2. Untuk menganalisa bentuk-bentuk pertanggungjawaban hukum
terhadap pelanggaran atas perlindungan hukum bagi perwakilan diplomatik suatu negara di wilayah perang menurut Hukum
Internasional.
1.5 Manfaat Penulisan
1.5.1. Manfaat teoritis.
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kekebalan dan keistimewaan bagi
perwakilan diplomatik suatu negara di wilayah perang ditinjau dari Hukum Internasional. Selain itu, karya tulis ini juga diharapkan dapat dijadikan referensi
tambahan dalam pengembangan Ilmu Hukum secara umum, khususnya di bidang Hukum Internasional mengenai perlindungan terhadap perwakilan diplomatik suatu
negara di wilayah perang. 1.5.2.
Manfaat praktis. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi pihak
negara-negara penerima maupun pihak yang sedang berperang di belahan dunia manapun agar senantiasa mencegah pelanggaran atas perlindungan hukum bagi
perwakilan diplomatik suatu negara di wilayah perang. Untuk para mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan analisa yang akan membentuk
pola pikir dinamis dan kritis dalam melihat permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan isu hukum yang dibahas ini, sekaligus mengukur sejauh mana
kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh. Berikutnya, penelitian
ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran kepada para golongan kombat bahwa perwakilan diplomatik di wilayah perang memiliki kedudukan dan
perlindungan yang dijamin oleh hukum internasional. Sehingga, pelanggaran- pelanggaran terhadapnya yang sering dilakukan golongan kombat akan dapat
diminimalisir.
1.6 Landasan Teoritis
a. Teori-teori tentang kekebalan dan keistimewaan diplomatik
Terdapat 3 tiga teori mengenai dasar pemberian hak-hak istimewa dan kekebalan diplomatik di luar negeri.
7
Berikut adalah ketiga teori tersebut : 1.
Teori Eksteritorialitas. Menurut teori ini seorang pejabat diplomatik dianggap seolah-olah tidak meninggalkan negerinya, berada di luar
wilayah akreditasi, walaupun sebenarnya ia berada di luar negeri dan melaksanakan tugas-tugasnya disana. Demikian juga halnya dengan
gedung perwakilan.
8
2. Teori Representatif. Teori kedua ini mengajarkan pada kita bahwa baik
pejabat maupun perwakilan diplomatik, mewakili negara pengirim dan kepala negaranya.
9
7
Boer Mauna, 2005, Hukum Internasional : Pengertian, Peranan, dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, Edisi Kedua, PT. Alumni, Bandung, h. 547.
8
ibid.
9
Syahmin Ak., 2008, Hukum diplomatik dalam kerangka studi analisis, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 117.
3. Teori Kebutuhan Fungsional. Menurut teori ini, hak-hak istimewa dan
kekebalan-kekebalan diplomatik dan misi diplomatiknya hanya didasarkan atas kebutuhan-kebutuhan fungsional agar para pejabat
diplomatik itu dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan lancar.
10
b. Prinsip pembedaan Distinction principle.
Salah satu bagian penting dari hukum perang adalah apa yang dikenal dengan prinsip pembedaan. Adapun yang dimaksud prinsip pembedaan ini adalah
bahwa penduduk suatu negara yang terlibat perang dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu mereka yang secara langsung ikut serta dalam pertikaian tersebut dan
mereka yang tidak turut secara aktif. Golongan pertama tadi biasa disebut kombat, dan golongan kedua pada umumnya disebut penduduk sipil.
11
Yang menjadi tujuan utama dari prinsip pembedaan ini adalah demi melindungi warga sipil. Selain itu,
prinsip pembedaan juga bertujuan untuk membedakan objek sasaran militer, atau objek sipil.
Berkaitan dengan perlindungan perwakilan diplomatik dalam suatu konflik bersenjata, prinsip pembedaan ini nantinya menjelaskan mengenai kedudukan
pejabat beserta gedung-gedung perwakilan diplomatik dalam suatu konflik bersenjata yang notabene termasuk dalam golongan non-kombat yang seharusnya
mendapat perlindungan.
10
Boer Mauna, op.cit, h. 548.
11
T. May Rudy, 2002, Hukum Internasional II, PT. Refika Aditama, Bandung, h.88.
c. Ius in bello.
Ius in bello merupakan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam perang yang diatur dalam sumber-sumber Hukum Humaniter, khususnya sumber utama
yaitu :
12
1 Konvensi-konvensi den Haag 1907 Conduct of war; 2 Konvensi-konvensi Jenewa 1949 Perlindungan korban perang;
3 Protokol-protokol tambahan 1977. Ius in bello tidak dipengaruhi oleh ius ad bellum kapan atau dalam keadaan
bagaimana negara dibenarkan untuk berperang. Yang artinya Hukum Humaniter Internasional mengikat pihak-pihak yang berkonflik tanpa melihat alasan dari
perang tersebut. d.
Teori-teori Pertanggungjawaban Negara Pada dasarnya, ada dua teori mengenai pertanggungjawaban negara, yaitu
Teori Resiko dan Teori Kesalahan :
13
1. Teori Risiko Risk Theory yang kemudian melahirkan prinsip tanggung
jawab mutlak absolute liability atau strict liability atau tanggung jawab objektif objective responsibility, yaitu bahwa suatu negara
12
Haryomataram, 2012, Pengantar Hukum Humaniter, Rajawali Pers, Jakarta, selanjutnya disingkat Haryomataram I, h. 3.
13
http:fl.unud.ac.idblockbookHIcourse20materialsTANGGUNG20JAWAB20 NEGARA.doc diakses pada tanggal 1 Pebruari 2016 pukul 12.00 WITA
mutlak bertanggung jawab atas setiap kegiatan yang menimbulkan akibat yang sangat membahayakan harmful effects of untra-hazardous
activities walaupun kegiatan itu sendiri adalah kegiatan yang sah menurut hukum.
2. Teori Kesalahan Fault Theory yang melahirkan prinsip tanggung
jawab subjektif subjective responsibility atau tanggung jawab atas dasar kesalahan liability based on fault, yaitu bahwa tanggung jawab
negara atas perbuatannya baru dikatakan ada jika dapat dibuktikan adanya unsur kesalahan pada perbuatan itu.
1.7 Metode Penelitian