7
Kebakaran Hutan di Indonesia: Penyebab, Biaya dan Implikasi Kebijakan
berkaitan dengan kegiatan mata pencaharian penduduk, Chokkalingam dkk. 2001, demikian
juga kebakaran hutan skala besar di kawasan lain di Kalimantan Timur, mempunyai andil besar
dalam pencemaran kabut asap di provinsi ini. Kebakaran-kebakaran hutan ini tidak
mengakibatkan pencemaran lintas batas yang signifikan.
Kebakaran di Papua bagian selatan memiliki andil besar dalam kabut asap pada tahun 1997.
Namun peristiwa ini tidak begitu diperhatikan karena kabut asap menyebar ke barat ke arah
laut Legg dan Laumonier 1999; Tapper dkk. 2001 dan melanda kawasan Papua Barat sendiri
yang memiliki kepadatan penduduk yang rendah dan tidak ada kota besar.
Kesimpulannya, pencemaran kabut asap dan emisi karbon terutama disebabkan oleh kebakaran
hutan yang disengaja dan rambatan api dari kawasan lahan gambut. Hubungan antara kegiatan
pembakaran di dalam hutan dan perkebunan selain di lahan gambut, padang rumput dan lahan
pertanian lainnya, lebih terbatas relevansinya dengan masalah kebijakan ini.
3.2 Degradasi dan deforestasi hutan serta hilangnya berbagai hasil hutan
dan jasanya
Lenyapnya hutan berikut berbagai hasil dan jasanya merupakan sebagian besar masalah
kebijakan nasional yang kerugiannya ditanggung oleh Indonesia. Tentu saja ada pemangku
kepentingan asing yang juga prihatin atas besarnya kerugian yang harus ditanggung,
khususnya yang terkait dengan keanekaragaman hayati. Tahun 199798, hutan dataran rendah
Kalimantan Timur mengalami kebakaran hutan yang paling ekstensif, sekitar 60 dari total luas
hutan ini. Kawasan ini juga mengalami musim kemarau yang paling hebat karena pengaruh
ENSO Fuchs dan Schneider 2002. Sumber api masih belum dipahami dengan baik, tetapi zona-
zona titik api tersebar dan tidak dipengaruhi oleh perbedaan tipe lahan Steenis dan Fogarty
2001. Ini mengindikasikan bahwa kebakaran hutan dengan tingkat yang sama melanda semua
lahan garapan dan bahwa kebakaran hutan liar memiliki kaitan dengan serangkaian kegiatan
komersial dan mata pencaharian utama. Berbagai kegiatan yang memiliki andil terhadap
peristiwa kebakaran hutan selanjutnya perlu dijajaki. Mengingat luas yang terbakar di
kawasan HPH dan hutan lindung cukup signifikan, masing-masing 2.347.717 ha dan
440.381 ha Hoffmann dkk. 1999, h 21 tampaknya terjadi degradasi hutan skala besar
yang tidak disengaja. Apakah deforestasi skala besar juga terjadi, masih memerlukan kajian
lebih lanjut.
Kebakaran hutan tahun 1997 jauh lebih ekstensif dibandingkan periode di luar ENSO
Anderson dkk. 1999, ini menunjukkan bahwa kemungkinan terjadi kebakaran yang tidak
disengaja. Namun kebakaran hutan di Sumatera, Sulawesi, Papua Barat dan Kalimantan
Barat dan Kalimantan Selatan tampaknya terjadi di lahan-lahan yang sedang dibuka. Di Sumatera
Selatan kebakaran hutan melanda sebagian besar hutan yang terdegradasi dan semak
belukar Achard dkk. 1998; Potter dan Lee 1999; Anderson dan Bowen 2000; FWIGFW 2002.
Dengan memperhatikan perbedaan antara pembukaan hutan yang direncanakan dengan
kebakaran hutan liar yang masih terjadi di kawasan yang dialokasikan untuk pembukaan
lahan dan tidak disengaja, angka kehilangan hutan akibat kebakaran hutan yang tidak sengaja
ternyata cukup penting dalam estimasi kerugian ekonomi, yang diuraikan secara rinci dalam
Bagian 4, dan bagi perbaikan kebijakan yang akan dikembangkan kemudian.
3.3 Kerugian di sektor pedesaan