Imas Herlina, 2014 Meningkatkan motorik halus anak melalui kegiatan meronce bahan alam
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Anak Usia Dini merupakan usia yang memiliki rentang waktu sejak anak lahir
hingga usia enam tahun, dimana dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membangun pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa masa usia dini merupakan masa
emas, golden age dimana pertumbuhan otak anak usia dini sangat pesat. karena terciptanya bermiliar-miliar sel otak manusia yang begitu luar biasa, bagaikan
spons yang siap menyerap apapun yang dirangsang oleh lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, diperlukan beraga stimulus atau rangsangan entah suara
lagunada, gambar bentuk dan warna Diana Mutiah, 2010. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 adalah
kelompok manusia yang berusia 0 sampai dengan 6 tahun. Namun ada beberapa ahli yang mengelompokkan usia hingga 8 tahun Essa, 2003. Anak Usia Dini
merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola
pertumbuhan dan perkembangan fisik koordinasi motorik kasar dan halus kecerdasan daya pikir, daya cipta sosio emosional, bahasa, dan komunikasi.
Diana Mutiah, 2010. Oleh karena itu para pendidik sudah seharusnya memberikan perhatian dan perlakuan yang tepat kepada anak prasekolah sesuai
Imas Herlina, 2014 Meningkatkan motorik halus anak melalui kegiatan meronce bahan alam
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
dengan taraf perkembangannya karena apabika terjadi salah didik akan menyebabkan kerugian besar bagi anak itu sendiri maupun orang tua.
Praktik pendidikan saat ini, khususnya untuk anak pra sekolah masih sering kurang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini disebabkan
karena kekurangtahuan orang tua dan pendidik pada umumnya tentang pendidkan anak usia dini. Hal ini sering terjadi adalah salah perlakuan dari orang tua yang
cenderung hanya memberikan perhatian pada segi kesehatan dan nutrisi saja. Disamping itu, pendidik lebih banyak memberikan stimulus bagi perkembangan
daya pikir kognisi anak dan kurang memberikan stimulus pada dua ranah yang lain afektif dan psikomotorik. Masih banyak ditemui pendidik yang terlalu
berambisi dan memaksakan anak untuk mempunyai kemampuan yang lebih dalam membaca, menulis dan berhitung sedini mungkin.
Menurut Dewa Jani 2002:1 Pendidikan Anak Prasekolah yang terlalu memfokuskan ranah kognitif dan mengesampingkan ranah afektif dan
psikomotoriknya, konsekuensi yang berkembang adalah defisiensi emosi dan aktifitas fisik maupun sosial. Dampak dari salah didik ini baru terlihat secara
nyata pada saat mereka beranjak remaja atau dewasa. Kemampuan dalam motorik halus anak dapat menstimulus tumbuh kembang
anak, stimulus dapat berfungsi sebagai penguat pendorong bagi perkembangan anak secara optimal. Terdapat stimulus taktil merupakan pemberian rangsangan
melalui 1 sentuhan; 2 rabaan terhadap benda-benda yang halus kasar; 3 biji- bijia; 4 kapas; dan 5 sifat zat cair, padat, dan lainnya.
Perkembangan motorik halus pada anak mencakup kemampuan anak dalam menunjukkan dan menguasai gerakan otot indah dalam bentuk koordinasi,
ketangkasan dan kecekatan dalam menggunakan tangan dan jari jemasi Beaty, 1998:143 Guru dapat membantu anak dalam mengembangkan kemampuan
motorik halusnya dengan memanfaatkan media. Bodrova dan Leong dalam Beaty 1998:73 memaparkan tentang manfaat
yang diperoleh anak melalui pemanfaatan instrumen untuk perkembangan motorik halus anak, dengan memanfaatkan instrumen tertentu setidaknya membantu anak
untuk mengulangi perbuatan tersebut sebagaimana orang dewasa yang ada
Imas Herlina, 2014 Meningkatkan motorik halus anak melalui kegiatan meronce bahan alam
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
disekitarnya memanfaatkan instrumen tersebut untuk sesuatu kegiatan. Kemampuan juga motorik halus juga menjadi jembatan untuk mengembangkan
aspek kecerdasan jamak terkait dengan karakteristik tubuh. Moleong, 2004:84. Secara aspek sosial tentunya kematangan motorik halus anak membantu
menanamkan citra diri positif dalam bentuk kepercayaan diri dalam berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya Ditjen Olahraga Depdiknas, 2007:78.
Upaya meningkatkan motorik halus melalui kegiatan meronce adalah paling tepat digunakan dalam perkembangan anak, karena anak terlibat langsung
melakukan kegiatan meronce, melalui kegiatan meronce diharapkan agar anak aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan kegiatan meronce menjadikan
kegiatan yang menyenangkan dan memberi kesenangan. Dengan demikian kegiatan meronce dapat mendorong anak untuk
mengembangkan daya cipta yang ada di dalam dirinya. Kemampuan dalam motorik halus anak dapat mengembangkan otot-otot jari tangan. Dengan meronce
anak akan melatih otot-otot dan melatih keterampilan gerakan. Anak juga dapat melatih gerakan motorik halus dengan meronce bahan alam wortel, pelepah
pepaya. Oleh karena itu anak seharunya diberi kesempatan untuk meronce sehingga gerakannya dapat diperhalus melalui pengulangan dan latihan.
Berdasarkan observasi di SPS Paud Melati Kecamatan Cikampek Barat Kabupaten Karawang, anak-anak kurang terampil dalam mengembangkan
motorik halus dalam kegiatan meronce. Namun guru perlu mendorong untuk
meningkatkan motorik halus dan melakukan aktivitas serta melatih keberanian. Mengekspresikan diri dan berkreasi dengan berbagai idea tau gagasan dengan
menggunakan media bahan alam menjadi suatu karya seni yang bertujuan untuk meningkatkan motorik halusseni anak melalui kegiatan meronce dari bahan alam.
Dengan kegiatan ini anak dapat menyalurkan perasaan dan menicptakan keindahan. Kegiatan akan dilaksanakan kegiatan apa yang akan dilakukan
bersama anak-anak di kelas. Berdasarkan uraian di atas, penulis akan meneliti dan mengamati proses
pembelajaran yang akan dilakukan dengan judul
“Meningkatkan Motorik halus
Imas Herlina, 2014 Meningkatkan motorik halus anak melalui kegiatan meronce bahan alam
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Anak Melalui Kegiatan Meronce Bahan Alam Penelitian Tindakan Kelas Pada Anak Kelompok B SPS Paud Melati Cikampek Barat
Kabupaten Karawang“. B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, secara umum rumusan masalah dari penelitian ini yaitu “Bagaimana kegiatan meronce bahan alam dapat
meningkatkan motorik halus anak kelompok B di SPS Paud Melati Kecamatan Cikampek Barat Kabupaten
Karawang”?. Secara khusus rumusan masalah dalam penelitian ini dijabarkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi objektif dalam motorik halus pada anak kelompok B di
SPS Paud Melati Kecamatan Cikampek Barat Kabupaten Karawang sebelum diterapkannya kegiatan pembelajaran meronce dari bahan alam ?
2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pembelajaran meronce dari bahan alam
dalam upaya peningkatan motorik halus anak kelompok B di SPS Paud Melati Kecamatan Cikampek Barat Kabupaten Karawang ?
3. Bagaimana peningkatan motorik halus pada anak kelompok B di SPS Paud
Melati Kecamatan Cikampek Barat Kabupaten Karawang setelah diterapkannya kegiatan pembelajaran meronce dari bahan alam ?
C. Tujuan Penelitian