BPPKB Kota Bandung
3
Bandung Tahun 2014 yang dimaksudkan sebagai perwujudan akuntabilitas
penyelenggaraan kegiatan
yang dicerminkan
dari pencapaian kinerja, visi, misi, realisasi pencapaian indikator kinerja
utama dan sasaran dengan target yang telah ditetapkan.
1.1. Gambaran umum
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Bandung adalah Satuan Kerja Perengkat Daerah yang mempunyai dua
urusan wajib yaitu Urusan Wajib Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Urusan Wajib Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera, dengan Sumber Daya Manusia sebanyak 85 orang, dengan rincian sebagai berikut:
TABEL 1.1 DATA JENJANG PENDIDIKAN PNS DI BPPKB KOTA BANDUNG
TAHUN 2014 NO
JENJANG PENDIDIKAN JUMLAH
1. S3
2. S2
10 3.
S1 46
4. Diploma
5 5.
SLTA 23
6 SLTP
1 7
SD Jumlah
85 Sumber : Data Kepegawaian BPPKB Thn. 2014
BPPKB Kota Bandung
4
TABEL 1.2 DATA JENJANG GOLONGAN PNS DI BPPKB KOTA BANDUNG
TAHUN 2014 NO
GOLONGAN JUMLAH
1. Golongan IV
23 2.
Golongan III 56
3. Golongan II
6 4.
Golongan I Jumlah
85 Sumber : Data Kepegawaian BPPKB Thn. 2014
TABEL 1.3 DATA JABATAN PNS DI BPPKB KOTA BANDUNG TAHUN 2014
NO JABATAN
JUMLAH 1.
Eselon II 1
2. Eselon III
4 3.
Eselon IV 10
4. Fungsional
46 5
Pelaksana Staf 24
Jumlah 85
Sumber : Data Kepegawaian BPPKB Thn. 2014 Untuk melaksanakan tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata kerja
tersebut, sesuai Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2007, Tanggal 4 Desember 2007 Tentang Tugas, fungsi dan struktur
organisasi SKPD Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Bandung danPeraturan Walikota Bandung Nomor 474
BPPKB Kota Bandung
5
Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Organisasi Pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana Kota Bandung, dengan struktur organisasi sebagai berikut :
GAMBAR 1.1 BAGAN STRUKTUR ORGANISASI
BADAB PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA BANDUNG
Tahun 200ggal 4 Desember 2008
BPPKB Kota Bandung
6
1.2. Isu Strategis
Pelaksanaan program pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana di Kota Bandung diarahkan untuk penanganan isu-isu Gender,
Perlindungan anak dan kependudukan dengan asumsi ke depan meliputi:
1 Pengendalian Kuantitas Penduduk, 2 Pengembangan Kualitas Penduduk,
3 Pengembangan Pengarusutamaan Gender PUG, 4 Pengembangan Perlindungan Anak.
Dari seluruh rangkaian Program dan Kegiatan yang telah dilaksanakan, tidak dapat dilaksanakan secara mulus, masih terdapat
masalah-masalah yang ditemukan dan itu akan menjadi bahan acuan untuk Program dan Kegiatan pada Program kerja lima tahun yang akan
datang, adapun masalah yang masih tertinggal diantaranya : 1.
Pemahaman dan kesadaran tentang hak dan kesehatan reproduksi remaja masih rendah. Masyarakat dan keluarga masih enggan untuk
membicarakan masalah reproduksi secara terbuka dalam keluarga. Sementara itu lembaga advokasi dan konseling hak-hak dan
kesehatan reproduksi bagi remaja masih terbatas jangkauannya dan belum dapat memenuhi kebutuhan remaja. Dan pendidikan
kesehatan reproduksi remaja melalui jalur sekolah juga belum sepenuhnya berhasil
2. Masih rendahnya pemahaman dan kesadaran perempuan dan
masyarakat pada umumnya tentang kesetaraan dan keadilan gender, sehingga partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan di
berbagai sektor pembangunan masih sangat rendah. 3.
Pemberdayaan masyarakat di bidang pemberdayaan perempuan dan
BPPKB Kota Bandung
7
keluarga berencana belum sepenuhnya menempatkan masyarakat sebagai subjek pembangunan pemberdayaan perempuan dan
keluarga berencana. Peran aktif masyarakat dalam pembangunan pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana, yang meliputi
pengabdian masyarakat
to serve,
pelaksanaan advokasi
pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana to advocate, dan pelaksanaan pengawasan sosial to watch mulai meningkat. Berbagai
masalah pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana yang timbul dewasa ini, tidak perlu terjadi bila peran aktif masyarakat
dapat terus berjalan bahkan meningkat. 4.
Pembangunan berwawasan pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana sebagai strategi pembangunan nasional, belum dapat
dilaksanakan seperti yang diharapkan, karena belum adanya dukungan nyata dari berbagai unsur.
5. Pelaksanaan terhadap upaya pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana yang bermutu belum optimal, terutama pelayanan pemberdayaan perempuan dan keluarga
berencana kepada masyarakat miskin, dan kelompok rentan. 6.
Sistem perencanaan dan penganggaran Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana belum optimal. Salah satu sebab adalah
kurangnya dukungan informasi pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana dari pelaku pemberi pelayanan pemberdayaan perempuan dan
keluarga berencana. 7.
Peran Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana sebagai pelaksana dan penggerak fasilitator pembangunan pemberdayaan
perempuan dan keluarga berencana belum optimal. Hal tersebut terutama dalam penanganan penduduk miskin dan sistem regulasi.
BPPKB Kota Bandung
8
1.3. Sistematika Penulisan