PENDAHULUAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI PADA INDUSTRI KECIL MENENGAH (STUDI KASUS PADA: INDUSTRI KECIL MENENGAH “IKM” DI DESA TOULIANG OKI) | Karamoy | JURNAL BERKALA ILMIAH EFISIENSI 12888 25704 1 SM

Ramon Patrick Karamoy 561

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan dunia industri Indonesia harus siap dan kompetitif, oleh karena itu usaha-usaha dalam perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian dan pengendalian dalam perusahaan ataupun usaha Industri Kecil Menengah IKM perlu ditingkatkan agar dapat mencapai tujuan serta meningkatkan daya saingnya. Ciri utama dan yang membedakan antara perusahaan dan Industri Kecil Menengah IKM, yaitu sistem produksinya yang lebih khususnya di dalam proses produksi. Sebelum ketahap proses produksinya terdapat pula LayoutTata Letak yang sangat berkaitan dengan proses produksi karena menyangkut keefektifan serta efisiensi dalam satu perusahaan ataupun usaha IKM. Keterlibatan faktor-faktor produksi merupakan hal yang sangat penting untuk diarahkan kepada sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan, sehingga membawa dampak yang sangat besar bagi efektivitas proses produksi perusahaan maupun para pelaku IKM. Proses produksi dapat berlangsung secara berkesinambungan apabila kebutuhan bahan baku dan penempatan layouttata letak yang tepat untuk pelaksanaan proses produksi dapat terpenuhi. Perkembangan industri mebel yang meningkat tiap tahunnya sampai dengan tahun 2012 meningkat 10, yang dinyatakan Kementerian Perindustrian Kemenperin bagian Industri Hasil Hutan dan Perkebunan, dalam website neraca.co.id, secara langsung mendorang perkembangan ruang kawasan lebih lanjut dengan meningkatnya perkembangan aktifitas perekonomian dan permukiman penduduk. Industri mebel memiliki peranan penting, di dalam perkembangan daerah Kabupaten Minahasa khususnya Kecamatan Eris karena beberapa desa yang mempunyai usaha mebel cukup banyak lebih khususnya lagi di Desa Touliang Oki. Mebel menjadi salah satu sumber mata pencarian warga setempat, dan sebaliknya industri ini memberikan peluang kerja dan usaha bagi warga di desa. Hasil produksi dari desa ini sudah mulai kalah bersaing dengan mebel yang dihasilkan oleh daerah lainnya, seperti mebel yang ada di pulau Jawa, hasil produksi mebel di Desa Touliang Oki masih sangat natural karena memegang erat pola maupun bentuk mebel yang sangat tradisional sehingga terjadinya kurang inovasi bentuk, dan juga produk mebel yang dihasilkan terbilang lebih murah, serta metode pengerjaan masih banyak menggunakan tenaga manusia belum terlalu menggunakan teknologi seperti usaha-usaha mebel di tempat lain. Terciptanya hasil produksi yang baik dan berkualitas tidak terlepas dari manajemen operasi yang handal. Manajemen operasi terkait erat dengan proses yaitu aktivitas-aktivitas mendasar yang digunakan oleh berbagai organisasi untuk melakukan pekerjaan dan mencapai tujuan untuk memproduksi barang dan jasa yang akan digunakan orang setiap harinya. Kumalaningrum, Kusumawati, dan Hardani, 2011. Dapat dikatakan bahwa sistem produksi dilihat sebagai suatu penjamin bagi kelancaran operasional dan usaha perusahaan. Untuk itu, dalam hal ini pada khususnya usaha mebel di desa Touliang oki, di butuhkan dan bahkan diperlukan sistem tertentu untuk me-manage proses pembuatan mebel di Desa Touliang Oki, dalam hal ini penyediaan bahan baku yang tidak berlebihan serta layouttata letak yang tepat sehingga bisa menghapus semua bentuk kesalahan serta pemborosan-pemborosan yang tidak perlu sehingga akan nantinya mempengaruhi hasil produksi mebel di Desa Touliang Oki. Rumusan Masalah “Bagaimana implementasi sistem produksi dalam hal ini proses pembuatan yang di dalamnya penyediaan bahan baku serta layouttata letak yang tepat bisa berpengaruh terhadap hasil akhir produk mebel pada Industri Kecil Menengah di desa Touliang Oki?” Ramon Patrick Karamoy 562 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah, untuk mengetahui apakah impelementasi sistem produksi dalam hal ini penyediaan bahan baku dan layouttata letak yang tepat bisa berpengaruh terhadap hasil akhir produk mebel pada Industri Kecil Menengah di Desa Touliang Oki. Tinjauan Pustaka Manajemen Operasional Heizer dan Render 2006 mengemukakan bahwa Manajemen Operasional adalah serangkaian kegiatan yang membuat barang dan jasa melalui perubahan dari masukan input menjadi keluaran output, dimana kegiatan tersebut terjadi di semua sektor organisasi. Manajemen Produksi Handoko 2006 menjelaskan bahwa manajemen produksi merupakan usaha-usaha secara optimal penggunaan sumber daya atau sering disebut faktor-faktor produksitenaga kerja, mesin-mesin peralatan bahan mentah dan sebagainya dalam proses transformasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai produk atau jasa. Sistem Produksi Banjar Edi Santoso 2013 mengemukakan Sistem adalah satu kumpulan komponen yang saling berintegrasi untuk menjalankan suatu aktivitas atau suatu proses yang dimulai dari input sampai output, input dalam hal ini meliputi bahan baku yang nantinya akan mengalami proses produksi sehingga akan menghasilkan suatu output berupa produk jadi. Sistem Produksi adalah suatu gabungan dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan saling mendukung untuk melaksanakan proses produksi dalam suatu perusahaan. Beberapa elemen yang termasuk dalam sistem produksi ini adalah produk perusahaan, lokasi pabrik, letak dan fasilitas produksi yang dipergunkan dalam perusahaan, lingkungan kerja karyawan, serta standar produksi yang berlaku dalam perusahaan tersebut. Biaya Produksi Biaya produksi yakni biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan produksi dari suatu produk dan akan dipertemukan dimatchkan dengan penghasilan revenue di periode mana produk itu di jual Abdul Halim, 1988. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual Mulyadi, 1995. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi suatu item, yaitu jumlah dari bahan langsung, upah langsung dan biaya overhead pabrik Amin Widjaya Tunggal, 1993 Tenaga kerja Djojohadikusumo, 1987 mendefinisikan mengenai arti tenaga kerja, tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja, termasuk mereka yang menganggur meskipun bersedia dan sanggup bekerja dan mereka yang menganggur terpaksa akibat tidak ada kesempatan kerja. Bahan Baku Mulyadi, 2003 mendefinisikan bahan baku adalah bahan yang membentuk bagian integral produk jadi. Sedangkan bahan baku yang diperoleh dapat berasal dari pembelian lokal, pembelian import, atau bias juga berasal dari pengolahan sendiri. Ramon Patrick Karamoy 563 Pengertian Tata Letak Adisaputro dan Asri 2011 mengemukakan t ata letak mencakup desain dari bagian-bagian, pusat kerja dan peralatan yang membentuk proses perubahan dari bahan mentah menjadi bahan jadi. Perencanaan tata letak merupakan satu tahap dalam perencanaan fasilitas yang bertujuan untuk mengembangkan suatu sistem produksi yang efisien dan efektif sehingga dapat tercapainya suatu proses produksi dengan biaya yang paling ekonomis. Kelancaran dalam proses produksi dari operasi di tentukan pula oleh salah satu factor yang terpenting dalam perusahaan atau unit produksi, yaitu rancangan tata letak dan arus kerja atau proses. Landasan Empiris Ratna Kusumawati 2009, “Studi Just In Time untuk meningkatkan kinerja produktivitas perusahaan”, lebih kepada sistem produksi yang memfokuskan kepada kinerja, produktivitas perusahaan, serta menganalisis pengaruh pemasok dan kecepatan proses produksi terhadap sistem produksi Just In Time. Nasikh 2009, “Model Optimalisasi Faktor Produksi Usaha Industri Kecil Mebel Kayu Jati di Pasuruan Jawa Timur”, bagaimana model optimalisasi faktor produksi usaha industri kecil mebel kayu jati sehingga menghasilkan kombinasi produk mebel yang mampu memberikan keuntungan yang maksimal bagi pengrajin. Meybodi M.Z, Int. J. Product Development, Vol. X, No. Y “The impact of just-in-time practices on new product development: a managerial perspective” untuk menunjukkan bahwa prinsip- prinsip Just In Time di bidang manufaktur dapat digunakan untuk meningkatkan produk baru pembangunan dan menunjukkan bahwa organisasi dengan sistem manufaktur just in time sukses juga berhasil dalam proses pengembangan produk. Sedangkan penelitian sekarang lebih kepada sistem produksi yang memfokuskan kepada bahan baku dan layout.

2. METODE PENELITIAN

Dokumen yang terkait

Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah di Kecamatan Medan Selayang

8 136 73

Strategi Pemasaran Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Dalam Mengembangkan Usaha (Studi Kasus Pada Usaha Kerajinan Rotan Swaka Karya)

19 171 94

Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Studi Kasus Kerajinan Sapu Moro Bondo di Desa Limau Manis, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

2 62 130

Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)Masyarakat Desa Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)Mandiri (Studi kasus di Desa Jorlang Huluan Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun)

7 132 78

Pengaruh Kemandirian Pribadi Terhadap Kemauan Memulai Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Studi Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara)

2 53 84

Analisis Implementasi Prosedur Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada Bank Syariah (Studi Kasus Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai)

3 52 95

Analisis Pengembangan UKM (Usaha Kecil Menengah) dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat (Studi Kasus : UKM Kecamatan Medan Tembung)

0 35 85

Analisa Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Kecil Dan Menengah: Studi Kasus PT. BPR Laksana Abadi Sunggal Medan

0 29 86

Upaya Pengembangan Usaha Kecil Bordir Dan Sulaman Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat (Studi Kasus : Kotamadya Bukittinggi )

0 28 93

Analisis Pengembangan industri Kecil Terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat (Studi Kasus :...

0 22 5