PENDAHULUAN Pengukuhan Kawasan Hutan

Halaman

I. PENDAHULUAN

Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI, merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dan diapit oleh dua benua Asia dan Australia, memiliki posisi yang sangat strategis secara politik, sosial-ekonomi, kebudayaan dan pertahanan serta keamanan. NKRI memiliki batas wilayah intersional dengan 10 negara tetangga. Perbatasan didarat terdiri dari 3 tiga negara yaitu Malaysia, PNG dan Timor Leste. Sedangkan sebagai negara kepulauan Indonesia mempunyai batas maritim berupa batas laut wilayah teritorial, batas landas kontinen dan batas Zone ekonomi Eksklusif ZEE dengan 10 negara yaitu India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Palau, PNG, Timor Leste dan Australia. Kawasan perbatasan baik sebagai bagian dari wilayah provinsi, kabupaten atau kota yang langsung bersinggungan dengan negara tetangga, secara nasional memiliki arti yang strategis namun sampai saat ini penataan dan pembangunan wilayah perbatasan belum dilakukan secara maksimal. Perkembangan daerah di wilayah perbatasan dirasakan lambat masih tertinggal dan memprihatinkan, tingkat kesejahteraan masyarakatnya rata-rata tergolong miskin. Pemerintah selama ini memandang wilayah perbatasan sebagai “halaman belakang” bukan “halaman depan” negara. Menurut data dari Kementrian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal menyebutkan 3 dari 5 kabupaten perbatasan negara di Kalimantan Barat Kalbar, 3 kabupaten di Kalimantan Timur Kaltim dan 3 Kabupaten di Nusa Tenggara Timur NTT merupakan daerah tertinggal. Untuk itu perlu perhatian untuk menangani kawasan tersebut, namun tetap mempertimbangkan aspek keamanan, kesejahteraan dan lingkungan hidup. Berbagai kebijakan yang selama ini telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan pembangunan wilayah perbatasan dan kesejahteraan masyarakat perbatasan diantaranya melalui pembentukan Badan Pengendali Pelaksanaan Pembangunan Wilayah Perbatasan BP3WPK yang dibentuk melalui Keppres No. 44 tahun 1994, namun hasilnya belum nyata terasa oleh masyarakat. Keadaan sosial ekonomi yang masih jauh tertinggal terasa sangat mencolok apabila dibandingkan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat dari negara tetangga khususnya di sepanjang wilayah perbatasan Indonesia Malaysia di P. Kalimantan. Kebijakan selama ini masih bersifat kebijakan parsial sektoral belum terintegrasi lintas sektoral, kebijakan penanganan dan pengelolaan wilayah yang ada masih tumpang tindih dan belum terkoordinasi secara baik. Kondisi seperti tersebut di atas apabila dibiarkan terus-menerus dapat menimbulkan kerawan dan gejolak sosial ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan illegal logging, illegal trading dan pergeseran batas bahkan kemungkinan terjadi penurunan rasa nasionalisme dan kebangsaan masyarakat di wilayah perbatasan yang pada akhirnya berujung pada diintegrasi. Wilayah perbatasan memiliki potensi yang cukup besar untuk ditata dan dikelola dengan baik, pembangunan wilayah dan kesejahteraan masyarakatnya dapat ditingkatkan melalui kebijakan pemerintah yang merubah pandangan halaman belakang menjadi halaman depan. Diharapkan dengan semakin meningkatnya kesejahteraannya masyarakat akan tercipta pertahanan dan keamanan dan sekaligus stabilitasi kawasan dapat tercapai. Pemerintah saat ini sedang melakukan berbagai kajian untuk menetapkan berbagai kebijakan pembangunan wilayah perbatasan salah satunya melalui upaya sinkronisasi berbagai kebijakan dan program lintas sektor. Departemen Kehutanan saat ini telah menyusun dan menyelesaikan Rencana Strategik Pengelolaan Kawasan Wilayah Perbatasan Indonesia Malaysia di Kalimanatan yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 55Menhut-VII2004 tanggal 18 Pebruari 2004 dan Rancangan Pengelolaan Hutan Wilayah Perbatasan Republik Indonesia Timor Leste di Pulau Timor yang dietapkan melalui Peraturan Menteri Kehutanan Nomor ; P.15Menhut-II2005 tanggal 28 Juni 2005. Renstra Pengelolaan Kawasan Hutan Wilayah Perbatasan RI-Malaysia di Kalimantan dan Rancangan Pengelolaan Hutan Wilayah Perbatasan Republik Indonesia Timor Leste di Pulau Timor merupakan salah satu acuan Departemen Kehutanan dan atau beberapa pihak terkait di Pusat dan Daerah dalam mengelola kawasan hutan wilayah perbatasan. Renstra Pengelolaan Kawasan Hutan Wilayah Perbatasan RI-Malaysia di Kalimantan berlaku tahun 2004 sd 2009, sedangkan Rancangan Pengelolaan Hutan Wilayah Perbatasan RI-Timor Leste berlaku tahun 2005 sd 2009. Substansi yang tertuang dalam Renstra Pengelolaan Kawasan Hutan Wilayah Perbatasan di Kalimantan dan Rancangan Pengelolaan Hutan Wilayah Perbatasan Republik Indonesia Timor Leste di Pulau Timor dapat dilihat pada uraian singkat sebagai berikut : Archipelagic State P L A N L O BULETIN Disarikan Oleh : Tedi Setiadi RANCANGAN PENGELOLAAN HUTAN WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA- TIMOR LESTE DI PULAU TIMOR Wilayah perbatasan daratan Indonesia di Pulau Kalimantan yang berbatasan langsung dengan negara Bagian Sabah dan negara Bagian Sarawak Malaysia Timur, membentang sepanjang ± 1.840 Km mencakup wilayah Provinsi Kaltim sepanjang ± 1.035 Km dan Kalbar sepanjang ± 805 Km. Letak geografis wilayah perbatasan antara 109 10-114 05 BT dan 0 30-2 10 LU. Luas wilayah kawasan yang berada di Provinsi Kalimantan Barat seluas ± 7,2 juta ha, termasuk kedalam 5 Kabupaten yaitu Sambas, Bengkayang,Sanggau,Sintang dan Kapuas Hulu. Wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste di P. Timor Provinsi NTT sepanjang 230 Km batas daratan terdiri dua bagian yaitu : a. Wilayah perbatasan di Kabupaten Kupang dan Kabupaten Timor Tengah Utara TTU dengan Distrik Ambenu Timor Leste sepanjang 115 Km Kab.Kupang sepanjang 10,5 Km dan Kab. TTU sepanjang 104,5 Km b. Wilayah perbatasan di Kabupaten Belu dengan Distrik Bobonaro dan Suai sepanjang 115 Km. Letak geografis wilayah perbatasan Kabupaten Kupang, Kabupaten TTU Distrik Ambenu Timor Leste adalah 124 0212”-124 2828” BT dan 9 1227”LS, Kabupaten Belu Distrik Bobonaro dan Suai Timor Leste 124 5506”-125 1039” BT dan 8 5959”-9 2813” LS. Luas wilayah perbatasan di Kabupaten Kupang Kecamatan Amfoang Utara seluas 48.421 Ha, yang berbatasan langsung hanya 1 desa seluas 10.465 Ha. Di wilayah Kabupaten TTU terdapat 3 kecamatan Kecamatan Miomaffo Timur seluas 44.733 Ha, Miomaffo Barat seluas 44.730 Ha dan Insana Utara seluas 10.672 Ha. Desa-desa yang berbatasan langsung sebanyak 25 desa yaitu seluas 40.405 Ha. Sedangkan di Kabupaten Belu terdapat 5 kecamatan yaitu Kecamatan Tsifeto Timur seluas 27.585 Ha, Reihat seluas 8.721 Ha, Lamaknen seluas 21.431 Ha, Tasifero Barat seluas 28.443 ha dan Kobalima seluas 21.706 Ha. Desa-desa yang berbatasan langsung terdapat 31 desa seluas 86.426 Ha. Sistematika Renstra Pengelolaan Kawasan Hutan Wilayah Perbatasan di Kalimantan terdiri dari beberapa bab yaitu : ; memuat latar belakang dan kondisi umum permasalahan kawasan hutan di wilayah perbatasan, maksud dan tujuan penyusunan renstra , sistematika penyajian serta ruang lingkup. ; memuat gambaran umum wilayah perbatasan antara lain : keadaan sosialbudaya masyarakat, permasalahan kependudukan, keadaan sarana dan prasarana wilayah termasuk aksesibilitasnya, kondisi kawasan hutan, perkembangan pengelolaan kawasan hutan. ; memuat permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan kawasan hutan wilayah perbatasan, serta analisa SWOT terhadap faktor internal dan eksternal yang dihadapi dalam pengelolaan hutan wilayah perbatasan. ; memuat landasan dan falsafah dalam pengelolaan hutan yang terdiri dari prinsip universal, kebijakan Departemen Kehutanan, strategi, tuntutan peran SDH dan fungsi khusus kawasan hutan di wilayah perbatasan serta rumusan visi da misi dalam pengelolaan kawasan hutan wilayah perbatasan. ; memuat isu-isu yang ada, penetapan kebijakan, penetapan tujuan dan sasaran serta penentuan program-programnya. Sistematika penyajian Rancangan Pengelolaan Hutan Wilayah Perbatasan RI-Timor Leste di Pulau Timor hampir sama dengan sistematika Renstra Pengelolaan Kawasan Hutan Wilayah Perbatasan di Kalimantan yang telah diuraikan di atas, namun ada beberapa perbedaan yaitu pada Bab III istilah “Permasalahan” menjadi “Isu-isu Strategis”, Bab V “Kebijakan, Tujuan, Sasaran dan Program” menjadi “Strategi, Kebijakan dan Program” ditambah dengan Bab VI “Penutup”. Adapun Maksud penyusunan Renstra Pengelolaan Kawasan Hutan Wilayah Perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan dan Rancangan Pengelolaan Hutan Wilayah Perbatasan Indonesia - Timor Leste di Pulau Timor adalah untuk melakukan reorientasi dan restrukturisasi kebijaksanaan dan strategi pembangunan kawasan hutan di wilayah perbatasan dalam meningkatkan kesejateraan masyarakat, pelibatan pemerintah daerah dan mewujudkan pengeloalan hutan lestari SFM. II.

2. Wilayah Perbatasan Indonesia-Timor Leste di P. Timor