Analisis tahapan Interseismic GEMPA ACEH 26 DESEMBER

6 tsunami ini dilaporkan terjadi di Rooi Els di Afrika Selatan pada jarak 8.000 km dari pusat gempa. Perkiraan awal korban tsunami ini untuk seluruh dunia adalah di atas 275.000 orang, belum termasuk ribuan korban hilang. Tetapi, analisis terbaru menyebutkan total korban tsunami adalah 229. 866 orang 186.983 tewas and 42.883 hilang Kantor PBB untuk Tsunami Recovery, 2006. Bencana gempa dan tsunami ini disebut sebagai bencana paling buruk dalam sejarah moderen. Bencana ini juga telah mengundang simpati banyak negara di dunia, terbukti dengan komitmen bantuan sebesar total lebih dari 7,0 milyar dolar Amerika Serikat Wikipedia, 2006. 3.2 Studi Analisis Mekanisme Gempa Aceh 26 Desember 2004 dengan GPS Studi mengenai tahapan mekanisme suatu gempa akan sangat berguna dalam melakukan evaluasi potensi Bencana Alam gempa bumi, untuk memperbaiki upaya mitigasi dimasa yang akan datang. Studi tersebut salah satunya bisa dengan memanfaatkan teknologi Global Positioning System GPS. Berikut penulis menyertakan hasil analisis studi mekanisme gempa Aceh 26 Desember 2004 pada tahapan Interr-seismic, Pre-Seismic, Coseismic, dan Post-Seismic. Studi mekanisme berikut merupakan hasil kerjasama antara ITB dengan Nagoya Univerisity, BPPT, LIPI, dan Universitas Syiah Kuala. Survey dilakukan selama 10 hari dengan memantau titik-titik benchmark yang dulu di bangun oleh BPN dan BAKOSURTANAL.

3.2.1 Analisis tahapan Interseismic

Dari hasil pengolahan data interseismic dapat disimpulkan bahwa akumulasi deformasi pada tahapan interseismic di sekitar wilayah Aceh ternyata cukup besar sebelum terjadinya gempa bumi di akhir tahun 2004, dan apabila kita sebelumnya menyadari akan hal tersebut maka bukan tidak mungkin kita dapat melakukan bentuk mitigasi bencana yang lebih baik lagi. Kemudian apabila kita tengok hasil pemodelan block rotation solusi geodessya 1999 dalam vigny 2005 di daerah Sumatera, kita bisa melihat indikasi deformasi yang cukup besar di daerah Sumatera bagian utara apabila di bandingkan dengan bagian selatan- nya. Indikasi ―high‖ deformasi dimungkinkan karena terdapatnya area wide coupling di sekitar zona subduksi tersebut. Area wide coupling ini dimungkinkan oleh pola sudut kemiringan dangkal yang menyusun zona subduksi Sumatera bagian utara. Sementara itu makin ke selatan sudut kemiringan-nya membesar. 3.2.2. Analisis tahapan Pre-seismic Pengolahan data pre-seismic signal, dilakukan dengan menggunakan data GPS kontinyu yang terletak di daerah paling dekat dengan episenter gempa, yaitu GPS di stasiun Sampali Sumatera Utara, dan stasiun Phuket Thailand. Sinyal yang dicoba dilihat 7 adalah sinyal pre-seismic deformasi, dan karakteristik ionosfer pada gempa Aceh 2004. Berdasarkan hasil penelitian pre- seismic signal deformasi dari gempa Aceh- 2004 ternyata tidak ditemukan adanya bentuk anomali deformasi berupa akselerasi deformasi. Hasil pengolahan data GPS daily solution di stasiun Sampali selama 15 hari sebelum terjadinya gempa di Aceh tidak menunjukkan adanya akselerasi deformasi. Kumpulan nilai koordinat daily solution hanya berubah dalam fraksi mili saja. Sementara itu hasil pengolahan data GPS daily solution di stasiun Phuket selama 15 hari sebelum terjadinya gempa di Aceh juga tidak menunjukkan adanya akselerasi deformasi. Kumpulan nilai koordinat daily solution di titik Phuket juga hanya berubah dalam fraksi mili saja. Berbeda halnya kalau kita lihat hasil pengolahan data 15 hari setelah gempa di titik Sampali dan Phuket, masing-masing dengan jelas menunjukkan sinyal deformasi post-seismic.

3.2.3. Analisis tahapan Coseismic