Sekolah-sekolah yang dikelola oleh Budi Utomo

menyebabkan meluasnya perkembangan sekolah Muhammadiyah di berbagai daerah termasuk Surakarta. Pada tahun 1930 tercatat ada 10 buah sekolah Muhammadiyah di Surakarta yang sebagian besar terdiri atas sekolah standart school. Sekolah-sekolah tersebut terletak di Mangkunegaran, Notokusuman, Kleco, Kampung Sewu, Kauman, Serengan dan Pasar Legi. 48

f. Sekolah-sekolah yang dikelola oleh Budi Utomo

Surakarta yang merupakan daerah Vorstenlanden mengalami perubahan yang berarti khususnya dalam bidang pendidikan, terbukti dari banyaknya sekolah- sekolah yang didirikan oleh berbagai macam organisasi. Perubahan juga terjadi pada bidang politik, pada tahun 1914, Sarekat Islam atau SI sebagai organisasi terkuat pada masa sebelumnya mulai digeser kedudukannya oleh Budi Utomo. Dalam waktu singkat Budi Utomo mempunyai anggota yang sebagian besar terdiri dari kaum priyayi. Kondisi ini nampaknya merupakan hasil campur tangan pihak keraton dalam organisasi ini. 49 Bukti dari keterlibatan kraton ini dapat dilihat dengan masuknya R.M. H. Soerjosoeparto calon Mangkunegaran VII yang memainkan peran penting khususnya dibidang politik pada tahun pertama berdirinya Budi Utomo Cabang Surakarta. Pada tahun 1916, pangeran Hadiwijaya salah seorang putra Paku Buwono X diangkat menjadi ketua Cabang Surakarta. 50 Keanggotaan yang dikuasai oleh kaum priyayi tersebut mengakibatkan Budi Utomo tidak terlepas dari kepentingan anggotanya. Dalam bidang pendidikan, Budi Utomo cenderung mementingkan pendidikan tingkat tinggi bagi kaum 48 Opgave Van Openbare Onderwijsriehtingen in Het Gewest Soerakarta.Op.Cit. 49 George D. Larson, Op Cit, hal. 86. 50 Ibid. priyayi dibanding pendidikan tingkat dasar dan menengah bagi kaum pribumi secara menyeluruh. Pengetahuan bahasa Belanda merupakan pelajaran yang istimewa dalam sekolah Budi Utomo. Hal ini sesuai dengan keinginan dari anggotanya, khususnya para priyayi yang beranggapan bahwa bahasa Belanda merupakan alat untuk meningkatkan mobilitas sosial mereka. Di Surakarta, Budi Utomo hanya mendirikan standard school di empat desa, yaitu Loemboeng Wetan, Timuran, Colomadu dan Tegalgondo. 51 Pendiriannya memperoleh bantuan dari sekolah-sekolah barat yang telah ada. Sekolah-sekolah tersebut tidak pernah menjadi besar, sebab selain kekurangan dana, Budi Utomo tidak cukup progresif dalam menghadapi peraturan-peraturan pemerintah yang membuat batasan-batasan dalam bidang pendidikan. 52

g. Sekolah-Sekolah yang Dikelola oleh Kerajaan