EMPAT PILAR UTAMA DALAM menanamkan

EMPAT PILAR UTAMA DALAM
PERTUMBUHAN DAN KEDEWASAAN
IMAN
Updated : Selasa, 29 Januari 2013 | 16:10

Setiap orang percaya pasti pernah mendengar ayat
ini, “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan
pendengaran oleh firman Kristus” (Roma 10:17).
Ayat ini menegaskan bahwa hanya melalui
pendengaran akan firman Allah, seorang berdosa
bisa memiliki iman kepada Yesus Kristus. Mandat
ayat ini mengharuskan firman Kristus diberitakan
agar manusia berdosa mendengarkan Injil dan
percaya. Analisa penting lainnya dari ayat diatas
bahwa mendengarkan firman Kristus bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan
sekali saja tetapi suatu tuntutan untuk terus mendengarkan firman Allah agar
iman seorang percaya semakin bertumbuh dan meningkat.
Memang harus diakui
banyak orang percaya pada Yesus Kristus ketika
mendengarkan Injil untuk pertama kalinya. Roh Kudus menuntunnya untuk
percaya dan mengaku dengan mulutnya bahwa Yesus adalah Tuhan dan

Juruselamat. Namun sebaliknya ada banyak orang juga yang telah sering
mendengarkan firman Allah namun tidak pernah berubah dan tetap menolak
Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Namun harus diakui juga bahwa
ada banyak orang Kristen yang sungguh-sungguh percaya namun memiliki
iman dan kerohanian yang tidak bertumbuh. Bertahun-tahun kehidupan
kekristenan dijalani namun imannya tidak mengalami pertumbuhan.
Artikel ini berfokus pada tanggungjawab mereka yang telah sungguh-sungguh
percaya pada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Apa yang
harus dilakukan orang-orang percaya untuk mencapai pertumbuhan dan
kedewasaan iman dan kerohaniaan mereka? Cukupkah hanya mengakui
Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya untuk memberikan pertumbuhan
iman dan kerohanian? Hal-hal apa sajakah yang harus dilakukan mereka
yang percaya pada Kristus agar iman dan kerohanian mereka dapat
bertumbuh bagi kemuliaan Kristus? Ada empat pilar utama penting dalam

pertumbuhan kerohanian dan iman seorang Kristen, namun pilar-pilar
ini juga sekaligus menjadi penentu untuk mengetahui apa seseorang itu
sungguh-sungguh percaya pada Kristus Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamatnya.


PILAR #1: MEMBACA ALKITAB DAN SAAT TEDUH
Seorang yang benar-benar percaya pada Yesus akan memiliki suatu
kesukaan baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Kesukaan ini merupakan suatu
bukti perubahan dalam dirinya bahwa ia ingin mendekatkan diri kepada Allah
dan mendengarkan suara Allah, dan hal ini memberikan kebahagiaan dan
kedamaian dalam hatinya. Apa kesukaan baru tersebut? Membaca Alkitab
dan Bersaat Teduh (Merenungkan Firman Allah). Ia tidak tahu kenapa itu bisa
terjadi tetapi yang jelas membaca Alkitab memberikan suatu penyegaran dan
gairah baru dalam menjalani hidupnya. Inilah perubahan yang dikerjakan oleh
Allah dalam diri seorang percaya.
Pertimbangkan apa yang Allah katakan dalam Mazmur 1:1-2 berikut ini,
“Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang
tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan
pencemooh, tetapi yang kesukaannyaialah ialah Taurat TUHAN, dan yang
merenungkan Taurat itu siang dan malam” (Maz 1:1-2). Dalam kesempatan
lain
pemazmur
berkata,
“Betapa
kucintai

Taurat-Mu!
Aku
merenungkannya sepanjang hari” (Maz 119:97). “Firman-Mu itu pelita bagi
kakiku dan terang bagi jalanku” (Maz 119:105). Berdasarkan ayat-ayat ini,
ada dua hal penting yang perlu diketahui setiap orang percaya. Pertama,
seorang Kristen memiliki kesukaan akan Taurat TUHAN yaitu membaca
firman Allah. Kedua, seorang Kristen akan merenungkan firman Allah siang
dan malam yang bisa diartikan sebagai SAAT TEDUH pribadi. Kedua hal ini
memiliki perbedaan-perbedaan dalam prakteknya tetapi bertujuan untuk
mencapai kedewasaan kerohanian dan iman.

Membaca bagian firman Allah

Seorang percaya harus menyisihkan dan menyediakan waktu untuk
membaca firman Allah setiap hari. Biasanya orang Kristen yang sadar akan
perintah Allah dan ingin bertumbuh semakin dewasa dalam kerohanian dan
imannya akan mengikuti program pembacaan Alkitab per tahun. Artinya ia
berkomitmen ingin menyelesaikan pembacaan Alkitab mulai dari Kitab
Kejadian hingga Wahyu dalam kurun waktu 365 hari (satu tahun). Dengan
demkian ia akan mengikuti jadwal yang telah disusun sedemikian rupa

sehingga bisa menyelesaikannya dengan sukses. Biasanya pembacaan
Alkitab untuk tujuan ini hanya membutuhkan sekitar 20-30 menit per hari atau
sekitar 3-4 pasal per hari. Jadwal pembacaan seperti ini biasanya bisa
didapatkan dari buku panduan saat teduh yang dijual bebas di toko buku
Kristen. Jika dirasa tidak perlu mengikuti jadwal yang disusun orang lain, dan
ingin membuat jadwal sendiri, itu boleh dilakukan asal bisa konsisten dan
berkomitmen mengikutinya.
Apa tujuan pembacaan Alkitab sepert ini? Disamping pembacaan itu
merupakan suatu kesukaan seorang percaya, pembacaan ini juga bermanfaat
untuk menambah pengetahuan sehingga ia bisa memiliki pengertian yang
luas dan mengetahui bagaimana Allah berhubungan dengan manusia
berdosa dalam Alkitab, dan dengan sendirinya terbentuk suatu pengetahuan
Alktiab atau memiliki pengertian teologis.
Disamping itu, pembacaan Alkitab akan memberikan wawasan dan
pandangan yang luas serta prinsip yang berkenan kepada Allah tentang
kehidupan. Ia bisa melihat contoh-contoh dalam Alkitab sebagai pelajaran
penting dalam hidup. Diatas semua itu, pembacaan Alkitab akan
menolongnya semakin dewasa dalam kerohanian dan iman. Paulus
menegaskan demikian, “Semua tulisan yang diilhamkan Allah (Alkitab)
memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan,

untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam
kebenaran. Dengan demkian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah
diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik” (2 Tim 3:16-17). Membaca
Alkitab merupakan perintah Allah yang harus dilakukan setiap orang percaya.

Merenungkan Firman Allah (Saat Teduh)

Pembacaan Alkitab berbeda dengan SAAT TEDUH (istilah yang dipakai untuk
merenungkan firman Allah). Saat teduh merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan dimana seorang percaya merenungkan satu bagian firman Allah.
Berdasarkan Mazmur 1:2 ada suatu perbedaan antara kesukaan Taurat
TUHAN dan merenungkan Taurat itu siang dan malam. Membaca Alkitab itu
bisa dilakukan seperti membaca sebuah buku dimana ia mencoba mengerti
apa isi dan alur cerita yang dibaca tetapi dengan rasa hormat karena buku
yang dibaca bukan buku manusia tetapi buku Tuhan.
Sedangkan merenungkan firman Allah lebih dari pada membaca Alkitab.
Dalam renungan seperti ini bisa saja hanya memakai satu ayat saja atau
mungkin hanya satu anak kalimat atau memakai dua atau tiga ayat atau lebih
tergantung pada topik yang direnungkan. Namun demikian akan lebih
disarankan membaca bagian firman Allah tersebut dalam konteks atau

paragrafnya atau bahkan lebih dari itu, agar lebih mengerti apa yang dibaca
karena pembacaan sepotong firman Allah tidak memberikan gambaran
lengkap akan apa yang dibicarakan dan dibahas dalam perikop tersebut.
Dalam prakteknya seseorang itu bisa saja membaca bagian firman Allah itu
berkali-kali hingga benar-benar mengerti apa yang dibaca. Dan setelah
mengerti apa yang dibaca, kemudian langkah selanjutnya, merenungkan
bagian firman Allah itu dan menghubungkannya pada kehidupan sehari-hari.
Biasanya, Lembaga Alkitab Indonesia menempelkan secarik kertas kecil pada
sampul dalam Alkitab baru dimana terdapat panduan merenungkan Alkitab.
Singkatnya demikian, (1) Apa yang Tuhan perintahkan dalam bagian firman
Allah itu yang bersifat kekal? (2) Apa yang dilarang Tuhan dalam bagian
firman Allah itu? (3) Apa pelajaran penting yang bisa diambil dan diterapkan
dari renungan itu? (4) Apa pelajaran penting dari renungan itu yang
merupakan kegagalan anda? (5) Apa-apa saja yang diperintahkan dalam
renungan itu yang merupakan hal-hal yang perlu anda tinggalkan atau
tingkatkan sebagai orang Kristen? (6) Apa-apa saja yang menjadi aplikasi
penting dalam hidup, keluarga, pekerjaan, pelayanan dan kerohanian anda?
Perlu diketahui bahwa pembacaan Alkitab dan Saat Teduh harus melibatkan
unsur doa dimana setiap orang Kristen yang melakukan kegiatan rohani
seperti ini harus mendedikasikan waktu untuk berdoa sebelum dan


sesudahnya. Miminta hikmat dari Tuhan untuk mengerti firman Allah adalah
mutlak bagi seorang percaya.
Dengan melaksanakan Saat Teduh yang teratur tiap-tiap hari akan menolong
pertumbuhan iman dan kerohanian seorang Kristen serta memiliki perspektif
yang benar akan hidup. Kegiatan ini merupakan kunci utama dalam
kehidupan kerohanian. Jika gagal dalam Saat Teduh akan berdampak pada
kehidupan sehari-hari. Biasanya mereka yang gagal melakukan kegiatan
rohani ini akan mudah tergoda untuk tidak setia kepada Tuhan dan mudah
melakukan dosa di tempat kerja, usaha dan kehidupan.
Namun yang paling dirasakan orang tersebut adalah ia akan kehilangan
kesensitifan rohani sebagai orang Kristen. Kegagalan saat teduh juga akan
berdampak pada kegagalan pada pembacaan Alkitab, doa, dan ibadah. Jika
seandainya kegiatan gereja seperti persekutuan dan ibadah masih diikuti,
besar kemungkinan hal itu telah menjadi suatu rutinitas, dengan tanpa adanya
sentuhan rohani atau faedah yang bisa dirasakan. Sebagai akibatnya,
seandainya tidak beribadah atau tidak berdoa sekalipun, ia tidak merasakan
suatu perbedaan yang berarti. Inilah gejala kemurtadan. Biasanya orang
Kristen seperti ini harus digoncang suatu malapetaka, kesulitan dan berbagai
pergumulan hidup, baru kemudian akan kembali merenungkan kasih dan

kemurahan Allah.

PILAR #2: BERDOA SETIAP HARI
Kegiatan paling penting dalam kehidupan orang Kristen di sepanjang masa
adalah berdoa. Berdoa merupakan suatu kegiatan rohani yang bisa dilakukan
siapa saja, dan doa sering diartikan sebagai nafas kehidupan rohani orang
percaya. Jika orang-orang Kristen banyak gagal membaca Alkitab dan
menghadiri kebakatian dan persekutuan di gereja karena berbagai alasan,
tetapi tidak ada alasan apapun untuk bisa berkata “saya tidak sempat
berdoa.” Terkadang orang-orang Kristen memberikan alasan untuk tidak
mengikuti program gereja karena kegiatan yang sangat padat, tetapi
keyataannya mereka bisa menyisihkan waktu untuk menonton program TV
favorit atau pergi ke mall jalan-jalan. Dalam hal berdoa, tidak ada alasan yang
dapat diterima sehingga tidak sempat/bisa berdoa kecuali dengan satu alasan

penting yaitu “dia bukan seorang percaya.” Dengan alasan ini, siapapun
bisa untuk tidak berdoa.
Ada yang berpikir, ia sangat sibuk dan stres sehingga tidak sempat berdoa
serta tidak bergairah untuk berdoa. Orang seperti ini beranggapan doa itu
merupakan suatu beban atau salah satu kegiatan tambahan yang

melelahkan. Ia tidak bisa merasakan manfaat doa (Mat 11:28-30). Martin
Luther ketika memulai reformasi mengalami suatu kesulitan dan tekanan yang
begitu besar serta penuh kesibukan dan permasalahan, namun ia berkata
semakin besar masalah yang ia hadapi semakin ia berdoa. Ia bahkan berdoa
5 jam setiap harinya. Orang yang tidak merasakan manfaat doa tidak akan
berdoa dan tidak merasa perlu berdoa. Mereka yang beralasan tidak sempat
berdoa adalah mereka yang tidak mengerti apa itu doa. Nabi Daniel dengan
segala tuduhan yang diberikan kepadanya, justru ia terus berdoa. Tidak ada
yang bisa menghalangi orang percaya berdoa. Jika berhenti berdoa sebagai
orang Kristen maka sesungguhnya ia sudah menjadi orang Kristen yang tidak
memiliki nafas rohani (I Tes 5:17).
Jika kehidupan doa seorang Kristen berlajan dengan lancar dan bukan suatu
rutinitas, akan tercipta suatu hubungan intim dengan Tuhan dimana ia
merasakan suatu kehangatan ketika berdoa atau manfaat doa itu begitu luar
biasa dalam kehidupannya. Ia akan merasa tidak bisa berbuat apa-apa jika
tidak doa. Ia merasakan sesuatu yang hilang dan kosong dalam dirinya ketika
tidak berdoa. Jika hal seperti ini terjadi, maka tetaplah berdoa dan menjalinlah
hubungan dengan Yesus dalam doa. Namun sebaliknya, ada banyak orang
Kristen berdoa dan berdoa tetapi kehilangan rasa keintiman dengan Tuhan,
mereka tidak merasakan apa-apa dalam hidup mereka sehingga doa menjadi

suatu formalitas atau ritual agama yang harus dilakukan.
Ingatlah, ketika orang percaya berdoa kepada Kristus Yesus, ada suatu
ekspresi perasaan, keinginan, hasrat, kerinduan, kehausan dan emosi ketika
menyampaikan doa. Jika doa tidak mengandung hal-hal ini, maka doa itu
tidak jauh berbeda dengan suatu ucapan-ucapan ritual yang telah dihafalkan
hingga selesai, dan sesudahnya orang itu tidak merasakan kehangatan,
gugahan atau keyakinan yang mendalam akan apa yang didoakan. Orang
Kristen seperti ini sering tertidur ketika berdoa.

Kapan berdaoa?

Bagi orang Israel di zaman dulu, mereka memiliki waktu tertentu yang
ditetapkan untuk berdoa dalam sehari. Namun dalam Perjanjian Baru, berdoa
itu tidak dibatasi waktu. Memang ada saat-saat tertentu dimana ditentukan
saat berdoa khususnya ketika dalam suatu kebaktian dan persekutuan.
Urutan dalam suatu ibadah dan persekutuan itu penting untuk menciptakan
suatu keteraturan. Bayangkan jika tidak ada aturan, saat sebagian bernyanyi,
ada yang tiba-tiba berdoa dengan suara keras, atau saat mendengarkan
khotbah, ada yang tiba-tiba bernyanyi, maka yang timbul adalah kekacauan (1
Kor 12:31). Di luar dari suatu program yang tersusun rapi, doa pribadi bisa

dilakukan kapan saja sesuai dengan gerakan Roh Kudus dalam diri setiap
seorang percaya. Ketika seseorang ingin pergi ke suatu tempat, ia bisa
berdoa sebelum berangkat, ia bisa berdoa disaat dalam perjalanan dan bisa
berdoa ketika sudah tiba di tempat tujuan. Kapan pun itu, ia bisa berdoa.
Doa dalam hal ini tidak harus menutup mata dan melipat tangan serta
mencari tempat yang tenang, jauh dari keributan dan sebagainya. Ia cukup
menenangkan hati, memfokuskan diri pada Tuhan dan berdoa dalam hati.
Semakin tinggi kerohanian seseorang maka semakin tinggi keinginan dan
dedikasinya untuk berdoa. Berdoa tidak ada hubungannya dengan pendidikan
teologia seseorang atau jabatan yang dipangku dalam gereja. Jika anda ingin
melihat tingkat kerohanian seseorang, maka lihatlah dari kehidupan doa dan
dedikasinya untuk berdoa dan bukan keterlibatan seseorang dalam kegiatankegiatan gereja, meskipun sesungguhnya keduanya akan saling berkaitan.
Orang yang memiliki kehidupan doa yang sehat akan mau terlibat dalam
berbagai kegiatan gereja.

Dimana harus berdoa?

Tuhan Yesus berkata, “Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam
kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di
tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan

membalasnya kepadamu” (Mat 6:6). Perlu diketahui bahwa ayat ini tidak
mengajarkan bahwa doa yang berkenan kepada Tuhan adalah doa yang
disampaikan dari kamar yang tertutup. Coba pertimbangkan! Kanapa Yesus
harus mengatakan ayat 6 tersebut? Karena orang-orang Farisi suka berdoa di
tempat-tempat terbuka agar orang lain melihat mereka sebagai orang rohani
(Mat 6:5). Tuhan Yesus ingin menghapus kesalahan ini dengan mengatakan,
jika berdoa jangan pamer tapi berdoalah kepada Tuhan di tempat
tersembunyi, di kamar tertutup. Harus diakui bahwa setiap orang percaya
memerlukan waktu khusus untuk berdoa. Khususnya para hamba-hamba
Tuhan harus mengkhususkan waktu untuk berdoa, berada di ruang doa atau
di kamar khusus untuk berdoa, atau di kamar sendiri.
Orang Kristen terkadang harus menyendiri, menjauhkan diri dari kebisingan
termasuk dari keributan anak-anak mereka agar bisa berdoa. Menutup kamar
untuk berdoa merupakan salah satu yang bisa dilakukan dan
memberitahukan kepada anggota keluarga serta anak-anak mereka agar
tidak ribut karena ada yang sedang berdoa di kamar. Seorang ayah dan ibu
yang ingin berdoa di kamar dan meminta anak-anaknya untuk diam dan
tenang, bukanlah suatu sikap pamer kerohanian, justru hal itu akan mendidik
anak-anaknya untuk menghargai mereka yang berdoa dan mengerti bahwa
ketika berdoa tidak bisa membuat keributan. Saat-saat menyepi untuk berdoa
sangat dibutuhkan khususnya ketika sedang berpuasa. Mereka yang
mengemban tugas rohani di gereja sebagai pendeta, guru injil, majelis gereja
dan lain-lain, waktu menyepi di kamar untuk berdoa merupakan sesuatu yang
mutlak dilakukan.
Namun harus digarisbawahi bahwa berdoa dikamar bukanlah suatu ajaran
satu-satunya dalam Alkitab. Paulus berkata, “Tetaplah berdoa” (1 Tes 5:17).
Ayat ini memberikan suatu perintah bahwa berdoa harus dilakukan terus
menerus (sesering mungkin). Ayat ini juga memberikan penegasan bahwa
berdoa itu bisa dilakukan dimana saja meskipun tidak harus pamer kepada
orang lain. Berdoa dengan menenangkan hati bisa dilakukan meskipun
sedang berada dalam mobil, bus, pesawat dan lain-lain. Berdoa bisa
dilakukan meskipun tidak menutup mata atau tidak berada dalam sebuah
kamar khusus karena berdoa bisa dilakukan dalam hati. Berdoalah selalu
karena itulah perintah.

PILAR #3: IBADAH DAN PERSEKUTUAN

Keberhasilan seorang atau keluarga Kristen dalam kehidupan doa akan
membawa pengaruh yang luar biasa dalam kehidupannya. Satu hal yang
pasti adalah IA AKAN MENGIKUTI IBADAH DAN PERSEKUTUAN di rumah
Tuhan (Ibr 10:24-25). Mereka yang memiliki hubungan yang baik dengan
Tuhan akan menyadari tanggungjawabnya untuk menyembah Tuhan di rumah
Tuhan pada hari Tuhan. Kebaktian Minggu akan menjadi suatu hari yang
ditunggu-tunggu orang yang suka berdoa. Ia akan senang datang ke gereja
untuk beribadah dan menyembah Allah. Ia memiliki suatu kehausan untuk
beribadah. Ia merasa damai dan tenang ketika menyembah Allah karena ia
tahu telah melakukan apa yang dikehendaki Allah. Orang percaya sedemikian
tidak akan pernah meninggalkan KEBAKTIAN Minggu.
Apapun yang terjadi dalam hidupnya, selagi ia bisa berjalan dan berdiri
menuju rumah Tuhan, ia akan bangkit untuk beribadah. Hujan dan guntur
yang menyambar sekalipun tidak akan pernah menghalanginya untuk mencari
wajah Tuhan di rumah Tuhan. Namun sebaliknya, mereka yang gagal dalam
kehidupan doa akan sering meninggalkan Kebaktian Minggu. Orang-orang
seperti ini hanya akan mencari Tuhan ketika mereka dalam keadaan sakit,
bahaya, malapetaka, berduka dan lain-lain. Orang-orang seperti inilah yang
dikatakan sebagai orang-orang yang tidak bertumbuh meskipun sudah lama
menjadi orang Kristen tetapi hanya bisa memakan susu firman Allah dan
bukan daging keras firman Allah. Melihat lamanya menjadi orang Kristen,
sudah sepatutnya menjadi pengajar dalam perkumpulan orang-orang Kristen
tetapi itu tidak pernah terjadi karena mereka tidak bertumbuh (Ibr 6:11-14).
Setelah menyadari tanggungjawabnya sebagai orang Kristen dengan
mengikuti Kebaktian Minggu dengan penuh dedikasi dan komitmen maka ia
akan memiliki komitmen untuk mengikuti persekutuan-persekutuan yang
diselenggarakan gereja seperti persekutuan doa, persekutuan keluarga,
persekutuan wanita, persekutuan-persekutuan lainnya. Namun sebaliknya
mereka yang gagal berdedikasi menghadiri Kebaktian Minggu, akan tidak
berkomitmen untuk mengikuti persekutuan-persekutuan lain yang
diselenggarakan gereja. Meskipun sesekali hadir pada persekutuan tertentu,
hal itu bukanlah karena keinginannya sendiri tetapi mungkin karena desakan
teman-temannya yang secara terpaksa harus dihadiri.

Ada juga orang yang rajin mengikuti berbagai persekutuan dan program
gereja bukan karena merasakan manfaatnya tetapi karena sebagai anggota
majelis gereja atau pengurus dalam persekutuan sehingga harus menjaga
reputasinya sebagai salah satu pemimpin, tetapi jauh dalam hatinya yang
paling dalam, jika ada pilihan ia akan mimilih tidak menghadiri program
tersebut. Di pihak lain, ada juga orang yang begitu giat dalam berbagai
program gereja, hampir menghadiri semua program gereja setiap minggunya,
namun ia melakukannya karena ingin menghindar dari permasalahan dan
pergumulan yang ia miliki di rumahnya seperti masalah keluarga, suami isteri,
perusahaan, pribadi dan lain-lain. Ia menemukan gereja itu bisa menjadi
tempatnya untuk melupakan sejenak semua permasalahannya. Dari semua
permasalahan diatas, dasar kegagalan seperti ini terletak pada kegagalan
dalam kehidupan doa orang tersebut. Jadi yang harus diperbaiki bukanlah
menghadiri berbagai persekutuan tetapi kehidupan doanya sehari-hari.

Kebaktian Keluarga

Keluarga Kristen yang mencintai Tuhan dan berkomitmen untuk bertumbuh
biasanya bukan hanya membaca firman Allah, melakukan renungan saat
teduh, menghadiri kebaktian minggu, dan mengikuti persekutuan-persekutuan
di gereja, tetapi juga berkeinginan lebih dekat kepada Tuhan sebagai satu
keluarga dan melakukan yang dinamakan dengan “kebaktian keluarga setiap
hari.” Kebaktian keluarga ini sangat populer di masa Puritan dan hasilnya,
masa itulah puncak keberjayaan kekristenan dalam hal pembinaan keluarga
Kristen. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada pagi hari sebelum anak-anak
pergi sekolah, dan ada juga yang melakukannya di malam hari sebelum
mereka tidur. Mereka bernyanyi, berdoa bersama, membaca Alkitab dan
merenungkan firman Allah.
Jika saat teduh dan membaca Alkitab dilakukan orang per orang, suami
bersaat teduh sendiri, isteri melakukannya sendiri, anak-anak melakukannya
sendiri, maka kebaktian keluarga merupakan kebaktian yang dilakukan oleh
satu keluarga itu dan dipimpin oleh suami sebagai kepala rumah tangga yang
sekaligus sebagai pemimpin rohani keluarga itu. Pada kesempatan seperti ini,

si ayah akan menuntun anak-anaknya untuk hidup dengan benar sebagai
orang Kristen yang percaya pada Yesus. Suami dan isteri bukan hanya
memperhatikan pendidikan formal anak-anaknya tetapi juga kerohanian
mereka melalui kebakdwtian seperti ini. Kesempatan seperti ini juga menjadi
masa yang baik untuk mengamati apakah anak-anak mereka sudah sungguhsungguh percaya pada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Jika
suami dan isteri di sini menjadi pemimpin untuk anak-anak mereka, sudah
seharusnya mereka memiliki kerohanian dan pengetahuan firman Allah yang
lebih tinggi dari anak-anak mereka.
Dalam hal ini, suami juga berperan sebagai pemimpin rohani bagi isterinya
dimana ia harus memperhatikan kerohanian isterinya agar tetap bertumbuh
dalam Tuhan. Bagi para isteri yang memiliki suami yang belum percaya pada
Kristus akan memiliki pergumulan dan permasalahan untuk melakukan
kegiatan ini karena belum tentu bisa melakukan kebaktian keluarga seperti ini,
bahkan sekalipun suaminya mengizinkannya, sang isteri akan berperan
sebagai pemimpin rohani untuk anak-anaknya. Kebaktian keluarga
merupakan waktu yang khusus bagi setiap keluarga untuk bersama-sama
bertumbuh dalam Tuhan dan saat yang baik untuk memantau pertumbuhan
iman dan kerohanian anggota keluarga. Sangat disayangkan kegiatan ini
sudah jarang ditemukan dalam keluarga Kristen sekarang ini bahkan dalam
keluarga pendeta, guru injil dan majelis gereja.

PILAR #4: PEMAHAMAN ALKITAB SECARA PRIBADI

Setelah seseorang berkomitmen dan berdedikasi untuk membaca Alkitab dan
saat teduh (Maz 1:2) dan teruji paling sedikitnya telah berlangsung satu tahun
penuh, baru kemudian ia akan berdedikasi untuk melaksanakan pemahaman
Alkitab (PA) pribadi. Jika pada pilar pertama diatas saja ia masih gagal, ia
tidak akan mungkin bisa melakukan pilar keempat ini.
Pemahaman Alkitab pribadi ini biasanya dilakukan mereka yang ingin benarbenar bertumbuh dalam iman dan kerohanian (2 Tim 2:15). Kegiatan ini

umumnya dilakukan oleh mereka yang berkomitmen sebagai satu keluarga
dimana suami, isteri dan anak-anak mereka ikut berdiskusi dalam
merenungkan dan mendiskusikan bagian firman Allah. Biasanya kegiatan ini
bisa dilakukan pada malam hari atau setelah kebaktian keluarga.
Pelaksanaan kegiatan ini biasanya mengikuti buku panduan jika masih
pemula dalam hal kekeristenan atau dalam melaksanakan kegiatan ini. Tetapi
jika sudah semakin dewasa, mereka bisa memilih bagian firman Allah tertentu
untuk dipelajari bersama-sama. Dalam hal ini suami sebagai pemimpin
keluarga dan sekaligus pemimpin rohani dalam rumah tangga akan
bertanggungjawab dalam pelaksanaannya. Kegiatan ini tidak harus dilakukan
setiap hari tetapi bisa memilih hari-hari tertentu sebagai hari pendalaman
Alkitab pribadi. Jika hal ini terlaksana dengan baik maka kegiatan ini juga
akan sangat bermanfaat dalam pembinaan kerohanian setiap anggota
keluarga.

Membaca buku rohani

Hal yang tidak kalah pentingnya dalam membangun iman dan kerohanian
seseorang adalah membaca buku-buku rohani. Namun tidak semua bukubuku rohani Kristen itu baik. Ada buku-buku yang bisa merusak iman dan
kerohanian karena isi buku-buku itu bertentangan dengan apa yang diajarkan
Alkitab. Untuk itu dibutuhkan petunjuk dan panduan buku-buku apa saja yang
boleh dibaca. Membeli buku-buku rohani di toko buku memang sangat mudah
tetapi mendapatkan buku yang berbobot dan bagus tidak semudah yang
dibayangkan. Judul dan sampul yang menarik belum tentu mencerminkan
ajaran Alkitabiah yang benar. Oleh karena itu barangsiapa yang ingin
membaca buku-buku rohani harus berhati-hati dan memiliki prasupposisi
bahwa hanya ALKITAB yang benar dan setiap buku yang tidak sejalan dan
harmonis dengan ajaran Alkitab harus ditolak (ref. Rom 3:4).
Ketika membaca buku-buku rohani, seseorang itu dituntut memiliki suatu
fondasi yang kuat. Jika ia seorang Kristen baru, seharusnya jangan membaca
sembarang buku-buku rohani karena itu bisa merusak pertumbuhan imannya.
Namun jika sudah semakin dewasa dan memiliki fondasi pengertian teologis

yang sudah semakin kuat melalui pembacaan Alkitab dan saat teduh yang
teratur, ia bisa membaca buku-buku rohani yang lebih bersifat isu-isu gerejawi
sehingga ia tahu apa yang sedang terjadi dalam kekristenan sekarang ini.
Tetapi jika ada keraguan akan buku apa saja yang bisa/perlu dibaca, akan
lebih berhikmat jika meminta petunjuk dari hamba Tuhan atau pendetanya
demi tercapainya kerohanian yang dewasa. Seorang yang telah memiliki
fondasi teologis yang kuat, bisa membaca buku rohani apa saja dengan
pendekatan kritis dimana Alkitab adalah satu-satunya kebenaran mutlak dan
segala sesuatu yang bertentangan dan kontradiksi dengan Alkitab harus tolak.
Ajaran yang merendahkan dan meremehkan Alkitab harus dibuang dan
ditolak.

KESIMPULAN

Apakah anda sudah lebih mengerti kondisi keadaan iman dan kerohanian
anda saat ini? Apa yang harus anda lakukan untuk memperbaiki kelemahan
dan kegagalan anda? Kiranya pembaca mau mendedikasikan diri dan
membenahi kehidupan kerohaniannya dengan mengikuti pilar-pilar utama
pertumbuhan kerohanian dan iman ini (Samson H)