36 | V o l u m e 1 N o m o r 1 J u n i 2 0 1 4
tujuan perkawinan dalam upaya pemeliharaan dan pendidikan yang menjadi tugas orang tua.
2.2. Tujuan Perkawinan
Seperti halnya tujuan perkawinan menurut undang-undang perkawinan Nomor
1 Tahun 1974 dikatakan bahwa tujuan perkawinan adalah:” Untuk membentuk keluarga rumah tangga bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa”. Untuk merealisasikan tujuan tersebut suami istri perlu saling membantu
dalam melengkapi diri agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya untuk mencapai kesejahteraan spritual dan material.
Suatu perkawinan dikatakan sah menurut hukum apabila perkawinan itu benar-benar dilakukan menurut aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat,
dimana perkawinan itu dilakukan dengan tujuan-tujuan mulia sesuai dengan agama dari masing-masing bersangkutan. Agama menghendaki bawha perkawinan itu
bertujuan untuk memenuhi kahendak dan akal manusia secara duniawi dan surgawi sebagai suatu usaha melaksanakan perintah Tuhan.
Dari uraian-uraian diatas secara singkat dapat dikemukakan bahwa perkawinan adalah kehidupan bersama antara pria dan wanita untuk seumur hidup
dengan tujuan: a. Membina rumah tangga yang rukun, bahagia sejahtera dan kekal.
b. Meneruskan keturunan. c. Memelihara lembaga keluarga.
d. Menjaga persatuan peradaban manusia. e. Memelihara adat istiadat.
2.3. Tujuan Perkawinan menurut Hukum Adat
Dalam pandangan hukum adat bahwa tujuan perkawinan itu adalah membina kerukunan kehidupan dan mencapai kesejahteraan keluarga dengan maksud ingin
mempertahankan, meneruskan keturunan dalam upaya menjaga kelestarian dan kekerabatan keluarga. Untuk memperoleh nilai-nilai adat budaya dan kedamaian,
serta untuk mempertahankan warisan.
Pada masyarakat
adat yang
patrilinial perkawinan
bertujuan mempertahankan garis keturunan Bapak, sehingga anak laki-laki tertua harus
melaksanakan perkawinan ambil istri dengan pembayaran uang jujur. Dimana setelah perkawinan berlangsung isteri ikut masuk dalam kekerabatan suami dan
melepaskan Kedudukan adatnya dalam susunan kekerabatan bapaknya.
Kemudian pada masyarakat yang matrilineal, perkawinan bertujuan mempertahankan garis keturunan ibu, sehingga anak wanita tertua harus
melaksanakan perkawinan ambil suami. Suami dalam hal ini ikut masuk kekerabatannya dan isteri melepaskan kedudukannya dalam susunan kekerabatan
orang tuanya.
Bagi masyarakat yang parental, dimana ikatan kekerabatannya sudah mulai melemah, seperti pada suku Dayak pada umumnya. Bagi mereka yang melakukan
perkawinan tujuannya semata-mata untuk membina hubungan kekeluargaannya sendiri untuk masa yang akan datang, 1ebih1ebih apabila perkawinan itu campuran
antara berbagai sub suku yang ada yang bukan hanya bertumpu pada sukunya sendiri.
37 | V o l u m e 1 N o m o r 1 J u n i 2 0 1 4
2.4. Syarat-Syarat Perkawinan