ARTIKEL PENELITIAN
Studi Deskriptif Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional Non PBI Mandiri Kota Surakarta yang Tercatat Di BPJS Kesehatan Surakarta
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiya Surakarta
15
15,7 dibandingkan pekerja yang belum kawin 4,5. Hal tersebut
didukung dengan risiko hipertensi bagi pekerja yang sudah kawin menikah
sebesar
3,9 kali
lebih besar
dibandingkan dengan status belum kawin. Banyaknya persoalan dalam
rumah tangga serta tanggung jawab sebagai kepala keluarga antara lain
sebagai penyebab timbulnya beban mental yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi kenaikan tekanan darah.
E. Karakteristik Alamat Responden
Kelurahan dan Kecamatan
Kelurahan tempat tinggal dengan
jumlah responden paling banyak adalah Kelurahan Mojosongo, yaitu sebanyak
162 orang 9,62. Desa Mojosongo
merupakan desa dengan letak yang strategis, luas wilayah 5,329 Km² dan
jumlah penduduk 40.872 jiwa Profil Kota Surakarta, 2010.
Kelurahan Mojosongo merupakan kelurahan yang besar dan terletak di
bagian utara Kota Solo. Penduduk Mojosongo adalah mayoritas pendatang,
atau mereka yang mencari pemukiman yang lebih aman dari banjir. Program
nasional
perumahan memungkinkan
pembangunan insfrastuktur lebih lanjut di wilayah ini. Tingkat sosial ekonomi
mempengaruhi seseorang untuk ikut serta dalam program Jaminan Kesehatan
Nasional
dan memilih
pelayanan kesehatan yang diinginkan.
Sedangkan kecamatan
dengan responden
paling banyak
adalah Kecamatan Banjarsari, yaitu sebanyak
518 orang
30,8. Kecamatan
Banjarsari merupakan kecamatan yang terletak di pusat Kota Surakarta, dengan
luas wilayah 14,81 Km². Jumlah penduduk di Kecamatan Banjarsari yaitu
sejumlah 162.708 jiwa Profil Kota Surakarta, 2010.
Kecamatan Banjarsari
selain merupakan kecamatan paling luas di
Kota Surakarta, letaknya juga sangat strategis,
yaitu di
jantung kota.
Penduduk yang tinggal di Kecamatan Banjarsari antusias untuk mengikuti
program Jaminan Kesehatan Nasional yang diselenggarakan oleh BPJS. Selain
tempatnya
di kota,
akses untuk
mendaftarkan diri ke Kantor BPJS juga mudah,
seringnya sosialisasi
yang diberikan dan pengetahuan masyarakat
mengenai Jaminan Kesehatan itu sendiri sangat tinggi.
F. Karakteristik Kelas Tingkat Faskes
Responden
J umlah kelas paling banyak adalah
kelas 1 dengan jumlah iuran Rp 59.500, yaitu sebanyak
738 orang 43,8.
Diurutan kedua yaitu kelas 3 dengan iuran Rp 25.500 sebanyak 542 orang
32,2, dan diurutan ketiga yaitu kelas 2 dengan iuran Rp 42.500 sebanyak 404
24,0.
Dewan Jaminan Sosial Nasional DJSN
memastikan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS Kesehatan yang beroperasi pada 1
Januari 2014
tidak membedakan
pelayanan. Masyarakat
yang menjalankan proses rawat inap di kelas
1, 2, dan 3 akan mendapat pelayanan yang sama. Ketua DJSN Chazali
Situmorang mengungkapkan bahwa harga obatdan jasa dokter untuk kelas 1,
2 dan 3 sama. Yang membedakan hanya manfaat
akomodasi dan
ruang perawatan.
Sebelumnya, masyarakat
yang dirawat di kelas 1, harga obat dan jasa dokternya dihitung berdasarkan
kelas 1 tetapi untuk kedepan tidak seperti itu lagi.
Menurut Lukito
2003, pemanfaatan
masyarakat terhadap
berbagai fasilitas pelayanan kesehatan sangat
dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan, maka akan semakin mudah seseorang untuk memahami sebuah
perubahan
dan manfaat
sebuah perubahan, khususnya dalam bidang
kesehatan.
ARTIKEL PENELITIAN
Studi Deskriptif Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional Non PBI Mandiri Kota Surakarta yang Tercatat Di BPJS Kesehatan Surakarta
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiya Surakarta
16
Handayani 2012 mengungkapkan, hasil studi yang dilakukan Hasbullah
Thabrany memperlihatkan
kondisi bahwa lebih dari 70 pendanaan
kesehatan berasal dari rumah tangga out of pocket. Hal ini terlihat sejumlah
76,8
responden bersedia
untuk membayar iuran jaminan kesehatan.
Djuhaeni 2010 mengungkapkan, 87.1 responden menyatakan mau ikut
asuransi kesehatan dengan pelayanan kesehatan lengkap sampai ke tingkat
rumah sakit. Sebagian besar 93.3 responden menginginkan besaran premi
asuransi kesehatan sebesar maksimal Rp 25,000bulanorang.
G. Karakteristik
Kepemilikan No.
Pasport
Sebanyak 99,6 1677 responden tidak
memiliki pasport.
Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: sebagian besar responden tidak
memiliki kepentingan untuk membuat pasport karena pasport adalah dokumen
perjalanan resmi yang dikeluarkan oleh KANIM Kantor Imigrasi setempat
sebagai tanda pengenal Warga Negara Indonesia WNI di luar negeri. Namun
ada sejumlah 7 orang 0,4 yang memiliki pasport, dengan begitu terbukti
bahwa pengcoveran peserta Jaminan Kesehatan
Nasional selain
Warga Negara Indonesia juga mencakup Warga
Negara Asing. Sampai dengan saat ini, belum
dilakukan adanya pengcoveran Warga Negara Asing melalui sosialisasi. Sesuai
dengan Perpres RI 2013, bahwasanya orang asing yang bekerja paling singkat
6 bulan di Indonesia dapat menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional
yang diprogramkan oleh pemerintah.
H. Karakteristik
Kepemilikan Polis
Asuransi Kesehatan
Sebanyak 99,7 1679 orang tidak memiliki
Nomor Polis
Asuransi Kesehatan,
hal ini
dikarenakan masyarakat sudah memiliki jaminan
kesehatan nasional yang notabene ringan dalam
pembayarannya daripada
memiliki nomor
Polis Asuransi
Kesehatan yang harganya mahal. Namun sebagian peserta juga ada yang memiliki
Polis Asuransi
Kesehatan, yaitu
sejumlah 5 orang 0,3. Hal ini menandakan bahwa sebagian peserta
Jaminan Kesehatan Nasional sudah memiliki asuransi lain tetapi masih
menginginkan untuk mengikuti Jaminan Kesehatan
yang menjadi
program pemerintah.
I. Karakteristik
Faskes Responden
Tingkat Pertama
Fasilitas kesehatan pertama yaitu dr. Maria Retno S, sebanyak 7,90
133 orang. Persepsi masyarakat akan pelayanan kesehatan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi tindakan seseorang
dalam memilih
fasilitas kesehatan Notoadmojo, 2003.
Ada beberapa
faktor yang
mempengaruhi pemanfaatan fasillitas kesehatan,
seperti umur,
tingkat pendidikan, pekerjaan, dan berbagai
faktor lainnya. Umur berkaitan dengan kelompok umur tertentu yang lebih
banyak
memanfaatkan pelayanan
kesehatan karena pertimbangan tingkat kerentanan.
Tingkat pendidikan
mempunyai hubungan
yang eksponensial dengan tingkat kesehatan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin mudah menerima konsep hidup
sehat secara mandiri, kreatif, dan berkesinambungan. Tingkat pendapatan
mempunyai kontribusi yang besar dalam pemanfaatan
pelayanan kesehatan,
karena semakin
tinggi tingkat
pendapatan, semakin leluasa untuk memilih pelayanan kesehatan Sutanto,
2002.
Menurut Azwar
2006, pemanfaatan
seseorang terhadap
pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial budaya, dan
sosial ekonomi orang tersebut. Bila tingkat pendidikan, sosial budaya, dan
sosial ekonomi baik, maka secara relatif
ARTIKEL PENELITIAN
Studi Deskriptif Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional Non PBI Mandiri Kota Surakarta yang Tercatat Di BPJS Kesehatan Surakarta
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiya Surakarta
17
pemanfaatan pelayanan kesehatan akan tinggi.
J. Karakteristik Faskes Dokter Gigi
Fasilitas kesehatan gigi paling banyak menggunakan jasa drg. Faizah
A, yaitu sebanyak 33,85 dari 130 peserta yang menggunakan fasilitas kesehatan
gigi. Fasilitas kesehatan dokter gigi merupakan merupakan pusat kesehatan
masyarakat, puskesmas, klinik maupun dokter maupun dokter gigi yang bekerja
sama dengan BPJS dalam memberikan fasilitas kesehatan khusus kesehatan gigi
kepada peserta Jaminan Kesehatan Nasional.
Dari peserta Jaminan Kesehatan Non PBS Mandiri Kota Surakarta yang
berjumlah 1684 terdapat 130 peserta yang menggunakan fasilitas kesehatan
khusus gigi dan terdapat 30 dokter perorangan yang bekerjasama dengan
BPJS
Kesehatan Surakarta
dalam menyediakan fasilitas kesehatan gigi.
Namun, dalam penelitian ini hanya diungkap
10 dokter
perorangan tertinggi yang memberikan fasilitas
kesehatan gigi kepada para peserta Jaminan Kesehatan Nasional. Minimnya
responden yang menggunakan fasilitas kesehatan khusus gigi karena mahalnya
tarif dokter gigi serta sugesti masyarakat yang menganggap dokter umum dapat
mengatasi masalah kesehatan gigi. Sehingga
minat masyarakat
masih condong periksa ke dokter umum.
PENUTUP A.
SIMPULAN
Analisis Karakteristik peserta Jaminan Kesehatan Nasional Non PBI mandiri
diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Berdasarkan karakteristik tempat
kelahiran diperoleh Provinsi Jawa Tengah sebagai provinsi dengan
cakupan tempat kelahiran responden terbanyak yaitu sejumlah 1458
orang 86,6.
2. Karakteristik
berdasarkan usia
responden terbanyak dengan rentan usia 61-70 tahun yaitu 383 orang
22,7. 3.
Karakteristik berdasarkan
jenis kelamin, paling banyak yaitu laki-
laki dengan jumlah sebanyak 1180
orang 70,1. 4.
Karakteristik berdasarkan
status perkawinan paling banyak adalah
kawin, yaitu sebanyak 1222
orang 72,6.
5. Karakteristik berdasarkan alamat
tempat tinggal responden desa dan kecamatan, untuk desa yang paling
banyak adalah responden yang berasal dari Desa Mojosongo, yaitu
sebanyak
162 jiwa
9,62. Kecamatan
dengan jumlah
responden terbanyak
adalah Kecamatan
Banjarsari yaitu
sejumlah 518 jiwa 30,8. 6.
Karakteristik berdasarkan kelas paling banyak yaitu kelas 1,
sejumlah 788 orang 43,8. 7.
Karakteristik jumlah
responden yang memiliki nomor pasport hanya
7 orang 0,4, dan yang tidak memiliki pasport sebanyak 1677
99,6.
8. Karakteristik
reponden yang
memiliki nomor Polis Asuransi Kesehatan sejumlah 5 orang 0,3.
9. Karakteristik
fasilitias kesehtan
tingkat pertama paling banyak yaitu dr. Maria Retno S dengan jumlah
responden sebanyak 133 orang 7,90.
10. Karakteristik
fasilitas kesehatan
dokter gigi paling banyak yaitu drg. Faizah A dengan jumlah responden
sebanyak 44 orang 33,83.
B. SARAN