Aspek sosial terutama pengaruh keluarga Budaya

EMPATHY Vol.I No.1 Desember 2012 206

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan regulasi emosi 1.

Stressor Stressor yang mempengaruhi regulasi emosi pada kedua subjek adalah suami. Suami subjek kedua apabila marah membuang barang yang ada di dekatnya, suami subjek pertama lebih kepada keinginan subjek yang segera harus dipenuhi.

2. Faktor Fisiologis

Faktor Fisiologis yang mempengaruhi regulasi emosi pada subjek pertama berdampak pada kondisi kesehatan subjek memunculkan penyakit asma.

3. Faktor Usia

Subjek kedua lebih mampu melakukan regulasi emosi dibandingkan dengan subjek pertama karena dilihat dari usianya subjek kedua jauh lebih tua dibanding subjek pertama. Usia subjek pertama 58 tahun sedangkan usia subjek kedua jauh lebih tua yaitu 68 tahun, terpaut 10 tahun, faktor usia turut berpengaruh dalam kemampuan regulasi emosi. Faktor usia terkait dengan kematangan organ, menurut Beer dan Lombardo Gross, 2007 menyatakan bahwa regulasi emosi seseorang melibatkan peran dari proses kerja lobus frontal di otak, cingulate anterior, lobus temporal, dan kemungkinan amygdala. Calkins Gross, 2007 menyatakan bahwa lobus frontal bertanggung jawab dalam perilaku menghindar atau mendekat terhadap stimulus yang menimbulkan emosi. Kemampuan ini semakin berkembang seiring usia, dari kemampuan instrumental hingga bersifat affektif dan kognitif. Implikasi lain dari faktor biologis ini adalah bahwa kemampuan regulasi emosi pada seseorang pada awal-awal usia kehidupan lebih dilakukan secara ekstrinsik dalam arti lebih diregulasi oleh fihak eksternal dirinya. Seiring meningkatnya usia bentuk regulasi emosi dari yang bersifat interpersonal lebih dipengaruhi faktor eksternal menjadi lebih bersifat intrapersonal bersifat internal, dilakukan secara mandiri baik instrumental maupun kognitif.

4. Kognitif

Keselarasan antara subjek pertama dan kedua dalam hal perubahan kognitif, pada subjek pertama upaya subjek untuk mengelola perasaan dengan memberikan pengertian kepada suami untuk bersabar perubahan kognitif, pada subjek kedua sabar dan telaten merawat suami mengingat kondisi suami yang sakit beliau melakukan perubahan kognitif dengan cara tidak jadi jengkel dengan suami. Zelazo Gross, 2007 menyatakan bahwa regulasi emosi berhubungan langsung dengan executive function EF. EF merupakan pemahaman tentang kontrol kesadaran akan pemikiran dan aksi.

5. Aspek sosial terutama pengaruh keluarga

Keluarga dan teman sebaya dianggap dapat menjadi komponen dalam konstruksi sosial pada berbagai keadaan individu. Begitu pula regulasi emosi dibentuk oleh berbagai pengaruh ekstrinsik yang berinteraksi dengan pengaruh intrinsik yang telah dibahas Oktavia Dewi Kusumaningrum 207 sebelumnya, dan dari sudut perkembangan, Thompson dan Meyer Gross, 2007 menyatakan bahwa regulasi emosi dipengaruhi oleh keluarga dan teman sebaya, sesuai dengan pernyataan subjek pada subjek pertama mengingat kisah hidup subjek dengan suami yang sudah cukup lama, sehingga memotivasi subjek dalam menjalani hidup dengan suami motivation. Pada subjek kedua subjek tidak merasa keberatan merawat suami setelah suami mengalami stroke, subjek tetap merawat suami dengan sabar, dan tetap memohon kepada Allah agar diberi kekuatan.

6. Budaya

Cultural models theory menekankan bahwa proses sosial dan psikologis bermakna secara bervariasi di berbagai budaya Mesquita Gross, 2007 dan menurutnya begitu pun dalam hal regulasi emosi. Regulasi emosi tidak hanya berkaitan dengan proses intrapersonal, akan tetapi emosi di regulasi sesuai dengan cara individu menjalani kehidupan. Regulasi emosi terjadi pada tataran budaya praktis melalui penstrukturan situasi sosial dan dinamika interaksi sosial, usaha orang terdekat untuk memodifikasi situasi individu yang bersangkutan, fokus perhatian seseorang atau makna yang diambil dalam berbagai situasi, dan kesempatan yang tersedia dalam perilaku emosional dalam hal ini regulasi emosi. Kemudian dalam tataran kecenderungan psikologis individu menunjukkan perbedaan budaya melalui orientasi yang berbeda seperti menghindari atau menghadapi suatu situasi tertentu, perspektif umum tentang situasi dan makna yang menonjol didalamnya, dan kecenderungan perilaku yang berkaitan dengan emosi yang ada. Aspek budaya ini menjadi berhubungan dengan motivasi, regulasi emosi dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjaga hubungan baik dengan orang. Budaya jawa mengajarkan bahwa kepada suami, istri harus tunduk dan patuh. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa regulasi emosi istri yang memiliki suami stroke sebagai berikut : Penelitian pada istri yang memiliki suami stroke pada kedua subjek diketahui terdapat berbagai macam emosi yang muncul antara lain gambaran emosi negatif seperti kaget shock, stres, tidak sabar, marah, menangis, sedih, stres, muncul kejengkelan dan represi, gambaran emosi positif seperti sabar, ikhlas, acceptance, pasrah, hope, empati, senang ketika dapat bercanda dengan suami, coping. Emosi istri ketika mengetahui suami divonis stroke terkejut shock, stres, binggung, subjek melakukan proses regulasi emosi antara lain : a. Pemilihan situasi dilakukan subjek dengan menghindar dengan cara mengambil kesibukan yang lain yang tidak melihat suami secara langsung, tidur sejenak. b. Perubahan situasi dilakukan subjek dengan ketika suami marah subjek tetap melayani suami dengan baik, berdoa, membaca Al-Qur’an, membuatkan jus mentimun untuk suami,bercanda dengan suami. c. Penyebaran perhatian dilakukan subjek dengan muncul reaksi stress dan ketidaknyamanan yang dirasakan ketika suami dalam berkata kurang berkenan. d. Perubahan kognitif dilakukan subjek dengan menyadari dengan kondisi suami, bertawakal pada Allah, memberikan pengertian kepada suami untuk bersabar, dengan mengingat kebaikan suami, mengalah, memandang setiap masalah pasti ada jalan keluar, sabar dan pasrah. EMPATHY Vol.I No.1 Desember 2012 208 e. Perubahan respon dilakukan subjek dengan bersabar, menerima, memberikan pengarahan kepada suami, membaca istighfar, berdoa, dan berdampak pada kondidi fisik subjek timbul penyakit asma Melakukan strategi regulasi emosi yaitu cognitive reappraisal dengan cara subjek memberikan banyak pengarahan kepada suami dan expressive suppression berupa menangis, diam, mencurahkan semuanya pada Allah, subjek teringat akan kebaikan suami, ada hikmah dibalik semua kejadian . Cognitive reappraisal berdampak pada faali respon yang dimunculkan repression dan expressive suppression berdampak pada behavior asma kambuh. Saran 1. Saran Teoritis a. Untuk penelitian selanjutnya yang tertarik mengenai regulasi emosi agar menambag subjek agar lebih dapat memahami dinamika regulasi emosi. b. Bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian dalam bidang kajian yang sama disarankan untuk memperkuat arah penelitian dengan menyusun panduan yang bersifat mendalam dan terstruktur. Apabila memungkinkan disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk meningkatkan jumlah responden penelitian serta menambah waktu wawancara sehingga hasil yang diperoleh lebih bervariasi dan detail.

2. Saran Praktis