Prosedur Pengujian Penelitian Laboratorium

commit to user 71

3.4.4. Prosedur Pengujian

Pengujian mengikuti prosedur mulai dari uji material, pembuatan benda uji, perawatan benda uji serta pengujian itu sendiri. 3.4.4.1. Uji Material Pengujian material yang harus dilakukan antara lain: 1 Pengujian kandungan zat organik agregat halus 2 Pengujian kandungan lumpur agregat halus 3 Pengujian gradasi agregat halus 4 Pengujian specific gravity agregat halus 5 Pengujian abrasi agregat kasar 6 Pengujian gradasi agregat kasar 7 Pengujian specific gravity agregat kasar. Setelah perbandingan campuran didapatkan, maka selanjutnya dilakukan pengujian slump beton yang bertujuan untuk mengetahui slump beton segar, sehingga dapat diketahui tingkat kemudahan pengerjaannya workability. 3.4.4.2. Pembuatan Benda Uji Pembuatan benda uji sesuai kebutuhan jenis pengujian yang akan dilakukan seperti terdapat dalam Sub Bab 3.4.3. Prosedur pembuatan benda uji sebagai berikut: 1 Benda uji dibuat dari beton segar yang mewakili campuran beton sesuai dengan rancangan campuran dan variasi komponen material yang direncanakan. 2 Mengisi cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapisan, tiap-tiap lapisan dipadatkan dengan 25 kali tusukan secara merata. Pada saat melakukan pemadatan lapisan pertama, tongkat pemadat tidak boleh mengenai dasar cetakan. Pada saat pemadatan lapisan kedua serta ketiga tongkat pemadat boleh masuk kira-kira 25 mm kedalam lapisan dibawahnya. 3 Setelah selesai melakukan pemadatan, sisi cetakan diketuk perlahan-lahan sampai rongga bekas tusukan tertutup. Permukaan beton diratakan dan ditutup segera dengan bahan yang kedap air serta tahan karat. Beton dibiarkan dalam cetakan selama 24 jam dan diletakkan pada tempat yang bebas dari getaran. 4 Setelah 24 jam, cetakan dibuka dan benda uji dikeluarkan untuk direndam dalam bak perendam berisi air pada temperature 25°C. Perawatan curing selama waktu yang commit to user 72 dikehendaki untuk pengendalian mutu beton. Pelaksanaan perawatan curing disesuaikan dengan persyaratan. 3.4.4.3. Perawatan Benda Uji Tujuan dari perawatan benda uji antara lain: 1 Untuk mencegah meningkatnya temperatur beton pada reaksi hidrasi yang berkembang selama proses pengerasan beton. 2 Untuk mencegah pengeringan beton yang terlalu cepat yang dapat mengakibatkan retak-retak pada beton. Perawatan beton yang baik akan memperbaiki beberapa segi dari kualitasnya. Untuk sampel laboratorium perawatan dilakukan dengan perendaman pada bak air di laboratorium selama 7 hari. 3.4.4.4. Pengujian Kuat Tekan Beton Pengujian kuat tekan setiap benda uji maupun variannya hanya satu kali saat umur beton telah mencapai sekurang-kurangnya 28 hari. Adapun langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut: 1 Menentukan kuat tekan dengan mesin uji kuat tekan. 2 Setiap varian benda uji diwakili tiga benda uji. 3 Beban maksimum dicatat dan model kerusakan didokumentasikan. 3.4.4.5. Pengujian Material Grouting Pengujian material grouting untuk mengetahui pengaruhnya terhadap perbaikan kuat tekan pada kolom pecah dilakukan saat benda uji mencapai umur 28 hari. Sebelum diuji, sampel yang dirancang dalam kondisi pecah diberikan grouting dengan tiga alternatif material. Masing-masing varian material diaplikasikan pada tiga sampel baik sampel kubus maupun kolom. Uji kuat tekan dilakukan setelah aplikasi grouting berumur tujuh hari dimana pada saat tersebut material grouting sudah mencapai kekuatan maksimal. Hasil uji dicatat untuk selanjutnya diperbandingkan antar varian sampel. 3.4.4.6. Pengujian Ketahanan Beton Terhadap Korosi Tulangan Pengujian ketahanan beton terhadap korosi tulangan juga dilakukan saat benda uji mencapai umur 28 hari. Sebelum diuji, semua sampel direndam dalam media perendam commit to user 73 sesuai rencana. Pada penelitian ini digunakan dua macam media perendam yaitu air normal dan air laut. Sebelum dilakukan perendaman, kedua media perendam diuji sampel untuk mengetahui kandungan zat-zat yang ada didalamnya. Kadar kandungan yang diuji terutama zat yang berpengaruh terdadap tingkat korosi pada besi tulangan. Adapun langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut: 1 Alat uji diseting sesuai petunjuk pemasangan alat. 2 Pengujian setiap varian beton menggunakan tiga unit benda uji. 3 Benda uji dites selama 2-5 menit. 4 Alat uji memberikan laju korosi Icorr yang merupakan pengukuran kuantitatif dari jumlah baja berubah menjadi oksida pada saat pengukuran bila pengujian menggunakan sensor A. Sensor B akan memberikan nilai resistivitas beton k Ω.cm yaitu angka yang menunjukkan tingkat hambatan listrik yang melalui beton yang bisa digunakan sebagai indicator tingkat korosi pada tulangannya. 3.4.4.7. Pengujian Sampel Pemodelan Kolom Eksisting Pengujian sampel pemodelan kolom eksisting dilakukan saat benda uji mencapai umur 28 hari. Pengujian dilaksanakan dalam dua tahapan. Pada percobaan tahap pertama semua sampel diberikan beban tekan sampai timbulnya retak dan pecah. Tujuannya adalah untuk mengetahui kuat tekan sampel dan kemiripan pola retaknya terhadap pola retak kolom eksisting. Pada retak dan pecah yang terjadi selanjutnya dilakukan grouting dengan tiga alternatif material grouting yang hendak diuji. Masing-masing varian material grouting akan diaplikasi pada tiga sampel kolom. Setelah material grouting yang diaplikasikan berumur tujuh hari yaitu saat material grouting mencapai daya rekat maksimal, dilakukan pengujian tekan lagi untuk mengetahui material grouting yang memberi hasil peningkatan kuat tekan paling baik. commit to user 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Penelitian

Hasil penelitian ditampilkan mulai dari data obyek penelitian yang meliputi data kondisi eksisting dan kerusakan bangunan. Data selanjutnya adalah hasil pengujian terhadap sampel di laboratorium.

4.1.1. Data Obyek Penelitian

Data obyek penelitian fokus pada bangunan Bale Kapal. Pengamatan dilakukan secara visual, pendokumentasian dan pengukuran terhadap kondisi serta kerusakan yang terjadi. 4.1.1.1. Kondisi Eksisting Bale Kapal Berdasarkan pengamatan visual keberadaan struktur Bale Kapal dapat didiskripsikan sebagai berikut: 1 Struktur bawah yang berupa pondasi batu kali masih terlihat kuat. Tidak terjadi settlement maupun retak. 2 Struktur utama yang berupa 12 kolom menggunakan tulangan besi tunggal dengan diameter 16 mm. Kolom-kolom tersebut masih berdiri tegak namun sebagian telah mengalami kerusakan berupa retak maupun pecah. 3 Struktur atas, pada bangunan eksisting bagian atap sudah tidak ada lagi seperti terlihat pada Gambar 4.1. Kondisi Bale Kapal secara keseluruhan seperti terlihat pada Gambar 4.1. Data kerusakan masing-masing kolom seperti terdapat pada Tabel 4.1 dengan visualisasi kerusakan seperti terlihat pada Gambar 4.2. 74