budidaya jambu biji pak haji ini, dia dapat menghasilkan Rp 10 juta per minggu, jambu biji milik H. Zahari Zakaria, ARIZA FARM
di Korong Limpato, Nagari Sungai Sariak, Kabupaten Padang Pariaman tidak hanya menghasilkan pendapatan, usaha
tersebut juga mampu membuka lapangan kerja untuk warga sekitar. ‘Hebatnya pak haji juga telah mempekerjakan 15 orang
perhari dengan gaji Rp 50 ribu perhari ini membuktikan bahwa usaha pertanian bisa
mensejahterakan petani. 5.Usaha kebun buah-buahan lainnya yang sudah berkembang
adalah usaha buah naga di Padang dan Padang Pariaman, kebun salak di Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Pasaman,
Kabupaten Pasaman Barat, Kota Bukittinggi dan Padang Panjang. Tidak kalah pentingnya, tanaman sirsak, sukun dan
belimbing juga sudah diusahakan petani secara luas sebagai sumber perolehan pendapatan. Sementara buah-buahan lainnya
seperti durian, rambutan, alpukat, sawo,nangka, mangga dan pepaya sudah lebih dulu dikembangkan, hampir disemua daerah.
Kondisi ini merupakan suatu kemajuan bagi sektor pertanian daerah, khususnya subsektor hortikultura. Potensinya
untuk mengisi perolehan pendapatan masyarakat cukup tinggi, begitu juga perannya dalam mengisi pendapatan daerah.
berdasarkan data statistik, di Sumatera Barat saat ini berkembang lebih kurang 20 komoditas buah-buahan dengan sebaran yang
berbeda pada setiap daerah, tergantung dukungan sumberdaya alam dan preferensi petaninya Tabel 4.1.
4.2 Perkembangan Populasi dan Produksi
Bercermin kepada kondisi lapang, nampak jelas pesatnya kemajuan usaha tanaman buah-buahan tingkat petani. Hampir
semua lahan yang tersedia dan atau lahan terlantar telah diusahakan dengan menanam tanaman buah-buahan. Tidak
hanya lahan pekarangan, lahan tegalan dan kebun campuran yang diintensifkan sebagai lahan kebun buah-buahan, tetapi
juga lahan terlantar seperti lahan pinggiran jalan dan bantaran
44
kali juga dimanfaatkan. Tanaman yang banyak diusahakan pada lahan pinggiran dan pekarangan adalah sirsak, jambu biji, mangga,
belimbing dan lainnya. Perkembangan ini semakin menjelaskan bahwa tanaman buah-buahan telah mulai menjadi pilihan bagi
masyarakat. Pilihan untuk mendapatkan hasil buahnya dan juga pilihan untuk mendapatkan nilai jual buahnya sebagai salah
satu sumber pendapatan baru. Data statistik pada Tabel 4.1, memperlihatkan dan menjelaskan perkembangan tanaman buah-
buahan sejak tahun 2007. Tabel 4.1. Sebaran jenis dan kuantitas buah-buahan di Sumatera Barat 2007,
No Komoditas
2007 2010
2013 Tanam
baru btg, rpn
Jumlah akhir tahun
btg, rpn produksi
ton Tanam
barubtg, rpn
Jumlah akhir tahun
btg, rpn produksi
ton Tanam
baru btg, rpn
Jumlah akhir tahun
btg, rpn produk-
si ton 1
Alpukat 17.370
536.559 21.024
49.423 565.431
29.456 12.049
581.445 40.968
2 Belimbing
849 17.725
283 953
15.854 505
1.151 15.650
574 3
DukuL.sat 5.165
194.673 9.619
15.546 208.667
441 1.363
202.831 4.383
4 Durian
42.085 1.157.297
36.802 37.428
1.215.883 22.112
28.330 1.395.356
54.958 5
Jambu biji 2.687
62.689 712
3.578 59.314
1.473 11.768
98.228 2.505
6 Jambu air
1.968 120.021
1.926 1.643
76.261 3.013
20.176 100.290
2.067 7
Jeruk 130.147
1.554.458 20.449
56.824 1.564.842
31.615 134.009
1.674.140 37.726
8 Jeruk besar
318 7.433
47 202
7.144 124
132 7.029
213 9
Mangga 11.505
247.990 4.208
12.266 264.683
7.309 4.722
273.500 7.740
10 Manggis
39.286 566.246
18.364 10.276
617.309 4.092
50.034 768.549
11.952 11
NangkaC 4824
151.780 4.999
6.105 166.974
7.145 6.129
172.421 7.621
12 Nanas
13.223 151.780
660 17.494
224.048 507
3.331 122.895
308 13
Papaya 49.002
251.329 5.944
35.406 309.806
8.985 90.727
640.085 15.569
14 Pisang
426.867 3.906.461
62.129 361.806
3.961.345 100.524
113.911 3.633.520
126.335 15
Rambutan 12.882
897.690 25.380
5.412 826.145
8.662 2.927
723.720 18.255
16 Salak
13.401 360.943
2.594 2.808
304.118 2.993
1.720 250.526
2.166 17
Sawo 4597
137.395 13.062
3.054 140.355
11.762 1.508
140.237 9.910
18 Markisah
16.626 1.526.471
91.066 3.972
1.387.020 114.930
2.749 1.248.449
103.520 19
Sirsak 1007
14.561 180
18.329 38.303
304 30.053
138.388 767
20 Sukun
511 14.345
97 552
14.696 287
18.552 43.214
448 Sum Bar
1.254.301 12.355.490
244.341 682.965
11.948.288 357.239
814.196 13.231.978
468.061 Sumber : Diolah dari Statistik Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Barat Tahun 2007, 2010 dan 2012
2010 dan 2013
45
Secara menyeluruh untuk wilayah Sumatera Barat, jumlah populasi dan produksi komoditas-komoditas buah-buahan tersebut
kelihatan menurun sejak tahun 2008 sampai tahun 2012 Tabel 4.1.. Berat dugaan bahwa penurunan ini terjadi karena banyaknya
tanaman yang mati karena umur yang sudah sangat tua. Mayoritas tanaman buah-buahan yang berkembang sebelumnya merupakan
tanaman peninggalan orang tua. Kebanyakan dari tanaman tersebut sudah berumur tua dan tidak produktif lagi. Kenyataan ini
menunjukan bahwa langkah peremajaan yang dilakukan sangat lambat dan sangat sedikit sehingga tidak bisa mengimbangi angka
kematian tanaman tua dan kerusakan sebagai akibat dari serangan hama dan atau penyakit serta penebangan dan alih fungsi lahan.
Kondisi diatas menyatakan bahwa sebelumnya telah terjadi kelalaian dalam kegiatan peremajaan. Kelengahan ini
menyebabkan terjadinya penurunan populasi dan produksi yang cukup memprihatinkan secara berkelanjutan. Tetapi kondisi
dan kelemahan tersebut, telah diantisipasi jauh sebelumnya dengan menetapkan kebijakan dan alokasi anggaran untuk lebih
mengintensifkan program dan kegiatan pengembangan tanaman buah-buahan. Dengan kegiatan tersebut diharapkan akan
diperoleh hasil yang signiikan, yang akan dibuktikan tidak hanya oleh perkembangan populasi dan produksi saja tetapi juga akan
dicirikan oleh perkembangan agribisnis dan pertumbuhan ekonomi masyarakat yang lebih cepat serta berbagai dampak lainnya yang
dinamis.
Komoditas Unggulan
Data statistik pada Tabel 4.1 diatas, menjelaskan bahwa ada beberapa komoditas yang sudah berkembang dengan jumlah yang
menonjol dan produksi yang cukup tinggi. Komoditas-komoditas yang telah berkembang dan mampu memberikan kontribusi yang
nyata terhadap pendapatan dan perkembangan agribisnis daerah tersebut dapat digolongkan sebagai komoditas unggulan. Sementara
komoditas lapis keduanya dengan populasi dan perkembangan yang lebih rendah, dikategorikan kedalam komoditas andalan. Dan
46
komoditas lapis ketiga yang perkembangannya dibawah komoditas andalan serta komoditas-komoditas baru yang diintroduksikan
dimasukan kedalam kategori komoditas harapan. Data tahun 2017 – 2012 diatas, menyimpulkan bahwa
ada enam komoditas yang bisa dikategorikan sebagai komoditas unggulan, yaitu pisang, jeruk, markisah, durian, rambutan dan
manggis. Komoditas lapis kedua atau bisa juga kita kategorikan sebagai komoditas andalan adalah alpukat, pepaya, mangga, salak,
duku langsat, nangka dan sawo Komoditas lainnya yang termasuk kategori komoditas harapan yang suatu saat nanti akan meningkat
statusnya menjadi komoditas andalan ataupun unggulan, adalah jambu air, belimbing, nenas, jambu biji, sirsak, sukun dan jeruk
besar. Berikut diuraikan keragaan dan perkembangan beberapa komoditas yang sedang berkembang di Sumatera Barat dewasa ini.
Pisang. Pada tahun 2012, jumlah populasi tanaman pisang
mencapai 3.764.801 batang dan produksi sekitar 137.347 ton. Artinya, komoditas ini telah banyak dipelihara dan dikembangkan
oleh masyarakat Sumatera Barat. Lahan usaha tersebar pada lahan kering berupa pekarangan, lahan tegalan, ladang dan pinggiran lahan
perkebunan serta lahan-lahan kosong pinggir jalan atau pinggiran sawah. Produk yang dihasilkan lebih banyak digunakan sebagai
buah segar untuk konsumsi. Disamping itu, masyarakat juga sudah mulai mengolah buah pisang untuk menghasilkan makanan dalam
bentuk lain seperti pisang goreng, pisang rebus khusus pisang jantan mempunyai rasa spesiik dan sudah diusahakan sejak lama
dan kue-kue lainnya dengan bahan utamanya pisang.
Saat ini, secara umum komoditas pisang telah mampu memberikan kontribusi yang besar dalam mengisi perolehan
pendapatan masyarakat. Kontribusi ini akan semakin meningkat sejalan dengan semakin tergalinya berbagai potensi yang ada pada
komoditas ini dengan meningkatkan nilai tambahnya. Nilai pisang tidak hanya dari buah segar tetapi lebih potensial sebagai bahan
baku industri berbagai produk. Baik produk kosmetik, obat-obatan
47
maupun industri pangan. Potensi yang paling besar saat ini adalah dalam industri pangan.
Daerah sentra produksi pisang saat ini berada di Kabupaten Padang Pariaman 2012 ; populasi 642.015, produksi 14.644
ton diikuti oleh Kabupaten Pasaman Barat 2012 ; populasi 474.368, produksi 21.031, Kabupaten Lima Puluh Kota 2012
; populasi 466.978, produksi 13.513 ton, Pesisir Selatan 2012 ; populasi 432.537, produksi 16.217 ton, Agam 2012 ; populasi
391.579, produksi 24.679, Tanah Datar 2012 ; populasi 312.842, produksi 9.363 ton, Kabupaten Solok, Pesisir Selatan dan Kota
Pariaman 2012 ; populasi 156.589, produksi 4.725 ton. Dalam perkembangannya, hampir semua daerah mengalami penurunan
populasi dan produksi. Hal ini terjadi karena wabah penyakit yang menyebabkan penurunan minat petani untuk memelihara tanaman
pisang. Usahatani pisang yang lebih maju dan berkembang telah
dilakukan oleh petani di Kota pariaman, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman dan Kabupaten
Tanah Datar. Para petani sudah mememelihara tanaman pisang dalam sebuah kebun yang tertata dengan baik, ada juga yang
mengusahakan pisang diantara tanaman kelapa seperti di Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman, pisang sebagai
tanaman pelindung atau integrasi dengan kakao, pisang integrasi dengan tanaman pangan dan sebagian juga sudah ada yang
mengembangkan kebun pisang monokultur seperti di Tanah Datar dan Agam.
Gambar 34. Penampilan kebun pisang di Padang Pariaman dan Tanah Datar
48
Bila satu KK tani memiliki tanaman pisang lebih dari 20 rumpun, mereka bisa menikmati hasil sebesar Rp 150.000
sampai Rp 300.000 setiap bulannya. Hasil ini bisa lebih tinggi bila tanaman dipelihara dengan baik menggunakan teknik budidaya
sesuai dengan kebutuhan tanaman. Begitu juga halnya dengan upaya pengembangan jenis
dan volume usaha pisang. Industri yang berkembang sekarang terutama di Tanah Datar, Pariaman dan Bukittinggi masih dalam
skala industri rumah tangga. Belum nampak perkembangan kearah industri kecil atau menengah, walaupun permintaan pasar akan
produk olahan pisang cukup bagus. Kelemahan utama adalah karena kurang kuatnya penguasaan modal, sementara untuk
memperoleh bantuan dari pihak bank dan pemodal membutuhkan waktu yang cukup lama dan persyaratan administratif yang ketat.
Memang banyak bantuan dari mitra atau perusahaan-perusahaan, tetapi besarannya terbatas pada industri rumah tangga. Faktor
ini menjadi hal utama terkendalanya pertumbuhan industri yang lebih luas dan bisa mendapatkan nilai tambah yang tinggi serta
membuka peluang kerja untuk generasi muda pedesaan. Perhatian aparat pemerintah belum bisa terkonsentrasi pada pembinaan ini,
karena banyaknya kegiatan lain yang harus dilakukan dalam waktu bersamaan.
Melihat perkembangan data statistik Tabel 4.1, populasi pada tahun 2012 3.764.801 btg jauh menurun dibanding populasi
tahun 2007 dan 2010 3.906.461 btag dan 3.961.345 btg. Tetapi produksi tonasenya meningkat cukup tajam. Kenyataan ini
menunjukan bahwa telah terjadi perbaikan teknik budidaya yang signiikan dimana terjadi peningkatan produktivitas yang cukup
tinggi. Penurunan populasi terjadi karena maraknya serangan
hama dan penyakit pada jenis-jenis pisang tertentu. Contohnya adalah serangan fusarium pada pisang kepok yang sangat sulit
diatasi, sehingga saat ini pisang kepok mulai langka di pasaran. Disamping itu harganya meningkat tajam karena permintaan masih
tinggi. Pisang lain yang mengalami penurunan populasi adalah
49
pisang raja, walaupun tidak ada data statistik yang mendukung tetapi gejala dan perkembangan pasar memperkuat pernyataan
tersebut. Sama halnya dengan kondisi pisang kepok, pisang raja mulai sulit diperoleh di pasaran. Permintaan cukup tinggi walaupun
harga jualnya meningkat. Melihat potensinya, usahatani tanaman pisang dewasa
ini semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya permintaan yang berhubungan dengan perkembangan industri rumah tangga.
Sejalan dengan itu usahatani yang dilakukan oleh para petani juga semakin baik. Para petani pisang sudah mulai memberi pupuk
tanaman pisang, yang selama ini tidak pernah dilakukan. Perbaikan yang menonjol juga adalah mulainya petani memangkas atau
mengurangi anak pisang dengan harapan untuk mendapatkan hasil yang lebih besar. Pola dan perkembangan penerapan teknologi
ini merupakan salah satu kunci sukses terjadinya peningkatan produktivitas. Perkembangan ini juga sudah mengarah kepada
usaha yang profesional, yaitu mengharapkan usahatani pisang sebagai sumber pendapatan utama. Kenyataan ini merupakan
hasil yang positif dari upaya pengembangan dan pembinaan yang dilakukan selama ini.
Salah satu faktor yang dominan sebagai faktor penghela dari perkembangan diatas adalah peningkatan permintaan yang
kontinyu dan cenderung meningkat, yang diiringi dengan harga jual yang semakin baik. Peningkatan permintaan tidak hanya disebabkan
oleh meningkatnya kebutuhan daerah lain seperti Lampung, tetapi juga disebabkan oleh berkembangnya industri pengolahan pangan
berbahan baku pisang di berbagai daerah di Sumatera Barat. Industri pengolahan pangan ini membutuhkan bahan
baku yang cenderung meningkat setiap tahunnya seiring dengan peningkatan aktivitas jual beli produk industri tersebut seperti kripik
pisang, kue kering dan lainnya. Pemasaran produk pisang saat ini belum berjalan baik. Tetapi
dengan pembinaan yang berkelanjutan didukung dengan fasilitasi kerjasama dan pemberdayaan kelembagaan, aspek ini akan dapat
ditangani dengan baik, terutama kelembagaan kolaborasi antara
50
petani, pedagang dan pengusaha. Dengan demikian semua potensi yang ada bisa digali untuk pencapaian kondisi yang kondusif
untuk pengembangan komoditas unggulan. Kegiatan ini akan meningkatkan pendapatan masyarakat secara langsung dan secara
perlahan dampaknya juga akan berkembang pada usaha agribisnis dan perekonomian daerah. Keberadaan kelembagaan kolaborasi
akan mampu mengeleminir gejolak harga. Jaminan pendapatan akan meningkatkan motivasi usaha, yang akan berdampak pada
penerapan teknologi. Kalau hal ini terwujud maka peningkatan produksi akan berjalan secara berkelanjutan dan pertumbuhan
ekonomi daerah akan berjalan lebih dinamis. Disamping itu, adanya kelompok kolaborasi akan lebih meningkatkan jangkauan pasar,
tidak hanya sebatas pasar lokal saja tetapi berkembang sampai pada pasar internasional ekspor sesuai dengan permintaan konsumen.
Dalam hal ini juga diharapkan dukungan pemerintah pusat dalam pengadaan dan pemeliharaan peralatan komunikasi dan informasi,
agar proses dan perkembangan harga dan permintaan pasar dapat dipantau.
Perkembangan pisang di Sumatera Barat lebih baik dibanding komoditas-komoditas lainnya. Walaupun pernah
mengalami penurunan populasi dan produksi yang sangat tajam, komoditas ini mampu bertahan dan tetap menjadi komoditas
unggulan daerah. Kondisi ini sudah berlaku sejak lama dan sampai saat ini belum ada komoditas lain yang menyamai rekor
komoditas pisang. Kecenderungan peningkatan yang baik hanya pada perkembangan komoditas manggis, tetapi angkanya masih
jauh dibawah pisang. Sementara perkembangan komoditas lainnya kebanyakan berluktuasi, kadang meningkat kadang menurun.
Berdasarkan peninjauan lapang, diperkirakan komoditas yang akan bergerak naik masa datang untuk menyamai atau bahkan
mengungguli komoditas pisang adalah jeruk. Saat ini minat dan motivasi masyarakat di beberapa daerah sentra jeruk dan daerah
pengembangan, mulai meningkat sehubungan dengan semakin baiknya harga dan pemasaran jeruk. Perkembangan teknologi
pemeliharaan jeruk juga berperan aktif dalam memicu dan menarik
51
minat masyarakat untuk mengusahakan tanaman jeruk. Satu hal lagi yang mendorong percepatan perkembangan jeruk nanti adalah
daya adaptasinya yang cukup tinggi, mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi tanaman jeruk tumbuh baik dan berkembang
di Sumatera Barat.
Jeruk. Sejak tahun 2007 hasil tanaman jeruk di Sumatera
Barat mulai memperlihatkan kecenderungan yang meningkat. Tahun 2007 produksi baru mencapai angka 20.448 ton dengan jumlah
tanaman lebih dari 1.500.000 batang. Angka produksi ini kemudian naik menjadi 24.555 ton pada tahun 2008 dan bergerak lagi menjadi
24.780 pada tahun 2009. Angka ini terus merambat naik, mencapai 25.253 ton pada tahun 2010 dan sudah mencapai 41.837 pada
tahun 2012. Diyakini peningkatan produksi akan terus terjadi seiring dengan semakin banyaknya populasi yang telah menghasilkan.
Disamping itu, daerah baru sebagai penghasil jeruk seperti Kototinggi, Baso dan Pekonina Solok Selatan mulai melihatkan
potensinya. Kedua daerah ini merupakan sentra produksi baru yang sangat prospektif dan diharapkan akan terus berkembang sejalan
dengan semakin meningkatnya kemauan petani dan masyarakat untuk berusahatani jeruk. Daerah lain yang bakal menjadi sentra
produksi baru adalah Kabupaten Agam dan Pesisir Selatan. Saat ini kebanyakan tanaman jeruk mendekati masa produksi.
Angka produksi tersebut diatas sebenarnya masih dibawah angka produksi tahun-tahun sebelumnya. Dimana pada tahun
2006 Sumatera Barat telah mencapai angka produksi sebesar 37.722 ton, menurun drastis pada tahun 2007 menjadi 20.488
ton. Penurunan yang drastis ini disebabkan oleh serangan hama penyakit, rendahnya penerapan teknologi terutama pemupukan dan
penyiangan tanaman serta juga dipengaruhi oleh perkembangan komoditas pesaing lainnya, baik dalam usaha monokultur maupun
pada lahan campuran. Produktivitas yang dicapai sangat beragam, tergantung
pada pola usaha yang dilakukan serta penguasaan teknologi dan kekuatan modal yang dikuasai. Secara umum, rata-rata produktivitas
52
jeruk di Sumatera Barat berkisar antara 40-60 kg pohontahun, rata-rata 50,40 kgpohonthn. Angka ini masih jauh dibawah potensi
jeruk siam yang mampu mencapai 150 kgpohontahun atau setara dengan 60 tonhathn. Masih sangat terbuka peluang peningkatan
produksi yang sekaligus juga berpotensi besar dalam meningkatkan pendapatan petani dan memicu pertumbuhan agribisnis yang
berbasis di pedesaan. Daerah yang paling tinggi produktivitasnya menurut data
statistik, adalah Kabupaten Agam, diikuti oleh Pasaman dan Solok Selatan. Tetapi secara individu, saat ini produktivitas paling tinggi
dicapai oleh beberapa petani di Gunung Omeh, yaitu mencapai 120- 150 kghathn. Umumnya tanaman yang menghasilkan produksi
tinggi tersebut merupakan tanaman tua berumur diatas lima belas tahun. Tanaman yang baru menghasilkan serta tanaman yang
kurang terawat produktivitasnya masih rendah, paling tinggi sekitar 30-an kgphnthn.
Gambar 35. Kunjungan Gubernur Sumatera Barat dan Bupati Lima Puluh Kota ke kebun petani jeruk di Kototinggi Kecamatan Gunung Omeh
Data yang tersedia belum bisa memisahkan antara luasan jeruk keprok, jeruk siam dan jeruk siam Gunung Omeh. Jeruk keprok
umumnya berkembang di Kabupaten Solok, dikenal dengan nama jeruk kacang. Sedikit di daerah Kabupaten Agam dan Pasaman.
53
Sebenarnya jeruk siam yang berkembang saat ini, sama jenisnya dengan jeruk siam Gunung Omeh. Perbedaan hanya pada rasa dan
penampilan buah yang dihasilkan, buah jeruk siam Gunung Omeh lebih bagus, merata, besar-besar dan mempunyai rasa serta aroma
tersendiri. Perkembangan terbaru dari wilayah Gunung Omeh,
perluasan areal perkebunan jeruk sudah bergerak ke daerah tetangga sebelah barat, yaitu Pagadis, Sei.Guntung dan Angge
Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam. Kondisi alamnya lebih kurang sama dengan topograi nagari Koto tinggi dengan potensi
lahan diperkirakan tidak kurang dari 1.000 ha. Tanaman jeruk
kelihatan cukup sesuai di daerah ini, dan diyakini bisa menyamai keberhasilan daerah Gunung Omeh ataupun Baso. Oleh karena itu,
pemerintah cukup proaktif mengembangkan usaha tanaman jeruk disana dengan memberikan bantuan bibit serta memotivasi petani
untuk serius menangani usahatani jeruk.
54
Gambar 36. Tampilan kebun jeruk baru dan kebun jeruk telah menghasilkan di Kototinggi, Kecamatan
Baso, Kabupaten Agam Daerah lain yang telah berhasil dalam mengembangkan
jeruk siam Gunung Omeh salah satunya adalah Nagari Koto Tinggi, tepatnya jorong Koto Gadang, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam.
Saat ini luas pertanaman di Kototinggi, Baso sudah lebih dari 120 ha lebih kurang 30 diantaranya sudah menghasilkan. Tanaman yang
dibudidayakan dengan perawatan yang baik, mampu mencapai hasil yang hampir sama dengan hasil usaha yang dilakukan di
Gunung Omeh. Potensi lahan untuk perluasan areal di daerah ini masih cukup luas, terutama di daerah perbukitan di kaki Gunung
Merapi. Seorang petani di Kototinggi Baso, dengan jumlah tanaman
200 batang pada tahun kedua produksi umur tanaman 4-5 tahun bisa memperoleh pendapatan sampai Rp 45.000.000,-. Sementara
modal usaha yang sudah dibelanjakan selama pemeliharaan lima tahun jauh dibawah itu. Hasil ini masih dibawah produksi yang
dicapai oleh Ketua gapoktannya, dengan jumlah tanaman yang
55
sama bisa memperoleh pendapatan Rp 65 juta lebih. Kedua orang ini merupakan petani yang berhasil karena merawat tanamannya
dengan intensif dan penuh perhatian dan keyakinan. Keberhasilan dua orang petani ini, sudah dijadikan contoh
oleh petani lainnya. Tanpa disadari, usaha dan keberhasilan mereka itu menjadi pemicu motivasi petani lainnya untuk merawat tanaman
jeruknya dengan baik dan tepat. Sebelumnya, para petani yang diberi bantuan bibit jeruk tersebut kurang serius dalam merawat
tanamannya, bahkan ada diantara mereka yang hanya menanam saja, baik di pekarangan maupun intercropping dengan tanaman
sayuran. Perhatian lebih cenderung diberikan kepada tanaman sayuran saja, sementara tanaman jeruknya dibiarkan tumbuh kerdil
tidak terawat. Tetapi setelah tiba masa panen yang dilakukan oleh kedua petani diatas, mereka seolah tersentak dan tidak percaya.
Tanaman yang ditanam lebih kurang sama sudah menghasilkan dengan buah yang begitu lebat dan besar-besar, sementara
tanaman mereka masih tumbuh merana. Melihat kenyataan dan potensi tersebut, mulailah para
petani tersebut meniru dan merawat tanaman jeruknya dengan baik dan benar. Mereka sudah tidak malu-malu lagi untuk bertanya,
dimana sebelumnya mereka tidak mempedulikan ketika ada acara pelatihan dan sekolah lapang mengenai usahatani jeruk. Bahkan
sekarang banyak kelompok tani mulai diaktifkan kembali dan meminta kepada petugas untuk diadakan SL Sekolah Lapang
jeruk secara berkelanjutan. Sejak tahun 2013, mayoritas pohon jeruk di Kototinggi, Baso dalam kondisi prima dengan hasil yang
maksimal dan cenderung meningkat.
Gambar 37. Kunjungan Menteri Pertanian Ir. Suswono didampingi Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumatera Barat ke kebun jeruk petani di Kototinggi, Kecamatan Baso.
56
Dibandingkan dengan wilayah Kototinggi, Kecamatan Gunung Omeh dan sekitarnya, nampaknya penampilan tanaman
jeruk di Baso jauh lebih baik dan merata. kondisi ini sudah dibuktikan dan dirasakan sendiri oleh Menteri Pertanian Suswono. Ketika
berkunjung ke kebun jeruk petani Kotogadang tersebut, beliau merasa puas dan memetik sendiri buah jeruk yang kebanyakan
tergolong kedalam kualitas super Gambar 4.5. Saking senangnya, Menteri Pertanian berlama-lama berada di kebun tersebut dan
sangat senang berdialog dengan petani. Beliau juga menghimbau agar petani jeruk lainnya mencontoh dan mengusahakan tanaman
jeruk seperti usaha yang telah dilakukan oleh petani Baso tersebut. Selain perawatan tanaman yang maksimal, kelebihan
petani jeruk Baso adalah dalam memasarkan produknya. Mereka memasarkan buah jeruknya sendiri-sendiri atau memberikan
kepada pedagang tertentu dengan harga yang lebih tinggi harga jual sudah mulai ditetapkan oleh produsen. Selain itu sebagian
petani langsung membawa produknya ke perumahan, perkantoran ataupun tempat-tempat keramaian. Bahkan sudah ada yang
memasarkan secara on-line, pesan lebih dulu barang diantar ketempat dengan harga sesuai kesepakatan. Dalam penetapan
harga, produsen lebih dominan dan telah mempunyai posisi tawar yang lebih tinggi. Perkembangan ini cukup menggembirakan dan
merupakan titik ungkit untuk kebangkitan petani, terutama dalam meningkatkan posisi tawarnya. Kata kuncinya terletak pada kualitas
barang yang dipasarkan serta jaminan akan kepuasan pelanggan. Pada Tabel 4.2. dikemukakan analisis peluang investasi
dan prakiraan perolehan pendapatan usahatani jeruk untuk daerah Kototinggi, Baso. Analisis ini bisa digunakan sebagai penawaran
kepada para pemerhati dan pemilik modal untuk membantu petani melalui kerjasama.
57
Tabel 4.2. Analisis investasi usahatani jerukha di Kototinggi, Baso, Kabupaten Agam Prediksi 15
tahun Tahun
ke Biaya Produksi
Hasil Yang Diperoleh Tenaga Kerja
Bibit, Pupuk, Pestisida
Jeruk kg
Nilai Rp 1
9.000.000 6.000.000
2 9.000.000
4.000.000 3
9.000.000 8.000.000
1.000 10.000.000
4 12.000.000
10.000.000 3.000
30.000.000 5
12.000.000 12.000.000
6.000 60.000.000
6 12.000.000
13.000.000 9.000
108.000.000 7
15.000.000 15.000.000
12.000 144.000.000
8 15.000.000
15.000.000 16.000
180.000.000 9
15.000.000 16.000.000
18.000 270.000.000
10 18.000.000
17.000.000 20.000
300.000.000 11
18.000.000 17.000.000
13.000 195.000.000
12 18.000.000
18.000.000 11.000
165.000.000 13
15.000.000 20.000.000
10.000 150.000.000
14 15.000.000
18.000.000 9.000
135.000.000 15
15.000.000 18.000.000
8.000 120.000.000
Catatan : perkiraan harga jual minimal ,..... Rp 10-15.000kg. Jumlah batang = 400ha Produksi pengalaman petani tahun I umur 3 tahun = = 5 kgbtg, tahun II = 10 kgbtg ; tahun III = 15
kgbtg ; tahun IV = 20 kgbtg dst tergantung teknik pemeliharaan dan takaran masukan. Pendapatan akan lebih tinggi bila harga jual meningkat. Perkiraan harga diatas adalah harga minimal saat ini.
Kelemahan utama mayoritas petani adalah pada penguasaan modal. Mereka kurang mampu merawat tanamannya
secara baik dan maksimal karena keterbatasan penguasaan modal usaha. Petani menawarkan kerjasama kepada yang berminat
untuk membantu tambahan modal guna perawatan tanaman, utamanya untuk pengadaan pupuk tanaman dan pestisida yang
sangat dibutuhkan. Kunci keberhasilan usahatani jeruk ini sangat tergantung kepada asupan hara dan pengendalian serangan hama
58
dan penyakit, disamping teknik pemangkasan dan penjarangan buah.
Daerah lain yang juga aktif mengembangkan tanaman jeruk di Kabupaten Agam adalah Kecamatan Kamang Magek, Palupuh
dan Matur. Potensi lahan yang tersedia untuk penanaman jeruk cukup luas. Secara keseluruhan, di Kabupaten Agam diperkirakan
tersedia lahan untuk pengembangan jeruk siam Gunung Omeh sekitar 1.000 ha lebih.
Wilayah Kecamatan Kamang Magek dulunya juga merupakan sentra jeruk, tetapi tanamannya pernah habis punah karena
serangan CVPD pada tahun 80-90-an. Kondisi lahan lebih kurang sama, bergelombang sampai berbukit, dan sekarang ditumbuhi
semak belukar seperti hutan sekunder. Sebagian petani sudah mulai kembali mengusahakan tanaman jeruk pada bekas lahan jeruk lama
atau lahan bukaan baru. Daerah lembah sekitar perbukitan yang banyak didaerah ini sangat potensial untuk pengusahaan tanaman
jeruk. Sama halnya dengan wilayah kecamatan Palupuh. Daerah ini lebih dekat dan sejajar dengan wilayah jeruk di Kecamatan
Gunung Omeh, Kabupaten Lima Puluh Kota. Saat ini tanaman jeruk di Palupuh belum menghasilkan, kebanyakan masih dalam
fase pertumbuhan vegetatif baru sebagian kecil yang sudah mulai berbuah.
Wilayah Kecamatan Matur, terutama nagari Lawang juga sangat cocok untuk pertumbuhan jeruk siam gunung Omeh. Beberapa
petani sudah mengembangkan tanaman ini di pekarangannya dan tanaman umumnya tumbuh baik dan menghasilkan. Masalahnya,
tanaman jeruk ini kalah bersaing dengan tanaman tebu yang lebih dulu eksis dan punya potensi ekonomi yang cukup menguntungkan
bagi sebagian besar masyarakatnya. Daerah ini sudah terkenal sejak zaman dahulu sebagai daerah sentra produksi tebu dan
kacang tanah. Potensi dan perkembangan tanaman jeruk juga terdapat
di wilayah Kabupaten Tanah Datar, tepatnya di Kecamatan Salimpaung sampai Sungai Tarab serta wilayah Kecamatan X
Koto Diatas. Luas lahan yang diperkirakan potensial tidak kurang
59
dari 1.000 ha. Kondisi lahan mulai dari datar, bergelombang dan berbukit, tetapi lerengnya tidak terjal seperti yang terdapat di
kecamatan Gunung Omeh. Usaha yang dilakukan masih beragam, ada yang baik hampir menyamai usaha yang dilakukan petani jeruk
di Baso dan ada juga yang masih biasa-biasa saja. Tetapi secara menyeluruh kelihatannya para petani jeruk sudah menyadari betul
akan peran dan potensi tanaman jeruk ini terhadap perolehan pendapatan. Mungkin keterbatasan akan ketersediaan modal yang
juga berkaitan dengan kebutuhan hidup yang cenderung meningkat membuat petani masih belum mampu mengusahakan tanaman
jeruk mereka secara baik dan tepat. Perkembangan yang cukup signiikan dan cenderung
meningkat setiap tahunnya terjadi di daerah Kabupaten Pesisir Selatan. Usaha bantuan dan penyebaran bibit yang dilakukan
secara berkelanjutan serta keberhasilan petani daerah lain, telah memicu motivasi petani Pesisir Selatan untuk mengusahakan
tanaman jeruk dengan baik. Sebagian petani sudah merasakan manfaat dan kontribusi tanaman jeruk bagi perekonomian keluarga.
Sehingga keberhasilan ini juga menarik minat dan meningkatkan usaha petani lainnya untuk berbuat sama agar memperoleh
pendapatan yang lebih tinggi. Melihat produktivitas yang dicapai, usahatani jeruk yang
dilakukan di Sumatera Barat, secara umum belum mencapai kapasitas optimalnya, rata-rata hasil masih dibawah 20 tonha
tahun. Belum banyak petani yang berhasil mencapai produktivitas yang jauh lebih tinggi. Sementara petani di Kabupaten Tanah
Karo Sumatera Utara, ada yang sudah mencapai 60 tonhatahun. Kondisi ini memperlihatkan besarnya peluang untuk peningkatan
produktivitas dan pendapatan petani. Peningkatan pendapatan yang signiikan membuka peluang besar bagi percepatan pertumbuhan
ekonomi daerah.
Rendahnya produktivitas disebabkan oleh masih rendahnya penguasaan dan penerapan teknologi ditingkat petani. Bagi
sebagian petani, faktor ini berkaitan dengan kemampuan dalam pengadaan sarana produksi dan sebagian lain berkaitan dengan
60
kurangnya tenaga pemberdaya atau pendamping di lapang. Kenyataan ini telah dijadikan dasar untuk menetapkan program
perbaikan kedepan agar usahatani jeruk yang dilakukan minmal bisa mencapai kapasitas produksinya. Dengan potensi lahan kering
dan tegalan yang cukup, serta pengalaman petani dalam usahatani jeruk, masih terdapat potensi pengembangan. Baik pengembangan
melalui penambahan luas tanam maupun pengembangan dalam peningkatan dan penerapan teknologi serta perbaikan mutu bibit.
Dan sangat diyakini bahwa dalam waktu yang tidak terlalu lama, tanaman jeruk akan menjadi salah satu primadona komoditas
pertanian Sumatera Barat khususnya dan Indonesia umumnya.
Manggis. Manggis yang disebut sebagai ratu buah,
juga merupakan salah alternatif komoditas buah-buahan yang akan menjadi primadona buah-buahan Sumatera Barat.
Walaupun belum berkembang banyak, tetapi komoditas ini telah memberikan peran yang besar terhadap peningkatan
pendapatan petani karena sangat laku di pasaran. Disamping itu wilayah penyebarannya cukup merata, sehingga dengan
penumbuhan kawasan diharapkan komoditas unggulan ini bisa lebih ditingkatkan lagi kontribusinya terhadap gerakan agribisnis
dan pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional. Pasar utamanya adalah pasar luar negeri, disamping pasar lokal. Sampai saat ini
permintaan pasar akan manggis yang berkualitas belum terpenuhi, sehingga komoditas ini perlu ditingkatkan secara kontinyu.
Secara teknis usahatani manggis yang dilakukan dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan keluarga yang utama,
jika dilaksanakan secara serius namun usahatani manggis yang berkembang masih sebatas usaha tambahan atau usaha
sampingan. Sebagian besar masyarakat dan petani manggis di Sumatera Barat menyatakan bahwa tanaman manggis yang
tumbuh sekarang dilahan mereka merupakan tanaman turunan, atau tanaman liar yang dipelihara, baru mulai dikebunkan setelah
adanya bantuan pemerintah berupa dana hibah maupun bantuan bibit manggis ysng memang diharuskan dikembangkan di kawasan
61
berupa kebun sebelumnya Tanaman tersebut banyak yang
ditanam oleh orang tua mereka atau pemilik tanah sebelumnya.
Tanaman yang menghasilkan saat ini, umumnya berumur tua diatas 20 tahun. Dan yang belum menghasilkan masih berumur
dibawah 11 tahun. Sebagian besar petani mengatakan bahwa tanaman ini mulai berbuah pada umur diatas 10 tahun.
Teknik budidaya manggis saat ini di beberapa kelompok tani sudah menerapkan budidaya yang baik dan benar GAP sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur SOP , mulai dari pemilihan bibit, pertanaman, pemupukan dan pemeliharaan lainnya. Namun
masih banyak sentuhan yang harus diberikan, terutama dalam proses budidaya. Dengan kata lain peluang peningkatan produksi
dan produktivitas komoditas manggis di Sumatera Barat sangat terbuka. Namun demikian, disamping untuk pasaran ekspor,
manggis juga sudah menjadi komoditas incaran industri dalam negeri. Keberhasilan BPTP Sumatera Barat dalam mematenkan
teknologi obat-obatan dengan menggunakan kulit buah manggis telah meningkatkan permintaan manggis untuk pasaran dalam
negeri. Melihat kondisi dan potensi tanaman manggis tersebut,
pemerintah Sumatera Barat mempunyai perhatian yang sangat besar. Oleh karena itu, sejak tahun 2006, telah dialokasikan bibit
unggul manggis secara bertahap dan kontinyu, sekaligus dengan bantuan teknis pemeliharaan dan bimbingan kelembagaan serta
sosialisasi manfaat dan kontribusi tanaman manggis terhadap perolehan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi daerah. Upaya
yang dilakukan ini cukup berperan dalam menggugah minat dan motivasi masyarakat terhadap usaha tanaman manggis.
Secara bertahap telah terjadi peningkatan kualitas usaha tanaman manggis, baik usaha perawatan tanaman yang sudah ada
maupun usaha untuk menanam dan merawat tanaman yang baru. Bahkan sudah banyak petani yang mulai mengusahakan tanaman
manggis secara besar-besaran dalam areal yang cukup luas. Baik pada areal baru maupun pada areal alih fungsi pemanfaatan
62
lahan. Lahan yang dulunya diusahakan dengan berbagai tanaman, dijadikan sebagai lahan kebun manggis monokultur. Disamping itu,
banyak juga petani yang menguasai lahan sempit memanfaatkan lahan-lahan pekarangan dan atau lahan terlantar yang ada disekitar
pemukiman dengan tanaman manggis. Bibit manggis yang telah dibagikan sejak tahun 2006,
baru sebagian kecil yang sudah mulai berbuah. Hasil ini cukup menggembirakan dan telah berhasil menjadi motivator bagi
petani untuk berusaha dan merawat tanaman manggis lebih baik dan intensif. buah yang dihasilkan belum mencapai kualitas yang
baik tetapi kontribusinya terhadap perolehan pendapatan sudah dirasakan petani.
Secara perlahan petani sudah berupaya untuk memelihara tanaman secara tepat, bahkan sebagian petani sudah melakukan
pemupukan secara rutin untuk tanaman manggisnya. Suatu kemajuan yang cukup signiikan, dan diharapkan akan memberikan
manfaat yang nyata dalam proses pencapaian kesejahteraan
petani. Masih banyak kelemahan dan masalah yang ditemui dalam
agribisnis ratu buah ini. Diantaranya adalah masalah harga dan pemasaran, masalah kualitas buah yang umumnya berkaitan
dengan “getah kuning” serta masalah penerapan teknologi. Kegiatan pemasaran buah manggis belum terpola dan tertata
secara baik. Kegiatan ini masih dikuasai oleh agen-agen pengumpul pedesaan, kecamatan yang melanjutkannya ke agen kabupaten dan
agen antar daerah. Ada info yang mengatakan bahwa, kebanyakan dari pedagang pengumpul dimodali oleh agen-agen tertentu untuk
mengumpulkan buah manggis. Jika hal ini benar, berarti sudah ada jejaring para pelaku pasar sampai ke tingkat ekspor. Merupakan
masukan yang sangat berarti bagi pemerintahpegambil kebijakan untuk mengelola dan memperbaiki jalur pemasaran ratu buah yang
akan menjadi salah satu primadona produk daerah ini. Kegiatan pemasaran buah manggis belum terpola dan tertata secara baik.
Untuk mengatasi hal tersebut maka sejak tahun 2011 telah mulai
63
dibentuk Asosiasi Petani Sumatera Barat yang diketuai oleh Indrawati, dimana asoasiasi ini bertujuan untuk
Kegiatan ini masih dikuasai oleh agen-agen pengumpul pedesaan, kecamatan yang melanjutkannya ke agen kabupaten dan
agen antar daerah. Ada info yang mengatakan bahwa, kebanyakan dari pedagang pengumpul dimodali oleh agen-agen tertentu untuk
mengumpulkan buah manggis. Jika hal ini benar, berarti sudah ada jejaring para pelaku pasar sampai ke tingkat ekspor. Merupakan
masukan yang sangat berarti bagi pemerintahpegambil kebijakan untuk mengelola dan memperbaiki jalur pemasaran ratu buah yang
akan menjadi salah satu primadona produk daerah ini. Umumnya permintaan buah manggis adalah untuk ekspor
dengan kualitas tertentu. Dalam hal ini masyarakat sangat sulit memenuhi kualitas permintaan. Cukup banyak ulah dan kilah para
agen dan pedagang dalam membodohi petani untuk menekan harga.
Bermacam alasan dan kelemahan produk petani dikemukakan sehingga harga menjadi lebih rendah. Posisi tawar
petani masih rendah dan lemah, karena belum adanya organisasi yang bisa membuat mereka bersatu.
Pemasaran produk untuk konsumsi segar dilakukan melalui pasar lokal. Jumlahnya belum terlalu tinggi, sehingga terkesan
prospek usaha komoditas ratu buah ini belum menggiurkan bagi masyarakat. Harga yang berlaku ditingkat produsen sangat luktuatif
dan bervariasi. Fluktuasi terjadi karena perubahan permintaan dan
pasokan, sedangkan variasi harga karena beragamnya kualitas buah yang dipasarkan. Buah kualitas super yang sesuai dengan
permintaan eksportir sekitar Rp 35.000kg. Jumlah buah kualitas super yang bisa dihasilkan sangat terbatas, umumnya kualitas buah
berada dibawah kualitas yang diinginkan oleh eksportir. Dengan demikian tingkat harga yang diterima produsen lebih banyak
dibawah Rp 15.000kg. Keadaan harga tersebut dalam dua tahun terakhir belum banyak mengalami perubahan.
64
Perkembangan volume ekspor dan impor komoditas manggis asal Sumatera Barat belum terdata dengan baik. Begitu
juga keadaannya dengan data volume perdagangan lokal. Data sementara yang bisa digunakan adalah data produksi,
dimana jumlah produk yang dihasilkan bisa diidentikan dengan volume produk yang diperdagangkan. Tetapi nilainya belum bisa
diperkirakan dengan tepat.
Durian. Saat ini, di Sumatera Barat durian merupakan
komoditas nomor empat terbesar setelah pisang, jeruk dan markisah. Tetapi keberadaannya lebih kurang sama dengan
komoditas manggis. Tanaman buah ini tersebar hampir disemua kabupatenkota, data statistik terakhir tahun 2012 menunjukan
daerah sentra produksi berada di Kabupaten Agam populasi 331.360 batang, produksi 12.837 ton diikuti oleh Kabupaten
Solok populasi 147.576 batang, produksi 2.070 ton, Kabupaten Pesisir Selatan populasi 109.734 batang, produksi 6.005 ton, Kota
Padang populasi 91.191, produksi 703 ton, Kabupaten Tanah Datar populasi 90.025, produksi 8.296 ton, kemudian diikuti oleh
Kabupaten Padang Pariaman, Kota Solok dan Kota Sawahlunto. Populasi durian yang berkembang saat ini merupakan tanaman
tua yang sebagian besar berasal dari hutan campuran yang dibuka masyarakat. Durian yang berkembang adalah varietas lokal dan
tidak mempunyai jarak tanam yang teratur.
Gambar 38. Pohon manggis hasil peremajaan dan buah manggis dalam perdagangan lokal setra produk olahan manggis.
65
Peremajaan sudah banyak dilakukan hampir disemua wilayah Kabupaten dan kota. Sebagian tanaman baru tersebut telah mulai
berbuah. Sejak tahun 1990-an Pemerintah Sumatera Barat telah aktif dalam peremajaan pohon durian, karena menyadari bahwa
suatu saat tanaman ini akan punah kalau tidak diperbarui. Bibit yang dibagikan kebanyakan berasal dari bibit unggul dari daerah lain
seperti durian monthong dan beberapa kultivar dari jawa. Disamping itu, sebagian bibit yang diperbantukan berasal dari durian-durian
unggulan daerah yang diperbanyak oleh para penangkar binaan. Penanaman baru terus dilakukan tiap tahun, sesuai dengan usulan
dan permintaan daerah, terutama daerah sentra produksi. Sejak tahun 2007, penanaman baru atau pereajaan yang dilakukan tidak
kurang 20.000 batang per tahun, disebar kesemua daerah. Daerah yang banyak peremajaannya antara lain Pesisir Selatan, Agam,
Dharmasraya dan Padang Pariaman serta Kota Padang. Ditinjau dari segi plasma nutfah, Sumatera Barat mempunyai
banyak jenis durian yang unggul. Hampir setiap daerah kabupaten kota mempunyai jenis unggulan dengan kelebihan tersendiri. Kultivar
yang terkenal di Sumatera Barat diantaranya ; durian Aripan, salai Sarawa dari Kabupaten Solok, durian Kubang dari Sawahlunto,
durian Baruang-baruang Balantai dari Pesisir Selatan, durian Kamang dari Agam, dan banyak lagi kultivar lainnya. Durian-durian
unggul tersebut mempunyai keunikan tersendiri, ada yang daging buahnya tebal, warna kuning manis, legit, dan lain sebagainya,
sesuai selera para konsumen.
66
Perkembangan permintaan dan harga yang mulai meninggi cukup berpengaruh terhadap minat dan motivasi masyarakat untuk
meremajakan dan atau menanam baru durian. Bahkan mereka semangat membeli bibit unggul dengan harga yang tinggi, disamping
bantuan yang diberikan. Lahan-lahan kosong dan ladang campuran dimanfaatkan untuk menanam durian. Bahkan hampir disetiap
daerah ada saja petani yang mengusahakan tanaman durian dalam skala luas, sampai 20-an ha.
Markisah. Tanaman ini merupakan komoditas unggulan
Kabupaten Solok, karena daerah ini merupakan daerah yang sangat cocok habitatnya. Disamping untuk dipasarkan di pasar
lokal, markisah banyak dibawa ke luar daerah seperti Riau, Jambi, Palembang, Jakarta dan kota-kota di pulau Jawa. Kabupaten Solok
merupakan daerah pemasok markisah untuk pasaran nasional. Daerah pesaing utama adalah Sumatera Utara dan Sulawesi
Selatan. Tetapi kedua daerah ini tidak banyak memasarkan buah segar seperti Solok, karena mereka lebih banyak menghasilkan
markisah untuk bahan baku industry minuman. Pemerintah Sumatera Barat juga telah merilis komoditas unggulan markisah
sebagai varietas unggul nasional dengan nama Solinda. Varietas ini mempunyai rasa manis, lebih tahan lama dan penampilan lebih
menarik dibanding varian lainnya. Kontribusinya terhadap perolehan pendapatan petani dan pedagang cukup tinggi, dan telah menjadi
salah satu komoditas pilihan bagi keluarga-keluarga petani sebagai sumber utama pendapatan.
Disamping Solok, markisah juga sudah mulai dikembangkan di Kabupaten Agam, Kabupaten Limapuluh Kota dan Payakumbuh,
pada wilayah yang sesuai dengan habitatnya. Tetapi usaha di
Gambar 39. Pohon tua dan buah durian yang banyak diperdagangkan hampir disemua daerah KabupatenKota di Sumatera Barat.
67
wilayah pengembangan belum memperlihatkan hasil sebaik daerah asal, terutama mengenai rasa dan aroma buah. Masih banyak
perlu kajian untuk pengembangan buah potensial ini agar bisa memberikan kontribusi yang maksimal bagi pertumbuhan ekonomi
daerah. Saat ini daerah yang banyak mengusahakan tanaman menjalar ini adalah daerah-daerah yang mempunya lokasi yang
strategis dengan pemandangan yang luas dan ketinggian. Tanaman markisah, apalagi kalau ditata dengan rapi
menggunakan lanjaran dan media yang kokoh akan terlihat bagus sehingga sangat menarik sebagai daerah kunjungan wisata. Tidak
hanya keindahannya yang menarik, tetapi dengan petik sendiri menjadikan buah ini bisa menjadi primadona agrowisata seperti
halnya tanaman strawberry dan jeruk.
Gambar 40. Pemasaran buah Markisah di salah satu sentra produksi di Kabupaten Solok
Alpukat. Daerah penghasil utama Alpukat adalah
Kabupaten Solok 223.352 batang ; 2012, diikuti oleh Kabupaten Agam 114.898 batang ; 2012 dan Tanah Datar 105.083 batang.
Daerah lain yang juga menghasilkan alpukat adalah Kabupaten Limapuluh Kota, Kota Payakumbuh, Kota Solok, Kota Pariaman
dan Kota Padang Panjang. Tetapi alpukat yang terkenal dan banyak disukai oleh konsumen adalah alpukat Tanah Datar dan Solok,
karena rasanya yang lebih enak dan mudah didapat. Di tiga daerah utama ini telah banyak dilakukan peremajaan,
karena tanaman yang menghasilkan sekarang dan cukup produktif umumnya tanaman yang telah berumur lanjut, pohonnya besar dan
buah sudah mulai berkurang. Kelemahan utama masyarakat dalam
68
memelihara alpukat adalah kurangnya kemauan untuk memupuk dan merawat tanaman. Kebiasaan petani lebih suka hanya
memungut hasilnya saja. Tetapi melalui pembinaan dan bimbingan lapang para petani sudah mulai merawat tanaman alpukatnya
dengan baik, terutama tanaman-tanaman yang baru diremajakan.
Gambar 41. Penampilan pohon dan buah Alpukat di salah satu sentra produksi di Kabupaten Solok
Jambu Biji. Jambu biji merupakan salah satu komoditas asli daerah
Sumatera Barat. Dulunya komoditas ini berasal dari Brazil dan dibawa ke Indonesia melalui Thailand. Tetapi komoditas yang sudah
dianggap komoditas lokal ini tidak berkembang lagi karena sudah dikalahkan oleh jambu biji merah yang didatangkan dari daerah
lain. Berubahnya selera konsumen karena tersedianya pilihan yang lebih baik, lebih menarik dan mengandung banyak kelebihan.
Sementara buah lokal tidak mengalami perubahan karena tidak dipelihara secara baik sebagaimana mestinya.
Tanaman ini biasanya dibiarkan tumbuh liar karena disebarkan oleh burung atau angin. Dibiarkan besar, kalau berbuah
diambil hasilnya tetapi tidak dirawat dengan baik. Jambu biji lokal bisa dikatakan hampir punah karena banyak ditebang atau
dimusnahkan kalau tumbuh dipekarangan atau di lahan yang akan dijadikan tempat bangunan. Sementara penangkaran dan budidaya
secara baik jarang dilakukan. Besar kemungkinan suatu saat nati jambu biji lokal tidak ditemukan agi.
69
Yang banyak diusahakan sekarang adalah jambu biji merah. Jambu ini merupakan kultivar getas merah, varian jambu biji yang
berdaging hijau sampai kekuning kuningan dan berisi merah muda. Jambu ini bentuknya agak melonjong dan rasanya kurang manis,
tetapi jambu ini memiliki khasiat yang baik karena mengandung Tanin, quersetin, glikosida quersetin, lavonoid, minyak atsiri, asam
ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam
guajaverin dan vitamin yang lebih banyak. kelebihannya lagi, jambu getas merah ini tidak mengenal musim, dan selalu berbuah setiap
saat dan kebanyakan dikembangbiakkan dengan pencangkokan. jambu ini sudah banyak di budidayakan di berbagai daerah termasuk
Sumtera Barat. Daerah sentra produksi jambu biji saat ini adalah Kabupaten
Padang Pariaman populasi 35.949 batang, produksi 339 ton, diikuti oleh Kota Padang populasi 9.367 batang, produksi 132 ton,
Kabupaten Pasaman Barat populasi 7.505 batang, produksi 79 ton dan Kabupaten Sijunjung dengan populasi 7.371 batang dan
produksi 49 ton. Saat ini hampir semua kabupatenkota di Sumatera Barat menembangkan usahatani jambu biji, bervariasi dengan
sebaran populasi 6.000 batang kebawah. Upaya peningkatan selalu dilakukan dengan bantuan bibit secara kontinyu, dan diyakini suatu
saat akan berkembang karena adanya kecenderungan peningkatan permintaan setiap waktu.
Perkembangan jambu biji di Padang Pariaman dimotori oleh seorang petani yang mengembangkan usahatani jambu biji
seperti usaha perkebunan. Jaringan pasar yang dibangun sudah cukup luasmencakup wilayah provinsi lain seperti Riau, Jambi,
Sumatera Selatan dan DKI Jakarta. Pemasaran dalam daerah sendiri juga sudah meliputi hampir semua kota-kota. Kebanyakan
pelanggannya adalah super market di kota-kota besar. Satu petani di Padang Pariaman sanggup menggaji karyawan tetap sampai 18
orang dan puluhan orang pekerja harian lepas.
70
Gambar 42. Kebun jambu biji dan produk yang dihasilkan oleh salah seorang petani di Kabupaten
Padang Pariaman
Salak. Salak merupakan komoditas baru bagi beberapa
daerah di Sumatera Barat. Komoditas ini dulunya sudah berkembang di Pasaman dan Pasaman Barat. Kemudian menjalar keberapa
daerah yang sesuai seperti Dharmasraya, Padang Pariaman, Pesisir Selatan dan Kota Bukittinggi. Daerah lainnya juga sudah
memulai tetapi masih sedikit. Sentra produksi saat ini berada di Kabupaten Pasaman Barat populasi 135.358, produksi 930 ton,
kemudian diikuti oleh Dharmasraya populasi 45.536, produksi 114 ton, Pesisir Selatan populasi 43.642, produksi 975 dan Pasaman
populasi 42.833, produksi 930 ton. Luasan kebun salak di daerah lainnya masih rendah berkisar antara puluhan sampai belasan ribu
batang. Sebagai komoditas yang baru berkembang, usahatani salak
belum dilakukan masyarakat sebagai pilihan usaha yang utama. Petani yang mengembangkan tanaman salak sebagai sumber
pendapatan utama masih terbatas, sedikit di Dharmasraya, Pasaman Barat dan pasaman. Usaha ini umumnya masih merupakan usaha
sampingan, bersamaan dengan usahatani komoditas lainnya sesuai dengan penguasaan lahan dan minat petani. Oleh karena itu, upaya
yang dilakukan belum bisa dikategorikan sebagai usahatani yang layak, baik secara teknis maupun ekonomis. Teknik budidaya belum
dilakukan dengan baik, begitu juga dalam pemeliharaan tanaman.
71
Sampai saat ini proses pemasaran dan perkembangan harga salak belum mengkhawatirkan. Tingkat harga yang berlaku rata-
rata Rp 8.500kg masih tinggi dan menguntungkan. Bahkan kondisi harga saat ini menjadi salah satu faktor pemicu bagi masyarakat
untuk memperluas areal tanam salak. Sesuai dengan perkembangan tersebut, pemerintah akan berupaya mengawal budidaya, lembaga,
pengolahan dan pemasaran komoditas unggulan ini dari awal. Dengan pengawasan dan pembimbingan serta pengarahan
yang simultan dan tepat diharapkan perkembangan komoditas ini tidak menimbulkan masalah baru di masa depan. Pemasaran
buah salak ini baru sebatas pasar lokal. Kondisi ini berkembang karena permintaan yang cukup tinggi, sehingga nampak bahwa
peluang pasar masih sangat terbuka. Apalagi kalau diingat bahwa kualitas buah yang dihasilkan cukup baik dan mampu bersaing
dengan komoditas yang sama yang berasal dari daerah lain. Dalam pengembangan nanti akan dilakukan pemberdayaan semua
stakeholder yang terlibat, mulai dari proses produksi sampai pada proses pasca produksi dan pemasaran. Untuk itu akan direkayasa
lembaga kolaborasi antara petani, pengusaha dan pedagang untuk menjaga stabilitas produksi, pengolahan dan pemasaran.
Promosi yang intensif akan dilakukan untuk memperluas jaringan pasar sejalan dengan upaya peningkatan produksi, baik melalui
intensiikasi maupun ekstensiikasi.
Rambutan. Rambutan cukup banyak tersebar diberbagai
kabupatenkota di Sumatera Barat. Tanaman ini sudah berkembang sejak lama, dimana dulunya pernah jaya sebagai sumber pendapatan
petani. Tetapi akhir-ahir ini buah rambutan mulai kurang peminatnya karena semakin banyaknya pilihan buah-buahan lainnya. Namun
demikian rambutan masih mempunyai konsumen tertentu yang masih tetap menyukainya. Pada musim tertentu rambutan banyak
diperjualbelikan di pasaran, bahkan kadang-kadang banyak yang busuk karena tidak habis terjual. Masalah ini sudah mulai teratasi
dengan teknologi pengolahan pasca panen untuk pengalengan dan pembuatan kripik rambutan.
72
Sentra produksi rambutan berada di Kabupaten Pesisir Selatan dengan populasi 111.074 batang dan produksi 2.922 ton
2012, Statistik Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat. Populasi daerah-
daerah lainnya hampir merata, antara 10.000 batang sampai 97.000- an, populasi terendah hanya di Dharmasraya, baru lima ribuan
batang. Dalam sepuluh tahun terakhir penanaman baru rambutan memang jauh lebih rendah dibanding dengan buah-buahan lainnya.
Kebijakan ini berhubungan dengan tidak tertampungnya produksi dan rendahnya harga pada saat panen raya, sementara teknologi
pengolahan pasca panen waktu itu belum berkembang. Kondisi ini membuat petani enggan dan kurang berminat untuk mengusahakan
rambutan. Bahkan sebagian petani ada yang menebang pohon rambutannya diganti dengan buah-buahan lainnya seperti durian,
manggis, jeruk dan atau tanaman lainnya. Ada juga sebagian petani yang menggantinya dengan tanaman kelapa sawit.
Komoditas lainnya seperti sawo, mangga, nangka, jambu biji, dukulangsat, salak dan jambu air bisa dikategorikan
sebagai komoditas andalan daerah Sumatera Barat. Sebagian dari komoditas tersebut telah menjadi unggulan didaerahnya masing-
masing. Sawo merupakan unggulan Kabupaten Tanah Datar, Kota Sawahlunto, Pasaman Barat dan Kabupaten Solok. Komoditas
Salak merupakan unggulan daerah Dharmasraya, Pesisir Selatan, Pasaman, Pasaman Barat dan Kota Bukittinggi. Jambu biji unggulan
daerah Kabupaten Sijunjung, Pariaman dan Solok Selatan. Duku merupakan komoditas unggulan Kabupaten Dharmasraya,
Sijunjung dan Pesisir Selatan. Mangga, nangka dan jambu air lebih merata, belum bisa dikatakan sebagai unggulan daerah
penghasilnya. Namun demikian, mangga banyak dikembangkan di Kabupaten Pesisir Selatan, Padang Pariaman, Tanah Datar
dan Pasaman Barat. Sedangkan daerah utama penghasil nangka adalah Kabupaten Padang Pariaman dan Kepulauan Mentawai.
Sementara komoditas-komoditas yang belum termasuk kedalam kedua kategori diatas bisa digolongkan sebagai komoditas
73
harapan. Komoditas ini belum banyak berkembang tetapi punya potensi dalam pertumbuhan agribisnis dan juga bisa berkontribusi
terhadap perolehan tambahan pendapatan ataupun sebagai sumber utama pendapatan petani. Bisa juga komoditas ini merupakan
komoditas baru yang diintroduksikan dengan harapan bisa berkembang sesuai agroekosistem dan berkontribusi terhadap
perekonomian daerah. komoditas-komoditas tersebut adalah jambu jamaica, jambu air citra, sukun, belimbing, sirsak, strawberry, terung
pyrus, buah naga, dan lain-lain.
74
V. DAMPAK PENGEMBANGAN TANAMAN BUAH-BUAHAN DI SUMATERA BARAT