAN WAKTU TANGGAP (RESPON TIME) KEPERAWATAN

DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA TAHUN 2014

TESIS

Oleh

RAUFEN RISSAMDANI 127032023 / IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

CORRELATION BETWEEN THE MANAGEMENT OF HANDLING EMERGENCY AND RESPONDING TIME IN NURSING CARE

IN THE IGD OF PERMATA BUNDA HOSPITAL, IN 2014

THESIS

By

RAUFEN RISSAMDANI 127032023/IKM

MASTER IN PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

HUBUNGAN PENATALAKSANAAN PENANGANAN GAWAT DARURAT DENGAN WAKTU TANGGAP (RESPON TIME) KEPERAWATAN

DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA TAHUN 2014

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

RAUFEN RISSAMDANI 127032023/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : HUBUNGAN PENATALAKSANAAN

PENANGANAN GAWAT DARURAT DENGAN WAKTU TANGGAP (RESPON TIME)

KEPERAWATAN DI RUANG INSTALASI

GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA 2014

Nama Mahasiswa : Raufen Rissamdani Nomor Induk Mahasiswa : 127032023

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui KomisiPembimbing

(Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, M.P.H) (Drs. Amru Nasution, M.Kes

Ketua Anggota

)

Dekan

( Dr. Drs. Surya Utama, M.S )


(5)

Telah Diuji

Pada Tanggal : 10 Maret 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, M.P.H Anggota : 1. Drs. Amru Nasution, M.Kes

2. dr. Heldy BZ, M.P.H


(6)

PERNYATAAN

HUBUNGAN PENATALAKSANAAN PENANGANAN GAWAT DARURAT DENGAN WAKTU TANGGAP (RESPON TIME) KEPERAWATAN

DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA TAHUN 2014

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Maret 2015

Raufen Rissamdani 127032023/IKM


(7)

ABSTRAK

Waktu tanggap adalah Kecepatan dan ketepatan pelayanan di suatu rumah sakit yang dapat memberikan keyakinan kepada pelanggan agar selalu menggunakan jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut. Kecepatan dan ketepatan pelayanan di Ruang dari berbagai kendala yang salah satunya adalah kendala dalam Pelaksanaan pelayanan gawat darurat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Penatalaksanaan Penanganan Gawat Darurat dengan Waktu Tanggap Keperawatan di Ruang

Penelitian ini bersifat analitik dengan desain penelitian cross sectional. Populasi untuk variabel penatalaksanaan penanganganan gawat darurat adalah semua perawat, penanggung jawab dan pelaksana yang bertugas di IGD Rumah Sakit Permata Bunda Medan sedangkan populasi untuk variabel waktu tanggap adalah semua pasien yang masuk IGD Rumah Sakit Permata Bunda. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 34 orang. Analisa data dilakukan dengan analisa univariat dan analisa bivariat.

Hubungan aspek kuantitatif pelayanan dengan kecepatan waktu tanggap adalah sangat kuat (r=0,880) dan signifikan (p=0,021). Hubungan aspek kuantitatif pelayanan dengan ketepatan waktu tanggap adalah cukup kuat (r=0,549) dan signifikan (p=0,001). Hubungan aspek kualitatif pelayanan dengan kecepatan waktu tanggap adalah rendah (r=0,243) dan signifikan (p=0,017). Hubungan kualitatif pelayanan dengan ketepatan waktu tanggap adalah cukup kuat (r=0,421) dan signifikan (p=0,13).

Berdasarkan penelitian ini disarankan agar pihak Rumah Sakit Permata Bunda dapat mengadakan perbaikan dalam segi pelayanan. Salah satunya dilakukan program-program pendidikan dan pelatihan terhadap tenaga kesehatan secara berkala serta meningkatkan pengawasan bersifat menyeluruh dan berkelanjutan oleh kepala IGD mengenai tenaga kesehatan.


(8)

ABSTRACT

Responding time is the swiftness and the punctuality of service in a hospital which can give customers confidence in using the hospital health service. The swiftness and the punctuality of service in the Intensive Care Unit (ICU) of Permata Bunda Hospital, in 2014 are closely related to various obstacles; one of them is the implementation of emergency service. The objective of the research was to find out the correlation between the management of handling emergency and responding time in nursing care in the ICU of Permata Bunda Hospital, in 2014.

The research used an analytic method with cross sectional design. The population for the variable of handling emergency service was all nurses, the person in charge, and administrator in the ICU of Permata Bunda Hospital, Medan, while the population for the variable of responding time was all patients in the ICU, and 34 of them were used as the samples. The data were analyzed by using univatriate analysis and bivatriate analysis.

The correlation between the quantitative aspects of service and the swiftness of responding time was very strong (r = 0.880) and significant (p = 0.021), the correlation between quantitative aspect of service and accuracy of responding time was very strong (r = 0.549) and significant (p = 0.001), the correlation between qualitative aspect of service and the swiftness of responding time was weak (r = 0.243) but significant (p = 0.017), and the correlation between qualitative aspect of service and the accuracy of responding time was fairly strong (r = 0.421) and significant (p = 0.13).

It is recommended that the management of the hospital improve their services by providing education, training and counseling programs for health care providers regularly and the Head of ICU improves supervision for health care providers completely and sustainably.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah YME, karena atas segala karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul ” Hubungan Penatalaksanaan Penanganan Gawat Darurat dengan Waktu Tanggap (Respon Time) Keperawatan di Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Permata Bunda 2014”. Secara khusus penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan kasih sayang yang tidak terhingga kepada Ibunda Hj. Jasmi Rivai,SH ,serta ayahanda H. Prof.Dr. Ediwarman, SH,M.Hum yang telah memberikan doa, dukungan, serta semangat yang luar biasa kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini,.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Bencana pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa bantuan, dukungan, bimbingan, dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini izinkanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu. DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(10)

3. Ibu Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan masukan dan saran dalam penulisan tesis ini.

4. Bapak Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, M.P.H selaku Ketua Komisi Pembimbing yang penuh perhatian, kesabaran, ketelitian dalam memberikan bimbingan dan arahan serta meluangkan waktu sejak penyusunan proposal hingga selesai tesis ini.

5. Bapak Drs. Amru Nasution, M. Kes selaku Anggota Komisi Pembimbing yang penuh perhatian, kesabaran, ketelitian dalam memberikan bimbingan dan arahan serta meluangkan waktu sejak penyusunan proposal hingga selesai tesis ini.

6. Bapak dr. Heldy BZ, M.P.H selaku Ketua Komisi Penguji yang telah memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan tesis ini.

7. Bapak dr. Mhd. Makmur Sinaga, M.S selaku Anggota Komisi Penguji yang telah memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan tesis ini.

8. Seluruh dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.

9. Kepala Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan seluruh staf rumah sakit yang telah membantu saya dalam melakukan penelitian ini.


(11)

10.Istri Indah Pratiwi dan anakku Assyifa Zahra yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil kepada penulis serta doa yang tidak terbatas. 11.Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman Minat Studi

Administrasi Rumah Sakit Angkatan 2012 Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang selama ini selalu saling memberi semangat, menjaga keharmonisan, kekompakan demi kelancaran perkuliahan sampai tugas akhir selesai dan memberi dukungan kepada penulis agar bisa menyelesaikan pendidikan ini tepat waktu.

Hanya Tuhan YME yang senantiasa dapat memberikan balasan atas kebaikan yang telah diperbuat. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, Maret 2015 Penulis

Raufen Rissamdani 127032023 / IKM


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Raufen Rissamdani, lahir di Medan pada tanggal 21 November 1982, anak pertama dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal penulis dimulai dari Sekolah Dasar di SD Swasta Khalsa pada tahun 1989 - 1995, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 pada tahun 1996-1998, Sekolah Menengah Atas di SMA Harapan pada tahun 1999 – 2001 dan Fakultas Kedokteran UISU pada tahun 2001 - 2008.

Riwayat pekerjaan penulis pada tahun 1998-1999 bekerja sebagai asisten Patologi Klinik di UMSU. Pada tahun 1998-2000 bekerja sebagai dokter Klinik Universitas Medan Area. Pada tahun 1999-2000 bekerja sebagai dokter Klinik Spesialis Bunda. Pada tahun 1999-sekarang bekerja sebagai dokter IGD Rumah Sakit Permata Bunda

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara pada tahun 2012-2015.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Hipotesis ... 8

1.5. Manfaat Penelitian ... 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Penatalaksanaan Pelayanan Gawat Darurat ... 10

2.1.1. Pengertian ... 10

2.1.2. Standar Pelayanan Gawat Darurat ... 12

2.1.3. Indikator Instalasi Gawat Darurat ... 21

2.1.4. Prosedur Instalasi Gawat Darurat ... 21

2.2. Waktu Tanggap (Respon Time) ... 22

2.2.1. Pengertian ... 22

2.2.2. Faktor yang Memengaruhi Waktu Tanggap ... 25

2.3. Penelitain Terdahulu ... 29

2.4. Landasan Teori ... 30

2.4.1. Teori Kinerja ... 30

2.5. Kerangka Konsep ... 31

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 36

3.1. Jenis Penelitian ... 36

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

3.3. Populasi dan Sampel ... 37

3.3.1. Populasi ... 37

3.3.2. Sampel ... 37

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 38

3.4.1. Uji Validitas ... 38


(14)

3.5. Definisi Operasional ... 41

3.5.1. Waktu Tanggap ... 41

3.5.2. Kecepatan Pelayanan ... 41

3.5.3. Ketepatan Pelayanan ... 41

3.5.4. Pelaksanaan Pelayanan Gawat Darurat ... 41

3.5.5. Aspek Kuantitatif Standar Pekerjaan ... 42

3.5.6. Aspek Kualitatif Standar Pekerjaan ... 42

3.6. Metode Pengukuran ... 43

3.6.1. Metode Pengukuran Variabel Independen (X) ... 43

3.6.2. Metode Pengukuran Variabel Dependen (Y) ... 53

3.7. Metode Analisa Data ... 53

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 56

4.1. Gambaran Umum RUmah Sakit Permata Bunda Medan ... 56

4.1.1. Kedudukan dan Tugas Pokok ... 56

4.1.2. Fungsi ... 56

4.1.3. Standar Organisasi ... 57

4.1.4. Visi, Misi dan Motto ... 57

4.1.5. Sumber Daya Manusia ... 58

4.1.6. Data Tingkat Pendidikan Perawat IGD ... 59

4.1.7. Sejarah Berdiri ... 59

4.1.8. Nilai-nilai Rumah Sakit Permata Bunda Medan ... 62

4.2. Statistik Deskriptif ... 63

4.2.1. Deskriptif Aspek Kuantitatif Pelayanan ... 63

4.2.2. Deskriptif Aspek Kualitatis Pelayanan ... 64

4.3. Analisis Bivariat ... 65

4.3.1. Hubungan Dimensi Variabel Penatalaksanaan Penanganan Gawat Darurat dengan Waktu Tanggap ... 66

4.4. Analisis Multivariat Korelasi (Analisis Ganda atau R) ... 73

BAB 5. PEMBAHASAN ... 76

5.1. Hubungan Penatalaksanaan Penanganan Gawat Darurat dengan Waktu Tanggap Keperawatan di Ruang 76 5.1.1. Hubungan Dimensi Kuantitatif Pekerjaan dengan Kecepatan Waktu Tanggap Keperawatan di Ruang 2014 ... 76

5.1.2. Hubungan Aspek Dimensi Kuantitatif Pekerjaan dengan Ketepatan Waktu Tanggap Keperawatan di Ruang Bunda 2014 ... 78


(15)

5.1.3. Hubungan Dimensi Kualitatif Pekerjaan dengan Kecepatan Waktu Tanggap Keperawatan di Ruang

2014 ... 80

5.1.4. Hubungan Dimensi Kualitatif Pekerjaan dengan Ketepatan Waktu Tanggap Keperawatan di Ruang 2014 ... 81

5.1.5. Analisa Multivariat Korelasi Dimensi Kuantitatif Pekerjaan (X1) dan Dimensi Kualitatif Pekerjaan (X2) dengan Waktu Tanggap (Y) ... 82

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 85

6.1. Kesimpulan ... 85

6.2. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88


(16)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1. Gambaran Waktu Tanggap Pelayanan IGD ... 6

3.1. Komposisi Sampel ... 38

3.2. Pengukuran Variabel Independen (X) ... 43

3.3. Pengukuran Variabel Dependen (Y) ... 53

3.4. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 54

4.1. Sumber Daya Manusia RS Permata Bunda Medan ... 58

4.2. Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Permata Bunda Medan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Perawat IGD ... 59

4.3. Hasil Statistik Deskriptif ... 63

4.4. Tabulasi Silang Dimensi Kuantitatif Pelayanan dengan Kecepatan Waktu Tanggap ... 66

4.5. Tabulasi Silang Dimensi Kuantitatif Pelayanan dengan Ketepatan Waktu Tanggap ... 68

4.6. Tabulasi Silang Dimensi Kualitatif Pelayanan dengan Kecepatan Waktu Tanggap ... 70

4.7. Tabulasi Silang Dimensi Kualitatif Pelayanan dengan Ketepatan Waktu Tanggap ... 72

4.8. Interpretasi Koefisien Korelasi ... 74

4.9. Identifikasi variabel dominan Hubungan Penatalaksanaan Gawat Darurat dengan Waktu Tanggap Keperawatan Di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Permata Bunda 2014 ... 74


(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 92

2. Lembar Observasi ... 99

3. Hasil SPSS ... 101

4. Surat Izin Penelitian ... 112


(19)

ABSTRAK

Waktu tanggap adalah Kecepatan dan ketepatan pelayanan di suatu rumah sakit yang dapat memberikan keyakinan kepada pelanggan agar selalu menggunakan jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut. Kecepatan dan ketepatan pelayanan di Ruang dari berbagai kendala yang salah satunya adalah kendala dalam Pelaksanaan pelayanan gawat darurat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Penatalaksanaan Penanganan Gawat Darurat dengan Waktu Tanggap Keperawatan di Ruang

Penelitian ini bersifat analitik dengan desain penelitian cross sectional. Populasi untuk variabel penatalaksanaan penanganganan gawat darurat adalah semua perawat, penanggung jawab dan pelaksana yang bertugas di IGD Rumah Sakit Permata Bunda Medan sedangkan populasi untuk variabel waktu tanggap adalah semua pasien yang masuk IGD Rumah Sakit Permata Bunda. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 34 orang. Analisa data dilakukan dengan analisa univariat dan analisa bivariat.

Hubungan aspek kuantitatif pelayanan dengan kecepatan waktu tanggap adalah sangat kuat (r=0,880) dan signifikan (p=0,021). Hubungan aspek kuantitatif pelayanan dengan ketepatan waktu tanggap adalah cukup kuat (r=0,549) dan signifikan (p=0,001). Hubungan aspek kualitatif pelayanan dengan kecepatan waktu tanggap adalah rendah (r=0,243) dan signifikan (p=0,017). Hubungan kualitatif pelayanan dengan ketepatan waktu tanggap adalah cukup kuat (r=0,421) dan signifikan (p=0,13).

Berdasarkan penelitian ini disarankan agar pihak Rumah Sakit Permata Bunda dapat mengadakan perbaikan dalam segi pelayanan. Salah satunya dilakukan program-program pendidikan dan pelatihan terhadap tenaga kesehatan secara berkala serta meningkatkan pengawasan bersifat menyeluruh dan berkelanjutan oleh kepala IGD mengenai tenaga kesehatan.


(20)

ABSTRACT

Responding time is the swiftness and the punctuality of service in a hospital which can give customers confidence in using the hospital health service. The swiftness and the punctuality of service in the Intensive Care Unit (ICU) of Permata Bunda Hospital, in 2014 are closely related to various obstacles; one of them is the implementation of emergency service. The objective of the research was to find out the correlation between the management of handling emergency and responding time in nursing care in the ICU of Permata Bunda Hospital, in 2014.

The research used an analytic method with cross sectional design. The population for the variable of handling emergency service was all nurses, the person in charge, and administrator in the ICU of Permata Bunda Hospital, Medan, while the population for the variable of responding time was all patients in the ICU, and 34 of them were used as the samples. The data were analyzed by using univatriate analysis and bivatriate analysis.

The correlation between the quantitative aspects of service and the swiftness of responding time was very strong (r = 0.880) and significant (p = 0.021), the correlation between quantitative aspect of service and accuracy of responding time was very strong (r = 0.549) and significant (p = 0.001), the correlation between qualitative aspect of service and the swiftness of responding time was weak (r = 0.243) but significant (p = 0.017), and the correlation between qualitative aspect of service and the accuracy of responding time was fairly strong (r = 0.421) and significant (p = 0.13).

It is recommended that the management of the hospital improve their services by providing education, training and counseling programs for health care providers regularly and the Head of ICU improves supervision for health care providers completely and sustainably.


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja. Kondisi ini menuntut kesiapan petugas kesehatan untuk mengantisipasi kejadian itu. Bila kita cermati kematian-kematian karena henti jantung dan henti nafas selama ini cukup banyak khususnya pada area Pre Hospital. Manajemen pertolongan keadaan gawat darurat pada area tersebut sampai saat masih sangat menyedihkan. Banyak kematian-kematian di masyarakat yang mestinya bisa dicegah bila kita punya kepedulian terhadap masalah tersebut.

Pelayanan kesehatan ke gawat daruratan merupakan hak asasi sekaligus kewajiban yang harus diberikan perhatian penting oleh setiap orang. Pemerintah dan segenap masyarakat bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ke gawat daruratan sebagai bagian utama dari pembangunan kesehatan sehingga pelaksanaannya tidak sporadik dan memiliki sistem pelayanan yang terstruktur (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

Pada tahun 2007 data kunjungan pasien ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) di seluruh Indonesia mencapai 4.402.205 (13,3% dari total seluruh kunjungan di RSU) dengan jumlah kunjungan 12% dari kunjungan IGD. Jumlah yang signifikan ini kemudian memerlukan perhatian yang cukup besar dengan pelayanan pasien gawat darurat (Keputusan Menteri Kesehatan, 2009).


(22)

Rumah sakit di Indonesia memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan pelayanan gawat darurat 24 jam sehari sebagai salah satu persyaratan ijin rumah sakit. Pengaturan pelayanan gawat darurat untuk fase rumah sakit telah terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.159b/1988 tentang Rumah Sakit, di mana dalam pasal 23 telah disebutkan kewajiban rumah sakit untuk menyelenggarakan pelayanan gawat darurat selama 24 jam per hari.

Mengacu kepada kondisi pelayanan ke gawat darutan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006) menyebutkan perawat gawat darurat mempunyai peran dan fungsi: a) fungsi independen yaitu fungsi mandiri berkaitan dengan pemberian asuhan (care), b) fungsi dependen yaitu fungsi yang di delegasikan sepenuhnya atau sebagian dari profesi lain, c) fungsi kolaboratif yaitu melakukan kerja sama saling membantu dalam program kesehatan (perawat sebagai anggota tim kesehatan).

Pengaturan Penyelenggaraan Pelayanan Gawat Darurat Ketentuan tentang pemberian pertolongan dalam keadaan darurat telah tegas di atur dalam pasal 5l UUNo.29/2004 tentang Praktik Kedokteran di mana seorang dokter wajib melakukan pertolongan darurat atas dasar peri kemanusiaan. Dalam UU No.44/2009 tentang kesehatan tidak disebutkan pelayanan gawat darurat namun secara tersirat upaya penyelenggaraan pelayanan tersebut merupakan hak setiap orang untuk mendapatkan kesehatan.

Kejadian gawat darurat dapat di artikan sebagai keadaan di mana seseorang memerlukan pertolongan segera karena apabila tidak mendapat pertolongan dengan


(23)

segera maka dapat mengancam jiwanya atau menimbulkan kecacatan permanen. Unsur penyebab kejadian gawat darurat antara lain karena terjadinya kecelakaan lalu lintas, penyakit, kebakaran maupun bencana alam. Kasus gawat darurat karena kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian utama di daerah perkotaan (Arif, 2007).

Instalasi Gawat Darurat sebagai gerbang utama penanganan kasus gawat darurat di rumah sakit memegang peranan penting dalam upaya penyelamatan hidup klien. Wilde (2009) telah membuktikan secara jelas tentang pentingnya waktu tanggap bahkan pada pasien selain penderita penyakit jantung. Mekanisme waktu tanggap di samping menentukan keluasan rusaknya organ-organ dalam, juga dapat mengurangi beban pembiayaan. Kecepatan dan ketepatan pertolongan yang diberikan pada pasien yang datang ke IGD memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan waktu tanggap yang cepat dan penanganan yang tepat. Hal ini dapat di capai dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya manusia dan manajemen IGD rumah sakit sesuai standar (Keputusan Menteri Kesehatan, 2009).

Salah satu indikator keberhasilan penanggulangan medik penderita gawat darurat adalah kecepatan memberikan pertolongan yang memadai kepada penderita gawat darurat baik pada keadaan rutin sehari-hari atau sewaktu bencana. Keberhasilan waktu tanggap sangat tergantung kepada kecepatan yang tersedia serta kualitas pemberian pertolongan untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah cacat


(24)

sejak di tempat kejadian, dalam perjalanan hingga pertolongan rumah sakit (Moewardi,2003).

Hasil penelitian oleh tim peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi Sumatera tahun 2005 menggambarkan sejauh mana perlunya waktu tanggap terhadap pasien, hal ini terlihat dari sejumlah faktor penyebab dan dampak meningkatnya minat masyarakat berobat ke luar negeri antara lain : Faktor Internal meliputi : a) keyakinan akan kemampuan dokter untuk mengatasi penyakit atau masalah yang diderita (36,50%), b) percaya akan akurasi diagnosis yang diberikan dokter luar negeri (30,50%), c) transparansi hasil diagnosis (30,0%), d) butuh pelayanan prima (32,50%), dan e) merasa lebih cepat sembuh (42,50%). Faktor eksternal meliputi : a) fasilitas dan teknologi rumah sakit/pelayanan kesehatan lebih canggih dan modern (34,00%), b) pelayanan yang diberikan lebih baik (31,00%),c) layanan satu paket (26,50%), d) penanganan terhadap pasien lebih cepat (30,00%), e) biaya lebih murah (26,50%), f) keramah tamahan/keterampilan tenaga medis yang lebih baik (36,50%), g) rekomendasi dokter dalam negeri (38,00%). (Tsaniyah, 2007).

Pelayanan pasien gawat darurat adalah pelayanan yang memerlukan pelayanan segera yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan. Salah satu indikator mutu pelayanan adalah waktu tanggap (Departemen Kesehatan Republik Indonesia , 2006).

Salah satu kendala pada umumnya menyangkut pelayanan rumah sakit seperti waktu tanggap. Dari beberapa pasien juga mengeluhkan adanya waktu


(25)

tanggap yang lama di IGD. Bagi sebagian pasien juga panik akan masalah ini, mereka menganggap bahwa waktu tanggap yang lama, penyelamatan nyawa pasien juga lama. Padahal perawat dan dokter jaga di sana sudah melakukan penanganan awal yang tepat (Umar, 2013).

Kegagalan dalam penanganan kasus ke gawat daruratan umumnya disebabkan oleh kegagalan mengenal resiko, keterlambatan rujukan, kurangnya sarana yang memadai maupun pengetahuan dan keterampilan tenaga medis, paramedis dalam mengenal keadaan risiko tinggi secara dini, masalah dalam pelayanan ke gawat daruratan maupun kondisi ekonomi (Ritonga, 2007).

Pelayanan pasien gawat darurat adalah pelayanan yang memerlukan pertolongan segera yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan atau pelayanan pasien gawat darurat memegang peranan yang sangat penting (Time saving is life saving) bahwa waktu adalah nyawa. Waktu tanggap pelayanan merupakan gabungan dari waktu tanggap saat pasien tiba di depan pintu sampai mendapat tanggapan atau respon dari petugas instalasi gawat darurat dengan waktu pelayanan yaitu waktu yang di perlukan pasien sampai selesai. Waktu tanggap pelayanan dapat di hitung dengan hitungan menit dan sangat dipengaruhi oleh berbagai hal baik mengenai jumlah tenaga maupun komponen-komponen lain yang mendukung seperti pelayanan laboratorium, radiologi, farmasi dan administrasi. Dengan ukuran keberhasilan adalah respons time selama 5 menit dan waktu definitif


(26)

Dalam rangka menghadapi kejadian gawat darurat diperlukan penanggulangan medik penderita gawat darurat yaitu pelayanan yang memerlukan pertolongan segera yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan, atau pelayanan pasien gawat darurat memegang peranan penting yang sangat penting (Time saving is life saving) bahwa waktu adalah nyawa (Haryatun, 2008). Di sisi lain mendapatkan pelayanan dengan cepat, baik, dan profesional dengan hasil yang memuaskan merupakan dambaan semua masyarakat, penerima pelayanan kesehatan di rumah sakit umumnya dan IGD khususnya.

Waktu tanggap pelayanan dapat di hitung dengan hitungan menit dan sangat dipengaruhi oleh berbagai hal baik mengenai jumlah tenaga maupun komponen-komponen lain yang mendukung seperti pelayanan laboratorium, radiologi, farmasi dan administrasi. Respon time dikatakan tepat waktu atau tidak terlambat apabila waktu yang diperlukan tidak melebihi waktu rata-rata standar yang ada.

Tabel 1.1. Gambaran Waktu Tanggap Pelayanan IGD

No. Rumah sakit

Rata-rata Respon Timen Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit

Keterangan Sumber

Penelitian

1. RSUD. Bantul 10 menit 5 menit Tidak

memenuhi Standar Permenkes Nomor 129/Menkes/ SK/II/2008

2. IGD RS. Cipto

Mangunkusumo 8 menit 20 detik Tidak memenuhi Standar Sabriyati (2009)

3. IGD RSUP Prof

Dr. R. D. Kandou Manado

> 5 menit

Tidak memenuhi Standar

Maatilu (2014) Sumber : Data diolah (2014)


(27)

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan bulan Maret 2014 di IGD Rumah Sakit Permata Bunda Medan didapatkan data jumlah perawat sebanyak 20 orang, Penanggung jawab ada 5 orang dan pelaksana ada 9 orang dengan klasifikasi pendidikan yang berbeda-beda dengan masa kerja lebih yang berbeda-beda. Adapun jumlah tempat tidur Rumah Sakit permata Bunda sebanyak 218 tidur.

Di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Permata Bunda Medan diperoleh gambaran Data Waktu Tanggap yang diperoleh dari Bagian Perencanaan dan Evaluasi Rumah Sakit Permata Bunda Medan yaitu 8 menit 20 detik. Waktu Tanggap Rumah Sakit Permata Bunda Medan yang lebih lama dibandingkan ukuran waktu tanggap selama 5 menit dan waktu definitif ≤ 2jam (Basoeki dkk, 2008).

Fenomena lambatnya Waktu Tanggap Rumah Sakit Permata Bunda Medan membuat penulis ingin mengetahui lebih jauh lagi mengenai strategi pelayanan di Rumah Sakit Permata Bunda Medan dengan judul penelitian : “Hubungan Penatalaksanaan Penanganan Gawat Darurat Dengan Waktu Tanggap Keperawatan di Ruang

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang di uraikan di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut :

“Apakah Ada Hubungan Penatalaksanaan Penanganan Gawat Darurat Dengan Lamanya Waktu Tanggap Keperawatan di Ruang Rumah Sakit Permata Bunda 2014?”


(28)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1.3.1. Untuk mengetahui gambaran Data Waktu Tanggap yang diperoleh dari Bagian Perencanaan dan Evaluasi Rumah Sakit Permata Bunda Medan Tahun 2014. 1.3.2. Untuk mengetahui Hubungan Penatalaksanaan Penanganan Gawat Darurat

Dengan Waktu Tanggap Keperawatan di Ruang (IGD) Rumah Sakit Permata Bunda 2014.

1.4. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2008) menyatakan:”Hipotesis merupakan suatu pernyataan sementara atau dugaan jawaban yang paling memungkinkan walaupun masih harus dibuktikan dengan penelitian”.

Berdasarkan judul penelitian dan konsep hipotesis diatas, maka penulis megemukakan hipotesis dalam penelitian ini adalah:“Terdapat Hubungan Penatalaksanaan Penanganan Gawat Darurat dengan Waktu Tanggap Keperawatan di Ruang

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1.5.1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Rumah Sakit Permata Bunda Tahun 2014 agar dapat lebih memperhatikan mutu pelayanan dari aspek waktu tanggap tindakan gawat darurat


(29)

1.5.2. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan Ilmu Kesehatan di Universitas Sumatera Utara.

1.5.3. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam bidang Ilmu Kesehatan di Universitas Sumatera Utara.

1.5.4. Sebagai referensi atau perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang akan melaksanakan penelitian dalam bidang yang sama.


(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penatalaksanaan Pelayanan Gawat Darurat 2.1.1. Pengertian

Pelayanan gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera (imediately) untuk menyelamatkan kehidupannya (life saving). Instalasi kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan gawat darurat disebut dengan nama Instalasi Gawat Darurat (emergency unit). Tergantung dari kemampuan yang dimiliki, keberadaan IGD tersebut dapat beraneka macam, namun yang lazim ditemukan adalah yang tergabung dalam rumah sakit (hospital based emergency unit). Hanya saja betapapun telah majunya sistem rumah sakit yang di anut oleh suatu negara, bukan berarti tiap rumah sakit memiliki kemampuan mengelola IGD sendiri, untuk mengelola kegiatan IGD memang tidak mudah penyebab utamanya adalah karena IGD adalah salah satu dari unit kesehatan yang padat modal, padat karya dan padat teknologi (Margaretha, 2013).

Sekalipun diakui tidak semua rumah sakit memiliki kemampuan menyelenggarakan IGD, bukan lalu berarti ketidak adaan IGD di suatu hidup dan kehidupan, keberadaan suatu IGD di setiap komunitas telah merupakan salah satu kebutuhan pokok. Dalam keadaan dimana tidak satupun rumah sakit mampu menyelenggarakan pelayanan IGD, biasanya terdapat semacam peraturan yang


(31)

mewajibkan adanya kerjasama antar rumah sakit. Dalam keadaan yang seperti ini, salah satu rumah sakit menyediakan diri untuk mengelola IGD, untuk kemudian dapat dimanfaatkan secara bersama.

Kegiatan yang menjadi tanggung jawab Instalasi Gawat Darurat (IGD) banyak macamnya, secara umum dapat dibedakan atas tiga macam (Djemari, 2011) : a. Menyelenggarakan Pelayanan Gawat Darurat

Kegiatan pertama yang menjadi tanggung jawab Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah menyelenggarakan pelayanan gawat darurat. Pelayanan gawat darurat sebenarnya bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan penderita (life saving) sering dimanfatkan hanya untuk memperoleh pelayanan pertolongan pertama (first aid) dan bahkan pelayanan rawat jalan (ambulatory care).

Pengertian gawat darurat yang di anut oleh anggota masyarakat memang berbeda dengan petugas kesehatan. Oleh anggota masyarakat setiap gangguan kesehatan yang dialaminya dapat saja di artikan sebagai keadaan darurat (emergency) dan karena itu mendatangi Instalasi Gawat Darurat (IGD) untuk meminta pertolongan. Tidak mengherankan jika jumlah penderita rawat jalan yang mengunjungi Instalasi Gawat Darurat (IGD) dari tahun ke tahun tampak semakin meningkat.

b. Menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang membutuhkan pelayanan rawat inap intensif.

Kegiatan kedua yang menjadi tangung jawab Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang


(32)

membutuhkan pelayanan intensif. Pada dasarnya kegiatan ini merupakan lanjutan dari pelayanan gawat darurat yakni dengan merujuk kasus-kasus gawat darurat yang di nilai berat untuk memperoleh pelayanan rawat inap yang intensif. Seperti misalnya Unit Perawatan Intensif (intensive care unit), untuk kasus-kasus penyakit umum, serta Unit Perawatan Jantung Intensif (intensive cardiac care unit) untuk kasus-kasus penyakit jantung, dan unit perawatan intensif lainnya.

c. Menyelenggarakan pelayanan informasi medis darurat.

Kegiatan ketiga yang menjadi tanggung jawab Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah menyelenggarakan informasi medis darurat dalam bentuk menampung serta menjawab semua pertanyaan anggota masyarakat yang ada hubungannya dengan keadaan medis darurat (emergency medical questions).

Pelaksanaan pelayanan gawat drurat adalah Menyelenggarakan pelayanan gawat darurat, menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang membutuhkan pelayanan rawat inap intensif serta menyelenggarakan pelayanan informasi medis darurat.

2.1.2. Standar Pelayanan Gawat Darurat

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 856/ Menkes/ SK/IX/2009.Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit adalah :

a. Standar 1 : Falsafah Dan Tujuan

Instalasi / Unit Gawat Darurat dapat memberikan pelayanan gawat darurat kepada masyarakat yang menderita penyakit akut dan mengalami kecelakaan sesuai dengan standar.


(33)

Kriteria :

1. Rumah Sakit menyelenggarakan pelayanan gawat darurat secara terus menerus selama 24 jam, 7 hari dalam seminggu.

2. Ada instalasi / unit gawat darurat yang tidak terpisah secara fungsional dari unit-unit pelayanan lainnya di rumah sakit.

3. Ada kebijakan / peraturan / prosedur tertulis tentang pasien yang tidak tergolong akut gawat akan tetapi datang untuk berobat di instalasi / unit gawat darurat.

4. Adanya evaluasi tentang fungsi instalasi / unit gawat darurat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

5. Penelitian dan pendidikan akan berhubungan dengan fungsi instalasi / unit gawat darurat dan kesehatan masyarakat harus diselenggarakan.

b. Standar 2 : Administrasi Dan Pengelolaan

Instalasi Gawat Darurat harus dikelola dan diintegrasikan dengan Instalasi lainnya di Rumah Sakit.

Kriteria :

1. Ada dokter terlatih sebagai kepala instalasi gawat darurat yang bertanggung jawab atas pelayanan di instalasi gawat darurat.

2. Ada Perawat sebagai penanggung jawab pelayanan keperawatan gawat darurat.

3. Semua tenaga dokter dan keperawatan mampu melakukan teknik pertolongan hidup dasar (Basic Life Support).


(34)

4. Ada program penanggulangan korban massal, bencana (disaster plan) terhadap kejadian di dalam rumah sakit ataupun di luar rumah sakit.

5. Semua staf / pegawai harus menyadari dan mengetahui kebijakan dan tujuan dari unit.

6. Ada ketentuan tertulis tentang manajemen informasi medis (prosedur) rekam medik.

7. Semua pasien yang masuk harus melalui Triase. Pengertian : Bila perlu triase dilakukan sebelum indentifikasi.

8. Triase harus dilakukan oleh dokter atau perawat senior yang berijazah / berpengalaman.

9. Triase sangat penting untuk penilaian ke gawat daruratan pasien dan pemberian pertolongan / terapi sesuai dengan derajat ke gawat daruratan yang dihadapi.

10.Petugas triase juga bertanggung jawab dalam organisasi dan pengawasan penerimaan pasien dan daerah ruang tunggu.

11.Rumah Sakit yang hanya dapat memberi pelayanan terbatas pada pasien gawat darurat harus dapat mengatur untuk rujukan ke rumah sakit lainnya. Kriteria :

1. Ada ketentuan tertulis indikasi tentang pasien yang dirujuk ke rumah sakit lainnya.


(35)

3. Pasien dengan kegawatan yang mengancam nyawa harus selalu diobservasi dan dipantau oleh tenaga terampil dan mampu.

Pengertian :

Pemantauan terus dilakukan sewaktu transportasi ke bagian lain dari rumah sakit atau rumah sakit yang satu ke rumah sakit yang lainnya dan pasien harus di dampingi oleh tenaga yang terampil dan mampu memberikan pertolongan bila timbul kesulitan. Umumnya pendamping seorang dokter. 1. Tenaga cadangan untuk unit harus di atur dan disesuaikan dengan kebutuhan. 2. Ada jadwal jaga harian bagi konsulen, dokter dan perawat serta petugas non

medis yang bertugas di IGD.

3. Pelayanan radiologi, hematologi, kimia, mikrobiologi dan patologi harus di organisir / di atur sesuai kemampuan pelayanan rumah sakit.

4. Ada pelayanan transfusi darah selama 2 jam.

5. Ada ketentuan tentang pengadaan peralatan obat-obatan life saving, cairan infus sesuai dengan stándar dalam Buku Pedoman Pelayanan Gawat Darurat Depkes yang berlaku.

6. Pasien yang di pulangkan harus mendapat petunjuk dan penerangan yang jelas mengenai penyakit dan pengobatan selanjutnya.


(36)

Pengertian :

1. Sistem yang optimum adalah bila rekam medik unit gawat darurat menyatu dengan rekam medik rumah sakit. Rekam medik harus dapat melayani selama 24 jam.

2. Bila hal ini tidak dapat diselenggarakan setiap pasien harus dibuatkan rekam medik sendiri. Rekam medik untuk pasien minimal harus mencantumkan :

a) Tanggal dan waktu datang (tempat bertemu secara pribadi) b) Catatan penemuan klinik, laboratorium, dan radiologik.

c) Pengobatan dan tindakan yang jelas dan tepat serta waktu keluar dari instalasi gawat darurat.

d) Identitas dan tanda tangan dari dokter yang menangani.

e) Ada bagan / struktur organisasi tertulis disertai uraian tugas semua petugas lengkap dan sudah dilaksanakan dengan baik.

c. Standar 3 : Staf Dan Pimpinan

Instalasi Gawat Darurat harus dipimpin oleh dokter, dibantu oleh tenaga medis keperawatan dan tenaga lainnya yang telah mendapat Pelatihan Penanggulangan Gawat Darurat (PPGD).

Kriteria :

1. Jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga yang tersedia di instalasi / unit gawat darurat harus sesuai dengan kebutuhan pelayanan.


(37)

2. Unit harus mempunyai bagan organisasi yang dapat menunjukkan hubungan antara staf medis, keperawatan, dan penunjang medis serta garis otoritas, dan tanggung jawab.

3. Instalasi Gawat Darurat harus ada bukti tertulis tentang pertemuan staf yang dilakukan secara tetap dan teratur membahas masalah pelayanan gawat dan langkah pemecahannya.

4. Rincian tugas tertulis sejak penugasan harus selalu ada bagi tiap petugas. 5. Pada saat mulai diterima sebagai tenaga kerja harus selalu ada bagi tiap

petugas.

6. Harus ada program penilaian untuk kerja sebagai umpan balik untuk seluruh staf No. Telp. petugas.

7. Harus ada daftar petugas, alamat dan nomor telephone. d. Standar 4 : Fasilitas Dan Peralatan

Fasilitas yang disediakan di instalasi / unit gawat darurat harus menjamin efektivitas dan efisiensi bagi pelayanan gawat darurat dalam waktu 24 jam, 7 hari seminggu secara terus menerus.

Kriteria :

1. Di instalasi gawat darurat harus ada petunjuk dan informasi yang jelas bagi masyarakat sehingga menjamin adanya kemudahan, kelancaran dan ketertiban dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

2. Letak unit / instalasi harus diberi petunjuk jelas sehingga dapat dilihat dari jalan di dalam maupun di luar rumah sakit.


(38)

3. Ada kemudahan bagi kendaraan roda empat dari luar untuk mencapai lokasi instalasi gawat darurat (IGD) di rumah sakit, dan kemudahan transportasi pasien dari dan ke instalasi gawat darurat (IGD) dari arah dalam rumah sakit. 4. Ada pemisahan tempat pemeriksaan dan tindakan sesuai dengan kondisi

penyakitnya.

5. Daerah yang tenang agar disediakan untuk keluarga yang berduka atau gelisah.

6. Besarnya rumah sakit menentukan perlu tidaknya :

a) Ruang penyimpanan alat steril, obat cairan infus, alat kedokteran serta ruang penyimpanan lain.

b) Ruang kantor untuk kepala staf, perawat, dan lain-lain. c) Ruang pembersihan dan ruang pembuangan.

d) Ruang rapat dan ruang istirahat. e) Kamar mandi.

f) Ada sistem komunikasi untuk menjamin kelancaran hubungan antara unit gawat darurat dengan :

1) Unit lain di dalam dan di luar rumah sakit terkait. 2) Rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya. 7. Pelayanan ambulan.

8. Unit pemadam kebakaran.


(39)

10.Harus ada pelayanan radiologi yang di organisasi dengan baik serta lokasinya berdekatan dengan instalasi gawat darurat.

e. Standar 5 : Kebijakan Dan Prosedur

Harus ada kebijakan dan prosedur pelaksanaan tertulis di unit yang selalu di tinjau dan di sempurnakan (bila perlu) dan mudah di lihat oleh seluruh petugas. Kriteria :

1. Ada petunjuk tertulis / SOP untuk menangani : a. Kasus perkosaan

b. Kasus keracunan massal c. Asuransi kecelakaan

d. Kasus dengan korban massal

e. Kasus lima besar gawat darurat murni (true emergency) sesuai dengan data morbiditas instalasi / unit gawat darurat

f. Kasus kegawatan di ruang rawat

2. Ada prosedur media tertulis yang antara lain berisi : a. Tanggung jawab dokter

b. Batasan tindakan medis

c. Protokol medis untuk kasus-kasus tertentu yang mengancam jiwa

3. Ada prosedur tetap mengenai penggunaan obat dan alat untuk life saving sesuai dengan standar.

4. Ada kebijakan dan prosedur tertulis tentang ibu dalam proses persalinan normal maupun tidak normal.


(40)

f. Standar 6 : Pengembangan Staf Dan Program Pendidikan

Instalasi Gawat Darurat dapat di manfaatkan untuk pendidikan dan pelatihan (in service training) dan pendidikan berkelanjutan bagi petugas.

Kriteria :

1. Ada program orientasi / pelatihan bagi petugas baru yang bekerja di unit gawat darurat.

2. Ada program tertulis tiap tahun tentang peningkatan keterampilan bagi tenaga di instalasi gawat darurat.

3. Ada latihan secara teratur bagi petugas instalasi gawat darurat dalam keadaan menghadapi berbagai bencana (disaster).

4. Ada program tertulis setiap tahun bagi peningkatan keterampilan dalam bidang gawat darurat untuk pegawai rumah sakit dan masyarakat.

g. Standar 7 : Evaluasi Dan Pengendalian Mutu

Ada upaya secara terus menerus menilai kemampuan dan hasil pelayanan Instalasi Gawat Darurat.

Kriteria :

1. Ada data dan informasi mengenai : a. Jumlah kunjungan

b. Kecepatan pelayanan (respon time) c. Pola penyakit / kecelakaan (10 terbanyak) d. Angka kematian


(41)

Instalasi Gawat Darurat harus menyelenggarakan evaluasi terhadap pelayanan kasus gawat darurat sedikitnya satun kali dalam setahun.

2.1.3. Indikator Instalasi Gawat Darurat

Menurut Apriyani (2008) adapun yang menjadi Indikator Instalasi Gawat Darurat adalah :

1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa, standar 100%; 2. Jam buka pelayanan gawat darurat, standar 24 jam.

3. Pemberi pelayanan ke gawat daruratan yang bersertifikat “yang masih berlaku”, standar 100%.

4. Ketersediaan tim penanggulangan bencana, standar 1 tim. 5. Kepuasan pelanggan, standar ≥ 70%.

6. Kematian pasien ≤ 24 jam, standar ≤ 2 per 1000 (pindah ke pelayanan rawat inap setelah 8 jam ).

7. Khusus untuk rumah sakit jiwa, pasien dapat ditenangkan dalam waktu ≤ 48 jam, standar 100%.

8. Perawat minimal D3 dan bersertifikat pelatihan pelayanan gawat darurat. 9. Tidak adanya pasien yang diharuskan membayar uang muka standar 100%. 2.1.4. Prosedur Instalasi Gawat Darurat

Menurut Apriyani (2008) adapun adapun Prosedur Instalasi Gawat Darurat adalah :

1. Pasien masuk ruang gawat darurat.


(42)

3. Instalasi Gawat Darurat (IGD) menerima status pasien dari rekam medik dan map plastik merah.

4. Paramedik dan dokter triase memeriksa kondisi pasien.

5. Paramedik dan dokter melakukan tindakan yang diperlukan sesuai SPM emergensi dokter menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan di setujui oleh pasien/keluarga (informed consent).

6. Bila pasien menolak pemeriksaan dan atau tindakan (medik, penunjang, ranap), pasien/keluarga menandatangani surat penolakan.

7. Pasien tanpa pengantar dan dalam kondisi tidak sadar, dokter atau paramedis berhak melakukan tindakan penyelamatan bila terdapat kondisi yang mengancam jiwa pasien.

8. Bila diperlukan pemeriksaan penunjang, dokter membuat pengantar ke unit terkait dan mengonfirmasi lewat telpon, pengambilan sampel laboratorium dilakukan di ruang gawat darurat, untuk pemeriksaan rontgen, paramedik mengantarkan pasien ke unit radiologi.

9. Dokter menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan disetujui oleh pasien/keluarga (informed consent).

2.2. Waktu Tanggap (Respon Time) 2.2.1. Pengertian

Kecepatan pelayanan yaitu target waktu pelayanan yang dapat diselesaikan dalam waktu yang telah di tentukan oleh unit penyelenggara pelayanan


(43)

(Kepmen:Nomor:63/KEP/M.PAN/7/2003). Kecepatan pelayanan dalam hal ini adalah pelaksanaan tindakan atau pemeriksaan oleh dokter dan perawat dalam waktu kurang dari 5 menit dari pertama kedatangan pasien di IGD. Waktu tanggap pada sistem realtime, di defenisikan sebagai waktu dari saat kejadian (internal atau eksternal) sampai instruksi pertama rutin pelayanan disebut dengan event response time. Sasaran dari penjadwalan ini adalah meminimalkan waktu tanggap angka keterlambatan pelayanan pertama gawat darurat / emergency response time rate.

Wilde (2009) telah membuktikan secara jelas tentang pentingnya waktu tanggap (response time) bahkan pada pasien selain penderita penyakit jantung. Mekanisme waktu tanggap juga dapat mengurangi beban pembiayaan. Kecepatan dan ketepatan pertolongan yang diberikan pada pasien yang memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan waktu tanggap yang cepat dan penanganan yang tepat. Hal ini dapat di capai dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya manusia dan manajemen rumahsakit/puskesmas sesuai standar (Levina, 2009).

Salah satu indikator keberhasilan penanggulangan medik penderita gawat darurat adalah kecepatan memberikan pertolongan yang memadai kepada penderita gawat darurat baik pada keadaan rutin sehari-hari atau sewaktu bencana. Keberhasilan waktu tanggap sangat tergantung kepada kecepatan yang tersedia serta kualitas pemberian pertolongan untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah cacat sejak di tempat kejadian, dalam perjalanan hingga pertolongan rumah sakit.


(44)

Salah satu indikator mutu pelayanan adalah waktu tanggap (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006). Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan sementara serta pelayanan pembedahan darurat, bagi pasien yang datang dengan gawat darurat medis. Pelayanan pasien gawat darurat adalah pelayanan yang memerlukan pelayanan segera yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan (Soetrisno,2013).

Waktu tanggap di Instalasi Gawat Darurat (IGD) semua rumah sakit yang telah terakreditasi harus memiliki kecepatan dan ketepatan yang baik. Waktu tanggap adalah waktu yang dibutuhkan pasien untuk mendapatkan pertolongan yang sesuai dengan ke gawat daruratan penyakitnya sejak memasuki pintu IGD Misalnya si pasien masuk ke pintu IGD pukul 12.00 dan menderita sesak napas, lalu oleh perawat jaga langsung diberikan oksigen pukul 12.03 dan melapor ke dokter jaga pukul 12.04, baru kemudian dokter IGD memeriksa si pasien pukul 12.10 dan memberikan terapi pukul 12.15, obat dimasukkan pukul 12.20 (Siahaan, 2013).

Dapat disimpulkan bahwa waktu tanggap adalah kecepatan dan ketepatan pelayanan waktu yang dibutuhkan pasien untuk mendapatkan pertolongan yang sesuai dengan ke gawat daruratan penyakitnya sejak memasuki pintu IGD. Waktu tanggap pada sistem realtime, di defenisikan sebagai waktu dari saat kejadian (internal atau eksternal) sampai instruksi pertama rutin pelayanan disebut dengan event response time (Siahaan, 2010).


(45)

2.2.2. Faktor yang Memengaruhi Waktu Tanggap

Yoon et al (Kelmanutu, 2003) mengemukakan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi keterlambatan penanganan kasus gawat darurat antara lain karakter pasien, penempatan staf, ketersediaan stretcher (alat yang digunakan untuk memindahkan pasien ke ambulans) dan petugas kesehatan, waktu ketibaan pasien, pelaksanaan manajemen dan strategi pemeriksaan dan penanganan yang dipilih. Hal ini bisa menjadi pertimbangan dalam menentukan konsep tentang waktu tanggap penanganan kasus di Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit.

Strategi waktu tanggap adalah kecepatan dan ketepatan pelayanan di suatu rumah sakit yang dapat memberikan keyakinan kepada pelanggan agar selalu menggunakan jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut (Suyanto, 2010). Kecepatan dan ketepatan pertolongan yang diberikan pada pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan waktu tanggap yang cepat dan penanganan yang tepat. Hal ini dapat di capai dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya manusia dan manajemen Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit sesuai standar (Keputusan Menteri Kesehatan, 2009).

1. Kecepatan pelayanan

Kecepatan pelayanan waktu yang dibutuhkan pasien untuk mendapatkan pertolongan yang sesuai dengan ke gawat daruratan penyakitnya sejak memasuki pintu Instalasi Gawat Darurat (IGD). Kecepatan pelayanan yaitu target waktu


(46)

pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan (Kepmen:Nomor:63/KEP/M.PAN/7/2003). Kecepatan pelayanan dalam hal ini adalah pelaksanaan tindakan atau pemeriksaan oleh dokter dan perawat dalam waktu kurang dari 5 menit dari pertama kedatangan pasien di IGD.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sabriya (2013) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan Ketepatan Waktu Tanggap Penanganan Kasus Pada Response Time I di Instalasi Gawat Darurat Bedah dan Non-Bedah RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo menunjukkan bahwa ketepatan waktu tanggap penanganan kasus IGD Bedah yaitu 67,9% tepat waktu dan 32,1% tidak tepat sebagai kesimpulan faktor yang berhubungan dengan waktu tanggap penanganan kasus di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Bedah RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo yaitu ketersediaan stretcher serta petugas triase dan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Non-Bedah yaitu ketersediaan stretcher

2. Ketepatan pelayanan

Menurut Lovelock dan Wright (2002), ketepatan waktu adalah kesesuaian pelayanan medis yang diberikan dari apa yang dibutuhkan dari waktu ke waktu. Tjiptono (2005), mendefinisikan ketepatan waktu adalah "mencakup dua hal pokok, yaitu konsistensi kerja (performance) dan kemampuan untuk di percaya (dependability). Hal ini berarti rumah sakit memberikan jasanya secara tepat semenjak saat pertama (right the first time). Selain itu juga berarti bahwa rumah sakit


(47)

yang bersangkutan memenuhi janjinya misalnya menyampaikan jasanya sesuai dengan jadwal yang di sepakati

Ketepatan pelayanan adalah waktu yang dibutuhkan pasien untuk mendapatkan pertolongan yang sesuai dengan ke gawat daruratan penyakitnya sejak memasuki pintu IGD. Ketepatan pelayanan dalam hal ini adalah ketepatan pelaksanaan tindakan atau pemeriksaan oleh dokter dan perawat dalam waktu kurang dari 5 menit dari pertama kedatangan pasien di IGD. Lingkup pelayanan ke gawat daruratan tersebut di ukur dengan melakukan primary survey tanpa dukungan alat bantu diagnostik kemudian dilanjutkan dengan secondary survey menggunakan tahapan ABCD yaitu: A : Airway management; B : Breathing management; C : Circulation management; D : Drug Defibrilator Disability (Basoeki dkk, 2008).

Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder. Tahapan Survei primer meliputi : A: Airway yaitu mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai kontrol servikal; B: Breathing yaitu mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi adekuat; C: Circulation yaitu mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan; D: Disability yaitu mengecek status neurologis; E: Exposure yaitu enviromental control, buka baju penderitatapi cegah hipotermia (Holder, 2002).

Survei primer bertujuan mengetahui dengan segera kondisi yang mengancam nyawa pasien. Survei primer dilakukan secara sekuensial sesuai dengan prioritas.


(48)

Tetapi dalam prakteknya dilakukan secara bersamaan dalam tempo waktu yang singkat (kurang dari 10 detik) di fokuskan pada Airway Breathing,Circulation (ABC). Pengkajian primer pada penderita gawat darurat penting dilakukan secara efektif dan efisien (Mancini, 2011). Namun untuk Survei ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability dan Exposure) dilakukan survei primer ini harus dilakukan dalam waktu tidak lebih dari 2-5 menit. Primary survey harus dilakukan dalam waktu tidak lebih dari 2-5 menit. Penanganan yang simultan terhadap trauma dapat terjadi bila terdapat lebih dari satu keadaan yang mengancam jiwa (Wilkinson, dalam Iqbal, 2009).

Survei sekunder dilakukan setelah pengkajian dan intervensi masalah airway, breathing dan circulation yang ditemukan di atasi dilanjutkan dengan pengkajian sekunder. Survei sekunder adalah pemeriksaan teliti yang dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki,dari depan sampai belakang. Survei sekunder hanya dilakukan apabila penderita telah stabil. Keadaan stabil yang dimaksud adalah keadaan penderita sudah tidak menurun, mungkin masih dalam keadaan syok tetapi tidak bertambah berat. Survei sekunder harus melalui pemeriksaan yang teliti ( Widiastuti, 2011)

Survei sekunder bertujuan untuk mengetahui penyulit lain yang mungkin terjadi. Bila pada pengkajian primer dapat tertangani, maka berlanjut ke pengkajian sekunder.

a) Pengkajian riwayat penyakit : anamnesa penyakit dahulu dan sekarang, riwayat alergi, riwayat penggunaan obat-obatan, keluhan utama.


(49)

b) Pemeriksaan penunjang : laboratorium, rontgen, EKG.

2.3. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini penulis memaparkan dua penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti tentang Pengaruh Waktu Tanggap Keperawatan Terhadap Penatalaksanaan Penanganan Gawat Darurat di Ruang

Penelitian Suyanto (2010) tentang Pengaruh Strategi Respon Time di Instalasi Gawat Darurat Dalam Upaya Meningkatkan Kepuasan Pelanggan Di Rumah Sakit Semen Gresik dimana Strategi Respon Time adalah kecepatan dan ketepatan pelayanan di suatu rumah sakit yang dapt memberikan keyakinan kepada pelanggan agar selalu menggunakan jasa pelayanan kesehatan di rumh sakit tersebut. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dengan signifikansi 5% atau tingkat keyakinan 95% menunjukkan hasil F ratio sebesar 1,713 lebih kecil dari F tabel yang besarnya 2,6994. Di antara ketiga variabel ternyata secara simultan punya pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan.

Penelitian yang dilakukan oleh Haryatun (2008) tentang Perbedaan Waktu Tanggap Tindakan Keperawatan Pasien Cedera Kepala Kategori 1 – V di Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Moewardi diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan waktu tanggap tindakan keperawatan pada pasien cedera kepala kategori I – V, dan Pasien cedera kepala kategori I memperoleh waktu tindakan keperawatan


(50)

lebih lama dan pasien cedera kepala kategori V memperoleh waktu keperawatan yang lebih cepat.

2.4. Landasan Teori 2.4.1. Teori Kinerja

Menurut Furtwengler (2002) kinerja dilihat dari hal kecepatan, kualitas, layanan dan nilai maksudnya kecepatan dalam proses kerja yang memiliki kualitas yang terandalkan dan layanan yang baik dan memiliki nilai merupakan hal yang di lihat dari tercapainya kinerja atau tidak.

Mangkunegara (2001) mendifinisikan kinerja (prestasi kerja) sebagai berikut: “Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang di capai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”

Menurut Mangkunegara (2006) terdapat aspek-aspek standar pekerjaan yang terdiri dari aspek kuantitatif dan aspek kualitatif meliputi :

a. Aspek kuantitatif yaitu :

1) Proses kerja dan kondisi pekerjaan.

2) Waktu yang dipergunakan atau lamanya melaksanakan pekerjaan. 3) Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan.

4) Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam bekerja. b. Aspek kualitatif yaitu :


(51)

2) Tingkat kemampuan dalam bekerja.

3) Kemampuan menganalisis data/informasi, kemampuan/kegagalan menggunakan mesin/peralatan, dan

4) Kemampuan mengevaluasi (keluhan/keberatan konsumen/masyarakat).

Kinerja dalam konteks pelayanan dapat dijelaskan di mana pelayanan gawat darurat merupakan salah satu komponen pelayanan di rumah sakit yang dilaksanakan di instalasi gawat darurat. Adapun tugas instalasi gawat darurat adalah menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan serta pelayanan pembedahan darurat bagi pasien yang datang dengan gawat darurat medis. Sebagai unit pelayanan yang menanggulangi penderita gawat darurat, komponen pelayanan di instalasi gawat darurat harus memenuhi kebutuhan masyarakat dalam penanggulangan penderita gawat darurat dan dikelola sedemikian rupa sehingga terjalin kerja sama yang harmonis dengan unit-unit dan instalasi-instalasi lain dalam rumah sakit (Depkes R.I. 2006).

Menurut Depkes R.I (2006) petugas kesehatan di instalasi gawat darurat di rumah sakit terdiri dokter ahli, dokter umum, atau perawat yang telah mendapat pelatihan penanganan ke gawat daruratan yang dibantu oleh perwakilan unit-unit lain yang bekerja di instalasi gawat darurat (Basoeki dkk, 2008).

2.5. Kerangka Konsep

Pelayanan gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera (imediately) untuk


(52)

menyelamatkan kehidupannya (life saving). Instalasi kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan gawat darurat disebut dengan nama Instalasi Gawat Darurat (emergency unit).

b. Menyelenggarakan pelayanan gawat darurat

c. Menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang membutuhkan pelayanan rawat inap intensif.

d. Menyelenggarakan pelayanan informasi medis darurat.

Penatalaksanaan pelayanan di ruang instalasi gawat darurat yang diberikan pada pasien yang datang ke IGD memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan waktu tanggap yang cepat dan penanganan yang tepat. Hal ini dapat di capai dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya manusia dan manajemen Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit sesuai standar (Kepmenkes, 2009). Dengan demikian waktu tanggap dalam meliputi semua tindakan yang dilakukan petugas untuk memberi pelayanan kepada pasien, dapat dilihat dari aspek kecepatan dan ketepatan pelayanan. Dapat dijelaskan semakin baik penatalaksanaan pelayanan di ruang instalasi gawat darurat maka semakin cepat waktu tanggap di ruang instalasi gawat darurat. Sebaliknya, semakin tidak baik penatalaksanaan pelayanan di ruang instalasi gawat darurat maka semakin lambat waktu tanggap di ruang instalasi gawat darurat.

Menurut Mangkunegara (2006) terdapat aspek-aspek standar pekerjaan yang terdiri dari aspek kuantitatif dan aspek kualitatif meliputi :


(53)

1. Aspek kuantitatif yaitu :

a. Proses kerja dan kondisi pekerjaan,

b. Waktu yang dipergunakan atau lamanya melaksanakan pekerjaan, c. Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan, dan

d. Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam bekerja

Semakin baik aspek kuantitatif sebagai bagian dari aspek standar pekerjaan maka semakin cepat waktu tanggap d ruang instalasi gawat darurat. Sebaliknya semakin tidak baik aspek kuantitatif sebagai bagian dari aspek standar pekerjaan maka semakin lambat waktu tanggap di ruang instalasi gawat darurat.

2. Aspek kualitatif yaitu :

a. Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan. b. Tingkat kemampuan dalam bekerja.

c. Kemampuan menganalisis data/informasi, kemampuan/kegagalan menggunakan mesin/peralatan, dan

d. Kemampuan mengevaluasi (keluhan/keberatan konsumen/masyarakat).

Semakin baik aspek kualitatif sebagai bagian dari aspek standar pekerjaan maka semakin cepat waktu tanggap di ruang instalasi gawat darurat. Sebaliknya, semakin tidak baik kualitatif sebagai bagian dari aspek standar pekerjaan, maka semakin lambat waktu tanggap di ruang instalasi gawat darurat.

Strategi waktu tanggap adalah kecepatan dan ketepatan pelayanan di suatu rumah sakit yang dapt memberikan keyakinan kepada pelanggan agar selalu menggunakan jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut (Suyanto, 2010).


(54)

Kecepatan dan ketepatan pertolongan yang diberikan pada pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan waktu tanggap yang cepat dan penanganan yang tepat.

Kecepatan Pelayanan yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan. (Kepmen:Nomor:63/KEP/M.PAN/7/2003). Kecepatan pelayanan dalam hal ini adalah pelaksanaan tindakan atau pemeriksaan oleh dokter dan perawat dalam waktu kurang dari 5 menit dari pertama kedatangan pasien di IGD.

Ketepatan pelayanan adalah waktu yang dibutuhkan pasien untuk mendapatkan pertolongan yang sesuai dengan ke gawat daruratan penyakitnya sejak memasuki pintu Instalasi Gawat Darurat (IGD). Lingkup pelayanan ke gawat daruratan tersebut di ukur dengan melakukan primary survey tanpa dukungan alat bantu diagnostik kemudian dilanjutkan dengan secondary survey menggunakan tahapan ABCD yaitu: A : Airway management; B : Breathing management; C : Circulation management; D : Drug Defibrilator Disability (Basoeki dkk, 2008).

Dari kerangka pemikiran di atas dapat dibuat bagian kerangka konsep sebagai berikut:


(55)

Independen Variabel (X) Dependen Variabel (Y) Penatalaksanaan Penangangan IGD Waktu Tanggap

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Penatalaksanaan Penangangan

Instalasi Gawat Darurat (IGD) (X) 1. Aspek kuantitatif Pelayanan

a. Proses kerja dan kondisi pekerjaan b. Waktu yang dipergunakan atau lamanya

melaksanakan pekerjaan

c. Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan

d. Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam bekerja

2. Aspek kualitatif Pelayanan

a. Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan b. Tingkat kemampuan dalam bekerja c. Kemampuan menganalisis data/informasi,

kemampuan/kegagalan menggunakan mesin/peralatan dan

d. Kemampuan mengevaluasi

(keluhan/keberatan konsumen/masyarakat)

Waktu Tanggap Keperawatan

(Y) 1. Kecepatan

pelayanan 2. Ketepatan


(56)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, non eksperimental, menggunakan desain cross sectional. Studi cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) tiap subjek penelitian hanya di observasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.

Dengan demikian metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk menggambarkan korelasi atau Hubungan Penatalaksanaan Penanganan Gawat Darurat dengan Waktu Tanggap Keperawatan di Ruang Rumah Sakit Permata Bunda 2014.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun penelitian ini dilaksanakan di Ruang IGD RS Permata Bunda Medan dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September 2014.


(57)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan bulan Maret 2014 di IGD Rumah Sakit Permata Bunda Medan didapatkan data jumlah perawat sebanyak 20 orang, Penanggung jawab ada 5 orang dan pelaksana ada 9 orang dengan klasifikasi pendidikan yang berbeda-beda, dengan masa kerja lebih yang berbeda-beda. Dengan demikian jumlah Populasi pada penelitian ini adalah sebanyak 34 orang.

Populasi untuk variabel Penatalaksanaan Penanganan Gawat Darurat adalah semua perawat, Penanggung jawab dan pelaksana yang betugas di IGD Rumah Sakit Permata Bunda Medan, sedangkan populasi untuk variabel waktu tanggap perawat gawat darurat berdasarkan observasi adalah semua pasien yang masuk ke IGD Rumah Sakit Permata Bunda Medan.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel adalah sebagian atau wakil dari pupulasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Sampel dalam penelitian ini adalah perawat, Penanggung jawab dan pelaksana serta pasien IGD di Instalasi Gawat Rumah Sakit Permata Bunda Medan pada bulan September 2014. Dalam hal ini Pasien IGD digolongkan atas tindakan medis yaitu : 1. Triage adalah usaha pemilahan korban sebelum ditangani, berdasarkan tingkat

kegawatdaruratantrauma atau penyakit dengan mempertimbangkan prioritas penanganan dan sumber daya yang ada


(58)

2. Tindakan primary survey, tanpa dukungan alat bantu diagnostik kemudian dilanjutkan dengan secondary survey menggunakan tahapan ABCD yaitu: A : Airway management; B : Breathing management; C : Circulation management; D: Drug Defibrilator Disability

Penentuan besaran sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus rule of thumb yaitu 5 –10 kali jumlah variabel bebas yang diteliti (Dahlan, 2010). Oleh karena jumlah indikator dari kedua variabel adalah 10, maka penulis menetapkan besar sampel pada penelitian ini yaitu 10 x 10 = 100 sampel.

Adapun komposisi sampel dalam penelitian ini adalah : Tabel 3.1. Komposisi Sampel

No. Sampel Jumlah (orang)

1. Perawat 20

2. Penanggung jawab 5

3. Pelaksana 9

4. Pasien IGD 100

Sumber : data diolah (2014)

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Uji Validitas

Menurut kamus bahasa Indonesia validitas diartikan sebagai sifat benar, menurut bukti yang ada, logika berfikir atau kekuatan hukum. Menurut Diknas bahwa validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur sasarannya.

Menurut Nursalam (2003) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.


(59)

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa validitas adalah suatu ukur yang menunjukkan tingkat ketepatan dan kesahihan suatu instrumen. Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur, jadi validitas menekankan pada alat pengukuran atau pengamatan.

Istilah validitas sering disebut juga kesahian yang mengandung pengertian sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dipakai untuk melakukan pengukuran. Item Instrumen dianggap valid jika lebih besar dari 0,3 atau bisa juga dengan membandingkannya dengan r tabel. Jika r hitung> r tabel maka valid (Sudaryanto, 2003).

3.4.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah ukuran yang menujukkan bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian keperilakuan mempunyai keandalan sebagai alat ukur, diantaranya di ukur melalui konsistensi hasil pengukuran dari waktu ke waktu jika fenomena yang di ukur tidak berubah (Harrison, dalam Zulganef, 2006).

Menurut Sugiyono (2005) pengertian Reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang. Reabilitas tes adalah tingkat konsitensi suatu tes yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda.


(60)

Menurut Sukadji (2000) reliabilitas suatu tes adalah seberapa besar derajat tes mengukur secara konsisten sasaran yang di ukur. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya sebagai koefisien. Koefisien tinggi berarti reliabilitas tinggi.

Menurut Nursalam (2003) Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi di ukur atau diamati berkali -kali dalam waktu yang berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati sama - sama memegang peranan penting dalam waktu yang bersamaan.

Sudaryanto ( 2003 ) mengemukakan suatu pengukuran disebut reliabel, bila memberikan nilai yang sama atau hampir sama pada pemeriksaaan berulang-ulang. Reliabilitas atau istilah lainnya yaitu reproduksibilitas, keterandalan, keandalan, presisi, atau ketepatan pengukuran adalah mencakup tingkat kepercayaan data yang diperoleh dari responden karena hal ini dipengaruhi oleh sikap, motivasi dan persepsi responden dalam memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian reliabilitas di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa reliabilitas adalah suatu konsistensi suatu tes untuk mengukur atau mengamati sesuatu yang menjadi objek ukur

Kriteria :0,8 – 1,0 = Sangat tinggi ; 0,6 – 0,8 = Tinggi ; 0,4 – 0,6 = Cukup 0,2 – 0,4 = Rendah ; 0,00 – 0,2 = Sangat Rendah (Arikunto, 2005).


(61)

3.5. Definisi Operasional 3.5.1. Waktu Tanggap

Waktu tanggap adalah Kecepatan dan ketepatan pelayanan di suatu rumah sakit yang dapat memberikan keyakinan kepada pelanggan agar selalu menggunakan jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut.

3.5.2. Kecepatan Pelayanan

Kecepatan pelayanan adalah selisih antara waktu pasien masuk ke pintu Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan waktu tanggap dari petugas instalasi gawat darurat dimana selisih waktu ini cepat ≤ 5 menit dan lambat jika > 5 menit.

3.5.3. Ketepatan Pelayanan

Ketepatan pelayanan adalah total waktu yang digunakan untuk melakukan tindakan survei primer dan survei sekunder yang di ukur dari waktu pasien masuk ke pintu Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan waktu tanggap dari petugas instalasi gawat darurat dimana total waktu ini tepat ≤ 5 menit dan tidak tepat jika > 5 menit 3.5.4. Pelaksanaan Pelayanan Gawat Darurat

Pelaksanaan pelayanan gawat darurat adalah penyelenggarakan pelayanan gawat darurat, menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang membutuhkan pelayanan rawat inap intensif serta menyelenggarakan pelayanan informasi medis darurat.


(62)

3.5.5. Aspek Kuantitatif Standar Pekerjaan Aspek kuantitatif standar pekerjaan meliputi : a. Proses kerja dan kondisi pekerjaan.

b. Waktu yang dipergunakan atau lamanya melaksanakan pekerjaan. c. Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan.

d. Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam bekerja. 3.5.6. Aspek Kualitatif Standar Pekerjaan

Aspek Kualitatif standar pekerjaan meliputi : a. Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan. b. Tingkat kemampuan dalam bekerja.

c. Kemampuan menganalisis data/informasi, kemampuan/kegagalan menggunakan mesin/peralatan.


(63)

3.6. Metode Pengukuran

3.6.1. Metode Pengukuran Variabel Independen (X)

Pengukuran Variabel Independen disajikan dalam tabel 3.1. Tabel 3.2. Pengukuran Variabel Independen (X)

Variabel X Aspek Indikator

/Parameter Alat Ukur

Alat Ukur Skala Ukur Penatalaksanaan Penanganan Gawat Darurat (X)

A. Aspek kuantitat if Pelayana n

1. Proses kerja dan kondisi pekerjaan a. Adanya kebijakan /

peraturan / prosedur tertulis tentang pasien yang tidak tergolong akut gawat

b. Adanya kebijakan dan prosedur pelaksanaan tertulis di unit yang selalu ditinjau dan disempurnakan (bila perlu) dan mudah di lihat oleh seluruh petugas c. Adanya petunjuk

tertulis / SOP untuk menangani kasus yang akan ditangani IGD d. Adanya ketentuan

tertulis tentang manajemen informasi medis (prosedur) rekam medik

e. Ada prosedur tetap mengenai

penggunaan obat dan alat untuk life saving sesuai dengan standar

1. SS (Sangat Setuju), diberi nilai 4 2. S (Setuju)

diberi nilai 3 3. KS (Kurang

Setuju) diberi nilai 2 4. TS (Tidak

setuju) diberi nilai 1


(64)

Tabel 3.2. (Lanjutan)

Variabel X Aspek Indikator

/Parameter Alat Ukur

Alat Ukur

Skala Ukur 2. Waktu yang

dipergunakan atau lamanya

melaksanakan pekerjaan, a. Rumah Sakit

perlu menyelenggaraka n pelayanan gawat darurat secara terus menerus selama 24 jam, 7 hari dalam seminggu. b. Jam buka

pelayanan gawat darurat standar 24 jam

c. Waktu tanggap pelayanan dokter di gawat darurat, standar ≤ 5 menit terlayani setelah pasien datang.

1. SS (Sangat Setuju), diberi nilai 4 2. S (Setuju)

diberi nilai 3 3. KS (Kurang

Setuju) diberi nilai 2 4. TS (Tidak

setuju) diberi nilai 1

3. Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan,

a. Kesalahan tentang adanya pasien yang diharuskan membayar uang muka standar 100%. b. Kesalahan

prosedur mengenai penggunaan obat dan alat untuk life saving sesuai dengan standar c. Kesalahan

Prosedur media tertulis berisi tanggung jawab dokter

1. SS (Sangat Setuju), diberi nilai 4 2. S (Setuju)

diberi nilai 3 3. KS (Kurang

Setuju) diberi nilai 2 4. TS (Tidak

setuju) diberi nilai 1


(65)

Tabel 3.2. (Lanjutan)

Variabel X Aspek Indikator

/Parameter Alat Ukur

Alat Ukur

Skala Ukur d. Kesalahan

prosedur media tertulis berisi batasan tindakan medis

e. Kesalahan prosedur media tertulis berisi protokol medis untuk kasus-kasus tertentu yang mengancam jiwa

4. Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam bekerja

a. Ada Dokter terlatih sebagai kepala Instalasi Gawat Darurat yang bertanggung jawab atas pelayanan di Instalasi Gawat Darurat. b. Ada Perawat

sebagai penanggung jawab pelayanan keperawatan gawat darurat c. Semua tenaga

dokter dan keperawatan mampu melakukan teknik pertolongan hidup dasar (Basic Life Support).

1. SS (Sangat Setuju), diberi nilai 4 2. S (Setuju)

diberi nilai 3 3. KS (Kurang

Setuju) diberi nilai 2 4. TS (Tidak

setuju) diberi nilai 1


(66)

Tabel 3.2. (Lanjutan)

Variabel X Aspek Indikator

/Parameter Alat Ukur

Alat Ukur

Skala Ukur d. Ada jadwal jaga

harian bagi konsulen, dokter dan perawat serta petugas non medis yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat (IGD). e. Pelayanan

radiologi, hematologi, kimia,

mikrobiologi dan patologi harus di organisir / diatur sesuai

kemampuan pelayanan rumah sakit

f. Ada pelayanan transfusi darah selama 2 jam g. Ada ketentuan

tentang pengadaan peralatan obat-obatan life saving, cairan infus sesuai dengan stándar dalam Buku Pedoman Pelayanan Gawat Darurat Depkes yang berlaku h. Ada Rekam

Medik yang disediakan untuk setiap kunjungan i. Tenaga cadangan untuk unit diatur dan disesuaikan dengan


(1)

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Proses kerja dan kondisi pekerjaan 34 12 20 17.71 2.195 Waktu yang dipergunakan atau

lamanya melaksanakan pekerjaan

34 8 12 10.82 1.314

Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan

34 14 20 17.79 2.129

Jumlah Dan Jenis Pemberian Pelayanan Dalam Bekerja

34 36 52 46.24 5.679

Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan

34 23 36 30.15 3.535

Tingkat kemampuan dalam bekerja 34 13 24 18.82 3.664 Kemampuan Menganalisis

Data/Informasi

34 14 28 22.29 4.167

Kemampuan Mengevaluasi (Keluhan/Keberatan Konsumen/Masyarakat)

34 14 20 17.35 2.073

Waktu tanggap 34 2 4 3.09 .712

2.

Lampiran Analisa Bivariat

Correlations

Aspek Kuantitatif Pelayanan

Aspek Kualitatif Pelayanan

Kecepatan Waktu Tanggap

Ketepatan Waktu Tanggap Aspek Kuantitatif

Pelayanan

Pearson Correlation 1 .794** .880 .549**

Sig. (2-tailed) .000 .021 .001

N 34 34 34 34

Aspek Kualitatif Pelayanan

Pearson Correlation .794** 1 .243 .421*

Sig. (2-tailed) .000 .017 .013

N 34 34 34 34

Kecepatan Waktu Tanggap

Pearson Correlation .880 .243 1 .166

Sig. (2-tailed) .021 .017 .347

N 34 34 34 34

Ketepatan Waktu Tanggap

Pearson Correlation .549** .421* .166 1

Sig. (2-tailed) .001 .013 .347

N 34 34 34 34

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(2)

Korelasi Aspek Kuantitatif Pelayanan Dengan Kecepatan Waktu Tanggap

Correlations

Proses kerja dan

kondisi pekerjaan

Waktu yang dipergunakan

atau lamanya melaksanaka

n pekerjaan

Jumlah kesalahan

dalam melaksanakan

pekerjaan

Jumlah Dan Jenis Pemberian

Pelayanan Dalam Bekerja

Kecepatan Waktu Tanggap Proses kerja dan

kondisi pekerjaan

Pearson Correlation

1 .917** .914** .922** .387

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .028

N 34 34 34 34 34

Waktu yang dipergunakan atau lamanya

melaksanakan pekerjaan

Pearson Correlation

.917** 1 .962** .940** .109

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .039

N 34 34 34 34 34

Jumlah kesalahan dalam

melaksanakan pekerjaan

Pearson Correlation

.914** .962** 1 .972** .100

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .006

N 34 34 34 34 34

Jumlah Dan Jenis Pemberian Pelayanan Dalam Bekerja

Pearson Correlation

.922** .940** .972** 1 .172

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .007

N 34 34 34 34 34

Kecepatan Waktu Tanggap

Pearson Correlation

.387 .109 .100 -172 1

Sig. (2-tailed) .028 .039 .006 .007

N 34 34 34 34 34

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(3)

Korelasi Aspek Kuantitatif Pelayanan Dengan Ketepatan Waktu Tanggap

Correlations

Proses kerja dan

kondisi pekerjaan

Waktu yang dipergunakan atau lamanya melaksanaka

n pekerjaan

Jumlah kesalahan

dalam melaksanakan

pekerjaan

Jumlah Dan Jenis Pemberian

Pelayanan Dalam Bekerja

Ketepatan Waktu Tanggap Proses kerja dan

kondisi pekerjaan

Pearson Correlation

1 .917** .914** .922** .498**

Sig. (2-tailed)

.000 .000 .000 .003

N 34 34 34 34 34

Waktu yang dipergunakan atau lamanya

melaksanakan pekerjaan

Pearson Correlation

.917** 1 .962** .940** .554**

Sig. (2-tailed)

.000 .000 .000 .001

N 34 34 34 34 34

Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan

Pearson Correlation

.914** .962** 1 .972** .586**

Sig. (2-tailed)

.000 .000 .000 .000

N 34 34 34 34 34

Jumlah Dan Jenis Pemberian Pelayanan Dalam Bekerja

Pearson Correlation

.922** .940** .972** 1 .556**

Sig. (2-tailed)

.000 .000 .000 .001

N 34 34 34 34 34

Ketepatan Waktu Tanggap

Pearson Correlation

.498** .554** .586** .556** 1

Sig. (2-tailed)

.003 .001 .000 .001

N 34 34 34 34 34


(4)

Korelasi Aspek Kuantitatif Pelayanan Dengan Ketepatan Waktu Tanggap

Correlations

Ketepatan kerja dan

kualitas pekerjaan

Tingkat kemampuan dalam bekerja

Kemampuan Menganalisis Data/Informasi

Kemampuan Mengevaluasi (Keluhan/Keb

eratan Konsumen/Ma

syarakat)

Kecepatan Waktu Tanggap

Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan

Pearson Correlation

1 .695** .670** .783** .236

Sig. (2-tailed)

.000 .000 .000 .018

N 34 34 34 34 34

Tingkat kemampuan dalam bekerja

Pearson Correlation

.695** 1 .627** .691** .394*

Sig. (2-tailed)

.000 .000 .000 .021

N 34 34 34 34 34

Kemampuan Menganalisis Data/Informasi

Pearson Correlation

.670** .627** 1 .581** .203

Sig. (2-tailed)

.000 .000 .000 .025

N 34 34 34 34 34

Kemampuan Mengevaluasi (Keluhan/Keberatan Konsumen/Masyara kat)

Pearson Correlation

.783** .691** .581** 1 .190

Sig. (2-tailed)

.000 .000 .000 .028

N 34 34 34 34 34

Kecepatan Waktu Tanggap

Pearson Correlation

.236 .394* .203 .190 1

Sig. (2-tailed)

.018 .021 .025 .028

N 34 34 34 34 34

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(5)

Korelasi Aspek Kualitatif Pelayanan Dengan Ketepatan Waktu Tanggap

Ketepatan kerja dan

kualitas pekerjaan

Tingkat kemampuan dalam bekerja

Kemampuan Menganalisis Data/Informasi

Kemampuan Mengevaluasi (Keluhan/Kebera

tan Konsumen/Masy

arakat)

Ketepatan Waktu Tanggap

Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan

Pearson Correlation

1 .695** .670** .783** .385*

Sig. (2-tailed)

.000 .000 .000 .025

N 34 34 34 34 34

Tingkat kemampuan dalam bekerja

Pearson Correlation

.695** 1 .627** .691** .466**

Sig. (2-tailed)

.000 .000 .000 .005

N 34 34 34 34 34

Kemampuan Menganalisis Data/Informasi

Pearson Correlation

.670** .627** 1 .581** .298

Sig. (2-tailed)

.000 .000 .000 .009

N 34 34 34 34 34

Kemampuan Mengevaluasi (Keluhan/Kebe ratan

Konsumen/Ma syarakat)

Pearson Correlation

.783** .691** .581** 1 .565**

Sig. (2-tailed)

.000 .000 .000 .001

N 34 34 34 34 34

Ketepatan Waktu Tanggap

Pearson Correlation

.385* -.466** .298 .565** 1

Sig. (2-tailed)

.025 .005 .009 .001

N 34 34 34 34 34

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(6)

3.

Lampiran Analisa Multivariat

korelasi multivariat x1,x2 dengan y

Correlations

Dimensi Kuantitatif Pekerjaan (X1)

Dimensi Kualitatif

Pekerjaan (X2) Waktu Tanggap Dimensi Kuantitatif

Pekerjaan (X1)

Pearson Correlation 1 .800** .057

Sig. (2-tailed) .000 .048

N 34 34 34

Dimensi Kualitatif Pekerjaan (X2)

Pearson Correlation .800** 1 .069

Sig. (2-tailed) .000 .007

N 34 34 34

Waktu Tanggap Pearson Correlation .057 .069 1

Sig. (2-tailed) .048 .007

N 34 34 34

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Model Summary

Mode

l R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change 1 .160a .026 .037 .509 .026 .407 2 31 .039 a. Predictors: (Constant), Dimensi Kualitatif Pekerjaan (X2) , Dimensi Kuantitatif Pekerjaan (X1)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.522 .751 2.027 .051

Dimensi Kuantitatif Pekerjaan (X1)

.013 .011 .347 1.192 .024

Dimensi Kualitatif Pekerjaan (X2)

.016 .012 .368 1.262 .022


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSEPSI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSU PANDAN ARANG BOYOLALI

0 3 6

HUBUNGAN RESPONSE TIME PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) DENGAN TINGKAT KEPUASAN Hubungan Response Time Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit Islam Surakarta.

2 7 18

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSEPSI HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSEPSI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSU PANDAN ARANG BOYOLALI.

0 0 17

PENDAHULUAN HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSEPSI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSU PANDAN ARANG BOYOLALI.

0 0 9

Hubungan Berpikir Kritis Dan Waktu Tanggap Perawat Dengan Kualitas Asuhan Keperawatan Di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Islam Surabaya.

0 0 12

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMANYA WAKTU TANGGAP DALAM PELAYANAN GAWAT DARURAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD Dr SOEDIRMAN KEBUMEN

2 10 8

A. Identitas responden - Hubungan Penatalaksanaan Penanganan Gawat Darurat dengan Waktu Tanggap (Respon Time) Keperawatan di Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Permata Bunda 2014

0 0 20

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penatalaksanaan Pelayanan Gawat Darurat 2.1.1. Pengertian - Hubungan Penatalaksanaan Penanganan Gawat Darurat dengan Waktu Tanggap (Respon Time) Keperawatan di Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Permata Bunda 2014

0 0 26

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Penatalaksanaan Penanganan Gawat Darurat dengan Waktu Tanggap (Respon Time) Keperawatan di Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Permata Bunda 2014

0 2 9

GAMBARAN PROSES KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN DAN RUMAH SAKIT UMUM PERMATA MEDIKA KEBUMEN - Elib Repository

0 0 40