Evaluasi Sifat Fisik Sediaan Gel

5 Penetapan berat jenis dan indeks bias minyak atsiri nilam dilakukan satu kali atau tidak ada replikasi. Hasil pengujian berat jenis minyak atsiri nilam adalah 0,9595 gcm 3 . Minyak atsiri nilam yang diuji memiliki kualitas yang baik karena berada pada kisaran nilai standar minyak atsiri nilam yaitu 0,950 – 0,975 SNI, 2006. Hasil uji indeks bias minyak atsiri nilam adalah 1,5105. Hasil tersebut masuk dalam kisaran nilai standar indeks bias minyak atsiri nilam yaitu 1,507 – 1,515 SNI, 2006. Kandungan Patchouli alcohol dari minyak nilam yang digunakan yaitu 29,20, jumlah tersebut kurang dari standar yaitu minimal 30 SNI, 2006.

B. Evaluasi Sifat Fisik Sediaan Gel

1. Organoleptis dan homogenitas sediaan gel Pemeriksaan organoleptis sediaan gel minyak atsiri nilam dilakukan dengan pengamatan terhadap warna, bau dan bentuk. Pada Tabel 3 menunjukkan adanya perbedaan warna dan konsistensi dari tiap formula. Berdasarkan konsistensi gel yang diamati, formula 1 memiliki konsistensi lebih encer dibandingkan formula 2 dan formula 3. Variasi penambahan karbopol membuat perbedaan konsistensi tiap formula. Pengamatan bau dari masing-masing formula tidak ada perbedaan, ketiga formula berbau khas minyak nilam. Tabel 3. Hasil pengamatan organoleptis gel anti nyamuk minyak atsiri nilam Formula Konsistensi Warna Bau Homogenitas F I + Kuning Nilam Homogen F II ++ Kuning muda Nilam Homogen F III +++ Kuning muda sekali Nilam Homogen Keterangan : + : Kental FI : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 0,5 FII : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 1 FIII : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 2 Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui homogen tidaknya bahan dalam sediaan gel. Gel saat dioleskan pada kulit memiliki tekstur yang rata. Hal tersebut menunjukkan pencampuran bahan-bahan dalam pembuatan gel tercampur merata. Jika suatu gel tidak tercampur rata maka minyak atsiri yang berfungsi sebagai zat aktif tidak terdistribusi dalam gel dan efek repelan tidak tercapai Hapsari et al., 2014. Hasil homogenitas yang diamati menunjukkan semua formula memiliki homogenitas yang baik dan merata. Semua formula tidak menunjukkan adanya partikel saat diletakkan dalam obyek glass. 6 2. Evaluasi sifat fisik sediaan gel Evaluasi sifat fisik gel yang dilakukan meliputi uji daya menyebar, uji daya lekat, uji viskositas, dan uji pH. Pada Tabel 4 menunjukkan hasil pengujian daya sebar, daya lekat, viskositas dan pH. Tabel 4. Hasil Evaluasi Sifat Fisik Sediaan Gel Formula Mean±SD Daya sebar Daya Lekat Viskositas pH I 5,80±0,10 1,36±0,09 250±50 7,29±0,08 II 4,90±0,10 1,70±0,16 350±50 6,42±0,15 III 3,80±0,07 1,86±0,02 400±50 6,08±0,04 Keterangan : FI : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 0,5 FII : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 1 FIII : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 2 a. Daya Sebar Gel Uji daya sebar gel bertujuan untuk mengetahui kemampuan gel menyebar pada permukaan kulit. Semakin besar daya sebar sediaan gel maka akan semakin mudah sediaan gel dioleskan pada kulit dan akan cepat melepaskan efek terapi di kulit sehingga efek repelan terpenuhi. Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa luas penyebaran gel antara ketiga formula berbeda-beda. Formula 1 menghasilkan luas penyebaran yang paling besar diantara ketiga formula. Hal tersebut disebabkan karena perbedaan penambahan karbopol pada tiap formula. Semakin besar penambahan karbopol maka gel akan menjadi semakin kental dan daya sebar menjadi semakin kecil. Gambar 1. Grafik hubungan antara formula dan luas penyebaran gel Keterangan : F1 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 0,5 F2 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 1 F3 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 2 Faktor yang mempengaruhi daya sebar gel yaitu kekuatan matriks gel. Semakin kuat matriks maka daya sebar gel akan menurun. Gelling agent bertanggung jawab atas terbentuknya matriks gel. Peningkatan konsentrasi gelling agent membuat matriks gel semakin kuat Roudhatini, 2013. Semakin besar daya sebar maka penyebaran pada permukaan kulit semakin luas dan absorbsi minyak atsiri pada kulit semakin besar. Hasil 7 uji statistik daya sebar menunjukkan perbedaan yang signifikan antar formula yang ditunjukkan dengan p-value sebesar 0,000 0,05. b. Daya Lekat Pengujian daya lekat bertujuan untuk mengetahui seberapa lama sediaan gel melekat pada kulit. Daya lekat yang besar membuat gel melekat pada kulit semakin lama dan membuat gel semakin efektif karena absorbsi zat aktif lama. Daya lekat gel yang terlalu kuat akan menghalangi pori-pori kulit, tapi jika terlalu lemah maka efek tidak tercapai Hapsari et al., 2014. Pada Gambar 2 menunjukkan tren yang cenderung meningkat dengan penambahan karbopol pada sedian gel. Gambar 2. Grafik hubungan formula dengan daya lekat gel Keterangan : F1 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 0,5 F2 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 1 F3 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 2 Penambahan karbopol akan membuat gel menjadi lebih kental sehingga menghasilkan daya lekat yang tinggi. Formula 3 memiliki daya lekat yang paling tinggi diantara ketiga formula. Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar formula ditunjukkan dengan p-value sebesar 0,004 0,05. Daya lekat yang tinggi akan membuat sediaan gel lebih efektif dalam penghantaran zat aktif. c. Uji pH Pengujian pH bertujuan untuk mengetahui apakah pH sediaan gel dapat diterima kulit atau tidak. Rentang pH yang dapat diterima oleh kulit yaitu pH 5-10 Sihombing et al., 2009. Pada Gambar 3, formula 1 memiliki nilai pH yang paling tinggi, sedangkan formula 3 memiliki nilai pH yang rendah atau semakin asam. Semakin besar penambahan karbopol maka nilai pH semakin menurun atau semakin asam. Penggunaan karbopol 0,5-1 menghasilkan basis dengan pH 3, yang setelah ditambah dengan trietanolamin basis karbopol menghasilkan basis yang netral yaitu pH 7 Hasyim et al., 2012. 8 Gambar 3. Grafik hubungan formula dengan pH Keterangan : F1 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 0,5 F2 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 1 F3 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 2 Hasil uji statistik pH menunjukkan adanya perbedaan signifikan tiap formula yang ditunjukkan dengan p-value sebesar 0,000 0,05. Hasil uji pH gel minyak nilam yang didapat sesuai dengan pH yang dapat diterima kulit yaitu 5-10 sehingga gel aman untuk digunakan. d. Viskositas Gel Uji viskositas digunakan untuk mengetahui kekentalan dari sediaan gel. Gel yang baik adalah gel yang tidak terlalu encer maupun tidak terlalu kental. Sedian gel yang terlalu kental atau terlalu encer akan menyulitkan dalam penggunaanya. Viskositas digambarkan sebagai suatu tahanan dari sediaan. Apabila viskositas besar maka tahanan dari suatu sediaan juga besar sehingga pelepasan zat aktif dari sediaan akan lambat dan semakin sulit. Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa viskositas antar formula berbeda. Hal tersebut disebabkan karena variasi penambahan karbopol tiap formula. Formula 1 memiliki viskositas yang lebih encer dibanding formula 2 dan formula 3. Konsentrasi tertinggi karbopol ada pada formula 3 sehingga formula 3 memiliki viskositas yang paling tinggi atau paling kental diantara ketiga formula. Gambar 4. Grafik hubungan formula dengan viskositas Keterangan : F1 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 0,5 F2 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 1 F3 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 2 9 Pada Gambar 4 menunjukkan adanya perbedaan viskositas yang signifikan pada antar formula. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil uji statistik dengan p-value sebesar 0,027 0,05. Viskositas yang kental akan membuat minyak atsiri tertahan lama pada sediaan gel dan efek repelan yang terjadi juga lama. e. Uji Aktivitas Repelan Pengujian aktivitas repelan bertujuan untuk mengetahui aktivitas repelan pada sediaan gel minyak atsiri nilam terhadap nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk yang digunakan untuk pengujian yaitu nyamuk Aedes aegypti betina karena nyamuk Aedes aegypti jantan hanya menghisap madu dan sari dari tumbuhan sedangkan nyamuk Aedes aegypti betina menghisap darah. Nyamuk Aedes aegypti dipuasakan selama 24 jam supaya saat pengujian nyamuk dalam keadaan lapar. Saat pengujian dilakukan kelembaban ruangan yaitu 45 dan suhu 28 o C. Setiap kandang pengujian terdapat 50 nyamuk Aedes aegypti betina dengan umur yang seragam. Ruangan untuk pengujian dikondisikan dengan cahaya yang tidak terlalu terang dan tidak terlalu gelap. Kondisi tersebut sesuai dengan habitat nyamuk Aedes aegypti Ikhsanudin, 2012. Pengujian aktivitas repelan menggunakan tangan probandus yang diolesi gel sebanyak 1 gram. Pengujian dilakukan selama 5 menit pada setiap jam selama 3 jam. 20 40 60 80 100 120 Jam ke‐1 Jam ke‐2 Jam ke‐3 Da y a Re pela n Waktu F1 F2 F3 Kontrol + Kontrol ‐ Gambar 5. Grafik daya repelan gel anti nyamuk minyak atsiri nilam Keterangan : F1 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 0,5 F2 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 1 F3 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 2 Daya repelan pada ketiga formula cenderung menurun dengan penambahan karbopol. Pada jam ke-1, formula 1 memiliki daya repelan paling tinggi diantara ketiga formula. Hal tersebut disebabkan karena basis formula 1 tidak menahan cukup kuat minyak atsiri sehingga pada jam ke-1 aroma minyak atsiri nilam yang dilepaskan lebih banyak. Pada jam ke-3 aroma yang dikeluarkan semakin sedikit sehingga daya repelan yang dihasilkan rendah. 10 Formula 3 mempunyai daya repelan paling rendah pada jam ke-1 namun mempunyai efek repelan paling lama. Hal tersebut bisa dilihat pada Gambar 5, daya repelan pada jam ke-3, formula 3 memiliki daya repelan paling tinggi diantara ketiga formula. Lamanya efek repelan pada formula 3 terjadi karena besarnya penambahan karbopol yang menyebabkan minyak atsiri lebih kuat tertahan dalam basis. Semakin kuat minyak atsiri tertahan dalam basis menyebabkan aroma minyak atsiri dilepaskan sedikit demi sedikit sehingga daya repelan pada jam ke-1 rendah. Semakin tinggi konsentrasi basis karbopol maka daya repelan semakin rendah namun memberikan efek repelan paling lama. Hasil statistik daya repelan menunjukkan perbedaan yang bermakna untuk ketiga formula yang ditunjukkan dengan p-value 0,05. Pada kontrol negatif daya repelan yang dihasilkan sangat rendah. Kontrol negatif yang digunakan yaitu sediaan gel formula 2 tanpa minyak atsiri nilam. Pada Gambar 5, daya repelan kontrol negatif cenderung menurun setiap jam. Penggunaan kontrol negatif dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar bahan-bahan dalam sedian gel dapat menolak nyamuk . Pengujian aktivitas repelan juga dilakukan pada kontrol positif yaitu produk dagang yang mengandung bahan aktif DEET. Produk dagang yang diuji menghasilkan daya proteksi 90. Hasil dari produk repelan tersebut efektif menolak nyamuk tetapi memiliki efek yang berbahaya. DEET dapat menimbulkan iritasi pada kulit jika digunakan terlalu lama. f. Uji Stabilitas Gel Uji stabilitas bertujuan untuk mengetahui kestabilan sediaan gel selama waktu penyimpanan. Uji stabilitas yang dilakukan meliputi pemeriksaan organoleptis, daya sebar, viskositas, daya lekat, pH, dan homogenitas. Sediaan gel disimpan pada suhu ruang dan diamati pada minggu ke-1, 2, 3, 4, dan 8. Pengamatan stabilitas secara organoleptis meliputi warna, bau, dan konsistensi gel. Gel dikatakan stabil apabila tidak terjadi perubahan warna, bau dan konsistensi selama penyimpanan dan tidak ditumbuhi jamur Roudhatini, 2013. Hasil pengamatan organoleptis gel sampai minggu ke-8 menunjukkan tidak ada perubahan warna, bau dan konsistensi pada sediaan gel. Selama penyimpanan sediaan gel juga tidak mengalami pemisahan fase dan bebas dari jamur karena adanya pengawet nipagin dalam formulasi. Hasil pengujian homogenitas gel sampai minggu ke-8 menunjukkan sediaan gel yang homogen dan merata. 11 Gambar 6 menunjukkan stabilitas viskositas gel selama penyimpanan pada minggu ke-0 sampai minggu ke-8. Pada minggu ke-1 terjadi kenaikan viskositas pada formula 1 dan 3. Kenaikan viskositas yang terjadi pada formula 1 tidak signifikan p-value 0,244. Kenaikan viskositas yang signifikan terjadi pada formula 3 minggu ke-1 p-value 0,000. Pada formula 2 kenaikan viskositas terjadi pada minggu ke-2. 200 400 600 800 1 2 3 4 8 Vis k o sit as dP a s Minggu F1 F2 F3 Gambar 6. Grafik hubungan viskositas gel dengan lama penyimpanan Keterangan : F1 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 0,5 F2 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 1 F3 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 2 Viskositas gel cenderung mengalami penurunan selama penyimpanan. Hal tersebut terjadi karena kondisi lingkungan penyimpanan seperti cahaya dan kelembaban udara. Kenaikan suhu juga dapat menyebabkan penurunan viskositas. Suhu yang tinggi menyebabkan partikel-pertikel menjadi renggang sehingga gel akan menjadi encer. Selama penyimpanan minggu ke-2 sampai menggu ke-8 formula 1 dan 3 mengalami penurunan viskositas. Sedangkan penurunan viskositas untuk formula 2 terjadi pada minggu ke-3 sampai minggu ke-8. Gel akan menyerap uap air dari luar sehingga volume air dalam gel bertambah dan menyebabkan viskositas semakin encer Sihombing et al., 2009. Hasil pengamatan stabilitas pH pada sediaan gel Gambar 7 menunjukkan penurunan selama penyimpanan. Penurunan pH dapat dipengaruhi oleh cahaya dan kelembaban suhu. Secara umum gel akan mengalami penurunan pH selama penyimpanan Sihombing et al., 2009. Selama penyimpanan gel tidak terjadi penurunan pH yang drastis. Penurunan nilai pH juga dapat terjadi karena reaksi antara gugus karboksilat dari karbopol dengan pembawa air sehingga terbentuk H 3 O + lebih banyak sehingga membuat sediaan menjadi lebih asam Sativa et al., 2014. 12 2 4 6 8 10 1 2 3 4 8 pH Minggu F1 F2 F3 Gambar 7. Grafik Hubungan pH gel dengan lama penyimpanan Keterangan : F1 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 0,5 F2 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 1 F3 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 2 Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa sediaan gel ketiga formula dari minggu ke-0 sampai minggu ke-8 cenderung stabil. Pada minggu ke-1 terjadi kenaikan pH pada ketiga formula. Dari ketiga formula, kenaikan pH yang terjadi signifikan kecuali formula 2 tidak signifikan p-value 0,087. Pada minggu ke-2 sampai minggu ke-8 terjadi penurunan pH yang tidak signifikan dan masih dalam rentang pH untuk kulit normal. Gambar 8 menunjukkan hasil pengamatan stabilitas daya sebar gel selama penyimpanan. Pada formula 1 terjadi penurunan daya sebar pada minggu ke-0 sampai minggu ke-2 dan terjadi peningkatan pada minggu ke-3 sampai ke-8. Peningkatan daya sebar yang signifikan terjadi pada minggu ke-8 p-value 0,008. 10 20 30 40 1 2 3 4 8 Lu as Peny eb aran c m 2 Minggu F1 F2 F3 Gambar 8. Grafik hubungan daya sebar gel terhadap lama penyimpanan Keterangan : F1 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 0,5 F2 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 1 F3 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 2 Pada formula 2 menunjukkan luas penyebaran yang tidak stabil setiap minggunya. Pada minggu ke-2 terjadi peningkatan daya sebar, namun peningkatan yang terjadi tidak signifikan p-value 0,170 . Peningkatan yang signifikan pada formula 2 terjadi pada minggu ke-8 p-value 0,008. Pada formula 3 luas penyebaran gel cenderung stabil, namun pada minggu ke-3 terjadi penurunan daya sebar yang signifikan p-value 0,027. 13 Faktor yang mempengaruhi daya sebar gel adalah jumlah dan kekuatan matriks gel. Semakin lama penyimpanan daya sebar gel semakin meningkat Taurina Rafikasari, 2014. Pada Gambar 9 menunjukkan hasil pengamatan stabilitas daya lekat gel selama penyimpanan. Pada formula 1 terjadi penurunan yang signifikan pada minggu ke-2 p- value 0,014 dan minggu ke-4 p-value 0,012. Pada formula 2 penurunan yang signifikan terjadi pada minggu ke-1p-value 0,013. Selama penyimpanan selama 8 minggu, daya lekat tiap formula mengalami peningkatan dan penurunan setiap minggunya. Hasil stabilitas sediaan gel secara keseluruhan menunjukkan peningkatan dan penurunan setiap minggunya pada ketiga formula. 0,5 1 1,5 2 2,5 1 2 3 4 8 Da y a Leka t d etik Minggu F1 F2 F3 Gambar 9. Grafik hubungan daya lekat gel dengan lama penyimpanan Keterangan : F1 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 0,5 F2 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 1 F3 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 2 Formula 2 merupakan formula yang cukup baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan viskositas yang dihasilkan formula 2 tidak terlalu encer dan tidak terlalu kental sehingga gel mudah dioleskan dan zat aktif dapat terdistribusi merata pada kulit. Formula 2 juga cukup efektif sebagai penolak nyamuk. Pada penelitian ini masih terdapat beberapa kekurangan. Hasil daya repelan yang dihasilkan masih kurang dari standar yaitu 90 sehingga perlu adanya peningkatan konsentrasi minyak atsiri nilam yang digunakan dalam membuat sediaan gel. Minyak atsiri nilam yang sudah diformulasikan menjadi gel menghasilkan bau yang tidak enak yang tidak disukai oleh manusia sehingga perlu adanya fragrance untuk menutupi bau sediaan yang kurang enak. 14 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa: 1. Semakin besar penambahan gelling agent karbopol maka daya repelan sediaan gel terhadap nyamuk Aedes aegypti yang dihasilkan semakin lama. 2. Semakin besar penambahan gelling agent karbopol maka viskositas dan daya lekat semakin besar sedangkan daya sebar semakin kecil. Stabilitas gel ketiga formula mengalami peningkatan dan penurunan selama penyimpanan.

B. Saran

Dokumen yang terkait

FORMULASI GEL ANTI NYAMUK MINYAK ATSIRI NILAM (Pogostemon cablin B.) DENGAN BASIS Na CMC DAN Formulasi Gel Anti Nyamuk Minyak Atsiri Nilam (Pogostemon Cablin B.) Dengan Basis Na CMC Dan Uji Aktivitasnya.

0 2 12

PENDAHULUAN Formulasi Gel Anti Nyamuk Minyak Atsiri Nilam (Pogostemon Cablin B.) Dengan Basis Na CMC Dan Uji Aktivitasnya.

0 5 6

FORMULASI GEL ANTI NYAMUK MINYAK ATSIRI NILAM (Pogostemon cablin B.) DENGAN BASIS Na CMC DAN Formulasi Gel Anti Nyamuk Minyak Atsiri Nilam (Pogostemon Cablin B.) Dengan Basis Na CMC Dan Uji Aktivitasnya.

0 2 12

FORMULASI SEDIAAN GEL ANTI NYAMUK DARI MINYAK ATSIRI NILAM (Pogostemon cablin B.) DENGAN GELLING Formulasi Sediaan Gel Anti Nyamuk Dari Minyak Atsiri Nilam (Pogostemon Cablin B.) Dengan Gelling Agent Karbopol Dan Uji Aktivitasnya.

0 6 12

PENDAHULUAN Formulasi Sediaan Gel Anti Nyamuk Dari Minyak Atsiri Nilam (Pogostemon Cablin B.) Dengan Gelling Agent Karbopol Dan Uji Aktivitasnya.

0 3 8

DAFTAR PUSTAKA Agustina, L., 2013, Formulasi Emulgel Minyak Cengkeh (Oleum Caryophylli) Formulasi Sediaan Gel Anti Nyamuk Dari Minyak Atsiri Nilam (Pogostemon Cablin B.) Dengan Gelling Agent Karbopol Dan Uji Aktivitasnya.

0 7 4

FORMULASI LOTION ANTI NYAMUK DARI MINYAK ATSIRI NILAM (Pogostemon cablin B.) Formulasi Lotion Anti Nyamuk Dari Minyak Atsiri Nilam (Pogostemon Cablin B.).

0 1 12

PENDAHULUAN Formulasi Lotion Anti Nyamuk Dari Minyak Atsiri Nilam (Pogostemon Cablin B.).

3 44 8

DAFTAR PUSTAKA Formulasi Lotion Anti Nyamuk Dari Minyak Atsiri Nilam (Pogostemon Cablin B.).

3 12 4

FORMULASI LOTION ANTI NYAMUK DARI MINYAK ATSIRI NILAM (Pogostemon cablin B.) Formulasi Lotion Anti Nyamuk Dari Minyak Atsiri Nilam (Pogostemon Cablin B.).

1 10 17