Perumusan kebijakan dan aturan terkait dengan KPH dan PHBM

1. Memiliki RPHJP yang sudah disahkan 2. Membuat Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek RPHJPd atau Rencana Kerja Tahunan RKT; dan 3. Membuat Rencana Bisnis. Dua hal yang pertama merupakan syarat mutlak operasionalisasi KPH dan saat ini baru 1 satu KPH model yang memiliki RPHJPd yaitu KPH Tasik Besar Serkap di Provnsi Riau. Mengacu pada RPHJPd yang dimiliki oleh KPH Tasik Besar Serkap setelah dilakukan review dan analisa oleh tim kecil, MFP3 membantu 4 KPH target Center of Exellence serta 56 KPH lainnya untuk bisa membuat RKT hingga akhir Maret 2016. Fasilitasi ini dilakukan secara parallel dengan melibatkan 5 lima orang konsultan STC. Untuk penguatan SDM, akan dilakukan e-course online course bagi 4 KPH target maupun bagi KPH KPH lainnya sehingga MFP3 bisa berperan dalam memastikan beroperasinya minimal 60 KPH model melalui pengembangan sumber daya manusia. Dalam pelaksanaannya, MFP3 akan berkoordinasi intensif dengan Balai Pemantauan dan Pemanfaatan Hutan Produksi BP2HP sesuai wilayah kerjanya. Untuk mencapai target 4 KPH sebagai center of exellence, sejak tahun pertama program MFP3 telah menentukan 4 KPH target yaitu: KPH Poigar Sulawesi Utara, KPH Banjar Kalimantan Selatan, KPH Alor PantarNTT, dan KPH Benakat Sumatera Selatan melalui serangkaian assessment, kunjungan lapangan dan konsultasi dengan stakeholder terkait. Adapun fasilitasi yang diberikan kepada 4 KPH diantaranya adalah peningkatan kapasitas staf KPH melalui inhouse training, pendampingan desa pilihan yang ada di dalam KPH target, identiikasi kondisi ekonomi dan sosial serta pendampingan pengembangan ekonomi masyarakatkelompok di 4 KPH, serta pendampingan hukum berkaitan dengan berbagai produk hukum yang diperlukan untuk fasilitasi PHBM maupun pola kemitraan. Program dan kegiatan ini diimplementasikan secara langsung oleh MFP3 maupun bekerjasama dengan mitra output 3 yaitu ICEL, HUMA, SNV, dan WGT. Disamping secara substansi dan SDM, MFP3 juga memfasilitasi berbagai 3 terbitan, ilm dan pendokumentasian di 4 KPH target sehingga secara tampilan 4 KPH menjadi KPH yang layak untuk dikunjungi, didatangi dan dijadikan model bagi KPH yang lain ilm tentang 4 KPH terlampir. Selain itu 4 KPH target juga akan dibuatkan website yang bisa memperlihatkan kinerja dan update kegiatan dari 4 KPH target tersebut. Dalam rangka membantu proses percepatan PHBM, MFP 3 juga membantu Kementrian LHK membuat sistem monitoring data pengajuan PHBM CBFM tracking system .

2.2 Perumusan kebijakan dan aturan terkait dengan KPH dan PHBM

Pada awal tahun pertama program Output 3 telah melakukan kajian dan review terhadap berbagai kebijakan terkait dengan PHBM HTR, HD, dan Hkm dan berkaitan dengan KPH. Pada awal Juni 2015 output 3 memfasilitasi direktorat BRPUK- Ditjen BUK merumuskan kebijakan berkaitan dengan Peta Arahan Pemanfaatan Hutan Produksi melalui serangaian diskusi hingga diterbitkannya Surat Keputusan Menlhk Nomor 2382Menhut-VI BRPUK2015 tentang Peta Arahan pemanfaatan Hutan Produksi untuk usaha Pemanfaatan Hutan dalam rangka pencapaian target 12,7 juta hektar lahan hutan untuk rakyat. Dalam Peta arahan 5,80 juta hektar lahan dialokasikan untuk PHBM HTR, HD, HKm dan hutan adat serta 6,9 juta hektar dialokasikan melalui pola kemitraan 20 dari ijin usaha hutan yang telah ada. Guna mencapai target kinerja,MFP 3 juga membuat policy paper berkaitan dengan Strategi Percepatan Perluasan Akses Kelola Masyarakat atas Kawasan Hutan Negara policy paper terlampir yang dihasilkan dari serangkaian diskusi dengan melibatkan beberapa pakar. Kertas kebijakan ini telah disampaikan secara langsung kepada Menteri LHK dan mendapatkan tanggapan positif. Strategi lainnya adalah secara regular melakukan diskusi dan pertemuan dengan Bapak Hadi Daryanto Dirjen PSKL berikut jajaran direktur yang ada di Ditjen PSKL dan juga dengan Direktur KPHP, Kepala Pusat Pembiayaan Pembangunan HUtan, Direktur Usaha Jasa Lingkungan HUtan Produksi dan HHBK yang berada di bawah Direktorat Jenderal PHPL, serta melakukan serangkaian diskusi dan pertemuan dengan Dirjen Planologi Kehutanan, Staf Ahli Menteri SAM, Staf Khusus Menteri SKM, serta pertemuan langsung dengan Menteri LHK. Ada beberapa draft regulasi yang telah dibahas dimana MFP 3 terlibat didalamnya dan secara aktif memberikan masukan dan beberapa sudah menjadi regulasi, diantaranya sbb : 1. Permen LHK Nomor 322015 tentang Hutan Hak; 2. Draft Kepres Satgas Masyarakat Adat; 3. Draft Inpres Peta Indikatif Arahan Perhutanan Sosial; 4. Draft Revisi PP Nomor 62007 jo PP 32008; 5. Draft Revisi PP Nomor 442007; 6. Draft Revisi Peraturan berkaitan dengan PHBM HKm, HD, dan HTR; 7. Draft Revisi Permenhut Nomor 852014 tentang kemitraan di kawasan Konservasi; 8. Draft Policy Paper Implementasi UU NO. 232014 bagi Kementrian LHK; 9. Draft Peraturan Dirjen PHPL tentang Standard, Norma, Prosedur, dan Kriteria SNPK implementasi kerjasama pemanfaatan hutan di KPHP; 10. Draft peraturan Dirjen PHPL tentang Jasa LingkunganHHBK dan restorasi Ekosistem; 11. Draft SK Menteri LHK tentang Mediator untuk Penyelesaian Konlik LHK; 12. Draft peraturan Dirjen PHPL tentang Jasa LingkunganHHBK dan restorasi Ekosistem; 13. Draft SK Menteri LHK tentang Mediator untuk Penyelesaian Konlik LHK

2.3. Terfasilitasinya Kelompok Masyarakat untuk mengembangkan PHBM dan