37 | V o l u m e 1 N o m o r 1 J u n i 2 0 1 4
2.4. Syarat-Syarat Perkawinan
Seperti yang diatur dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, bahwa syarat-syarat untuk melangsungkan suatu ikatan perkawinan, antara
lain adalah sebagai berikut: a.
Perkawinan haruslah berdasarkan atas perstujuan kedua calon mempelai.
b. Untuk melangsungkan perkawinan seseorang yang mencapai umur 21
tahun haruslah mendapat izin dari kedua orang tuanya. c.
Haruslah mendapat izin dari kedua orang tuanya yang masih hidup atau walinya apabila orang tua telah tiada.
d. Perkawinan hanya diizinkan apabila pihak pria sudah mencapai umur 19
tahun dan wanita 16 tahun. e.
Perkawinan adalah sah bilamana dilakukan menurut hukum masing- masing agama dan kepercayaan.
f. Perkawinan haruslah dicatat menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku.Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.
2.5. Pencatatan Perkawinan
Seperti yang diatur dalam UU No. 1 Tahun 1974 dalam Bab 1 Pasal 2 ayat 20 yang menyatakan bahwa : tiap-tiap perkawinan dicatat menurut perundang-
undangan yang berlaku. UU No. 11974:8. Apabila disimak dari kutipan di atas bahwa perkawinan yang dilaksanakan
tidak bisa dilakukan asal jadi, tetapi dilaksanakan dengan memenuhi ketentuan- ketentuan yang berlaku, baik ketentuan hukum secara nasional maupun hukum
agama serta hukum adat yang ada pada masing-masing calon mempelai. Dan bukti dari kesemua peristiwa itu haruslah dicatat dengan rapi, dicatat dalam arti baik
secara Administrasi oleh Pemerintah maupun o1eh masyarakat adat setempat.
Sebagai bukti yang dianggap paling otentik tentang adanya perkawinan itu bisa dilihat baik dalam surat yang resmi dikeluarkan oleh pihak Pemerintah yang
berdasarkan aturan hukum yang berlaku. Surat dimaksud diperoleh pada Kantor Pemerintah bagian Pencatatan Sipil, juga surat-surat yang dikeluarkan berdasarkan
ketentuan agama yang juga dapat dilihat pada arsip dari organisasi Agama yang juga dapat dilihat pada arsip dari organisasi Agama yang melaksanakannya
disamping surat-surat bukti yang dikeluarkan oleh pihak keluarga dalam hal ini surat yang berdasarkan hukum adat yang berlaku yang melaksanakan perkawinan
itu sendiri dalam hal ini surat perjanjian perkawinan adat yang didalamnya menerangkan identitas yang sah dan resmi tentang Siapa suami isteri itu, serta
ketentuan-ketentuan pemenuhan hukum adat yang harus dipenuhi, baik oleh calon mempelai laki-laki maupun calon mempelai wanita, serta juga Disana diatur
bagaiana tanggung jawab seseorang suami maupun isteri dalam hal membina rumah tangga mereka.
Pada sisi lain dalam surat perjanjian perkawinan adat, juga diatur tentang bagaimana mengelola harta benda hasil perkawinan baik selama hidup maupun
setelah salah satu atau keduanya meninggal dunia. Lebih-lebih Disana juga diatur tentang hak orang tua untuk memelihara keturunannya sekiranya perkawinan itu
membuahkan keturunan.
38 | V o l u m e 1 N o m o r 1 J u n i 2 0 1 4
2.6. Adat Perkawinan Menurut Suku Dayak Ngaju