Deskripsi Hasil Postes Kemampuan Koneksi Matematis Di Kelas kontekstual
340 Deskripsi Hasil Postes Kemampuan Koneksi Matematis
Di Kelas Kooperatif tipe STAD 341
Deskripsi Hasil Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Kontekstual
342 Deskripsi Hasil Gain Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa Kelas Kooperatif tipe STAD 343
Deskripsi Hasil Gain Kemampuan Koneksii Matematis Siswa Kelas Kontekstual
344 Deskripsi Hasil Gain Kemampuan Koneksi Matematis
Siswa Kelas Kooperatif tipe STAD 345
Perhitungan Validitas Butir Soal Komunikasi dan Koneksi Matematis
346 Uji Reliabilitas Tes Kemampuan Komunikasi dan Koneksi
Matematis Siswa 358
Hasil Validitas dan Reliabilitas Tes Kemampuan Komunikasi Dengan SPSS 17
361 Hasil Validitas dan Reliabilitas Tes Kemampuan Koneksi
Dengan SPSS 17 363
Uji Taraf Kesukaran dan daya Pembeda Tes Komunikasi Matematis 365
Uji Taraf Kesukaran dan daya Pembeda Tes Koneksi Matematis 366
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan adalah suatu usaha yang bersifat sadar, sistematis, dan terarah agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Sehingga peserta
didik memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya untuk
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara UU No. 20 Sisdiknas 2003. Perubahan sikap, keterampilan dan kemampuan berpikir siswa merupakan sebuah harapan
yang diidam-idamkan oleh berbagai pihak yang terkait dalam dunia pendidikan. Berbagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, mulai dari
penyempurnaan kurikulum, penyesuaian materi pelajaran, dan metode pembelajaran terus dilakukan. Sehingga benar-benar tercipta sebuah terobosan
pembelajaran yang cocok dengan kondisi siswa di lapangan. Salah satu harapan yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika di
Sekolah Menengah Pertama SMP adalah setiap siswa memiliki kemampuan berpikir matematis. Istilah berpikir matematis memuat arti cara berpikir yang
berkaitan dengan karakteristik matematika. Oleh karena itu, pembahasan tentang berpikir matematis berkaitan erat dengan hakikat matematika itu sendiri.
Sumarmo 2005 mengemukakan bahwa pendidikan matematika pada hakikatnya mempunyai dua arah pengembangan yaitu untuk memenuhi kebutuhan masa kini
dan kebutuhan masa akan datang. Kebutuhan masa kini adalah mengarahkan pembelajaran matematika untuk pemahaman konsep dan ide matematika yang
1
kemudian diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematika dan ilmu pengetahuan lainnya. Sedangkan kebutuhan masa akan datang adalah
pembelajaran matematika memberikan kemampuan menalar yang logis, sistematik, kritis dan cermat, menumbuhkan rasa percaya diri, dan rasa keindahan
terhadap keteraturan sifat matematika, serta mengembangkan sikap objektif dan terbuka. Kemampuan tersebut sangat diperlukan dalam menghadapi masa depan
yang senantiasa berubah. Berdasarkan dua arah pengembangan tersebut maka matematika
memegang peran penting untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan masa akan datang. Sehingga tidaklah mengherankan jika pada akhir-akhir ini banyak pakar
matematika, baik pendidik maupun peneliti yang tertarik untuk mendiskusikan dan meneliti kemampuan berpikir matematis. National Counsil of Teacher of
Mathematics NCTM: 2000 menyatakan bahwa ada beberapa aspek yang termasuk dalam kemampuan berpikir matematis di antaranya adalah kemampuan
pemecahan masalah matematis, komunikasi matematis, penalaran dan pembuktian matematis, koneksi matematis dan representasi matematis.
Dari kelima kemampuan berpikir matematis tersebut, dengan tidak mengabaikan kemampuan yang lain kemampuan komunikasi matematis dan
koneksi matematis merupakan dua bagian penting dalam aktivitas dan penggunaan matematika yang dipelajari siswa. Pentingnya kedua kemampuan ini
dijelaskan dalam standar kompetensi bahan kajian matematika kurikulum yang berlaku saat ini pada tingkat Sekolah Menengah Pertama SMP. Dalam standar
ini dijelaskan bahwa siswa dituntut untuk memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, skema, tabel, grafik atau diagram
untuk memperjelas suatu keadaan atau masalah, menunjukkan kemampuan dalam membuat, menafsirkan, dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan
masalah, dan memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dalam pembelajaran matematika. Hal ini didukung dengan pendapat Asikin 2002:496 bahwa peran
komunikasi dalam pembelajaran matematika adalah: 1 Komunikasi matematis dapat dieksploitasi dalam berbagai perspektif, membantu mempertajam cara
berpikir siswa dan mempertajam kemampuan siswa dalam melihat berbagai keterkaitan materi matematika. 2 Komunikasi merupakan alat untuk “mengukur”
pertumbuhan pemahaman dan merefleksikan pemahaman matematika para siswa. 3 Melalui komunikasi, siswa dapat mengorganisasikan dan mengkonsolidasikan
pemikiran matematika mereka. 4 Komunikasi antar siswa dalam pembelajaran matematika sangat penting untuk pengkonstruksian pengetahuan matematika,
pengembangan pemecahan masalah dan peningkatan penalaran, menumbuhkan rasa percaya diri, serta peningkatan keterampilan sosial. 5 “Writing and talking”
dapat menjadikan alat yang sangat bermakna powerfull untuk membentuk komunitas matematika yang inklusif.
Begitu penting kemampuan komunikasi matematis dalam proses pembelajaran, namun kenyataannya kemampuan komunikasi matematis siswa
SMP masih rendah. Sebagaimana tercermin pada observasi awal yang penulis lakukan di SMP Al-Washliyah 8 Medan kelas IX. Adapun model soal tes yang
diberikan adalah:
Lima buah segitiga memiliki alas yang sama panjang, segitiga pertama memiliki luas 30cm
2
, segitiga kedua memiliki luas 40cm
2
, segitiga ketiga memiliki luas 50cm
2
, segitiga ke empat memiliki luas 60cm
2
, dan segitiga kelima leliliki luas 70cm
2
. Berdasarkan data tersebut jawablah pertanyaan berikut a. Tuliskan data di atas dalam bentuk tabel
b. Coba gambarkan diagram garis yang menggambarkan hubungan antara segitiga dengan luasnya
c. Tentukan Luas segitiga ke delapan” Adapun jawaban yang dituliskan oleh salah satu siswa sebagai berikut:
Gambar 1.1 Hasil jawaban siswa
Pada pertanyaan bagian a siswa tersebut dapat menyelesaikannya dan menuliskan data pada soal dengan benar, tetapi tabel frekuensi yang dituliskan
belum lengkap, kata segitiga yang seharusnya ditulis diganti dengan kata frekuensi dan kata luas diganti dengan kata data. Sehingga jika siswa lain
membaca tabel frekuensi tersebut akan sulit menafsirkan maknanya. Salah satu alternatif jawaban yang benar adalah:
Tabel: 1.1 Hubungan segitiga dengan luas
segitiga Luas
1 30 cm
2
2 40 cm
2
3 50 cm
2
4 60 cm
2
Pada pertanyaan bagian b siswa tersebut telah menggambarkan diagram, tetapi belum selesai karena siswa tersebut tidak menghubungkan tiap titik potong,
sehingga tidak terbuhung suatu garis. Pada diagram juga tidak ada judul dan label