IMPLEMENTASI EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBA

(1)

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

IMPLEMENTASI “EMPAT PILAR KEHIDUPAN

BERBANGSA DAN BERNEGARA” OLEH PEMUDA

DALAM RANGKA MEMBANGUN BANGSA DAN

NEGARA INDONESIA

Disusun oleh:

Anita Setyaningsih (4101413035)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014


(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses kehidupan berbangsa dan bernegara pada suatu negara akan terus berlangsung selama negara itu berdiri. Dalam memahami kehidupan berbangsa dan bernegara, merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan kehidupan suatu masyarakat. Kesadaran terhadap sejarah menjadi penting ketika suatu masyarakat itu mulai menyadari bagaimana posisinya sekarang dan seperti apa jati diri atau identitasnya serta apa yang akan dilakukan ke depan [Sunarto, dkk, 2012:21].

Pemuda sebagai salah satu komponen dari masyarakat memiliki andil dalam mengembangkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemuda sebagai generasi penerus, diharapkan dapat memainkan peranan kunci dalam pembangunan bangsa. Pemuda tercipta tidak untuk mendorong kedaulatan kedalam bangsanya sendiri tetapi harus dijadikan sarana untuk mengutamakan kepentingan rakyat di atas kepentingan kelompok/ golongan. Pemuda merupakan elemen penting dan perubahan yang terjadi pada masyarakat. Bersama komponen bangsa lain, mereka harus mampu menunjukkan peran aktifnya [Kemenegpora, 2009:25].

Proses berbangsa dan bernegara tidak terlepas dari peran pemuda dalam pelaksanaannya sehingga untuk mengembangkan kehidupan bangsa dan negara pemuda memerlukan pedoman yaitu dengan menerapkan “Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” sehingga kehidupan Negara Indonesia terarah dengan baik. “Empat pilar” kehidupan berbangsa dan bernegara yang menjadi landasan dalam membangun bangsa Indonesia saat ini dan masa yang akan datang adalah Pancasila, UUD RI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Oleh karena itu, penulis mengambil judul “Realisasi ‘Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara’ oleh Pemuda Dalam Rangka Membangun Bangsa dan Negara Indonesia”.


(3)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia? 2. Bagaimana peran pemuda dalam mengembangkan kehidupan berbangsa

dan bernegara?

3. Bagaimana peranan “Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” terhadap proses berbangsa dan bernegara?

4. Bagaimana penerapan “Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” oleh pemuda dalam rangka mengembangkan bangsa dan negara Indonesia?

C. Tujuan

1. Mengetahui kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. 2. Mengetahui peran pemuda dalam mengembangkan kehidupan berbangsa

dan bernegara.

3. Mengetahui peranan “Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” dalam proses berbangsa dan bernegara.

4. Mengetahui penerapan “Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” oleh pemuda untuk mengembangkan bangsa dan negara Indonesia.

D. Manfaat

1. Mendorong pemuda agar berperan aktif dalam proses berbangsa dan bernegara.

2. Mengkaji lebih lanjut kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia agar dapat berkembang menjadi lebih baik.

3. Memberi pengetahuan kepada khalayak umum mengenai “Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara”.

4. Mendorong pemuda agar menerapkan “Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.


(4)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Konsep Berbangsa dan Bernegara

Sejarah timbulnya bangsa-bangsa di dunia berawal dari benua Eropa. Pada akhir abad XIX, di benua Eropa timbul berbagai gerakan kebangsaan yang menjadi ancaman terhadap pemerintahan kerajaan yang saat itu menguasai bangsa-bangsa yang bersangkutan. Menurut Ernest Renan, Nasion adalah suatu kesatuan solidaritas, kesatuan yang terdiri dari orang-orang yang saling merasa setia kawan dengan satu sama lain. Ben Anderson merumuskan sendiri bangsa sebagai komunitas politik yang dibayangkan (Imagined Political Community) dalam wilayah yang jelas batasnya dan berdaulat. Ahli lain, Otto Bauer mengemukakan bangsa adalah suatu persatuan perangai yang timbul karena persatuan nasib [Sunarto, dkk, 2012:16-17]. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian bangsa adalah persatuan solidaritas senasib sepenangguan yang bersifat abstrak dan memiliki tujuan serta kehendak yang sama. Negara adalah alat dari suatu masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat serta menertibkan gejala-gejala kekuasaan yang timbul dari hubungan tersebut. Pengertian lain dari negara adalah organisasi masyarakat yang menempati wilayah (territorial) tertentu dan mengakui adanya pemerintahan yang berdaulat. Negara sebagai organisasi dalam masyarakat memiliki sifat-sifat yaitu: (1) Memaksa; (2) Monopoli; dan (3) Mencakup semua. Berdirinya suatu negara ditunjang oleh unsur-unsur pokok sebagai berikut: (1) rakyat, (2) wilayah, (3) pemerintahan yang berdaulat [Sunarto, dkk, 2012:18-19].

Proses berbangsa dan bernegara menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dengan perkembangan kehidupan suatu masyarakat. Kesadaran akan jati diri dan identitas bangsa dalam rangka menggalang kehidupan bersama sebagai bangsa. Penciptaan suatu identitas bersama berkisar pada perkembangan keyakinan dan nilai-nilai atau norma yang dianut bersama


(5)

sehingga timbul suatu perasaan solidaritas sosial. Dengan terwujudnya identitas bersama sebagai bangsa dan Negara Indonesia dapat mengikat eksistensinya serta memberikan daya hidup, serta motivasi untuk mencapai kejayaan bangsa dan Negara di masa depan [Sunarto, dkk, 2012:21 & 23].

B. Konsep Pemuda sebagai Penggerak Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Sejarah telah membuktikan bahwasanya pemuda adalah salah satu pilar yang memiliki peran besar dalam perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga maju mundurnya suatu negara sedikit banyak ditentukan oleh pemikiran dan kontribusi aktif dari pemuda di negara tersebut. Begitu juga dalam lingkup kehidupan bermasyarakat, pemuda merupakan satu identitas yang potensial dalam tatanan masyarakat sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsa, karena pemuda sebagai harapan bangsa dapat diartikan bahwa siapa yang menguasai pemuda akan menguasai masa depan. Pengertian pemuda disini bila kita mengacu pada Rancangan Undang-Undang Kepemudaan adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun [Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009:88-90]. Dapat dikatakan bahwa orang muda, generasi muda, dan pemuda adalah target terbesar dan terpenting dalam proses berbangsa dan bernegara karena mereka merupakan porsi terbesar dari penduduk Indonesia, dan kesadaran bahwa pada generasi inilah masa depan bangsa dipertaruhkan [Kemenegpora, 2009:53]. Oleh karena itu, pemuda dituntut kontribusi nya dalam upaya pembangunan bangsa dan negara Indonesia melalui proses berbangsa dan bernegara yang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari sehingga taraf hidup bangsa dapat menjadi lebih baik seiring meningkatnya peran aktif dari pemuda sebagai bagian dari masyarakat.

C. Konsep “Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara”

Yang dimaksud dengan “Empat Pilar Kehidupan berbangsa dan Bernegara” adalah empat landasan yang mendasari pelaksanaan pembangunan bangsa Indonesia saat ini dan masa yang akan datang. Keempat


(6)

landasan tersebut adalah Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan

Bhinneka Tunggal Ika. Empat landasan di atas berupa nilai-nilai dasar yang ada dalam sila-sila Pancasila yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Empat hal fundamental itu pula yang mampu mempersatukan bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai tantangan dan dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara [Melani Leimena Suharli, 2012:4-5]. Dengan demikian, upaya menumbuhkan kesadaran, pemahaman, dan implementasi dalam melaksanakan nilai-nilai “Empat Pilar Kehidupan berbangsa dan Bernegara” menjadi tanggung jawab bersama seluruh komponen masyarakat termasuk pemuda sebagai kader bangsa.


(7)

BAB III PEMBAHASAN

A. Kondisi Kekinian Kehidupan Berbangsa dan Bernegara di Indonesia

Proses berbangsa memberikan gambaran tentang bagaimana terbentuknya bangsa berupa sekelompok manusia yang berada didalamnya turut merasa sebagai bagian dari bangsa tersebut. Negara sebagai organisasi yang mewadahi bagsa-bangsa tersebut merasakan pula pentingnya keberadaan bangsa sehingga tumbuhlah kesadaran untuk mempertahankan keutuhan negara. Ada banyak perbedaan konsep tentang kenegaraan yang dilandasi oleh pemikiran ideologis. Demikian halnya dengan bangsa Indonesia yang memiliki beberapa konsep tentang terbentuknya bangsa Indonesia. Hal ini dapat dilihat dalam alinea pertama pembukaan UUD 1945 yang merumuskan bahwa adanya NKRI ialah karena adanya kemerdekaan sebagai hak segala bangsa sehingga penjajahan yang bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan harus dihapuskan. Pada alinea kedua pembukaan UUD 1945, bangsa Indonesia beranggapan bahwa terjadinya negara merupakan proses atau rangkaian tahap-tahap yang berkesinambungan. Secara ringkas, proses tersebut adalah sebagai berikut: a. Perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia,

b. Proklamasi atau pintu gerbang kemerdekaan,

c. Keadaan bernegara yang nilai-nilai dasarnya ialah merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Bangsa Indonesia menerjemahkan secara terperinci perkembangan teori kenegaraan tentang terjadinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai berikut:

1. Terjadinya NKRI merupakan suatu proses yang tidak sekedar dimulai dari proklamasi. Perjuangan kemerdekaanpun mempunyai peran khusus dalam pembentukan ide-ide dasar yang dicita-citakan.

2. Proklamasi baru “menghantarkan bangsa Indonesia” sampai ke pintu gerbang kemerdekaan. Adanya proklamasi tidak berarti bahwa kita telah selesai bernegara.


(8)

3. Keadaan bernegara yang dicita-citakan belum tercapai dengan adanya pemerintahan, wilayah, dan bangsa saja melainkan harus kita isi untuk menuju keadaan merdeka, berdaulat, bersatu, adil dan makmur.

4. Terjadinya Negara adalah kehendak seluruh bangsa bukanlah sekedar keinginan golongan yang kaya dan yang pandai atau golongan ekonomi lemah yang menentang golongan ekonomi kuat seperti dalam teori kelas. 5. Religiusitas yang tampak pada terjadinya negara menunjukkan

kepercayaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Demikianlah terjadinya negara menurut bangsa Indonesia dan diharapkan dapat terwujud dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Proses bangsa yang bernegara di Indonesia diawali dengan adanya pengakuan yang sama atas kebenaran hakiki dan kesejahteraan yang merupakan gambaran kebenaran secara faktual dan otentik. Secara garis besar kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini telah menunjukan keberadaannya, masing-masing komponen masyarakat berkenaan dengan proses kehidupan berbangsa dan bernegara.

B. Pemuda dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Kesadaran berbangsa dan bernegara harus tumbuh dari seluruh rakyat demi terwujudnya kehidupan berbangsa dan bernegara suatu negara. Sudah selayaknya rakyat dan pemerintah bersama-sama memberikan pemahaman bagi rakyat, khususnya kaum muda agar turut berperan dalam membangun bangsa dan negara.

Mengingat kondisi bangsa kita sekarang, merupakan salah satu indikator bahwa warga bangsa Indonesia tengah mengalami penurunan kesadaran berbangsa dan bernegara. Hal ini bisa kita lihat dari berbagai daerah sering bergejolak diantaranya tawuran antar warga, perkelaian pelajar, ketidakpuasan terhadap hasil pilkada, perebutan lahan pertanian maupun tambang, dan lain-lain. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara mempunyai makna bahwa individu yang hidup dan terikat dalam kaidah dan naungan di bawah Negara Kesatuan RI harus mempunyai sikap dan perilaku diri yang tumbuh dari kemauan diri yang dilandasasi keikhlasan/kerelaan bertindak demi kebaikan Bangsa dan Negara Indonesia. Berbagai masalah yang


(9)

berkaitan dengan kesadaran berbangsa dan bernegara membutuhkan perhatian dan tanggung jawab kita semua. Sehingga amanat pada UUD 1945 untuk menjaga dan memelihara Negara Kesatuan wilayah Republik Indonesia serta kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan.

Membangun Kesadaran Berbangsa dan Bernegara kepada pemuda merupakan hal penting yang tidak dapat diabaikan oleh bangsa ini, karena pemuda merupakan generasi penerus dan pembaharu bangsa yang tak terpisahkan dari perjalan panjang bangsa ini. Akan tetapi kesadaran berbangsa dan bernegara ini jangan ditafsir hanya berlaku pada pemerintah saja, namun harus lebih luas memandangnya, sehingga dalam implementasinya, pemuda lebih kreatif menerapkan arti sadar berbangsa dan bernegara ini dalam kehidupannya tanpa menghilangkan hakekat kesadaran berbangsa dan bernegara itu sendiri. Menjadi sebuah keharusan bagi pemuda untuk ikut bertanggung jawab mengemban amanat penting ini, bila pemuda sudah tidak memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara, maka dapat menjadi bahaya besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, karena dapat mengakibatkan bangsa ini akan jatuh ke dalam kondisi yang sangat parah bahkan jauh terpuruk dari bangsa-bangsa yang lain yang telah mempersiapkan diri dari gangguan bangsa lain.

Pemuda tidak dapat dilupakan dan dihilangkan begitu saja dari perjalanan panjang bangsa ini. Sumpah pemuda sebagaimana telah diikrarkan oleh pendahulu kita pada tanggal 28 oktober 1928, merupakan salah satu bukti betapa peranan pemuda itu sangat vital dalam mempersatukan bangsa ini. Pemuda harus mengambil posisi terdepan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi di tengah masyarakat, menjadi terdepan dalam menyuarakan kritik yang membangun kepada pemerintah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), pemuda harus berperan serta dan berada dalam garis terdepan dalam melakukan perubahan, dengan demikian pemuda dapat menjaga keutuhan bangsa ini, serta mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan yang lebih besar sejalan dengan derasnya arus globalisasi era sekarang ini.


(10)

C. Peranan “Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” dalam Proses Berbangsa dan Bernegara

Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa yang dimaksud dengan “Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” adalah Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Berkaitan dengan upaya menumbuhkan kesadaran, pemahaman, dan implementasi dalam melaksanakan nilai-nilai empat pilar tersebut tentu bukan hanya menjadi tanggung jawab satu pihak saja, melainkan tanggung jawab berbagai komponen bangsa terutama para penyelenggara negara. Oleh karenanya, berbagai wacana baik dari unsur pemerintahan maupun organisasi politik dan kemasyarakatan, mulai mengungkap bahwa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terdapat kesepakatan yang disebut sebagai “Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara”.

1. Pancasila

Diterimanya Pancasila sebagai dasar negara dan ideology nasional membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila dijadikan landasan pokok, landasan fundamental bagi penyelenggaraan Indonesia. Pancasila sebagai ideology dan falsafah Negara benar-benar harus diwujudkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sehubungan dengan hal tersebut semangat dan nilai-nilai Pancasila harus diangkat kembali, nilai-nilai Pncasila sudah barang tentu melekat dalam segala sendi kehidupan yang telah diatur dalam UUD NRI 1945. Pelaksanaan UUD NRI 1945 juga harus bersamaan dengan pengembangan nilai-nilai Pancasila agar keragaman bangsa dapat dijabarkan dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika.

2. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

UUD NRI Tahun 1945 sebagai konstitusi negara memiliki kedudukan dan peranan penting, bahkan dapat dikatakan “tidak ada negara tanpa konstitusi, atau tanpa konstitusi negara tidak pernah lahir”. Terkait dengan peran penting sebuah konstitusi bagi Negara maka UUD 1945 mempunyai kedudukan penting karena secara konsepsional memuat pandangan-pandangan filosofis, yuridis, sosiologis, dan politis yang telah


(11)

disepakati dan diidealkan untuk melandasi pengelolaan kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Syarat berdirinya suatu negara ada empat, yaitu memiliki wilayah, penduduk, memiliki pemerintahan, dan adanya pengakuan dari negara lain. Dan karena memenuhi empat syarat itulah kemudian Negara Indonesia lahir dengan nama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). NKRI lahir dari pengorbanan jutaan jiwa dan raga para pejuang bangsa yang bertekad mempertahankan keutuhan bangsa. Sebab itu, NKRI adalah prinsip pokok, hukum, dan harga mati yang harus dipertahankan keberadaannya melalui pemerintahan yang adil, tegas, dan berwibawa serta adanya peran dari masyarakat dalam mempertahankannya.

4. Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Negara Indonesia. Farasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuno dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu jua”. Artinya, walaupun bangsa Indonesia mempunyai latar belakang yang berbeda baik dari suku, agama, dan bangsa tetapi tetap merupakan bangsa Indonesia. Semangat Bhinneka Tunggal Ika mengajarkan bangsa kita untuk mengakui keberagaman sebagai upaya kejayaan bangsa, mengajarkan bangsa kita untuk memahami perbedaan kultur, agama, politik , ideologi, dan lain-lain.

D. Implementasi “Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” oleh Pemuda dalam rangka Membangun Bangsa dan Negara

Ada empat pendekatan untuk menjaga empat pilar kebangsaan yang terdiri dari Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keempat pendekatan tersebut yaitu pendekatan kultural, edukatif, hukum, dan struktural, sangat dibutuhkan karena saat ini pemahaman dan kesdaran generasi muda terhadap kebangsaan dan kenegaraan menurun.


(12)

Pendekatan kultural adalah dengan memperkenalkan lebih mendalam tentang budaya dan kearifan lokal kepada generasi muda. Hal ini dibutuhkan agar pembangunan oleh generasi muda di masa depan tetap mengedepankan norma dan budaya bangsa. Pembangunan yang tepat harus memperhatikan potensi dan kekayaan budaya suatu daerah tanpa menghilangkan adat istiadat yang berlaku. Generasi muda saat ini adalah calon pemimpin bangsa, harus paham norma dan budaya leluhurnya. Sehingga di masa depan tidak hanya asal membangun infrasturktur modern, tetapi juga menyejahterakan masyarakat.

2. Pendekatan Edukatif

Pendekatan edukatif diperlukan karena saat ini sangat marak aksi kriminal yang dilakukan generasi muda, seperti tawuran, pencurian, bahkan pembunuhan. Kebanyakan aksi tersebut terjadi saat remaja berada di luar sekolah maupun di luar rumah. Oleh sebab itu perlu ada pendidikan di antara kedua lembaga ini sehingga di rumah kelakuannya baik, di sekolah pun juga baik. Namun ketika di antara dua tempat tersebut, kadang remaja berbuat hal negative sehingga sangat disayangkan. Orangtua harus mencarikan wadah yang tepat bagi anaknya untuk memaknai empat pilar kebangsaan semisal lewat kegiatan pramuka dan sebagainya.

3. Pendekatan Hukum

Pendekatan hukum adalah segala tindakan kekerasan dalam bentuk apapun harus ditindak dengan tegas, termasuk aksi tawuran remaja yang kerap terjadi. Norma hukum harus ditegakkan agar berfungsi secara efektif sehingga menimbulkan efek jera bagi pelaku kriminal sekaligus menjadi pelajaran bagi orang lain.

4. Pendekatan Struktural

Pendekatan yang terakhir adalah pendekatan struktural. Keempat pilar ini perlu terus diingatkan dan ditingkatkan pelaksanaannya oleh pejabat di seluruh tingkat, mulai dari Ketua Rukun Tetangga, Rukun Warga, Kepala Desa, Camat, Lurah sampai Bupati/ Wali Kota hingga Gubernur.

Demikianlah empat pilar kebangsaan yang semestinya harus kita jaga, pahami, hayati, dan laksanakan dalam pranata kehidupan sehari-hari, dimana Pancasila yang menjadi sumber nilai sebagi ideology, UUD NRI


(13)

1945 sebagai aturan yang semestinya ditaati, dan NKRI adalah harga mati, serta Bhinneka Tunggal Ika adalah perekat semua rakyat. Oleh karena itu, pemuda harus sungguh-sungguh dalam mengimplementasikan empat pilar kebangsaan tersebut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga tujuan yang dicita-citakan bangsa dan negara dapat terwujud.


(14)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia memang sudah berlangsung, namun dalam pelaksanaannya tak jarang terjadi pelanggaran atau penyimpangan yang menimbulkan keresahan masyarakat. Hal tersebut dapat dikarenakan kurangnya kesadaran berbangsa dan bernegara pada masyarakat khususnya kaum muda sebagai generasi penerus dan pembaharu bangsa. Pemuda harus mengambil posisi terdepan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi di tengah masyarakat, menjadi terdepan dalam menyuarakan kritik yang membangun kepada pemerintah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), pemuda juga harus turut berperan serta dan berada dalam garis terdepan dalam melakukan perubahan, dengan demikian pemuda dapat menjaga keutuhan bangsa ini, serta mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan yang lebih besar sejalan dengan derasnya arus globalisasi era sekarang ini sebagai salah satu tantangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Munculnya konsep “Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” mampu menjadi landasan dalam menyelenggarakan kehidupan berbangsa dan bernegara dengan benar sehingga tujuan dan cita-cita nasional dapat terwujud. Oleh karena itu, pemuda Indonesia dalam melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara hendaknya berlandaskan pada empat pilar kebangsaan agar pelaksanaannya dapat terarah dan tidak menyimpang.

B. Saran

1. Kesadaran berbangsa dan bernegara harus ditanamkan kepada seluruh elemen masyarakat tak terkecuali bagi kaum muda.

2. Pemuda dalam melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara hendaknya berlandaskan pada empat pilar kebangsaan.

3. Tingkatkan kualitas dan peran serta pemuda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka membangun bangsa dan Negara Indonesia.


(15)

DAFTAR PUSTAKA

Sunarto, dkk. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan Tinggi. Semarang: UPT UNNES PRESS.

Utomo, Cahyo Budi. 1995. Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia dari Kebangkitan hingga Kemerdekaan. Semarang: IKIP Semarang PRESS.

Kemenegpora. 2009. Dialog Pemuda dalam Membangun Bangsa “80 Tahun Sumpah Pemuda”. Jakarta Pusat: Kemenegpora.

Kemenegpora. 2009. Dialog Pemuda dalam Membangun Bangsa “Meningkatkan Kompetensi dan Daya Saing Pemuda dalam Menghadapi Krisis Global”.

Jakarta Pusat: Kemenegpora.

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/05/proses-berbangsa-dan-bernegara/. Diakses tanggal 13 April 2014, pukul 09.51 WIB.

http://balitbangdiklat.kemenag.go.id/indeks/jurnal-kediklatan/550-kesadaran-berbangsa-dan-bernegara.html. Diakses tanggal 13 April 2014, pukul 09.49 WIB.

www.mpr.go.id/peran-empat-pilar-kehidupan-berbangsa-dan-bernegara.Diakses tanggal 13 April 2014, pukul 09.46 WIB.

http://amiktegal.ac.id/media/file/639735650274_pilar_kebangsaan.pdf.Diakses tanggal 14 April 2014, pukul 14.25 WIB.


(1)

C. Peranan “Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” dalam Proses Berbangsa dan Bernegara

Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa yang dimaksud dengan “Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” adalah Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Berkaitan dengan upaya menumbuhkan kesadaran, pemahaman, dan implementasi dalam melaksanakan nilai-nilai empat pilar tersebut tentu bukan hanya menjadi tanggung jawab satu pihak saja, melainkan tanggung jawab berbagai komponen bangsa terutama para penyelenggara negara. Oleh karenanya, berbagai wacana baik dari unsur pemerintahan maupun organisasi politik dan kemasyarakatan, mulai mengungkap bahwa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terdapat kesepakatan yang disebut sebagai “Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara”.

1. Pancasila

Diterimanya Pancasila sebagai dasar negara dan ideology nasional membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila dijadikan landasan pokok, landasan fundamental bagi penyelenggaraan Indonesia. Pancasila sebagai ideology dan falsafah Negara benar-benar harus diwujudkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sehubungan dengan hal tersebut semangat dan nilai-nilai Pancasila harus diangkat kembali, nilai-nilai Pncasila sudah barang tentu melekat dalam segala sendi kehidupan yang telah diatur dalam UUD NRI 1945. Pelaksanaan UUD NRI 1945 juga harus bersamaan dengan pengembangan nilai-nilai Pancasila agar keragaman bangsa dapat dijabarkan dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika.

2. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

UUD NRI Tahun 1945 sebagai konstitusi negara memiliki kedudukan dan peranan penting, bahkan dapat dikatakan “tidak ada negara tanpa konstitusi, atau tanpa konstitusi negara tidak pernah lahir”. Terkait dengan peran penting sebuah konstitusi bagi Negara maka UUD 1945 mempunyai kedudukan penting karena secara konsepsional memuat


(2)

disepakati dan diidealkan untuk melandasi pengelolaan kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Syarat berdirinya suatu negara ada empat, yaitu memiliki wilayah, penduduk, memiliki pemerintahan, dan adanya pengakuan dari negara lain. Dan karena memenuhi empat syarat itulah kemudian Negara Indonesia lahir dengan nama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). NKRI lahir dari pengorbanan jutaan jiwa dan raga para pejuang bangsa yang bertekad mempertahankan keutuhan bangsa. Sebab itu, NKRI adalah prinsip pokok, hukum, dan harga mati yang harus dipertahankan keberadaannya melalui pemerintahan yang adil, tegas, dan berwibawa serta adanya peran dari masyarakat dalam mempertahankannya.

4. Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Negara Indonesia. Farasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuno dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu jua”. Artinya, walaupun bangsa Indonesia mempunyai latar belakang yang berbeda baik dari suku, agama, dan bangsa tetapi tetap merupakan bangsa Indonesia. Semangat Bhinneka Tunggal Ika mengajarkan bangsa kita untuk mengakui keberagaman sebagai upaya kejayaan bangsa, mengajarkan bangsa kita untuk memahami perbedaan kultur, agama, politik , ideologi, dan lain-lain. D. Implementasi “Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” oleh

Pemuda dalam rangka Membangun Bangsa dan Negara

Ada empat pendekatan untuk menjaga empat pilar kebangsaan yang terdiri dari Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keempat pendekatan tersebut yaitu pendekatan kultural, edukatif, hukum, dan struktural, sangat dibutuhkan karena saat ini pemahaman dan kesdaran generasi muda terhadap kebangsaan dan kenegaraan menurun.


(3)

Pendekatan kultural adalah dengan memperkenalkan lebih mendalam tentang budaya dan kearifan lokal kepada generasi muda. Hal ini dibutuhkan agar pembangunan oleh generasi muda di masa depan tetap mengedepankan norma dan budaya bangsa. Pembangunan yang tepat harus memperhatikan potensi dan kekayaan budaya suatu daerah tanpa menghilangkan adat istiadat yang berlaku. Generasi muda saat ini adalah calon pemimpin bangsa, harus paham norma dan budaya leluhurnya. Sehingga di masa depan tidak hanya asal membangun infrasturktur modern, tetapi juga menyejahterakan masyarakat.

2. Pendekatan Edukatif

Pendekatan edukatif diperlukan karena saat ini sangat marak aksi kriminal yang dilakukan generasi muda, seperti tawuran, pencurian, bahkan pembunuhan. Kebanyakan aksi tersebut terjadi saat remaja berada di luar sekolah maupun di luar rumah. Oleh sebab itu perlu ada pendidikan di antara kedua lembaga ini sehingga di rumah kelakuannya baik, di sekolah pun juga baik. Namun ketika di antara dua tempat tersebut, kadang remaja berbuat hal negative sehingga sangat disayangkan. Orangtua harus mencarikan wadah yang tepat bagi anaknya untuk memaknai empat pilar kebangsaan semisal lewat kegiatan pramuka dan sebagainya.

3. Pendekatan Hukum

Pendekatan hukum adalah segala tindakan kekerasan dalam bentuk apapun harus ditindak dengan tegas, termasuk aksi tawuran remaja yang kerap terjadi. Norma hukum harus ditegakkan agar berfungsi secara efektif sehingga menimbulkan efek jera bagi pelaku kriminal sekaligus menjadi pelajaran bagi orang lain.

4. Pendekatan Struktural

Pendekatan yang terakhir adalah pendekatan struktural. Keempat pilar ini perlu terus diingatkan dan ditingkatkan pelaksanaannya oleh pejabat di seluruh tingkat, mulai dari Ketua Rukun Tetangga, Rukun Warga, Kepala Desa, Camat, Lurah sampai Bupati/ Wali Kota hingga Gubernur.

Demikianlah empat pilar kebangsaan yang semestinya harus kita jaga, pahami, hayati, dan laksanakan dalam pranata kehidupan sehari-hari, dimana Pancasila yang menjadi sumber nilai sebagi ideology, UUD NRI


(4)

1945 sebagai aturan yang semestinya ditaati, dan NKRI adalah harga mati, serta Bhinneka Tunggal Ika adalah perekat semua rakyat. Oleh karena itu, pemuda harus sungguh-sungguh dalam mengimplementasikan empat pilar kebangsaan tersebut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga tujuan yang dicita-citakan bangsa dan negara dapat terwujud.


(5)

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia memang sudah berlangsung, namun dalam pelaksanaannya tak jarang terjadi pelanggaran atau penyimpangan yang menimbulkan keresahan masyarakat. Hal tersebut dapat dikarenakan kurangnya kesadaran berbangsa dan bernegara pada masyarakat khususnya kaum muda sebagai generasi penerus dan pembaharu bangsa. Pemuda harus mengambil posisi terdepan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi di tengah masyarakat, menjadi terdepan dalam menyuarakan kritik yang membangun kepada pemerintah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), pemuda juga harus turut berperan serta dan berada dalam garis terdepan dalam melakukan perubahan, dengan demikian pemuda dapat menjaga keutuhan bangsa ini, serta mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan yang lebih besar sejalan dengan derasnya arus globalisasi era sekarang ini sebagai salah satu tantangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Munculnya konsep “Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” mampu menjadi landasan dalam menyelenggarakan kehidupan berbangsa dan bernegara dengan benar sehingga tujuan dan cita-cita nasional dapat terwujud. Oleh karena itu, pemuda Indonesia dalam melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara hendaknya berlandaskan pada empat pilar kebangsaan agar pelaksanaannya dapat terarah dan tidak menyimpang.

B. Saran

1. Kesadaran berbangsa dan bernegara harus ditanamkan kepada seluruh elemen masyarakat tak terkecuali bagi kaum muda.

2. Pemuda dalam melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara hendaknya berlandaskan pada empat pilar kebangsaan.

3. Tingkatkan kualitas dan peran serta pemuda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka membangun bangsa dan Negara Indonesia.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Sunarto, dkk. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan Tinggi. Semarang: UPT UNNES PRESS.

Utomo, Cahyo Budi. 1995. Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia dari Kebangkitan hingga Kemerdekaan. Semarang: IKIP Semarang PRESS.

Kemenegpora. 2009. Dialog Pemuda dalam Membangun Bangsa “80 Tahun Sumpah Pemuda”. Jakarta Pusat: Kemenegpora.

Kemenegpora. 2009. Dialog Pemuda dalam Membangun Bangsa “Meningkatkan Kompetensi dan Daya Saing Pemuda dalam Menghadapi Krisis Global”. Jakarta Pusat: Kemenegpora.

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/05/proses-berbangsa-dan-bernegara/. Diakses tanggal 13 April 2014, pukul 09.51 WIB.

http://balitbangdiklat.kemenag.go.id/indeks/jurnal-kediklatan/550-kesadaran-berbangsa-dan-bernegara.html. Diakses tanggal 13 April 2014, pukul 09.49 WIB.

www.mpr.go.id/peran-empat-pilar-kehidupan-berbangsa-dan-bernegara.Diakses tanggal 13 April 2014, pukul 09.46 WIB.

http://amiktegal.ac.id/media/file/639735650274_pilar_kebangsaan.pdf.Diakses tanggal 14 April 2014, pukul 14.25 WIB.