11 terdapat keterlambatan hanya dari 1 hingga 30 hari. Sedangkan yang digolongkan
dalam kualitas kredit macet adalah jika terdapat keterlambatan yang lebih dari 30 hari.
Kredit yang bermasalah dapat diselamatkan melalui beberapa cara, tergantung dari kesulitan yang dihadapi debiturnya. Cara-cara tersebut yaitu :
15
a. Penjadwalan Kembali rescheduling
Adalah perubahan persyaratan kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran atau jangka waktunya.
b. Persyaratan kembali reconditioning
Adanya perubahan sebagian atau keseluruhan syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu
danatau persyaratan lain sepanjang menyangkut perubahan maksimum saldo kredit.
c. Penataan Kembali restructuring
Adalah perubahan syarat-syarat kredit yang menyangkut penambahan dana bank, konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi
pokok kredit baru danatau konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan dalam perusahaan, yang disertai dengan
penjadwalan kembali danatau persyaratan kembali. d.
Tindakan penyelamatan dapat juga merupakan kombinasi dari ketiga usaha yang telah disebutkan diatas.
15
C. Timon Yunianti Ananda.1997. Dasar-dasar Perkreditan. Jakarta : PT.Gramedia. Hlm. 115-
117.
12 Apabila usaha penyelesaian kredit bermasalah secara non litigasi yaitu
melalui rescheduling, reconditioning, restructuring tersebut tidak berhasil, maka selanjutnya pihak bank sebagai kreditur berhak untuk menempuh upaya litigasi
dengan mengajukan gugatan perdata kepada debitur ke pengadilan. Dalam hal perjanjian kredit yang tidak menggunakan agunan, maka kreditur berhak menagih
debitur sampai pada harta kekayaannya. Yang menjadi dasarnya adalah Pasal 1131 KUHPerdata, yang menyatakan “Segala barang-barang bergerak dan tak
bergerak milik debitur, baik yang sudah ada maupun yang akan ada, menjadi jaminan untuk perikatan-perikatan perorangan debitur itu
”. Namun berdasarkan pengalaman yang ada, penyelesaian melalui jalur hukum ini kurang diminati
karena selain memakan waktu lama, yang sering terjadi nilainya jauh dibawah nilai yang diinginkan, sehingga tidak banyak yang melakukannya.
16
Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penyaluran kredit biasanya disertai pula dengan meningkatnya kredit yang bermasalah. Seperti yang terjadi di
Salatiga, walaupun tidak semua nasabah kredit bermasalah, tetapi tetap saja timbul beberapa kasus kredit yang bermasalah. Penulis mengambil contoh yang
terjadi di Danamon Simpan Pinjam Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga. Pada DSP ini terdapat kasus kredit yang bermasalah. Sepanjang tahun 2011, terdapat
kasus kredit tanpa agunan macet sebanyak 99 debitur prioritas tunggak DPD Day Past Due
.
16
Sri Laksmi Sukarsa. Eksistensi dan Permasalahan Debt Collector Dalam Perekonomian dan Perbankan. Hlm. 3.
13 Dalam skripsi ini, penulis akan meneliti mengenai upaya penyelesaian
kredit tanpa agunan macet yang telah ditempuh oleh pihak DSP Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga terhadap 23 debitur pada tahun 2011.
Penulis mengambil contoh dalam permasalahan Ny. En memiliki usaha warung sembako dengan keterlambatan 61 hari yang omset usahanya tidak
memadai karena ternyata keadaan debitur tersebut tidak sama dengan data yang diambil pada saat survey awal. Ny. En memiliki pinjaman awal sebesar Rp.
10.000.000,00 dalam jangka waktu 24 bulan dengan angsuran sebesar Rp. 697.000,00 tiap bulannya. Melihat dari hasil analisa ulang terhadap kemampuan
bayar debitur Ny. En, maka pihak DSP Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga mengambil keputusan untuk mengubah persyaratan kredit, yaitu mengubah sisa
pokok pinjaman sebesar Rp. 5.000.000,00 menjadi suatu kredit baru. Jadi pinjaman baru sebesar Rp. 5.000.000,00 dalam jangka waktu 24 bulan dengan
angsuran sebesar Rp. 300.000,00. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa pihak DSP Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga melakukan tindakan
Restructuring yang dikombinasikan dengan Rescheduling terhadap debitur Ny. En
dengan keringanan yang diberikan yaitu penurunan jumlah untuk setiap angsuran yang mengakibatkan perpanjangan jangka waktu kredit yang dilakukan dengan
cara mengkonversi seluruh tunggakansisa pinjaman menjadi pokok kredit baru. Selanjutnya penulis mengambil contoh dalam permasalahan Tn. Jk
dengan keterlambatan 91 hari memiliki usaha bengkel sepeda motor namun mengalami kecelakaan dan mengalami cacat tubuh permanen, sehingga
bengkelnya pun ditutup. Melihat dari keadaan Tn. Jk yang sudah tidak lagi
14 melakukan kegiatan usahanya tersebut, maka pihak DSP Solusi Modal unit
Pasaraya Salatiga menyarankan kepada Tn. Jk untuk melunasi sisa pinjamannya dengan mendapat potongan. Sisa pinjaman yang dimiliki Tn. Jk adalah Rp.
5.000.000,00 jadi yang harus dibayarkan oleh BB adalah sebesar 70 dari Rp. 5.000.000,00 tersebut yaitu Rp. 3.500.000,00. Potongan yang diberikan kepada
Tn. Jk sebesar 30 dianggap sebagai bunga yang dibebaskan atau tidak perlu dibayar oleh Tn. Jk jika melakukan pelunasan sisa pinjamannya. Berdasarkan hal
tersebut, dapat dikatakan bahwa pihak DSP Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga melakukan tindakan Reconditioning atau persyaratan kembali terhadap debitur
Tn. Jk dengan perubahan peryaratan kredit yang diberikan yaitu berupa pembebasan bunga, dalam hal ini debitur dinilai memang tidak sanggup
membayar bunga karena debitur hanya mencapai tingkat kembali pokok.
17
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui dan menggambarkan mengenai bagaimana
penyelesaian kredit tanpa agunan bermasalah yang terdapat pada suatu bank. Penulis memilih untuk melakukan penelitian di Danamon Simpan Pinjam Solusi
Modal unit Pasaraya Salatiga karena pihak DSP tersebut, sebagai sebuah divisi dari Bank Danamon, pernah menghadapi permasalahan mengenai kredit tanpa
agunan yang macet dan telah memiliki kebijakan-kebijakan dalam menyelesaikan kredit tanpa agunan macet tersebut.
17
Nanda Ferri K, Credit Analyst Officer Danamon Simpan Pinjam Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga, wawancara di Salatiga : 11 Juni 2012
15
C. Rumusan Masalah