Buku Pengem. Buah2an
(2)
(3)
(4)
KATA PENGANTAR
Tanaman buah-buahan merupakan suatu potensi ekonomi daerah Sumatera Barat yang belum tergali dan termanfaatkan se-cara maksimal. Dukungan sumberdaya alam dan Rahmat dari Yang Maha Kuasa ini harus dikelola dengan baik untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan bagi keluarga guna menggapai kesejahteraan petani. Hal ini telah dilakukan selama bertahun-tahun dan dalam prosesnya sudah pasti mengalami banyak masalah dan kendala di balik keberhasilan yang dicapai.
Oleh karena itu, upaya yang telah dilakukan dan hasil yang telah dicapai dalam memanfaatkan karunia Ilahi tersebut perlu di-bukukan. Isi buku ini sebagai bukti dari apa yang telah dilakukan dan diperjuangkan, serta bagaimana hasil yang diperoleh. Selain itu juga mengemukakan masalah dan kendala yang dihadapi sehing-ga semuanya bisa memberikan arahan untuk perbaikan masa yang akan datang. Informasi sederhana ini diharapkan mempunyai man-faat bagi pembaca dan pemerhati agar umpan balik yang diberikan bisa digunakan untuk penyusunan program dan terobosan kedepan, sehingga peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah dan pense-jahteraan petani dapat terwujud.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat,
Ir. Djoni
Pembina Utama Madya Nip. 19550813 198203.1.012
(5)
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... ii
Daftar Tabel ... iii
Daftar Gambar ... iv
I. Pendahuluan ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Batasan ... 5
II. Visi & Misi Pembangunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Barat ... 9
III. Kebijakan dan Program Pengembangan Buah – Buahan Sumatera Barat (2006 – 2014) ... 11
3.1 Potensi Tanaman Buah-Buahan ... 11
3.2 Program dan Terobosan ... 12
IV. Keragaan Usaha dan Perkembangan Tanaman Buah-buahan di Sumatera Barat ... 41
4.1 Keragaan Usaha ... 41
4.2 Perkembangan Populasi dan Produksi ... 44
V. Dampak Pengembangan Tanaman Buah-buahan Di Sumatera Barat ... 75
5.1 Dampak Ekonomi ... 75
5.2 Dampak Teknis ... 78
5.3 Dampak Sosial ... 81
5.4 Dampak Lingkungan ... 82
(6)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Sebaran tanaman jeruk dan manggis lam upaya pengembangan kawasan
tanaman buah di Sumatera Barat Periode
2006 – 2014 ... 15 Tabel 3.2 Sebaran tanaman buah-buahan dalam
program perluasan areal Hortikultura di
Sumatera Barat periode 2006 – 2013 ... 18 Tabel 3.3 Sebaran tanaman buah-buahan dalam
program pemanfaatan lahan pekarangan
di Sumatera Barat Periode 2009 – 2014 ... 22 Tabel 3.4 Kebun Bibit Buah Nagari (KBBN) tahun 2011 25 Tabel 3.5 Sebaran tanaman buah-buahan dalam
program Pengembangan Buah-Buahan ntuk
Peningkatan pensejahteraan petani di Sumatera Barat periode2012 – 2014 ... 32 Tabel 4.1 Sebaran jenis dan kuantitas buah-buahan
di Sumatera Barat 2007, 2010, 2013 ... 45 Tabel 4.2 Analisis Investasi Usaha Tani Jeruk/ha di
Koto Tinggi Baso Kabupaten Agam
( prediksi 15 tahun ) ... 58 Tabel 5.1 Analisis usahatani jeruk sampai usia 5
ta-hun petani Kelompok Amanah, Kototinggi
(7)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Buah-buahan import ... 1
Gambar 2 Gub Sumbar dan Bupati 50 Kota ke Kawasan Jeruk gunung Omeh di Kab. Limapuluh Kota ... 2
Gambar 3 Pertanaman pisang di kawasan pisang Kota Pariaman ... 3
Gambar 4 Jeruk Gunung Omeh yang sudah di label 5 Gambar 5 Pisang Buai Tanah Datar ... 5
Gambar 6 Buah Manggis komoditi eksport ... 5
Gambar 7 Alpukat Mega ... 5
Gambar 8 Durian Montong ... 5
Gambar 9 Rambutan binjai ... 5
Gambar 10 Mangga ... 6
Gambar 11 Salak ... 6
Gambar 12 Sirsak ... 6
Gambar 13 Semangka ... 6
Gambar 14 Jambu Biji ... 6
Gambar 15 Jambu Citra ... 7
Gambar 16 Jambu Jamaika ... 7
Gambar 17 Sekolah lapang GAP Jeruk di Kab. Limapuluh Kota ... 12
Gambar 18 Sekolah Lapang GAP Manggis di Kab. Sijunjung ... 12
(8)
Gambar 19 Bpk. Yanis pemilik PIT Jeruk Gunung Omeh sekaligus penangkar benih jeruk
Gunung omeh ... 14
Gambar 20 Bibit jeruk gunung omeh ... 14
Gambar 21 Pembuatan lubang tanam ... 14
Gambar 22 Penanaman bibit jeruk gunung omeh .. . 14
Gambar 23 Bibit manggis ... 16
Gambar 24 Bibit Pisang jantan di Kota Pariaman ... 16
Gambar 25 Jeruk gunung omeh yang ditanam di Pot di lahan pekarangan ... 19
Gambar 26 Pemanfaatan lahan pekarangan dengan Komoditi jeruk di Kota Padang ... 21
Gambar 27 Distribusi bantuan bibit buah-buahan .... 35
Gambar 28 Penanaman bibit jambu biji Peningkatan Pensejahteraan Ekonomi Masyarakat Pesisir (GPEMP) di Kab. Pasaman Barat .. 35
Gambar 29 Jambu Citra ... 37
Gambar 30 Nangka Mini ... 37
Gambar 31 Jambu biji ... 37
Gambar 32 Sukun Manis ... 37
Gambar 33 Prototipe usaha tani buah-buahan di kebun campuran di SumateraBarat ... 42
Gambar 34 Penampilan kebun pisang di Padang Pariaman dan Tanah Datar ... 48
(9)
Gambar 35 Kunjungan Gubernur Sumatera Barat dan Bupati Lima Puluh Kota ke kebun petani jeruk di Koto Tinggi Kecamatan
Gunung Omeh ... . 53 Gambar 36 Tampilan kebun jeruk baru dan kebun
jeruk telah menghasilkan di Koto Tinggi Kecamatan Baso, Kabupaten Agam ... 55 Gambar 37 Kunjungan Mentri Pertanian Ir. Suswono
didampingi Kepala Dinas Pertanian Tana-man Pangan Provinsi Sumatera
Barat ke kebun jeruk petani di Koto
Tinggi Kecamatan Baso ... . 56 Gambar 38 Pohon Manggis hasil peremajaan dan
Buah manggis dalam lokal serta produk olahan manggis ... . 65 Gambar 39 Pohon tua dan buah durian yang
ba-nyak diperdagangkan hampir di semua daerah kabupaten/kota di Sumatera
Barat ... . 67 Gambar 40 Penjualan buah markisa disalah satu
Sentra produksi di Kabupaten Solok .... . 68 Gambar 41 Penampilan pohon dan buah alpukat
Di salah satu sentra produksi di
(10)
Gambar 42 Kebun jambu biji dan produk yang di hasilkan oleh salah seorang petani di
Kabupaten Padang Pariaman ... . 71 Gambar 43 Sektor informal, pedagang kaki lima
Buah-buahan yang berkembang dan tersebar hampir disetiap Kabupaten/
(11)
(12)
I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Buah-buahan merupakan salah satu bagian dari kekayaan Indonesia yang berkembang cukup lambat. Komoditas-komoditas hortikultura ini sangat banyak terdapat dan berkembang tersebar hampir di seluruh wilayah nusantara. Sebagai makanan yang sehat, buah-buahan diperlukan oleh tubuh karena mengandung berbagai vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh manusia.
Walaupun diakui sebagian dari buah-buahan yang berkembang tersebut bukan merupakan plasma nutfah asli Indonesia, tetapi keberadaannya telah menyatu dengan wilayah dan bahkan telah menjadi sumber pendapatan keluarga dan sebagian masyarakat Indonesia. Banyak hal yang terdeteksi dan berperan sebagai penyebab lambatnya perkembangan potensi dan kontribusi
buah-buahan terhadap perekonomian nasional, tetapi tidak sedikit pula potensi dan harapan tersebut yang telah dimanfaatkan dan yang bisa dibangkit dan dikembangkan.
Salah satu faktor penghambat yang paling nyata saat ini adalah serangan buah-buahan dari luar negeri. Pasar-pasar dan toko-toko serta warung buah di Indonesia mulai dari wilayah perkotaan sampai ke pedesaan, dibanjiri oleh berbagai jenis buah-buahan yang berasal dari luar negeri. Mulai dari apel, anggur, jeruk sunkis, pear sampai kepada jambu dan lainnya. Keberadaannya telah mengalahkan keberadaan buah hasil Negara sendiri. Mayoritas konsumen lebih tertarik dan banyak mengkonsumsi buah-buahan asal impor. Kondisi ini sangat berkaitan dengan faktor lainnya yaitu kualitas buahan lokal yang dipasarkan serta persepsi masyarakat Indonesia.
Disadari bahwa, sebagian besar buah impor ini mempunyai kualitas yang lebih baik dibanding buahan lokal. Mungkin tidak hanya kualitas buahnya yang lebih baik, tetapi penampilannya juga
(13)
lebih menarik. Kulit buahnya berwarna terang, mengkilat, licin dan merata, begitu juga dengan bentuknya yang lebih seragam dan menarik. Sementara buah-buahan produk lokal tampilannya kurang menarik, kadang-kadang bentuknya kusam warnanya pudar dan tidak seragam. Kenyataan ini mempengaruhi minat konsumen untuk membeli buah-buahan, walaupun sebagian besar konsumen mengetahui bahwa ternyata buah-buahan asal luar negeri tersebut tidak aman dikonsumsi karena mengandung lapisan lilin dan zat kimia lainnya sebagai bahan pengemas dan pengawet. Jadi wajar saja kalau secara kasat mata bentuknya lebih cerah, lebih menarik dan tahan lama.
Disisi lain, tumbuhnya minat konsumen bukan hanya karena selera atau tampilan buah yang menarik saja, tetapi yang
lebih dominan adalah karena prestise atau “gengsi”. Kebanyakan konsumen masih mengutamakan prestise dibanding kesehatan yang akan diperoleh atau kemauan (tekad) membantu pengembangan buah-buahan daerah sendiri. Perkembangan ini sudah berjalan begitu lama dan telah banyak masukan diberikan oleh pemerintah dan pihak-pihak tertentu disertai dengan himbauan untuk membeli dan memakan buah-buahan produk Negara sendiri. Tetapi sejauh ini belum banyak perkembangan yang terjadi, bahkan ironisnya buah-buahan lokal semakin tersingkirkan dan buah-buahan impor semakin merajalela hampir disemua lini, sampai ke warung-warung di pedesaan.
Sangat dibutuhkan komitmen dan perjuangan Pemerintah dan pihak-pihak terkait untuk selalu mengingatkan para konsumen untuk lebih mencintai produk negeri sendiri. Himbauan ini bukan berarti Indonesia anti buah-buahan impor, tetapi paling tidak konsumen ikut membantu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Negara sendiri. Karena dengan membeli buah-buahan
Gambar 2. Gub. Sumbar dan Bupati Lima Puluh Kota ke kawasan jeruk Gunung Omeh di kab. 50 kota
(14)
dari luar negeri berarti konsumen kiita sudah ikut menyumbang untuk meningkatkan pendapatan petani Negara asal buah yang dikonsumsinya. Komitmen ini juga harus diikuti dengan meningkatkan kemampuan untuk menghasilkan buah-buahan yang mampu bersaing dengan produk buah-buahan dari luar tersebut. Baik dari segi kualitas buah itu sendiri maupun dari segi tampilan dan kemasannya. Teknologi merupakan kata kunci untuk meningkatkan daya saing yang sekaligus mampu meningkatkan nilai tambah demi percepatan pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia.
Menyadari kondisi dan perkembangan yang terjadi dewasa ini, Pemerintah Sumatera Barat jauh-jauh hari sudah mulai mencanangkan tekad dan menjalankan berbagai upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas buah-buahan, baik buah-buahan lokal daerah sendiri maupun buah-buahan yang didatangkan dari daerah lain. Disadari bahwa upaya yang dilakukan belum sepenuhnya mencapai sasaran yang diinginkan tetapi paling tidak hasil yang dicapai cukup menggembirakan karena sudah bisa memberi kontribusi terhadap perolehan pendapatan keluarga petani. Dilain pihak sebagian buah-buahan tersebut telah menjadi primadona buah-buahan lokal dan mulai ikut bersaing dengan produk buah-buahan asal Negara lain. Contohnya buah Jeruk. Jeruk yang dihasilkan saat ini telah menjadi salah satu buah unggulan nasional karena mampu bersaing dan telah menjadi incaran sebagian konsumen. Harganya pun lebih mahal dibanding dengan buah sejenis yang berasal dari daerah dan Negara lain. Jeruk Gunung Omeh telah dilepas sebagai varietas unggul nasional dan telah menjadi salah satu komoditas unggulan sektor pertanian Sumatera Barat.
Disamping buah jeruk, buah manggis dan pisang juga telah
Gambar 3. Pertanaman pisang di kawasan pisang kota pariaman
(15)
ditetapkan sebagai buah unggulan daerah. Keberadaannya saat ini cukup berarti dan memberi kontribusi yang cukup berarti bagi petaninya. Begitu juga dengan perkembangan agribisnis daerah, dimana ketiga buah unggulan telah mampu meningkatkan gerakan agribisnis daerah. Ketiga buah unggulan ini akan mengawali kisah sukses perjuangan dalam pengembangan buah-buahan di Sumatera Barat. Tentu saja tanpa melupakan peran dan kontribusi serta perkembangan buah-buahan lainnya yang juga telah berperan dan berpotensi besar terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat dan daerah. buah-buahan lainnya tersebut bisa dikategorikan sebagai buah andalan dan atau buah harapan yang suatu saat akan berkembang menjadi buah unggulan. Semuanya akan ditampilkan dalam buku ini dengan harapan akan memberikan masukan yang berarti bagi para pembaca, terutama para pemerhati ekonomi dan para pengusaha. Besar harapan para pembaca dan pemerhati serta pengusaha dan elemen lainnya, tidak hanya berperan dengan memberikan masukan yang positif dan membangun tetapi juga ikut berpartisipasi dalam mengembangkan semua komoditas buah-buahan yang dimiliki, dalam skala yang lebih luas dan professional.
Kegiatan ini mengemukakan proses dan data hasil pengembangan komoditas buah-buahan di Sumatera Barat Periode 2006-2014. Dengan adanya buku ini besar harapan diperoleh berbagai masukan dan solusi untuk lebih mensukseskan gerakan pengembangan buah-buahan guna peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat dan pencapaian kesejahteraan petani.
(16)
1.2 Batasan
Agar buku yang dihasilkan lebih informatif dan mudah dipahami maka dilakukan pembatasan kegiatan dan komoditas yang dikaji. Batasan kegiatan diselaraskan dengan ruang lingkup dan tahapan yaitu desk study, kajian atau penelusuran lapang dan penulisan. Sementara untuk komoditas yang dikaji dibatasi berdasarkan status, fungsi dan peran serta keberadaannya saat ini. Dalam hal ini ditetapkan tiga kategori komoditas yaitu ;
1. Komoditas unggulan
Yaitu komoditas yang sudah berkembang pada lokasi-lokasi tertentu, di banyak wilayah
dan mempunyai peran cukup berarti terhadap pendapatan petaninya. Penetapan
komoditas-komoditas unggulan tersebut bisa juga
berdasarkan kebijakan pemerintah setempat sesuai dengan dukungan wilayah dan perkembangan komoditasnya. Saat ini komoditas unggulan yang ditetapkan berdasarkan Surat keputusan Gubernur untuk wilayah Provinsi Sumatera Barat adalah jeruk, manggis dan pisang. Selainketiga komoditas tersebut, berdasarkan data statistik, komoditas yang tergolong unggul adalah durian,markisah, alpukat, pepaya, rambutan dan sawo.
Gambar 6.Buah manggis komoditi ekspor Gambar 5.Pisang buai Tanah Datar
Gambar 7.Alpukat Mega Gambar 8.Durian Montong Gambar 9.Rambutan Binjai
Gambar 4.Jeruk Gunung Omeh yang sudah dilabel
(17)
2.Komoditas Andalan
Merupakan komoditas yang banyak tumbuh dan diusahakan di suatu lokasi tetapi belum berkembang dan belum mempunyai kontribusi yang jelas terhadap perolehan pendapatan petaninya. Komoditas-komoditas ini lebih banyak merupakan komoditas
spesiik lokasi yang banyak tersebar di berbagai lokasi yang sesuai.
Komoditas yang dimasukan kedalam kategori ini antara lain ; Sirsak,
mangga, jambu biji, nangka, duku, semangka, sawo dan salak
Gambar 10.Mangga
Gambar 13.Semangka Gambar 14.Jambu Biji
(18)
3. Komoditas harapan
Yaitu komoditas yang bisa diharapkan berkembang dan berkontribusi terhadap perolehan pendapatan keluarga dan perkembangan agribisnis daerah. komoditas harapan bisa
merupakan komoditas spesiik lokasi tetapi belum berkembang
atau bisa juga merupakan komoditas baru yang diintroduksikan ke daerah pengembangan baru. Yang tergolong kedalam komoditas harapan ini antara lain jambu jamaica, jambu air citra, sukun, sirsak, strawberry, terung pyrus, buah naga, dan lain-lain.
(19)
(20)
II. VISI & MISI PEMBANGUNAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMATERA BARAT
Provinsi Sumatera Barat sebagai salah satu daerah yang mempunyai potensi ekonomi yang besar di sektor pertanian, terutama dalam sub-sektor tanaman pangan dan hortikultura, menetapkan visi pembangunan pertaniannya secara arif dan bijak sesuai dengan dukungan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki. Visi yang dianggap paling tepat dan mengarah pada percepatan pertumbuhan ekonomi daerah menunjang pertumbuhan ekonomi nasional dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sumatera Barat adalah “ Terwujudnya
Rumah Tangga Petani yang Sejahtera”. Visi ini selaras dan turut
mendukung pewujudan visi pembangunan sektor pertanian nasional yaitu“Terwujudnya Pertanian Industrial Unggul Berkelanjutan yang Berbasis Sumberdaya Lokal Untuk Meningkatkan Kemandirian pangan, Nilai Tambah, Daya saing, Ekspor dan Kesejahteraan Petani”.
Dan dalam upaya mewujudkan visi tersebut maka ada enam misi yang harus dijadikan patokan dalam menetapkan strategi pembangunan pertanian, yaitu ;
1. Meningkatkan Pemberdayaan Petani 2. Meningkatkan Kompetensi Aparatur
3. Meningkatkan Eisiensi dan Mutu Produksi serta Daya Saing 4. Mengembangkan Pertanian Organik dan LEISA
5. Mengoptimalkan Pemanfaatan Sumberdaya Lokal dan Sarana Prasarana Pertanian
6. Meningkatkan Kelembagaan Permodalan dan Peluang Pasar
Keenam misi ini telah mengarahkan pengambil kebijakan untuk menyusun kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki.
Khusus untuk pengembangan tanaman buah-buahan, Pemerintah Sumatera Barat lebih menekankan kepada
(21)
daya saing dan prospek cerah dalam gerakan agribisnis dan pertumbuhan ekonomi masyarakat dan daerah, seperti jeruk, manggis dan pisang. Keputusan ini diambil dan dijalankan tanpa mengabaikan kontribusi dari buah-buahan lain, baik buah nasional maupun buah lokal yang mempunyai prospek dalam pertumbuhan agribisnis dan perekonomian masyarakat. Buah-buahan lokal yang juga prospektif antara lain durian, sawo, jambu biji, semangka, pepaya, alpukat, dan lain-lain. Sementara buah-buahan nasional baik yang sudah ada maupun yang baru diintroduksikan antara lain jambu Jamaica, Jambu Air Citra, Buah Naga dan mangga (asal jawa).
(22)
III. KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN BUAH-BUAHAN SUMATERA BARAT (2006-2014) 3.1. Potensi Tanaman Buah-buahan
Melihat perkembangan konsumsi masyarakat dewasa ini, nampak jelas bahwa komoditas buah-buahan mempunyai peluang yang besar dan sangat potensial bila dijadikan usaha utama bagi petani atau masyarakat. Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan dan keseimbangan pangan dalam tubuh, membuat permintaan akan buah-buahan semakin meningkat. Peningkatan permintaan berdampak kepada terbukanya peluang usaha buah-buahan, sehingga memicu motivasi masyarakat untuk mengusahakan tanaman buah-buahan secara intensif. Tarikan sisi hilir ini dengan dorongan sisi hulu perkembangan dan ketersediaan teknologi serta komitmen aparat, akan mempercepat proses tercapainya tujuan pembangunan yang direncanakan. Satu hal lagi yang perlu ditingkatkan adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia terkait, baik sebagai pelaku budidaya buah-buahan maupun sumberdaya manusia penyalur atau pedagang buah-buahan serta sumberdaya aparat yang membina usaha dan kelembagaan petani. Program yang efektif dan gerakan terobosan yang tepat sangat dibutuhkan untuk menggapai itu semua.
Besar harapan bahwa bila semua potensi yang ada digali dan dapat dikembangkan suatu saat nanti peran dan kontribusi buah-buahan dalam menggapai kesejahteraan petani akan semakin besar. Dengan demikian pewujudan visi institusi akan terwujud lebih cepat sehingga memperlihatkan peran sektor pertanian dalam pembangunan daerah semakin nyata. Sejalan dengan ini, kedepan kerjasama dan peran serta sektor lainnya dalam mengembangkan potensi pertanian yang dimiliki sangat diperlukan dan ditingkatkan. Utamanya menyangkut peningkatan layanan infrastruktur, komunikasi dan permodalan. Ketiganya mempunyai peran dan fungsi yang penting dalam proses pengembangan sektor pertanian.
(23)
3.2. Program dan Terobosan
Menyadari perkembangan dan potensi buah-buahan dalam percepatan gerakan agribisnis daerah dan pertumbuhan ekonomi masyarakat, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat selalu berupaya
untuk mengembangkan potensi buah-buahan yang dimiliki. Program utama yang dilakukan secara berkelanjutan antara lain alokasi anggaran untuk pengadaan sarana produksi, pembinaan budidaya dan penerapan teknologi, pembinaan kelembagaan pendukung, peningkatan kualitas sumberdaya manusia serta penggalian ilmu dan teknologi.
Sarana produksi yang banyak disediakan dan dibagikan ke petani adalah bibit, pupuk kandang dan pupuk buatan. Alokasi dan penempatan sarana produksi ini dilakukan sesuai dengan kondisi daerah berdasarkan kebutuhan dan dukungan wilayah. Bibit
yang diperbantukan merupakan bibit unggul yang spesiikasinya
disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan. Disadari memang dalam proses pengadaan dan pembagian ini masih banyak ditemui kelemahan-kelemahan yang menyebabkan bantuan yang diberikan tidak bermanfaat secara maksimal.
Kelemahan utama adalah mengenai mutu dan spesiikasi bibit atau
pupuk yang sering tidak sesuai dengan permintaan dan harga yang disepakati. Sistem pengadaan oleh pihak ketiga kedepan akan
diperbaiki agar rekanan bisa memenuhi spesiikasi barang sesuai
Gambar 17.Sekolah Lapang GAP Jeruk di Kabupaten Limapuluh Kota.
Gambar 18.Sekolah Lapang GAP Manggis di Kabupaten Sijunjung.
(24)
dengan kontrak dan atau perjanjian kerjasama.
Pembinaan budidaya dan penerapan teknologi dilakukan melalui pelatihan oleh narasumber yang berkompeten sesuai dengan kebutuhan, pendampingan lapang oleh petugas lapang serta diskusi. Semua kegiatan ini dilakukan secara rutin dan biasanya dipaketkan dengan bantuan sarana produksi yang diberikan. Dengan demikian, bantuan bibit dan sarana produksi yang diberikan bisa berdayaguna dan berhasilguna. Sebagian petani dan petugas ada yang dimagangkan ketempat-tempat usaha buah-buahan yang lebih maju, diikutkan dalam acara lokakarya, workshop maupun seminar. Selain itu juga diikutkan dalam iven-iven resmi lokal, regional, nasional maupun internasional, menyangkut buah-buahan khususnya dan hortikultura umumnya secara bertahap dan berkelanjutan. Kegiatan terakhir ini sejalan dengan proses peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga secara tidak langsung proses peningkatan kualitas sumberdaya manusia juga sudah diterapkan.
Pada dasarnya program dan terobosan yang dilakukan oleh Pemerintah Sumatera Barat dalam upaya pengembangan potensi buah-buahan sudah cukup banyak dan hasil yang diperoleh juga sudah mulai berkembang dan mempunyai dampak yang cukup
signiikan. Mulai dari pengembangan kawasan tanaman buah,
perluasan areal hortikultura, sampai kepada fasilitasi buah-buahan untuk pensejahteraan petani dan bantuan bibit buah-buahan pada berbagai kegiatan, seperti uraian berikut (2006 - 2014).
(25)
3.2.1. Pengembangan Kawasan Tanaman Buah
Salah satu program terobosan yang telah dilakukan secara bertahap sejak tahun 2006 adalah pengembangan kawasan tanaman buah. Dalam program ini komoditas yang dikembangkan adalah manggis dan jeruk. Pilihan komoditas ditetapkan berdasarkan potensi dan keunggulannya di berbagai daerah kabupaten di Sum. Barat
Pengembangan dilakukan dengan memberikan bantuan bibit yang disesuaikan dengan dukungan wilayah. Bibit tanaman manggis yang telah disalurkan berjumlah 93.000 batang untuk 930 ha lahan dan bibit jeruk sebanyak 558.400 batang untuk 1.396 ha lahan (Tabel 5.1.). Daerah pengembangan tanaman manggis mencakup Kabupaten Sijunjung sebanyak 26.800 batang (268 ha), diikuti oleh Kabupaten Pesisir Selatan (25.900 batang/259 ha), Kabupaten Padang Pariaman (18.800 batang/188 ha), Kabupaten Solok Selatan (10.000 batang/100 ha), Kabupaten Dharmasraya (7.500 batang/75 ha) dan Kabupaten Limapuluh Kota (4.000 batang/40
Gambar 19.Bapak Yanis, Pemilik PIT Jeruk Gunung Omeh, sekaligus penangkar benih
Jeruk Omeh.
Gambar 21. Pembuatan Lobang Tanam.
Gambar 20. Penanaman Benih Jeruk Gunung Omeh
(26)
ha). Keenam daerah ini merupakan daerah sentra produksi manggis yang telah eksis selama ini.
Bibit jeruk dialokasikan di Kabupaten Agam (213.600 batang/534 ha) diikuti oleh Kabupaten Lima puluh Kota (160.000 batang/400 ha), Kabupaten Solok Selatan (124.400 batang/311 ha), kemudian daerah Kabupaten Padang Pariaman, Tanah Datar, Pesisir Selatan dan Kabupaten Solok dengan jumlah pengembangan dibawah 100 ha. Tiga daerah pertama merupakan daerah sentra produksi dan telah menempatkan komoditas jeruk sebagai komoditas unggul daerahnya. Daerah lainnya merupakan daerah potensial yang juga sedang giat mengembangkan usaha tanaman jeruk berkaitan dengan potensi dan kontribusi hasil tanaman tersebut terhadap perolehan pendapatan masyarakat.
Tabel 3.1. Sebaran Tanaman Jeruk dan Manggis Dala Upaya Pengembangan Kawasan Tanaman Buah di Sumatera Barat Periode 2006-2014
Ka-wasan Tahun 2006 Ha/ batang 2007 Ha/ batang 2008 Ha/ batang 2009 Ha/ batang 2010 Ha/ btg 2011 Ha/ btang 2012 Ha/batang 2013 Ha/ batang 2014 Ha/batang Jumlah Ha/batang
50 Kota Jeruk 40/16.000 - - 10/4.000 - - 200/80.000 50/20.000 70/28.000 370/148.000
Manggis - 20/2.000 20/2.000 - - - 40/4.000
Solok Selatan
Jeruk 48/19200 - - 20/8000 - 5/2000 108/43.200 50/20.000 56/22.400 287/114.800
Manggis - - - 100/10.000 - - 100/10.000
Padang Paria-man
Jeruk 48/19200 27/10.800 - - - 75/30.000
Manggis - - - 10/10000 - 8/800 120/12.000 50/5.000 - 188/18.800
Sijunjung Jeruk - - -
-Manggis 48/4800 20/2000 20/2000 20/2000 - - 120/12.000 40/4.000 - 268/26.800 Agam Jeruk 64/25600 45/18.000 - - - - 200/80.000 150/60000 53/21.200 512/204.800
Manggis - - -
-Pessel Jeruk - - -
-Manggis - - - 219/20.900 - 50/5.000 259/25.900
Pasaman Jeruk - 20/8.000 - - - 20/8.000
Manggis - - -
-Tanah Datar
Jeruk - 30/12.000 - - - 30/12.000
Manggis - - -
-Kab. Solok
Jeruk - 16/6.252 10/4000 - - - 26/10.252
Manggis - - -
-Dharmas raya
Jeruk - - -
-Manggis 75/7500 - - - 75/7.500
Total Jeruk 200/80000 138/55200 10/4000 30/12000 - 5/2000 508/203200 250/100000 255/102000 1396/558.400 Manggis 123/12300 20/2000 40/4000 30/3000 - 8/800 659/65900 90/9000 50/5000 930/93.000
(27)
Dengan peningkatan areal tanam melalui bantuan bibit ini diharapkan keberadaan dan fungsi tanaman manggis dan jeruk akan semakin nyata dalam memberikan kontribusi terhadap perolehan pendapatan masyarakat dan gerakan agribisnis serta pertumbuhan ekonomi daerah di masa datang. Perkembangan diharapkan mulai di daerah sentra produksi tepatnya wilayah pengembangan dan berdampak kepada gerakan agribisnis dan pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional. Skenario ini diharapkan berjalan sedemikian rupa, sehingga suatu saat nanti peran sektor pertanian akan semakin nyata, terutama dalam peningkatan pendapatan dan pencapaian kesejahteraan petani.
3.2.2. Perluasan Areal Hortikultura
Disamping “Pengembangan Kawasan Buah-buahan”, dalam upaya mempercepat penggalian potensinya untuk kesejahteraan petani, Pemerintah Sumatera Barat juga mengalokasikan anggaran untuk pengembangan berbagai buah-buahan potensial melalui
program “Perluasan Areal Hortikultura”. Program ini juga telah dijalankan sejak tahun 2006 dengan fokus pengembangan melalui bantuan bibit tanaman manggis, jeruk, pisang dan durian (Tabel 3.2).
Tujuan pengembangan ini jelas sama dan sejalan dengan program sebelumnya yaitu untuk meningkatkan kontribusi tanaman buah-buahan terhadap perolehan pendapatan masyarakat dalam upaya mewujudkan kesejahteraan petani. Secara umum program ini sekaligus
Gambar 24. Bibit manggis di penangkar manggis Lubuk Minturun
(28)
untuk mewujudkan gerakan agribisnis yang dinamis di masa datang, yang arahnya tertuju kepada pewujudan visi institusi dan visi pembangunan daerah. Diharapkan dengan program ini, suatu saat nanti, buah-buahan akan menjadi primadona dan komoditas unggulan dalam gerakan agribisnis daerah. dengan demikian, kontribusi sektor pertanian terhadap pertumbuhan perekonomian kerakyatan baik daerah maupun secara nasional akan semakin nyata. Dampak lainnya, dengan kuatnya sektor pertanian, sektor industri akan semakin maju. Dimana produk pertanian akan sangat membantu dalam penyediaan bahan baku yang dibutuhkan.
Daerah pengembangan buah-buahan dalam program ini mencakup daerah Kabupaten 50 Kota, Solok Selatan, Padang Pariaman, Sijunjung, Pasaman, Tanah Datar, solok dan Kabupaten Pasaman Barat. Dalam program ini, komoditas utama yang diperbantukan adalah jeruk sebanyak 226.000 batang untuk lebih kurang 565 ha lahan. Kemudian diikuti manggis sebanyak 27.000 batang untuk 270 ha, pisang sebanyak 30 ha dan durian seluas 10 ha. Kebijakan penetapan jeruk sebagai komoditas utama adalah mengingat potensinya yang cukup baik, terutama untuk beberapa daerah tertentu. Suatu saat nanti, program ini akan mengatasi dan membatasi atau menyaingi komoditas yang sama yang membanjiri pasar-pasar di Sumatera Barat. Seperti diketahui sejak dua decade terakhir, komoditas jeruk yang berasal dari Sumatera Utara telah mendominasi pasar jeruk di banyak daerah termasuk Sumatera Barat. Sementara Sumatera Barat diketahui sebagai salah satu daerah yang cukup potensial untuk pengembangan komoditas jeruk.
(29)
Tabel 3.2. Sebaran Tanaman Buah-buahan Dalam Program Perluasan Areal Kawasan/ Tahun 2006 Ha/batang 2007 Ha/batang 2008 Ha/batang 2009 Ha/batang 2010 Ha/btg 2011 Ha/btang 2012 Ha/ batng 2013 Ha/ batang Jumlah Ha/batang
50 Kota Jeruk - 30/12000 - - - 30/12.000
Manggis 60/6000 - - - 60/60.000
Solok Sslatan Jeruk - - - 20/8000 20/8.000
Padang Pari-aman
Manggis 20/2000 - 50/5000 - - - - 20/2000 90/9.000
Pisang - 30/30000 - - - 30/3.000
Sijunjung Manggis - - - 20/2000 20/2.000
Agam Jeruk - 30/12000 - - - 30/12.000
Pasaman Jeruk - 30/12000 100/40000 - - 55/22000 - - 185/74.000
Manggis - - - 10/1000 10/1.000
Durian - - - 10/1000 10/1.000
Tanah Datar Manggis - - - 20/2000 20/2.000
Kab.Solok Manggis 20/2000 - - - 20/2.000
Pasaman Barat Jeruk 50/20000 200/80000 - 50/20000 - - 300/120.000
Total Jeruk - 90/36000 150/60000 200/80000 - 105/42000 - 20/8000 565/226.000 Manggis 100/10000 - 50/5000 - - 50/5000 - 70/7000 270/27.000
Pisang - 30/30000 - - - 30/30.000
Durian - - - 10/1000 10/1.000
Sumber : diolah dari Laporan bulanan Instansi Dinas Pertania Prov.Sumbar dan Kabupaten/Kota terkait
(30)
Beberapa dekade belakangan, permintaan manggis dari luar negeri cukup tinggi. Kondisi ini sudah mengangkat nilai dan harga buah manggis di pasaran lokal. Petani mulai bergairah dalam merawat tanaman manggis, walaupun belum bisa dikategorikan sebagai usaha yang intensif. Oleh karena itu, program pengembangan ini diharapkan bisa lebih meningkatkan lagi kontribusinya terhadap pensejahteraan petani di masa datang. Beberapa daerah sudah bisa dikategorikan sebagai daerah sentra produksi yang bisa diharapkan sukses dalam pengembangan usaha nantinya. Contohnya daerah Sijunjung, Kota Padang, Padang Pariaman, Tanah Datar dan Lima Puluh Kota.
Begitu juga halnya dengan daerah lain, seperti Pesisir Selatan, Pasaman, Pasaman Barat, Agam dan hampir semua daerah di Sumatera Barat, sangat potensial untuk pengembangan manggis, si ratu buah. Sudah banyak pedagang yang sukses dalam menjual manggis, tetapi belum banyak petani yang menjadi kaya karena tanaman manggis. Suatu saat dengan digalakkannya program pengembangan ini diharapkan manggis tidak hanya sebagai ratu buah, tetapi juga mampu menjadi primadona buah-buahan ditinjau dari segi kontribusinya terhadap perekonomian masyarakat dan daerah.
Potensi durian, juga tidak kalah dibanding jeruk dan manggis. Bahkan komoditas ini sudah lebih dulu berperan besar dalam menggerakkan agribisnis buah-buahan di Sumatera Barat. Bisa dikatakan musim buah durian hampir tidak ada putusnya, dan kontribusinya terhadap perolehan pendapatan masyarakat (terutama pedagang) cukup nyata. Dengan disebarnya bibit durian secara berkelanjutan, diharapkan kontribusinya terhadap peningkatan sumber pendapatan petani semakin nyata. Diharapkan suatu saat akan muncul kebun-kebun durian sebagai sumber utama pendapatan petani, tidak lagi seperti sekarang. Dimana durian hanya
Gambar 25. Jeruk Gunung Omeh yang ditanam di POT lahan pekarangan
(31)
sebagai tanaman sampingan di kebun campuran atau pekarangan. Pisang merupakan komoditas lama yang masih tetap berperan dalam mengisi tambahan pendapatan masyarakat. Walaupun belum pernah mempunyai masa “jaya” atau masa “mati”, pisang masih terus berperan dan berkembang. Komoditas ini pernah mengalami masa surut yang cukup panjang karena serangan penyakit layu yang disebabkan oleh jamur fusarium. Tetapi secara perlahan dan pasti beberapa varietas atau jenis pisang tertentu masih tetap eksis dan mampu bertahan untuk berkontribusi terhadap perolehan pendapatan masyarakat. Kedepan komoditas ini diharapkan kontribusinya akan semakin meningkat dan akan menjadi salah satu komoditas unggulan daerah.
3.2.3. Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Lahan pekarangan merupakan salah satu media yang cukup produktif untuk pengembangan buah-buahan. Walaupun luasannya terbatas, tetapi dengan jumlah yang banyak, lahan ini pasti sangat berperan dalam menghasilkan dan memasok buah-buahan untuk dipasarkan. Dengan demikian, luasan yang sempit bukan berarti, lahan pekarangan tidak bisa dijadikan media untuk pengembangan buah-buahan. Kebijakan ini diharapkan merupakan suatu keputusan yang tepat, apalagi kalau dikaitkan dengan keindahan, keragaman dan manfaat tanaman di pekarangan. Program ini sekaligus juga mendukung intensifnya program nasional dalam pemanfaatan lahan pekarangan yaitu KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari), yang berfungsi sebagai benteng penguatan ketahanan pangan.
Selama periode tahun 2009-2013, Pemerintah Sumatera Barat telah mengaokasikan anggaran untuk pengadaan dan pendistribusian bibit tanaman buah-buahan buat lahan pekarangan sebanyak 80.400 batang (Tabel 3.3). Bibit yang didistribusikan adalah durian (37.500 batang), diikuti jeruk (27.000 batang), sirsak (11.500 batang), strawberry (3.000 batang), salak (900 batang) dan jeruk nipis sebanyak 500 batang.
Program pengembangan tanaman buah-buahan di lahan pekarangan merupakan dukungan terhadap pengembangan
(32)
tanaman buah-buahan sebelumnya yaitu kawasan buah-buahan dan perluasan areal Hortikultura. Program ini didasarkan atas potensi lahan pekarangan itu sendiri yang cukup luas bila dijumlahkan dari sekian banyak pekarangan. Disamping itu, keberadaannya yang dekat dengan penduduk (pemelihara) diharapkan dapat dipelihara secara baik dan intensif sehingga bisa memberikan hasil yang maksimal.
Dengan demikian, tanaman buah-buahan di lahan pekarangan akan lebih produktif, tidak hanya untuk perolehan pendapatan keluarga tetapi juga untuk gerakan agribisnis dan pertumbuhan ekonomi daerah. walaupun jumlah sedikit per lokasinya, tetapi bila mayoritas pekarangan mengusahakan tanaman buah-buahan bisa dibayangkan berapa produk yang akan dihasilkan dan berapa kontribusinya terhadap gerakan agribisnis dan pertumbuhan perekonomian daerah.
Gambar 26. Pemanfaatan pekarangan dengan komoditas Jeruk di Kota Padang
(33)
Tabel 3.3. Sebaran Tanaman Buah-buahan Dalam Program Pemanfaatan
Kawasan/ Komoditi 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah
Tahun Batang batang Batang Batang batang batang Batang
50 Kota Sirsak 2.500 - - - - 2.500
Durian - - - - 14.800 14.800
Jeruk - - - - 14.000 2.500 16.500
Kota Padang Jeruk - 5.000 - - - 5.000
Sirsak - 5.000 - - - 5.000
Durian - 0.000 - - 6.500 6.500
Sijunjung Durian - - - 4.500 - 4.500
Agam Sirsak 1.500 - 3.000 - - 4.500
Jeruk - - 3.000 - - 3.000
Tanah Datar Strawberry - - - 3.000 - 3.000
Jeruk - - - - 10.000 10.000
Kabupaten Solok
Durian - - - - 3.000 2.500 5.500
Pesisir Selatan Manggis 2.500 2.500
Pasaman Barat
Jeruk 12.500 12.500
Dharmasraya Durian - - - 4.000 700 4700
Kota Sawah-lunto
Durian - - - 4.000 4.000
Salak - - - 900 - 900
Kota Padang Duiran 2.500 2.500
Kota Pariaman Jeruk Nipis - - - - 500 500
Total Sirsak 3.500 5.000 3.000 - - 11.500
Durian - - - 12.500 22.000 5000 39500
Manggis 2500 2500
Jeruk - 5.000 3.000 - 10.000 15000 33000
Strawberry - - - 3.000 - 3.000
Salak - - - 900 - 900
Jeruk Nipis - - - - 500 500
Sumber : diolah dari Laporan bulanan Instansi Dinas Pertania Prov.Sumbar dan Kabupaten/Kota terkait
(34)
3.2.4. Kebun Bibit Buah Nagari (KBBN)
Mulai tahun 2011, Pemerintah Sumatera Barat me”launching” program terobosan baru, yaitu “Gerakan Pensejahteraan Petani” (GPP). Gerakan ini bertujuan untuk mempercepat proses pencapaian visi pertanian daerah. dimana pelaksanaannya tidak hanya oleh instansi pertanian saja, tetapi mencakup enam instansi yang terkait lainnya. Program “keroyokan” ini merupakan terobosan pemerintah dengan mengalokasikan anggaran APBD. Banyak bantuan dan program yang dijalankan dalam gerakan ini. Gerakan Pensejahteraan Petani yang dicanangkan oleh Bapak Gubernur Sumatera Barat merupakan gerakan terpadu yang diprioritaskan untuk mengentaskan kemiskinan dan pengangguran masyarakat. Sasaran yang ingin dicapai GPP antara lain untuk meningkatkan jam kerja efektif Rumah tangga petani dari 3,5 jam menjadi paling tidak 8 jam/hari,
melakukan diversiikasi usaha tani secara terpadu minimal
menjadi 3 Jenis Usaha, untuk itu Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Sumatera Barat pada tahun 2011 melalui Program Gerakan Pensejahteraan petani melaksanakan kegiatan Kebun Bibit Buah-Buahan Nagari (KBBN).
KBBN ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pada petani yang telah biasa membudidayakan tanaman buah menjadi petani penangkar buah, untuk itu pada kelompok-kelompok tani GPP sebanyak 62 kelompok tani difasilitasi dengan Dana masing-masing kelompok sebesar Rp 20 juta yang akan dimanfaatkan untuk membuat sendiri bibit buah-buahan.
Agar petani tersebut mahir melakukan perbanyakan bibit buah-buahan, maka sebelum pelaksanaan kegiatan seluruh petani calon penangkar sebanyak 62 orang ini dilatih dan dimagangkan terlebih dahulu di Balai Benih Induk (BBI) Lubuk Minturun.
(35)
Bibit buah-buahan yang diperbanyak oleh penangkar KBBN adalah bibit jeruk,jambu biji, duku, mangga, sirsak, durian, manggis, belimbing, alpokat, sawo, pepeya, srikaya, dan terung pirus
Bibit buah-buahan yang dihasilkan oleh penangkar benih KBBN disebarkan secara gratis di kelompok tani penangkar dan di Nagari GPP, sampai saat ini bibit buah-buahan yang dihasilkan jeruk 17.800 batang, Jambu biji 128.346 batang, duku 688 batang, mangga 1.450 batang, sirsak 276.670 btg, durian 3500 batang, manggis 928 batang, belimbing 4.040, Alpokat 530 batang, sawo 330 batang, papaya 5.405 batang, srikaya 1.500 batang, terung pirus 4.000 batang, rincian per kelompok tani seperti
(36)
No
Kabupaten/ Kota Kecamatan
Nagari/ Kelurahan
Kelompok Tani
Bibit buah yang dihasilkan (btg) 1 Pasaman
Tigo Nagari
Binjai Suka Maju Jeruk 1.500
Jambu biji 1,290 Duku 468 Mangga 250 Sirsak 1,500 Durian 1,500 Manggis 428 Bonjol Ganggo Mudik Bandar Gaib Jambu biji 2,000 Belimbing 1,000 sirsak 2,000 jeruk 2,500 Rao Taruang-Taruang Maju Bersama Jambu biji 2,000
Sirsak 1,000 Padang Gelugur Padang Gelugur Kami Saiyo Sirsak 5,000 Jambu biji 2,500 2. Pasaman Barat
Talamau Kajai Karya Bersama Jambu biji 3,676 Sirsak 2,160 Belimbing 740
Luhak Nan Duo Koto Baru Sejahtera II Jambu biji 2,800 sirsak 2,400 belimbing 800 Kinali Kinali Saiyo Sakato sirsak 4,400 Jambu biji 3,000 Pasaman Lingkuang Aua Tunas Harapan Sirsak 5,200 Jambu biji 2,300
(37)
3. Agam
Palembayan IV Koto Palem-bayan
Kapeh Mandiri Sirsak 5,300 Jambu biji 1,500 Alpokat 530 Jeruk
ka-cang
200
Sawo 330 Pepaya 905 Baso Simarasok Elok Basamo jambu biji 4,000
sirsak 4,500 Lubuk
Basung
Kampuang Pinang
Bintungan Jaya sirsak 4,000 Jambu biji 2,500 Srikayo 1,500 Canduang Lasi Batang Sikuau Sirsak 3,510 terung pirus 4,000 jambu biji 500 Pepaya 500 Kamang
Magek
Kamang Hilir Mekar Sari Sirsak 3,000 Jambu biji 3,000 Durian 2,000 4. Lima Puluh Kota
Suliki Sungai Rimbang Dagang Saiyo Sirsak 5,000 Jambu biji 3,000 Guguak Guguak VIII Koto Aie Malanteh
Batu
Sirsak 5,000 Jambu biji 2,500 Akabiluru Durian Gadang Maju Jaya Sirsak 7,500 Harau Solok Bio-Bio Bukik Jambu Sirsak 4,500 Jambu biji 3,500 5. Tanah Datar
Pariangan Sungai Jambu Merapi Subur Jeruk nipis 4,500 Sirsak 4,000 Jambu biji 500 Salimpaung Tabek Patah Keluarga Sejati Sirsak 7,800 Lintau Buo Taluak Tani Makmur Sirsak dan 4,500
Jambu biji 3,000 Rambatan Balimbiang Balerong Sari Sirsak 6,400 Batipuh Batipuh Baruh Jeruk Manis Sirsak 4,000 jambu biji 4,000
(38)
6. Sijunjung
Sijunjung Paru Koto Tangah Sirsak 4,500 Jambu biji 3,000 Kamang Baru Muaro Takung P. Unggeh Saiyo Sirsak 4,000 Jambu biji 3,500 Koto VII Palaluar Riak Sepakat Jeruk nipis 2,500 Jeruk purut 1,500 Pepaya 3,000 IV Nagari Muaro Bodi Sopiang Indah Sirsak 3,500 Jambu biji 3,500 7. Dharmasraya
Sitiung Sitiung Family Agung Sirsak 4,000 Jambu biji
merah
4,000
Pulau Punjuang Sikabau Pugoan Sirsak 8,000 Koto Salak Pulau Mainan Bina Krya
Mandiri
Sirsak 4,000 Jambu biji
mrh
4,000
Koto Baru Sialang Gaung Sido Makmur Sirsak 4,000 Jambu biji 4,000 IX Koto Banai Tunas Muda Sirsak 6,000 8. Solok Selatan
Pauh Duo Alam Pauh Duo Legowo Jambu biji 3,400 Sirsak 3,400 Jeruk 1,200 Sangir Jujuhan Bidar Alam Tuah Saiyo Sirsak 3,850 Jambu biji 2,530 Manggis 500 Durian 220 Jeruk 900 Sangir Jujuhan Lubuk Gdg Timur Mina Tani
Ma-honi
Jambu biji 2,000 Sirsak 6,000 Kt Prk Gadang
Diateh
Pakan Rabaa Supra Mandiri Sirsak dan 5,500 jambu biji 2,000
(39)
2 x 11 Kayu Tanam Anduriang Amanah anak Ngari
Sirsak 7,500
Batang Gasan Malai V Suku Karya Teladan Sirsak 4,000 jambu biji 3,500 V Koto Kp. Dalam Campago Nusa Indah Sirsak 4,000 Jambu biji 2,500 belimbing 1,500 VII Sei Sariak Lareh Nan
Pan-jang
Ampek Saiyo Sirsak 2,500 Jambu biji 2,500 VII Sei. Sariak Sungai Sariak Saiyo Sakato Jambu biji 5,100 Sirsak 2,000 jeruk nipis 1,000 10. Pesisir Selatan
Bayang Koto Barapak Durian Tabah Mangga 1,200 Lengayang Kambang Timur Mandiri Sirsak 8,000 Ranah Pesisir Palangai Tanjung
Hara-pan
Sirsak 8,000
11. Solok
X Koto Diateh Paninjauan Tunas Muda Sirsak 5,000 Hiliran Gumanti Sariak Alahan Tigo Berkat Yakin Sirsak 2,000 Jambu biji 4,000 Hiliran Gumanti Sungai Abu Usaha Maju Sirsak 6,000 Jambu Biji 1,500 Gunung Talang Koto Gaek Guguk Labuah Saiyo Sirsak 3,500 Jambu biji 4,000 pepaya 1,000 12. Kota Padang
Koto Tangah Lubuk Minturun Telaga Biru Sirsak 8,000 Lubuk Kilangan Koto Lalang Saiyo Sirsak 3,600 Jambu biji 3,600 13. Payakumbuh
Payakumbuh Timur
Padang Alai Sei Baih Sirsak 7,600
Limposi III Nagari Koto Panjang Dalam
(40)
14. Bukittinggi Aur Birugo Tigo Baleh
Kubu Tanjuang Harapan I Sirsak dan 6,000 Jambu biji 2,000 Mandiangin
Kt.Sa-layan
Cimpago Guguak Bulek
Lubuk Berlian Sirsak 2,500 Jambu biji 2,500 15. Solok
Lubuak Sikarah Tanah Garam Minang Saiyo Sirsak 3,000 Jeruk 2,000 Jambu biji 3,000 Tanjuang Harapan Tanjuang Paku Harapan Baru Sirsak 7,000 16. Padang Panjang
Padang Panjang Timur
Koto Katik Kampung Bodoh Sirsak 3,000 Jambu biji 4,000 Pd Panjang Barat Bukit Surungan Sepakat Barat Sirsak 4,100 Jambu biji 4,100 17. Sawahlunto
Talawi Rantih Taruko Sirsak 7,000
Jambu biji 1,000 Barangin Kolok Nan Tuo Upam Sirsak 5,000 Jambu biji 3,000 Pariaman Timur Sungai Sirah Harapan Sirsak dan 5,000 Jambu biji 2,500 Pariaman Utara Sungai Rambai Saiyo Sirsak 7,950
jambu biji mrh
50
Total Jeruk 17,800
Jambu biji 128,346 Duku 688 Mangga 1.450 Sirsak 276,670 Durian 3,500 Manggis 928 Belimbing 4,040 Alpokat 530 Sawo 330 Pepaya 5,405 Srikaya 1,500 Terung Pirus 4,000
(41)
3.2.5. Fasilitasi Bibit Buah-buahan untuk Pensejahteraan Petani
Gerakan dan program pengembangan buah-buahan tidak berhenti sampai disitu. Setiap ada terobosan selalu buah-buahan diikutkan untuk dibagikan kepada masyarakat, agar suatu waktu tanpa terasa komoditas ini akan memberikan kontribusi terhadap pemeliharanya. Tidak hanya memberikan hasil untuk dikonsumsi, tetapi juga akan mendapatkan tambahan pendapatan dari hasil penjualan hasil yang berlebih.
Mulai Tahun 2012 sampai 2014 Program Gerakan Pensejahteraan Petani dilanjutkan dengan kegiatan Fasilitasi bibit buahan untuk Peningkatan Pensejahteraan Petani. Bibit buah-buahan yang didistribusikan untuk petani di daerah GPP cukup bervariasi. Ada bibit tanaman introduksi atau tanaman baru yang dikembangkan dan ada juga bibit tanaman yang sudah berkembang sejak lama. Tanaman baru yang dikembangkan jambu Jamaica dan Jambu Citra serta sukun, terung pirus dan jambu biji bagi sebagian daerah. Sementara tanaman yang sudah eksis sebelumnya adalah sirsak, durian, jeruk, nangka dan jeruk nipis. Dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 jumlah bibit yang sudah dibagikan ke petani di Nagari GPP tidak kurang dari 324.090 batang.
Tanaman yang terbanyak dialokasikan adalah sirsak (91.150 batang) diikuti oleh jambu biji (70.150 batang), kemudian sukun (49.980 batang), jambu Jamaica (49.520 batang), jambu Citra (38.480 batang), durian, nangka, jeruk nipis, belimbing, terung pirus dan jeruk (Tabel 3.5). semua tanaman ini diharapkan pada masanya nanti akan berperan cukup besar terhadap peningkatan pendapatan masyarakat serta progresif dalam gerakan pertumbuhan ekonomi daerah, disadari memang bahwa tidak semua tanaman yang dibagikan akan tumbuh dan berkembang dengan baik, karena semuanya akan sangat tergantung kepada masyarakat atau petani pemeliharanya.
Adanya program ini, paling tidak kedepan peran tanaman buah-buahan dalam mengisi perolehan pendapatan petani dan masyarakat bisa dijadikan momentum pertumbuhan ekonomi yang
(42)
dinamis dan berkelanjutan. Apalagi kalau dihubungkan dengan program lainnya yang lebih dahulu, bersamaan atau Tabel 3.4. Kebun Bibit Buah Nagari (KBBN) Tahun 2011
Bersamaan atau belakangan, diyakini buah-buahan akan memberikan kontribusi yang tidak kecil dalam mengisi pendapatan daerah. Dengan demikian pewujudan kesejahteraan petani bukan lagi merupakan sesuatu yang sulit, bahkan sektor pertanian daerah secara menyeluruh diyakini akan semakin kuat dalam memicu dan memacu pertumbuhan ekonomi daerah yang berdampak nasional.
(43)
Tabel 3.5. Sebaran Tanaman Buah-buahan Dalam Program Fasilitasi Bibit Untuk
Kab/Kota komoditas 2012 2013 2014 Jumlah
Batang batang Batang batang
50 Kota J.Jamaica 1,160 4,400 5,560
Sirsak 7,480 4,400 13,000 24,880
Sijunjung Jambu biji 480 400 880
J.Jamaica 480 2,400 2,880
Sirsak 1,920 - 1,920
Sukun 4,320 4,400 12,600 21,320
Agam Jambu biji 2,340 4,400 6,740
J.Jamaica 4,100 - 4,200 8,300
J. Citra 460 5,800 6,260
Sirsak 1,500 - 1,500
Sukun 960 - 960
Tanah Datar Jambu Biji - 480 480
J. Citra 5,520 4,400 9,920
Sirsak - 4,400 12,000 16,400
Sukun 480 - 480
Kabupaten Solok Jambu Biji 960 - 960
J. Jamaica - 1,400 8,400 9,800
Sirsak 3,180 8,800 11,980
Sukun 2,040 - 2,040
Dharmasraya J. Jamaica 480 3,600 4,080
J. Citra 480 - 480
Sirsak 480 - 480
Sukun 1,140 3,600 11,400 16,140
Nangka 5,760 - 5,760
Pasaman Barat Jambu Biji 480 4,000 4,480
J. Jamaica 5,460 4,600 10.600
Sirsak 240 - 240
Jeruk 11,400 11,400
Sukun 1,380 - 1,380
Pesisir Selatan J. Citra - 3,200
12,600
15,800
Sukun 7,120 3,200 10,320
(44)
Pasaman Jambu biji - 2,000 2,000
J.Jamaica 480 6,800 7,280
J. Citra 480 - 480
Sirsak 3,200 3,200
Sukun 2,880 - 2,880
Jeruk - - 11,200 11,200
Solok Selatan Jambu biji - - 6,000 6,000
J.Jamaica 840 - 360 1,200
J. Citra 920 1,680 2,600
Sirsak 840 3,600 4,440
Jeruk 2,400 2,400
Sukun 3,120 3,600 6,720
Padang Pariaman Jambu biji - - 1,000 1,000
J.Jamaica - 4,400 4,400
J. Citra 480 5,600 6,800 12,880
Sirsak 1,440 - 1,440
Sukun 960 4,400 1,000 960
Kota Padang Jambu biji - -
J.Jamaica 1,920 1,800 2,400 6,120
J.Citra - 1,800 1,800
Sirsak 1,220 - 1,220
Sukun 1,440 - 1,440
Ko.Bukittinggi J. Jamaica 1,920 - 2,400 4,320
Kota Payakumbuh Jambu biji - -
J.Jamaica 2,400 2,400
J. Citra 960 1,600 200 2,760
Sirsak 1,920 - 1,920
Sukun 960 - 960
Kota Solok Jambu biji 260 - 260
J.Jamaica 2,880 400 2,400 5,680
Sirsak 700 400 1,100
Kota P.Panjang J. Citra 700 - 700
Sirsak 1,220 - 1,220
Kota Sawahlunto Jambu biji - -
Jamaica 2,400
2,400
J.Citra - 800 800
Sirsak
(45)
Kota Pariaman Jambu Biji - - Jambu Citra -
3,600
600
4,200
J.Jamaica
1,800
1,800
Sirsak - -
Total
Jambu biji 4,520 15,280 20,000 39,800
J.Jamaica 19,720 29,800 25,000 74,520
J. Citra 10,000 28,480 25,000 63,480
Sirsak 25,000 24,800 25,000 74,800
Sukun 29,980 20,000 25,000 74,980
Jeruk G.O 25,000 25,000
Nangka 5,760 - 3,800 9,560
Total 94,980 118,360 148,800 362,140
Sumber : diolah dari Laporan bulanan Instansi Dinas Pertania Prov.Sumbar dan Kabupaten/Kota terkait
(46)
3.2.6. Fasilitasi Bibit Buah-buahan untuk Gerakan
Pensejahteraan Ekonomi Masyarakat Pesisir (G-PEMP)
Disamping empat program diatas, Pemerintah Sumatera Barat juga telah mengalokasikan anggaran untuk pengembangan tanaman buah-buahan melalui “Fasilitasi Bibit untuk Gerakan Pensejahteraan Ekonomi Masyarakat Pesisir. Walaupun tidak sebesar program-program terdahulu, paling tidak program ini diharapkan mampu membantu perbaikan ekonomi masyarakat yan bermukim di wilayah pantai atau pesisir. Program ini baru dilaksanakan mulai tahun 2012, dimana telah dialokasikan bibit sirsak sebanyak 15.000 batang pada tahun 2012 dan ditambah 5.000 batang lagi pada tahun 2013. Bibit lain yang telah dibagikan adalah jambu biji sebanyak 5.000 batang dan buah naga sebanyak 2.000 batang, semuanya dilakukan pada tahun 2012, Tahun 2013 sirsak 10.000 btg dan tahun 2014 sirsak 5.000 batang.
Besar harapan masyarakat pesisir yang umumnya lebih akrab dengan laut, juga ikut berperan untuk mengusahakan lahan yang berada disekitar pemukimananya dengan tanaman buah-buahan. Pemilihan komoditas yang dibagikan, disesuaikan dengan habitat tanaman itu sendiri, dengan harapan dapat tumbuh baik dan berkembang. Suatu saat nanti, disamping menghasilkan ikan, masyarakat pesisir juga akan berperan dalam memasok kebutuhan masyarakat akan buah-buahan.
Gambar 27.Distribusi Bantuan Bibit Buah-buahan Gambar 28. Penanaman bibit jambu biji peningkatan pensejahteraan dan ekonomi masyarakat pesisir
(47)
3.2.7.1. Bantuan bibit buah-buahan pada Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara untuk Ketahanan Pangan dan Kesehatan Keluarga
Seperti diungkapkan sebelumnya, komitmen Pemerintah Sumatera Barat terhadap pengembangan tanaman buah-buahan tidak main-main dan asalan saja. Lima program diatas masih dianggap belum cukup untuk menggebrak potensi komoditas-komoditas potensial ini. Oleh karena itu disetiap kesempatan dan setiap iven, Pemerintah selalu mengalokasikan anggaran untuk pengadaan bibit buah-buahan, baik yang bersifat lokal maupun kedaerahan.
Pada tahun 2008, pada acara Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara untuk Ketahanan Pangan dan Kesehatan Keluarga yang dicanangkan oleh Ibu Negara secara Nasional serentak pada tanggal 1 Desember 2008, untuk Sumatera Barat dilaksanakan di Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat mendistribusikan bibit buah-buahan berupa bibit sukun sebanyak 600 batang, bibit Jambu Air sebanyak 360 batang, Bibit Rambutan Binjai sebanyak 400 batang, bibit Rambutan Rapiah sebanyak 348 batang dan bibit mangga harum manis sebanyak 300 batang, yang dibagikan di 7 (tujuh) korong yaitu Korong Tanjung Basung I, Korong Kabun, Korong Kampung Apar, Korong Salisikan, Korong Kaliek, Korong Pasar Usang, Korong Tanjung Basung II dan Korong Kali Air Nagari Sungai Buluh Kecamatan Anai Kabupaten Padang Pariaman.
Dari hasil evaluasi ke lapangan 600 batang bibit sukun hidup 435 batang dan saat ini 200 batang telah menghasilkan, Jambu air 360 batang, telah menghasilkan 250 batang, Rambutan 700 batang, hidup 425 batang dan telah menghasilkan 50 batang, dan mangga dari 399 batang hanya hidup 100 batang dan saat ini 50 batang telah menghasilkan.
Dari hasil pembicaraan dengan Wali Korong Tanjung Basung I Bapak Syahrial dari semua komoditi yang dibantu tersebut cocok dan 90 % menghasilkan hanya komoditi mangga yang kurang baik
(48)
3.2.7.2 Bantuan Bibit Buah-buahan Dalam Iven Saka Taruna Bumi
Komitmen Pemerintah Sumatera Barat terhadap pengembangan tanaman buah-buahan sangat besar sehingga setiap kesempatan dan setiap iven Pemerintah Propinsi Sumatera Barat selalu mengalokasikan anggaran untuk pengadaan bibit buah-buahan, baik yang bersifat lokal maupun kedaerahan.
Pada tahun 2012, disaat iven Saka Taruna Bumi di Kota Padang. Pemerintah Sumatera Barat menyediakan bibit Jambu Kristal sebanyak 2.000 batang dan bibit sarikaya sebanyak 2.000 batang yang dibagi-bagikan kepada masyarakat di Kota Padang.
3.2.7.3. Bantuan Bibit Buah-buahan Dalam Iven Hari Pangan Sedunia
Komoditas yang sama (jambu Kristal dan Srikaya) juga dibagikan kepada masyarakat Sumatera Barat yang berkunjung ke kegiatan Hari Pangan Sedunia (HPS), masing-masing sebanyak 2.500 batang. Semua bibit ini dibagikan secara gratis dengan harapan masyarakat penerima akan memeliharanya dengan baik sehingga bisa memberikan hasil untuk mereka sendiri.
3.2.7.4 Bantuan Bibit Buah-buahan untuk Masyarakat Sumatera Barat melalui pembagian bibit buah-buahan (di GOR Haji Agus Salim, Padang Panjang, PKK Kota Padang, dll
Bibit buah-buahan banyak diminati oleh masyarakat,
untuk itu Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prov Sumatera Barat pada tahun 2014 ini juga memfasilitasi masyarakat Kota Padang, Kota Padang Panjang dan PKK Kota Padang berupa bibit sirsak, Jambu biji dan sukun dengan
Gambar 29. Jambu Citra
Gambar 30. Nangka Mini Gambar 32. Jambu Biji
(49)
jumlah sebanyak 1.000 batang dan saat ini baru ditanam.
Kesimpulan secara menyeluruh dapat dikemukakan bahwa dari tahun 2006-2014, jumlah bibit tanaman buah-buahan yang telah dibagikan sebanyak 1.879.320 batang. Berdasarkan laporan dari lapang saat ini tanaman hidup dan berkembang baik sebanyak 1.062.418 batang, sebagian kecil sisanya mati, Dari sekian banyak tanaman yang hidup, 73.326 batang diantaranya sudah menghasilkan. Dari angka ini bisa diperkirakan besarnya rupiah yang telah dan akan dihasilkan. Pada bab berikutnya sebagai gambaran umum dikemukakan kontribusi dari sebagian tanaman buah-buahan di berbagai tempat di Sumatera Barat. Yang pasti kedepan, kontribusi tanaman hortikultura ini, akan semakin nyata dan sangat besar perannya dalam gerakan dan pertumbuhan agribisnis dan perekonomian masyarakat. Besar harapan,
buah-buahan akan memberikan peran yang signiikan dalam mewujudkan
kesejahteraan petani Sumatera Barat.
Dampak nyata pengembangan buah-buahan tidak hanya sebatas pada perkembangan agribisnis dan peningkatan pendapatan daerah saja, tetapi juga berdampak pada pelestarian lingkungan, pengkayaan ragam tanaman dan sumber pendapatan, keindahan wilayah, pertumbuhan industri dan perangsang aktivitas pembangunan daerah, utamanya dalam pengembangan infrastruktur.
Disamping pengadaan dan pendistribusian bibit buah-buahan, sebagai pendukung gerakan tersebut juga telah dialokasikan anggaran untuk pembinaan kelembagaan yang dilakukan secara rutin dan berkelanjutan setiap tahun. Kadang-kadang kegiatan ini disejalankan dengan kegiatan peningkatan kualitas sumberdaya manusia, melalui pelatihan, pengawasan dan bimbingan berkelanjutan. Jambu Kristal yang sudah mulai berbuah dari bibit yang disebarkan di kota Padang
(50)
(51)
(52)
IV. KERAGAAN USAHA DAN PERKEMBANGAN TANAMAN BUAH-BUAHAN DI SUMATERA BARAT
4.1 Keragaan Usaha
Sampai saat ini, Sumatera Barat masih mengandalkan sektor pertanian sebagai sumber utama pendapatan mayoritas masyarakatnya. Disamping tanaman perkebunan, kontribusi tanaman pangan dan hortikultura cukup dominan dalam mengisi perolehan pendapatan daerah. mulai dari tanaman padi, jagung, berbagai sayuran dan buah-buahan serta sebagian tanaman hias.
Tanaman buah-buahan yang sangat menonjol perkembangannya dewasa ini diantaranya adalah jeruk, manggis, pisang, sirsak, dan durian. Selain itu peran buah-buahan yang lain seperti jambu biji, Jambu Jamaica, Jambu Air Citra, Sukun, Stroberry, Salak, Sawo, markisah, pepaya, buah naga juga sudah mulai meningkat. Ditunjang oleh mangga dan duku dari daerah lain, buah-buahan ini sudah mulai memperlihatkan kemampuan dan kapasitasnya sebagai pesaing dari buah-buahan luar negeri yang membanjiri pasar-pasar tradisional dan pasar swalayan di berbagai daerah Sumatera Barat.
Secara umum, disadari bahwa belum banyak komoditas buah-buahan yang menjadi pilihan sebagai sumber pendapatan yang utama bagi masyarakat. Komoditas ini kebanyakan masih berfungsi sebagai usaha sampingan atau komoditas tambahan bagi petani atau rumah tangga. Tanaman buah-buahan lebih banyak diusahakan dalam sebuah kebun campuran. Dimana didalamnya secara intensif diusahakan tananam lain sebagai sumber utama pendapatan. Kebanyakan petani lebih mengutamakan komoditas pangan dan atau sayuran tertentu sebagai sumber utama pendapatan keluarga. Kenyataan ini merupakan sesuatu yang lumrah, karena kebutuhan akan bahan pangan dan sayuran jauh lebih tinggi dan konsisten, bahkan cenderung meningkat dibanding dengan peningkatan permintaan akan buah-buahan. Tetapi perkembangan jumlah manusia yang seiring dengan peningkatan
(53)
pengetahuan akan kesehatan serta membaiknya perekonomian, secara perlahan juga berpengaruh kepada permintaan akan buah-buahan sebagai bahan pangan tambahan penyeimbang dalam tubuh. Sehingga potensi komoditas buah-buahan sebagai sumber utama pendapatan mulai jadi perhatian dan pilihan.
Tidak hanya sebagai pengaruh dari pertumbuhan jumlah penduduk, tetapi program pengembangan buah-buahan yang intens dilakukan telah merubah persepsi petani terhadap tanaman buah-buahan. Tanaman yang tadinya hanya sebagai tanaman pekarangan atau tanaman yang tumbuh liar dan sering tidak diperhatikan, sekarang sudah mulai dipelihara dan diusahakan secara baik oleh beberapa petani. Tanaman ini ternyata mampu memberi kontribusi yang nyata pada perolehan pendapatan keluarga petani.
Banyak petani sudah mulai merintis dan mengembangkan tanaman buah-buahan secara serius dengan investasi yang cukup besar serta penerapan teknologi sesuai dengan tuntutan tanaman. Usaha yang dilakukan sudah bergerak kearah usaha komersial, tidak lagi hanya sekedar menanam dan menunggu untuk mengambil hasilnya. Bahkan ada sebagian petani sudah mengusahakan kebun buah-buahan dalam skala yang cukup luas, jauh lebih luas dibanding usahatani padi, jagung, ubi ataupun sayuran sebagai sumber utama pendapatan.
(54)
Beberapa usaha buah-buahan yang saat ini mulai berkembang diantaranya;
1. Pertanaman Sirsak yang dilaksanakan pada tahun 2009 di pekarangan oleh masyarakat Nagari Batu Balang Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh Kota yang awalnya menerima bantuan bibit sirsak sebanyak 2.500 batang, saat ini sirsak tersebut telah berproduksi, sehingga masyakat nagari batu batang saat ini disamping sirsak dikonsumsi sendiri, juga sudah menjual buah sirsak, untuk peningkatan pendapatan keluarga
2. Beberapa kebun stroberry yang telah berkembang di Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar, yang awalnya dilaksanakan tahun 2012 dilaksanakan Demplot Stroberry sebanyak 3.000 batang di samping Pasar Sayur segar di Nagari Aie Angek Kecamatan X Koto, melihat keberhasilan demplot stroberry tersebut banyak petani sekitar ikut membudidayakan stroberrry dimaksud karena harga jual yang menjanjikan (1 kg Rp. 60.000,-).
3.Beberapa kebun durian yang dikembangkan oleh pengusaha dan petani di Kabupaten Dharmasraya dan di Kabupaten Sijunjung. Luas usaha berkisar antara 2 – 10 ha. Bahkan satu petani ada yang sudah mengembangkan kebun durian mendekati 20 ha, sebagian sudah mulai berbuah. Begitu juga halnya di Sijunjung, beberapa kebun durian dan manggis (1-5 ha), kebun jambu biji di Padang Pariaman dan Padang (3-8 ha), dan yang banyak berkembang saat ini adalah kebun jeruk yang tersebar diberbagai kabupaten dan kota seperti Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Pasaman Barat, Kota Padang, Kota Pariaman dan daerah lainnya. Luasan usahatani jeruk berkisar antara 0,25 – 5 ha per petani, melihat keberhasilan pertanaman durian tersebut maka pada tahun 2012 banyak kelompok tani ingin mengembangkan durian, untuk itu pada tahun 2012 telah dibantu bibit durian untuk masyarakat Kabupaten Dharmasraya sebanyak 8.000 batang. Kabupaten Sijunjung (9.000 batang) dan Kota Sawahlunto sebanyak 8.000 batang.
4. Beberapa kebun jambu biji di Kabupaten Padang Pariaman yang bermula dari kebun H. Zahari Zakaria mengembangkan usaha budidaya jambu biji. Usaha tersebut ternyata mampu menghasilkan pendapatan cukup tinggi buat petani. Kalau usaha pertanian ini dilakukan dengan sungguh-sungguh petani bisa sejahtera. Ini dibuktikan dengan usaha
(55)
budidaya jambu biji pak haji ini, dia dapat menghasilkan Rp 10 juta per minggu, jambu biji milik H. Zahari Zakaria, ARIZA FARM di Korong Limpato, Nagari Sungai Sariak, Kabupaten Padang Pariaman tidak hanya menghasilkan pendapatan, usaha tersebut juga mampu membuka lapangan kerja untuk warga sekitar. ‘Hebatnya pak haji juga telah mempekerjakan 15 orang perhari dengan gaji
Rp 50 ribu perhari ini membuktikan bahwa usaha pertanian bisa mensejahterakan petani.
5.Usaha kebun buah-buahan lainnya yang sudah berkembang adalah usaha buah naga di Padang dan Padang Pariaman, kebun salak di Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Kota Bukittinggi dan Padang Panjang. Tidak kalah pentingnya, tanaman sirsak, sukun dan belimbing juga sudah diusahakan petani secara luas sebagai sumber perolehan pendapatan. Sementara buah-buahan lainnya seperti durian, rambutan, alpukat, sawo,nangka, mangga dan pepaya sudah lebih dulu dikembangkan, hampir disemua daerah.
Kondisi ini merupakan suatu kemajuan bagi sektor pertanian daerah, khususnya subsektor hortikultura. Potensinya untuk mengisi perolehan pendapatan masyarakat cukup tinggi, begitu juga perannya dalam mengisi pendapatan daerah. berdasarkan data statistik, di Sumatera Barat saat ini berkembang lebih kurang 20 komoditas buah-buahan dengan sebaran yang berbeda pada setiap daerah, tergantung dukungan sumberdaya alam dan preferensi petaninya (Tabel 4.1).
4.2 Perkembangan Populasi dan Produksi
Bercermin kepada kondisi lapang, nampak jelas pesatnya kemajuan usaha tanaman buah-buahan tingkat petani. Hampir semua lahan yang tersedia dan atau lahan terlantar telah diusahakan dengan menanam tanaman buah-buahan. Tidak hanya lahan pekarangan, lahan tegalan dan kebun campuran yang diintensifkan sebagai lahan kebun buah-buahan, tetapi juga lahan terlantar seperti lahan pinggiran jalan dan bantaran
(56)
kali juga dimanfaatkan. Tanaman yang banyak diusahakan pada lahan pinggiran dan pekarangan adalah sirsak, jambu biji, mangga, belimbing dan lainnya. Perkembangan ini semakin menjelaskan bahwa tanaman buah-buahan telah mulai menjadi pilihan bagi masyarakat. Pilihan untuk mendapatkan hasil buahnya dan juga pilihan untuk mendapatkan nilai jual buahnya sebagai salah satu sumber pendapatan baru. Data statistik pada Tabel 4.1, memperlihatkan dan menjelaskan perkembangan tanaman buah-buahan sejak tahun 2007.
Tabel 4.1. Sebaran jenis dan kuantitas buah-buahan di Sumatera Barat 2007,
No Komoditas 2007 2010 2013
Tanam baru (btg, rpn) Jumlah akhir tahun (btg, rpn) produksi (ton) Tanam baru(btg, rpn) Jumlah akhir tahun (btg, rpn) produksi (ton) Tanam baru (btg, rpn) Jumlah akhir tahun (btg, rpn) produk-si (ton)
1 Alpukat 17.370 536.559 21.024 49.423 565.431 29.456 12.049 581.445 40.968 2 Belimbing 849 17.725 283 953 15.854 505 1.151 15.650 574 3 Duku/L.sat 5.165 194.673 9.619 15.546 208.667 441 1.363 202.831 4.383 4 Durian 42.085 1.157.297 36.802 37.428 1.215.883 22.112 28.330 1.395.356 54.958 5 Jambu biji 2.687 62.689 712 3.578 59.314 1.473 11.768 98.228 2.505 6 Jambu air 1.968 120.021 1.926 1.643 76.261 3.013 20.176 100.290 2.067 7 Jeruk 130.147 1.554.458 20.449 56.824 1.564.842 31.615 134.009 1.674.140 37.726 8 Jeruk besar 318 7.433 47 202 7.144 124 132 7.029 213 9 Mangga 11.505 247.990 4.208 12.266 264.683 7.309 4.722 273.500 7.740 10 Manggis 39.286 566.246 18.364 10.276 617.309 4.092 50.034 768.549 11.952 11 Nangka/C 4824 151.780 4.999 6.105 166.974 7.145 6.129 172.421 7.621 12 Nanas 13.223 151.780 660 17.494 224.048 507 3.331 122.895 308 13 Papaya 49.002 251.329 5.944 35.406 309.806 8.985 90.727 640.085 15.569 14 Pisang 426.867 3.906.461 62.129 361.806 3.961.345 100.524 113.911 3.633.520 126.335 15 Rambutan 12.882 897.690 25.380 5.412 826.145 8.662 2.927 723.720 18.255 16 Salak 13.401 360.943 2.594 2.808 304.118 2.993 1.720 250.526 2.166 17 Sawo 4597 137.395 13.062 3.054 140.355 11.762 1.508 140.237 9.910 18 Markisah 16.626 1.526.471 91.066 3.972 1.387.020 114.930 2.749 1.248.449 103.520 19 Sirsak 1007 14.561 180 18.329 38.303 304 30.053 138.388 767 20 Sukun 511 14.345 97 552 14.696 287 18.552 43.214 448 Sum Bar 1.254.301 12.355.490 244.341 682.965 11.948.288 357.239 814.196 13.231.978 468.061
Sumber : Diolah dari Statistik Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Barat Tahun 2007, 2010 dan 2012
(57)
Secara menyeluruh untuk wilayah Sumatera Barat, jumlah populasi dan produksi komoditas-komoditas buah-buahan tersebut kelihatan menurun sejak tahun 2008 sampai tahun 2012 (Tabel 4.1.). Berat dugaan bahwa penurunan ini terjadi karena banyaknya tanaman yang mati karena umur yang sudah sangat tua. Mayoritas tanaman buah-buahan yang berkembang sebelumnya merupakan tanaman peninggalan orang tua. Kebanyakan dari tanaman tersebut sudah berumur tua dan tidak produktif lagi. Kenyataan ini menunjukan bahwa langkah peremajaan yang dilakukan sangat lambat dan sangat sedikit sehingga tidak bisa mengimbangi angka kematian tanaman tua dan kerusakan sebagai akibat dari serangan hama dan atau penyakit serta penebangan dan alih fungsi lahan.
Kondisi diatas menyatakan bahwa sebelumnya telah terjadi kelalaian dalam kegiatan peremajaan. Kelengahan ini menyebabkan terjadinya penurunan populasi dan produksi yang cukup memprihatinkan secara berkelanjutan. Tetapi kondisi dan kelemahan tersebut, telah diantisipasi jauh sebelumnya dengan menetapkan kebijakan dan alokasi anggaran untuk lebih mengintensifkan program dan kegiatan pengembangan tanaman buah-buahan. Dengan kegiatan tersebut diharapkan akan
diperoleh hasil yang signiikan, yang akan dibuktikan tidak hanya
oleh perkembangan populasi dan produksi saja tetapi juga akan dicirikan oleh perkembangan agribisnis dan pertumbuhan ekonomi masyarakat yang lebih cepat serta berbagai dampak lainnya yang dinamis.
Komoditas Unggulan
Data statistik pada Tabel 4.1 diatas, menjelaskan bahwa ada beberapa komoditas yang sudah berkembang dengan jumlah yang menonjol dan produksi yang cukup tinggi. Komoditas-komoditas yang telah berkembang dan mampu memberikan kontribusi yang nyata terhadap pendapatan dan perkembangan agribisnis daerah tersebut dapat digolongkan sebagai komoditas unggulan. Sementara komoditas lapis keduanya dengan populasi dan perkembangan yang lebih rendah, dikategorikan kedalam komoditas andalan. Dan
(58)
komoditas lapis ketiga yang perkembangannya dibawah komoditas andalan serta komoditas-komoditas baru yang diintroduksikan dimasukan kedalam kategori komoditas harapan.
Data tahun 2017 – 2012 diatas, menyimpulkan bahwa ada enam komoditas yang bisa dikategorikan sebagai komoditas unggulan, yaitu pisang, jeruk, markisah, durian, rambutan dan manggis. Komoditas lapis kedua atau bisa juga kita kategorikan sebagai komoditas andalan adalah alpukat, pepaya, mangga, salak, duku/ langsat, nangka dan sawo Komoditas lainnya yang termasuk kategori komoditas harapan yang suatu saat nanti akan meningkat statusnya menjadi komoditas andalan ataupun unggulan, adalah jambu air, belimbing, nenas, jambu biji, sirsak, sukun dan jeruk besar. Berikut diuraikan keragaan dan perkembangan beberapa komoditas yang sedang berkembang di Sumatera Barat dewasa ini.
Pisang. Pada tahun 2012, jumlah populasi tanaman pisang
mencapai 3.764.801 batang dan produksi sekitar 137.347 ton. Artinya, komoditas ini telah banyak dipelihara dan dikembangkan oleh masyarakat Sumatera Barat. Lahan usaha tersebar pada lahan kering berupa pekarangan, lahan tegalan, ladang dan pinggiran lahan perkebunan serta lahan-lahan kosong pinggir jalan atau pinggiran sawah. Produk yang dihasilkan lebih banyak digunakan sebagai buah segar untuk konsumsi. Disamping itu, masyarakat juga sudah mulai mengolah buah pisang untuk menghasilkan makanan dalam bentuk lain seperti pisang goreng, pisang rebus (khusus pisang
jantan mempunyai rasa spesiik dan sudah diusahakan sejak lama)
dan kue-kue lainnya dengan bahan utamanya pisang.
Saat ini, secara umum komoditas pisang telah mampu memberikan kontribusi yang besar dalam mengisi perolehan pendapatan masyarakat. Kontribusi ini akan semakin meningkat sejalan dengan semakin tergalinya berbagai potensi yang ada pada komoditas ini dengan meningkatkan nilai tambahnya. Nilai pisang tidak hanya dari buah segar tetapi lebih potensial sebagai bahan baku industri berbagai produk. Baik produk kosmetik, obat-obatan
(59)
dalam industri pangan.
Daerah sentra produksi pisang saat ini berada di Kabupaten Padang Pariaman (2012 ; populasi 642.015, produksi 14.644 ton) diikuti oleh Kabupaten Pasaman Barat (2012 ; populasi 474.368, produksi 21.031), Kabupaten Lima Puluh Kota (2012 ; populasi 466.978, produksi 13.513 ton), Pesisir Selatan (2012 ; populasi 432.537, produksi 16.217 ton), Agam (2012 ; populasi 391.579, produksi 24.679), Tanah Datar (2012 ; populasi 312.842, produksi 9.363 ton), Kabupaten Solok, Pesisir Selatan dan Kota Pariaman (2012 ; populasi 156.589, produksi 4.725 ton). Dalam perkembangannya, hampir semua daerah mengalami penurunan populasi dan produksi. Hal ini terjadi karena wabah penyakit yang menyebabkan penurunan minat petani untuk memelihara tanaman pisang.
Usahatani pisang yang lebih maju dan berkembang telah dilakukan oleh petani di Kota pariaman, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Tanah Datar. Para petani sudah mememelihara tanaman pisang dalam sebuah kebun yang tertata dengan baik, ada juga yang mengusahakan pisang diantara tanaman kelapa seperti di Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman, pisang sebagai tanaman pelindung atau integrasi dengan kakao, pisang integrasi dengan tanaman pangan dan sebagian juga sudah ada yang mengembangkan kebun pisang monokultur seperti di Tanah Datar dan Agam.
Gambar 34. Penampilan kebun pisang di Padang Pariaman dan Tanah Datar
(60)
Bila satu KK tani memiliki tanaman pisang lebih dari 20 rumpun, mereka bisa menikmati hasil sebesar Rp 150.000 sampai Rp 300.000 setiap bulannya. Hasil ini bisa lebih tinggi bila tanaman dipelihara dengan baik menggunakan teknik budidaya sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Begitu juga halnya dengan upaya pengembangan jenis dan volume usaha pisang. Industri yang berkembang sekarang (terutama di Tanah Datar, Pariaman dan Bukittinggi) masih dalam skala industri rumah tangga. Belum nampak perkembangan kearah industri kecil atau menengah, walaupun permintaan pasar akan produk olahan pisang cukup bagus. Kelemahan utama adalah karena kurang kuatnya penguasaan modal, sementara untuk memperoleh bantuan dari pihak bank dan pemodal membutuhkan waktu yang cukup lama dan persyaratan administratif yang ketat. Memang banyak bantuan dari mitra atau perusahaan-perusahaan, tetapi besarannya terbatas pada industri rumah tangga. Faktor ini menjadi hal utama terkendalanya pertumbuhan industri yang lebih luas dan bisa mendapatkan nilai tambah yang tinggi serta membuka peluang kerja untuk generasi muda pedesaan. Perhatian aparat pemerintah belum bisa terkonsentrasi pada pembinaan ini, karena banyaknya kegiatan lain yang harus dilakukan dalam waktu bersamaan.
Melihat perkembangan data statistik (Tabel 4.1), populasi pada tahun 2012 (3.764.801 btg) jauh menurun dibanding populasi tahun 2007 dan 2010 (3.906.461 btag dan 3.961.345 btg). Tetapi produksi tonasenya meningkat cukup tajam. Kenyataan ini menunjukan bahwa telah terjadi perbaikan teknik budidaya yang
signiikan dimana terjadi peningkatan produktivitas yang cukup
tinggi. Penurunan populasi terjadi karena maraknya serangan hama dan penyakit pada jenis-jenis pisang tertentu. Contohnya adalah serangan fusarium pada pisang kepok yang sangat sulit diatasi, sehingga saat ini pisang kepok mulai langka di pasaran. Disamping itu harganya meningkat tajam karena permintaan masih tinggi. Pisang lain yang mengalami penurunan populasi adalah
(61)
pisang raja, walaupun tidak ada data statistik yang mendukung tetapi gejala dan perkembangan pasar memperkuat pernyataan tersebut. Sama halnya dengan kondisi pisang kepok, pisang raja mulai sulit diperoleh di pasaran. Permintaan cukup tinggi walaupun harga jualnya meningkat.
Melihat potensinya, usahatani tanaman pisang dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya permintaan yang berhubungan dengan perkembangan industri rumah tangga. Sejalan dengan itu usahatani yang dilakukan oleh para petani juga semakin baik. Para petani pisang sudah mulai memberi pupuk tanaman pisang, yang selama ini tidak pernah dilakukan. Perbaikan yang menonjol juga adalah mulainya petani memangkas atau mengurangi anak pisang dengan harapan untuk mendapatkan hasil yang lebih besar. Pola dan perkembangan penerapan teknologi ini merupakan salah satu kunci sukses terjadinya peningkatan produktivitas. Perkembangan ini juga sudah mengarah kepada usaha yang profesional, yaitu mengharapkan usahatani pisang sebagai sumber pendapatan utama. Kenyataan ini merupakan hasil yang positif dari upaya pengembangan dan pembinaan yang dilakukan selama ini.
Salah satu faktor yang dominan sebagai faktor penghela dari perkembangan diatas adalah peningkatan permintaan yang kontinyu dan cenderung meningkat, yang diiringi dengan harga jual yang semakin baik. Peningkatan permintaan tidak hanya disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan daerah lain (seperti Lampung), tetapi juga disebabkan oleh berkembangnya industri pengolahan pangan berbahan baku pisang di berbagai daerah di Sumatera Barat.
Industri pengolahan pangan ini membutuhkan bahan baku yang cenderung meningkat setiap tahunnya seiring dengan peningkatan aktivitas jual beli produk industri tersebut seperti kripik pisang, kue kering dan lainnya.
Pemasaran produk pisang saat ini belum berjalan baik. Tetapi dengan pembinaan yang berkelanjutan didukung dengan fasilitasi kerjasama dan pemberdayaan kelembagaan, aspek ini akan dapat ditangani dengan baik, terutama kelembagaan kolaborasi antara
(62)
petani, pedagang dan pengusaha. Dengan demikian semua potensi yang ada bisa digali untuk pencapaian kondisi yang kondusif untuk pengembangan komoditas unggulan. Kegiatan ini akan meningkatkan pendapatan masyarakat secara langsung dan secara perlahan dampaknya juga akan berkembang pada usaha agribisnis dan perekonomian daerah. Keberadaan kelembagaan kolaborasi akan mampu mengeleminir gejolak harga. Jaminan pendapatan akan meningkatkan motivasi usaha, yang akan berdampak pada penerapan teknologi. Kalau hal ini terwujud maka peningkatan produksi akan berjalan secara berkelanjutan dan pertumbuhan ekonomi daerah akan berjalan lebih dinamis. Disamping itu, adanya kelompok kolaborasi akan lebih meningkatkan jangkauan pasar, tidak hanya sebatas pasar lokal saja tetapi berkembang sampai pada pasar internasional (ekspor) sesuai dengan permintaan konsumen. Dalam hal ini juga diharapkan dukungan pemerintah pusat dalam pengadaan dan pemeliharaan peralatan komunikasi dan informasi, agar proses dan perkembangan harga dan permintaan pasar dapat dipantau.
Perkembangan pisang di Sumatera Barat lebih baik dibanding komoditas-komoditas lainnya. Walaupun pernah mengalami penurunan populasi dan produksi yang sangat tajam, komoditas ini mampu bertahan dan tetap menjadi komoditas unggulan daerah. Kondisi ini sudah berlaku sejak lama dan sampai saat ini belum ada komoditas lain yang menyamai rekor komoditas pisang. Kecenderungan peningkatan yang baik hanya pada perkembangan komoditas manggis, tetapi angkanya masih jauh dibawah pisang. Sementara perkembangan komoditas lainnya
kebanyakan berluktuasi, kadang meningkat kadang menurun.
Berdasarkan peninjauan lapang, diperkirakan komoditas yang akan bergerak naik masa datang untuk menyamai atau bahkan mengungguli komoditas pisang adalah jeruk. Saat ini minat dan motivasi masyarakat di beberapa daerah sentra jeruk dan daerah pengembangan, mulai meningkat sehubungan dengan semakin baiknya harga dan pemasaran jeruk. Perkembangan teknologi pemeliharaan jeruk juga berperan aktif dalam memicu dan menarik
(63)
minat masyarakat untuk mengusahakan tanaman jeruk. Satu hal lagi yang mendorong percepatan perkembangan jeruk nanti adalah daya adaptasinya yang cukup tinggi, mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi tanaman jeruk tumbuh baik dan berkembang di Sumatera Barat.
Jeruk. Sejak tahun 2007 hasil tanaman jeruk di Sumatera
Barat mulai memperlihatkan kecenderungan yang meningkat. Tahun 2007 produksi baru mencapai angka 20.448 ton dengan jumlah tanaman lebih dari 1.500.000 batang. Angka produksi ini kemudian naik menjadi 24.555 ton pada tahun 2008 dan bergerak lagi menjadi 24.780 pada tahun 2009. Angka ini terus merambat naik, mencapai 25.253 ton pada tahun 2010 dan sudah mencapai 41.837 pada tahun 2012. Diyakini peningkatan produksi akan terus terjadi seiring dengan semakin banyaknya populasi yang telah menghasilkan. Disamping itu, daerah baru sebagai penghasil jeruk seperti Kototinggi, Baso dan Pekonina Solok Selatan mulai melihatkan potensinya. Kedua daerah ini merupakan sentra produksi baru yang sangat prospektif dan diharapkan akan terus berkembang sejalan dengan semakin meningkatnya kemauan petani dan masyarakat untuk berusahatani jeruk. Daerah lain yang bakal menjadi sentra produksi baru adalah Kabupaten Agam dan Pesisir Selatan. Saat ini kebanyakan tanaman jeruk mendekati masa produksi.
Angka produksi tersebut diatas sebenarnya masih dibawah angka produksi tahun-tahun sebelumnya. Dimana pada tahun 2006 Sumatera Barat telah mencapai angka produksi sebesar 37.722 ton, menurun drastis pada tahun 2007 menjadi 20.488 ton. Penurunan yang drastis ini disebabkan oleh serangan hama penyakit, rendahnya penerapan teknologi terutama pemupukan dan penyiangan tanaman serta juga dipengaruhi oleh perkembangan komoditas pesaing lainnya, baik dalam usaha monokultur maupun pada lahan campuran.
Produktivitas yang dicapai sangat beragam, tergantung pada pola usaha yang dilakukan serta penguasaan teknologi dan kekuatan modal yang dikuasai. Secara umum, rata-rata produktivitas
(1)
Tabel 5.1.Analisis usahatani jeruk sampai umur 5 tahun petani Kelompok Amanah, Kototinggi, Baso, Kabupaten Agam (2008-2013)
Ta hun ke Item Volume Jumlah
Biaya (Rp)
Nilai Hasil Rp) Satuan Nilai satuan
(Rp/sat)
I Bibit 120 btg 10.000 1.200.000
Tanam 120 btg 2.500 250.000
Pupuk kandang 500 kg 1.000 500.000
Pupuk NPK 10 kg 8.000 80.000
Pestisida 60 paket 2.500 150.000
Sub jumlah 2.180.000
Hasil 0 0
Pendapatan - 2.180.000
Keuntungan - 2.180.000
II Pupuk kandang 1.000 kg 1.000 1.000.000 Pupuk NPK 1.000 kg 8.000 8.000.000
Pestisida 60 paket 4.000 240.000
Sub jumlah 9.240.000
Hasil 0
Pendapatan -9.240.000
Keuntungan -11.420.000
III Pupuk kandang 1.500 kg 1.000 1.500.000 Pupuk NPK 1.500 kg 8.000 12.000.000
Pestisida 60 paket 8.000 480.000
Sub jumlah 13.980.000
Hasil 500 kg 10.000 5.000.000
Pendapatan -8.980.000
(2)
Melihat kenyataan berdasarkan pengalaman petani diatas, jelas bahwa usahatani jeruk merupakan usaha yang padat modal, padat teknologi dan padat perhatian serta komitmen petani. Usaha ini tidak bisa dilakukan setengah-setengah atau hanya dianggap sebagai usaha sampingan tanpa memberikan perhatian yang intensif. Bila demikian secara perlahan dan pasti akan kelihatan pada pertumbuhan tanaman dan hasil yang diperoleh. Teknis atau teknologi pemeliharaan dan pengelolaan kebun harus menjadi perhatian yang utama. Dengan meyakini dampak ekonomi yang akan diterima, petani akan sangat konsisten untuk menggapainya dengan penerapan dan pemanfaatan teknologi. Teknologi akan diterapkan secara baik dan tetap serta berkelanjutan.
Pendapatan -6.400.000
Keuntungan -26.800.000
V Pupuk kandang 1.500 kg 1.000 1.500.000 Pupuk NPK 2.500 kg 8.000 20.000.000 Pestisida 60 paket 20.000 1.200.000
Sub jumlah 22.700.000
Hasil 4.000 kg 10.000 40.000.000
Pendapatan 17.300.000
(3)
5.3. Dampak Sosial
Kenyataan dan gambaran ini menjelaskan bahwa, untuk pengembangan tanaman jeruk kedepan harus dilakukan secara selektif dan hati-hati. Usahatani ini tidak bisa diserahkan kepada petani yang kekurangan modal serta petani yang kurang motivasi dalam berusaha. Bisa juga dijadikan wacana untuk daerah kawasan pengembangan nantinya akan diberikan suntikan modal melalui kerjasama dengan bank tertentu, tetapi diikuti dengan perjanjian tertulis dan pendampingan aparat (konsultan) secara berkelanjutan. Untuk mempertahankan serta meningkatkan potensi komoditas unggulan tersebut, telah dibuat rencana pengembangan yang terarah dan detil agar usahatani jeruk bisa memicu pertumbuhan ekonomi melalui gerak maju agribisnis yang berbasis kawasan pengembangan.
Tidak hanya jeruk, buah-buahan lainpun bila dikelola dengan serius dan berkelanjutan akan memberikan pendapatan dan keuntungan yang besar kepada petani. Di Padang Pariaman, petani jambu biji mampu menggaji karyawan tetap sebanyak 18 orang dengan luas kebun sekitar enam ha. Petani buah ini telah membuktikan bahwa bila dikelola dengan baik dan serius, tanaman buah-buahan bisa dijadikan sumber utama pendapatan, bahkan bisa sebagai sebuah perusahaan dengan keuntungan yang sangat besar.
Seorang petani sirsak di Payakumbuh, dengan memelihara lebih urang 600 batang pohon sirsak bisa memperoleh pendapatan mingguan tidak kurang dari Rp 1.200.000,-. Begitu juga halnya dengan petani markisah, pepaya dan salak di berbagai daerah. para petani ini sudah mulai serius mengusahakan tanaman buah-buahan
(4)
menggunakan hasil panennya untuk membayar ongkos naik haji, untuk membiayai perkawinan anak dan juga untuk membangun rumah dan lain sebagainya.
Semakin jelas kelihatan bahwa bila potensi tanaman buah-buahan bisa digali terus dan dimanfaatkan secara maksimal dengan penerapan sistem yang tepat besar harapan komoditas-komoditas ini akan menjadi primadona perekonomian daerah Sumatera Barat. Kuncinya terletak pada pengambil kebijakan, program dan pendampingan yang dilakukan.
Secara nyata usahatani buah-buahan dan keuntungan yang akan diterimanya juga memberikan dampak kepada penguasaan teknologi, pemahaman usaha dan komitmen petani dalam menjalankan usaha. Dengan kata lain bisa disebutkan bahwa potensi buah-buahan dan perkembangannya secara nyata memberikan dampak kepada peningkatan kualitas sumberdaya manusia petani.
5.4. Dampak Lingkungan
Walaupun belum dikemukakan secara jelas dan tuntas, usahatani buah-buahan akan memberikan dampak posiitif terhadap kondisi alam dan lingkungan. Dengan pemanfaatan lahan-lahan terlantar serta lahan lainnya secara intensif dan berkelanjutan dengan tanaman buah-buahan diyakini bahwa bahaya erosi akan teratasi, begitu dengan degradasi kualitas lahan secara perlahan akan tertanggulangi. Untuk itu, mungkin diperlu upaya pengawasan agar tidak terlanjur salah dalam pengelolaan lahan sehingga berdampak negatif terhadap lingkungan.
(5)
VI. PENUTUP
Pengembangan Tanaman Buah - Buahan di Sumatera Barat cukup berhasil yang ditandai dengan meningkatnya populasi dan keragaman Tanaman Buah di Provinsi Sumatera Barat dan telah memberikan dampak yang sangat berarti bagi masyarakat Sumatera Barat.
Gambaran keberhasilan pengembangan buah-buahan di Sumatera Barat, bukan merupakan suatu kenyataan yang diperoleh secara mudah. Usaha yang dilakukan sangat banyak lika-likunya, banyak tantangan yang dihadapi serta banyak kendala yang harus diatasi. Dan yang paling pasti adalah butuh komitmen yang tinggi dan perjuangan yang tidak kenal lelah. Bahkan dengan metoda yang sedikit keras masih belum diperoleh hasil yang maksimal.
Komitmen merupakan kunci utama yang harus ditanamkan dan dilaksanakan. Sehingga dengan dasar komitmen yang tinggi maka seberat apapun perjuangan yang harus dilakukan terasa menjadi lebih ringan. Perjuangan yang dilakukan juga tidak hanya sepihak, tetapi harus memenuhi semua lingkaran upaya terkait untuk memenuhi target yang akan dicapai. Perjuangan utama adalah bagaimana mendapatkan anggaran yang mencukupi untuk menjalankan semua rencana yang telah disusun, kemudian diikuti oleh perjuangan untuk mengawasi dan meningkatkan kemapuan aparat terkait untuk menjalan program yang telah direncanakan. Tanpa perjuangan dan perhatian, semua keberhasilan walaupun belum maksimal tidak akan tercapai.
Perjuangan keatas untuk mendapatkan anggaran harus pandai-pandai, bukan hanya harus pintar dalam meyakinkan atasan. Kemampuan dalam meyakinkan dan pendekatan yang
(6)
unggulan, yaitu jeruk, manggis dan pisang. Untuk itu telah disusun rencana besar dalam bentuk pengembangan kawasan dilengkapi dengan “Road Map” yang jelas dan terinci untuk ketiga komoditas tersebut. Penetapan kawasan pengembangan dan komoditas unggulan bukan berarti bahwa komoditas lainnya tidak diperhatikan dan dikembangkan. Kawasan ini memberikan makna bahwa untuk pengembangan ketiga komoditas unggulan daerah tersebut diberlakukan sistem kawasan agar program yang dilaksanakan lebih fokus, terinci dan efektif.
Rencana pengembangan komoditas-komoditas lainnya (tergolong komoditas unggulan lainnya, komoditas andalan dan komoditas harapan) tetap dilakukan sebagaimana biasa, sesuai dengan dukungan dan potensi wilayah masing-masing komoditas. Keputusan dan kebijakan tersebut merupakan langkah tindak lanjut dari program-program yang telah dilakukan sebelumnya, dengan tujuan untuk lebih mempercepat terjadinya peningkat peran dan kontribusi buah-buahan dalam perekonomian daerah.
Kedepan semua ini harus lebih ditingkatkan agar buah-buahan Sumatera Barat bisa menjadi tuan dirumah sendiri, mampu memberikan kontribusi yang jauh lebih besar bagi perolehan pendapatan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional, serta berkembang secara berkelanjutan dengan kecenderungan peningkatan yang positif. Untuk kawasan akan diupayakan pendampingan kelembagaan secara rutin dan berkelanjutan agar proses transfer teknologi dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia petani dan petugas lapang bisa lebih eisien dan efektif.