Misi : Index of /ProdukHukum/kehutanan

Halaman

B. Misi :

VI. ISU-ISU STRATEGI DAN PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

Timur. 1. Menjamin keberadaan hutan wilayah perbatasan; 2. Mengoptimalkan manfaat hutan wilayah perbatasan; 3. Pembenahan kelembagaan pengurusan hutan wilayah perbatasan. 1. Batas kawasan hutan secara dan baik dalam wilayah RI maupun di sepanjang garis perbatasan dengan Malaysia tidak jelas dan tidak mantap. 2. Pola pemanfaatan kawasan hutan di wilayah perbatasan belum optimal akibat kekurangan telitian informasi peta topografi, peta tanah, peta iklim, peta vegetasi yang dipergunakan sebagai dasar dalam penetapan f u n g s i penggunaan hutan di masa lalu. 3. Keadaan hutan sebagian rusak, sehingga tidak memungkinkan baginya untuk berfungsi secara optimal 4. kegiatan pencurian kayu dan perdagangan yang melanggar hukum dan dari kawasan hutan di wilayah perbatasan telah lama terjadi dan semakin merebak. 5. Sistem pengelolaan hutan pada kawasan hutan perbatasan belum kondusif bagi keterlibatan dan partisipasi masyarakat disekitarnya. 6. Peraturan perundangan dalam bidang kehutanan antara peraturan pada tingkat pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten belum harmonis. 7. Sistem kelembagaan pengurusan kawasan hutan di wilayah perbatasan belum jelas dan sangat lemah. : 1. Peta dasar tidak sama, terutama kawasan konservasi belum menjadi perhatian. 2. Aksesibilitas rendah termasuk kurangnya fasilitas pengamanan. 3. Batas negara berimpit dengan batas kawasan hutan, serta penataan batas belum partisipatif. 4. Adanya perbedaan persepsi hukum terhadap batas kawasan hutan. 5. Kebijakan pemerintah belum dan kurang memperhatikan kepentingan dan partisipasi masyarakat serta belum ada harmonisasi. 6. Pemanfatan SDH terlampau berpihak pada pemodal kuat. 7. Kurangnya pengembangan peluang pemanfatan hutan bagi masyarakat. 8. Adanya desakan ekonomi dan perubahan nilai kultural. 9. Pemanfatan kawasan hutan tidak sesuai dengan ijin yang diberikan serta bermotif jangka pendek. 10. Masyarakat sering dianggap bodoh, malas dan jarang diberi kesempatan dalam mengelola hutan. 11. Belum memperhatikan kearifan tradisional. 12. Pasar Indonesia tidak mengakomodasikan kayu padahal negara tetangga tidak, serta permasalahan kayu l mengarah kepada penadahan. 13. Masih terbatasnya pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan hutan lestari. 14. Perbedaan antar peraturan perundangan, serta masih tingginya ego-sektoral termasuk interest kepentingan pusat dan daerah. 15. Proses penyusunan peraturan perundangan cenderung dianggap belum partisipatif serta mengabaikan hak-hak adat. 16. Penanggung jawab kawasan perbatasan belum jelas. 17. Sosialisasi peraturan perundangan dan kebijakan yang ada belum berjalan optimal. 18. Sistem pengawasan kurang terpadu dan efektif serta kurang adanya dari pemerintah. 19. Belum adanya harmonisasi kerjasama dan koordinasi antara pemerintah pusat-daerah serta NGO dan masyarakat lokal. 20. Tata usaha kayu yang belum terkoordinasi antara RI dan Malaysia. 21. Perlu keselarasan antara hukum negara dan hukum masyarakat. 22. Belum ada kesepahaman antara RI-Malaysia mengenai . 23. Belum terpenuhinya kesejahteraan aparat penegak hukum. 24. Belum adanya alternatif bagi masyarakat untuk bekerja di sektor lain selain kayu. 25. Belum jelasnya mekanisme kewenangan masing-masing pihak terkait pusat-provinsi-kab-pihak terkait lainnya.

A. Renstra Pengelolaan Kawasan Hutan Wilayah Perbatasan RI-Malaysia di Kalimantan