Latar Belakang Masalah Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyelesaian Kredit Tanpa Agunan di Danamon Simpan Pinjam Solusi Modal Unit Pasaraya Salatiga T1 312008027 BAB I

4

B. Latar Belakang Masalah

Pada prinsipnya kegiatan suatu bank terdiri dari 3 tiga golongan, yaitu kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat, kegiatan penarikan dana kepada masyarakat, serta kegiatan pemberian jasa tertentu yang dapat menghasilkan fee based income. 4 Fungsi utama perbankan di Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. 5 Sebagai penghimpun dana masyarakat, pihak bank menyediakan layanan dalam bentuk simpanan atau tabungan, giro, deposito, dan sebagainya. Sedangkan sebagai penyalur dana masyarakat, bank menyediakan layanan dalam bentuk pemberian kredit kepada masyarakat. Salah satu bank swasta nasional yang memberikan kredit mikro pelayanan keuangan yang diperuntukkan bagi pengusaha mikro berpenghasilan rendah adalah Bank Danamon, melalui salah satu divisinya yaitu Danamon Simpan Pinjam DSP. Pemberian kredit ini adalah tanpa agunan, yang dinamakan dengan program Solusi Modal. Solusi modal adalah pinjaman jangka pendek tanpa agunan untuk modal usaha atau keperluan lainnya. Dalam hal penyaluran kredit, tidak terlepas dari adanya resiko kredit yaitu resiko kerugian yang disebabkan oleh ketidakmampuan dari debitur atas kewajiban pembayaran utangnya baik utang pokok maupun bunganya ataupun keduanya 6 . Untuk menghindari resiko kredit tersebut maka pihak bank perlu untuk menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan dana kredit, yang salah satunya adalah dengan dilakukan melalui kegiatan penyidikan dan analisis 4 Munir Fuady. 2003. Hukum Perbankan Modern. Buku Kesatu. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.Hlm 8. 5 Pasal 3 Undang-Undang Perbankan 6 http:id.m.wikipedia.orgwikiRisiko_kredit diunduh pada 4 Juni 2012 5 kredit. Analisis kredit berperan sebagai saringan pertama untuk menangkal munculnya kredit bermasalah. 7 Tujuan utama analisis permohonan kredit adalah untuk memperoleh keyakinan apakah nasabah mempunyai kemauan dan kemampuan memenuhi kewajibannya kepada bank secara tertib sesuai dengan yang telah diperjanjikan dengan pihak bank. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian kredit adalah prinsip 6C’s Analysis, yaitu : 8 1. Character, adalah keadaan watak dari nasabah, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian terhadap karakter ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana kemauan nasabah untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. 2. Capital, adalah jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah. Modal sendiri diperlukan bank sebagai alat kesungguhan dan tanggung jawab nasabah dalam menjalankan usahanya karena ikut menanggung resiko terhadap gagalnya usaha. 3. Capacity, adalah kemampuan yang dimiliki calon nasabah dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana calon nasabah mampu untuk mengembalikan atau melunasi utang-utangnya secara tepat waktu dari usahanya. 4. Collateral, adalah barang-barang yang diserahkan nasabah sebagai agunan terhadap kredit yang diterimanya. 7 Siswanto Sutojo.2008. Menangani Kredit Bermasalah : Konsep dan Kasus. Jakarta : PT Damar Mulia Pustaka. Hlm. 95. 8 http:arsasi.wordpress.com20080921analisa-kredit-6c diunduh pada 14 Juni 2012 6 5. Condition of economy, yaitu situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat yang kemungkinannya mempengaruhi kelancaran usaha calon debitur. 6. Constraints, adalah batasan atau hambatan yang tidak memungkinkan suatu bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu, misalnya pendirian suatu usaha pompa bensin yang disekitarnya terdapat bengkel las atau pembakaran batu bara. Dari keenam prinsip diatas, yang terpenting untuk diperhatikan adalah character. Apabila prinsip ini tidak terpenuhi, maka dapat dikatakan kelima prinsip lainnya adalah tidak berarti. Karena yang terpenting dari seorang debitur kredit adalah kemauan dan itikad baiknya dalam melaksanakan kewajibannya sesuai dengan yang telah diperjanjikan dengan pihak bank sebagai kreditur. Hal ini menunjukkan bahwa agunan atau Collateral bukanlah menjadi yang terpenting dalam suatu perjanjian kredit. Mengenai Collateral, hal tersebut diperlukan sebagai salah satu upaya dalam mengurangi resiko ketidakpastian yang ditimbulkan dari adanya jeda waktu antara pemberian dan pengembalian dalam perjanjian kredit. Selama ini masyarakat awam mempersamakan pengertian “jaminan kredit” dengan “agunan kredit”, padahal keduanya berbeda. Jaminan kredit adalah jaminan utama yang berwujud tidak nyata, yaitu jaminan yang berupa “keyakinan” bank atas “itikad baik” nasabah debitur untuk melunasi hutangnya sesuai perjanjian, sedangkan agunan kredit adalah jaminan tambahan yang pada 7 umumnya berwujud fisik misalnya : rumah, tanah, mobil, surat berharga, dan lain-lain yang dicadangkan untuk pelunasan hutang. Agunan merupakan salah satu unsur pemberian kredit yang digunakan sebagai alternatif dalam pembayaran kredit apabila debitur tidak melakukan kewajibannya. Agunan kredit terdiri dari agunan pokok dan agunan tambahan. Agunan pokok dapat berupa barang, surat berharga, atau garansi, yang berkaitan langsung dengan objek yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan, seperti barang-barang yang dibeli dengan kredit yang bersangkutan, maupun tagihan- tagihan debitur kepada pihak lain. Sedangkan agunan tambahan dapat berupa barang, surat berharga, atau garansi, yang tidak berkaitan langsung dengan objek yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan, yang ditambahkan sebagai agunan. Agunan tambahan tidak bersifat pokok, artinya tanpa agunan itu pun bank tetap dapat memberikan kredit kepada nasabah debitur, asalkan syarat jaminan kredit dan agunan pokok telah dipenuhi. 9 Istilah Collateral oleh UU Perbankan No 10 Tahun 1998 diartikan dengan “agunan”. 10 Pengertian agunan kredit dapat dilihat pada Pasal 1 angka 23 UU Perbankan, sedangkan pengertian jaminan kredit secara implisit dapat kita lihat dalam Pasal 8 ayat 1 UU Perbankan yang menyatakan “Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan 9 http:www.advokatmuhammadjoni.comopinitulisan189-hak-kekayaan-intelektual-sebagai- jaminan-hutang.html diunduh pada 24 Mei 2012 10 Rachmadi Usman. 2001. Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 282. 8 kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan .” Sedangkan pada Pasal 2 ayat 1 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 2369KEPDIR tanggal 2 Februari 1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit, dapat kita temukan bahwa yang dimaksud dengan jaminan adalah suatu keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan. 11 Jadi, dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa kredit tanpa agunan adalah kredit yang tidak memerlukan agunan, namun tetap memerlukan jaminan yaitu berupa keyakinan bank atas debiturnya. Untuk memperoleh keyakinan atas debiturnya tersebut, maka bank sebelum memberikan kredit harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, model dan prospek usaha dari debitur. 12 Dalam kasus kredit bermasalah, debitur mengingkari janji mereka membayar bunga danatau kredit induk yang telah jatuh tempo, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran, sehingga memungkinkan kreditur terpaksa melakukan tindakan hukum. 13 Sedangkan istilah kredit macet umumnya muncul setelah pihak debitur macet dan gagal melakukan pelunasan kredit sesuai dengan yang diperjanjikan. Di dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor : 30267KEPDIR jo Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 3016UPPB tanggal 11 Hermansyah. 2005. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta : Kencana. Hlm. 69. 12 Muhamad Djumhana. 2000. Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Hlm. 394. 13 Siswanto Sutojo. Op.Cit. Hlm. 13. 9 27 Febuari 1998 yang telah diperbaharui dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor :72PBI2005, Pasal 12 ayat 3 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, ditetapkan secara tegas penggolongan kualitas kredit, yaitu 14 : 1. Lancar pass, apabila memenuhi kriteria : a Pembayaran angsuran pokok danatau bunga tepat waktu, dan b Memiliki mutasi rekening yang aktif, atau c Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai cash collateral . 2. Dalam perhatian khusus special mention, apabila memenuhi kriteria : a Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang belum melampaui 90 Sembilan puluh hari, atau b Kadang-kadang terjadi cerukan, atau c Mutasi rekening relatif aktif, atau d Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan, atau e Didukung oleh pinjaman baru. 3. Kurang lancar substandard, apabila memenuhi kriteria : 1 Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang telah melampaui 90 Sembilan puluh hari, atau 2 Terjadi cerukan, atau 3 Frekuensi rekening relatif rendah, atau 14 Mudhofar, August. 2008. “Penanganan Kredit Bermasalah pada PT. Bank Jateng Cabang Utama, Pemuda, Semarang Setelah Piutang Bank Daerah Bukan Lagi Piutang Negara”. Tesis: Program Studi Magister Kenotariatan, Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro Semarang. hal 48. 10 4 Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 Sembilan puluh hari, atau 5 Terjadi indikasi masalah keuangan debitur, atau 6 Dokumentasi pinjaman lemah. 4. Diragukan doubtful, apabila memenuhi kriteria : 1 Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang telah melampaui 180 seratus delapan puluh hari, atau 2 Terjadi cerukan yang bersifat permanen, atau 3 Terjadi wanprestasi lebih dari 180 seratus delapan puluh hari, atau 4 Terjadi kapitalisasi bunga, atau 5 Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan. 5. Macet loss, apabila memenuhi kriteria : 1 Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang telah melampaui 270 dua ratus tujuh puluh hari, atau 2 Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru, atau 3 Dari segi hukum kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar. Sedangkan menurut ketentuan yang telah ditetapkan di DSP Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga, terdapat dua penggolongan kualitas kredit, yaitu lancar dan macet. Yang digolongkan dalam kualitas kredit lancar adalah jika pengembalian kredit atau pembayaran angsuran pinjaman berjalan tepat waktu, atau jika 11 terdapat keterlambatan hanya dari 1 hingga 30 hari. Sedangkan yang digolongkan dalam kualitas kredit macet adalah jika terdapat keterlambatan yang lebih dari 30 hari. Kredit yang bermasalah dapat diselamatkan melalui beberapa cara, tergantung dari kesulitan yang dihadapi debiturnya. Cara-cara tersebut yaitu : 15 a. Penjadwalan Kembali rescheduling Adalah perubahan persyaratan kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran atau jangka waktunya. b. Persyaratan kembali reconditioning Adanya perubahan sebagian atau keseluruhan syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu danatau persyaratan lain sepanjang menyangkut perubahan maksimum saldo kredit. c. Penataan Kembali restructuring Adalah perubahan syarat-syarat kredit yang menyangkut penambahan dana bank, konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru danatau konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan dalam perusahaan, yang disertai dengan penjadwalan kembali danatau persyaratan kembali. d. Tindakan penyelamatan dapat juga merupakan kombinasi dari ketiga usaha yang telah disebutkan diatas. 15

C. Timon Yunianti Ananda.1997. Dasar-dasar Perkreditan. Jakarta : PT.Gramedia. Hlm. 115-

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Prosedur Pemberian Kredit pada Koperasi Simpan Pinjam Talenta Salatiga

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyelesaian Kredit Tanpa Agunan di Danamon Simpan Pinjam Solusi Modal Unit Pasaraya Salatiga

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyelesaian Kredit Tanpa Agunan di Danamon Simpan Pinjam Solusi Modal Unit Pasaraya Salatiga T1 312008027 BAB II

0 0 39

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyelesaian Kredit Tanpa Agunan di Danamon Simpan Pinjam Solusi Modal Unit Pasaraya Salatiga T1 312008027 BAB IV

0 0 2

T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pengembangan Koperasi Simpan Pinjam: Studi Kasus pada Koperasi Simpan Pinjam Mentari Dana Mandiri Salatiga T1 BAB V

0 0 2

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pengembangan Koperasi Simpan Pinjam: Studi Kasus pada Koperasi Simpan Pinjam Mentari Dana Mandiri Salatiga T1 BAB IV

0 0 33

T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pengembangan Koperasi Simpan Pinjam: Studi Kasus pada Koperasi Simpan Pinjam Mentari Dana Mandiri Salatiga T1 BAB III

0 0 7

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pengembangan Koperasi Simpan Pinjam: Studi Kasus pada Koperasi Simpan Pinjam Mentari Dana Mandiri Salatiga T1 BAB II

0 0 21

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pengembangan Koperasi Simpan Pinjam: Studi Kasus pada Koperasi Simpan Pinjam Mentari Dana Mandiri Salatiga T1 BAB I

0 2 5

Pelaksanaan Tanggung Jawab Ahli Waris Terhadap Utang Pewaris atas Fasilitas Kredit ”Solusi Modal” Tanpa Jaminan (Studi di Bank Danamon Simpan Pinjam Unit Solusi Modal Jombang)

0 0 133