1 A. Latar Belakang
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut STBM merupakan pendekatan dan paradigma baru pembangunan sanitasi di
Indonesia yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat dan perubahan perilaku. STBM ditetapkan sebagai kebijakan nasional berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852MENKESSKIX2008 untuk mempercepat pencapaian pembangunan milenium MDGs tujuan 7C, yaitu
mengurangi hingga setengah penduduk yang idak memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi pada tahun 2015. Diharapkan pada tahun 2025, Indonesia
bisa mencapai sanitasi total untuk seluruh masyarakat, sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional RPJPN Indonesia.
Pendekatan STBM diadopsi dari hasil uji coba Community Led Total Sanitaion CLTS yang telah sukses dilakukan di beberapa lokasi proyek air
minum dan sanitasi di Indonesia, khususnya dalam mendorong kesadaran masyarakat untuk mengubah perilaku buang air besar sembarangan BABS
menjadi buang air besar di jamban yang higiene dan layak. Perubahan perilaku BAB merupakan pintu masuk perubahan perilaku santasi secara
menyeluruh. Atas dasar pengalaman keberhasilan CLTS, pemerintah Indonesia menyempurnakan pendekatan CLTS dengan aspek sanitasi lain yang saling
berkaitan yang ditetapkan sebagai 5 pilar STBM, yaitu 1 Stop Buang Air Besar Sembarangan SBS, 2 Cuci Tangan Pakai Sabun CTPS, 3 Pengelolaan Air
Minum dan Makanan Rumah Tangga PAMM-RT, 4 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga PS-RT, dan Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga PLC-
RT. Pendekatan STBM terdiri dari iga komponen yang harus dilaksanakan secara seimbang dan komprehensif, yaitu: 1 peningkatan kebutuhan sanitasi,
2 peningkatan penyediaan sanitasi, dan 3 peningkatan lingkungan yang kondusif.
Dalam pelaksanaannya, STBM membutuhkan sumber daya manusia terampil yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Hasil studi kerjasama antara
Bappenas dan Bank Dunia 2012 menunjukkan bahwa dalam jangka pendek,
BAB I. PENDAHULUAN
dibutuhkan 12.000 tenaga sanitasi profesional, termasuk diantaranya tenaga terdidik yang baru lulus dari insitusi pendidikan dan dalam jangka
menengah diperlukan tambahan 18.000 tenaga sanitasi profesional
1
. Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian Kesehatan berupaya untuk
meningkatkan kompetensi tenaga dosen Politeknik Kesehatan Poltekes jurusan kesehatan lingkungan Kesling melalui pelaihan-pelaihan yang
terakreditasi.
Melalui jalur pendidikan, Kemenkes mengintegrasikan pendekatan STBM ke dalam insitusi pendidikan kesehatan, khususnya di jurusan
Kesehatan Kesling, Poltekes. Sehingga diharapkan para lulusan naninya akan memiliki keterampilan di bidang pemberdayaan masyarakat dengan
pendekatan perubahan perilaku dalam program-program pemerintah yang menggunakan pendekatan STBM. Untuk melaksanakan upaya
penguatan kapasitas pelaksana program STBM melalui jalur pendidikan formal di bidang kesehatan, maka perlu dilakukan pelaihan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat STBM bagi dosen-dosen jurusan Kesling di Poltekes. Diharapkan dosen yang telah dilaih naninya dapat mengintegrasikan
pendekatan STBM ke dalam mata kuliah yang telah disepakai, diantaranya mata kuliah Promosi Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat dan Dasar-
Dasar Pemecahan Masalah Kesehatan Lingkungan. Untuk menyelenggarakan pelaihan tersebut, maka perlu disusun
Kurikulum dan Modul Pelaihan STBM bagi dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekes. Kurikulum dan modul tersebut selanjutnya dapat
dipergunakan sebagai acuan dalam melakukan pelaihan STBM bagi dosen Jurusan Kesling Poltekes di seluruh Indonesia.
B. Filosofi Pelatihan
Pelaihan STBM bagi dosen jurusan kesehatan lingkungan di Poltekes ini diselenggarakan dengan menggunakan ilosoi pelaihan sebagai berikut :
1. Berorientasi kepada profesionalisme, yaitu :
a. Sesuai dengan kemampuan dan keahliannya di bidang kesehatan lingkungan.
1
PT. Qipra Galang Kualita, Sanitaion Personnel: Capacity Development Strategy, Final
Report of the Sanitaion Training and Capacity Study, Jakarta: 2012.
2
b. Sesuai kewenangan dan tugas pokok dan fungsi TUPOKSI serta
tanggung jawab atas pekerjaannya. 2. Prinsip pembelajaran orang dewasa
andragogi, dimana selama pelaihan peserta berhak untuk :
a. Didengarkan dan dihargai pengalamannya dalam hal pengajaran, pemberdayaan masyarakat, perubahan perilaku, dan STBM.
b. Diperimbangkan seiap ide dan pendapatnya, sejauh berada di
dalam konteks pelaihan. c.
Diberikan kesempatan yang sama untuk berparisipasi dalam seiap proses pembelajaran.
d. Tidak dipermalukan, dilecehkan ataupun diabaikan. 3. Berorientasi kepada peserta, dimana peserta berhak untuk:
a. Mendapatkan 1 paket bahan belajar tentang STBM. b.
Mendapatkan pelaih profesional yang dapat memfasilitasi pembelajaran dengan berbagai metode, melakukan umpan balik,
dan menguasai materi STBM. c. Belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimilikinya, baik secara
visual, auditorial maupun kinesteik gerak. d. Belajar dengan modal pengetahuan yang dimiliki masing-
masing tentang STBM, dan saling berbagi pengetahuan maupun pengalaman antar peserta maupun fasilitator.
e. Melakukan releksi dan memberikan umpan balik secara terbuka.
f. Melakukan evaluasi dan dievaluasi.
4. Berbasis kompetensi, yang memungkinkan peserta untuk : a. Mengembangkan keterampilannya langkah demi langkah dalam
memperoleh kompetensi yang diharapkan. b. Menunjukkan pengetahuan dan keterampilan yang dapat diukur
c. Memperoleh seriikat setelah dinyatakan berhasil mencapai
kompetensi yang diharapkan pada akhir pelaihan. 5.
Learning by doing yang memungkinkan peserta untuk: a. Melakukan experimentasi berbagai kasus dalam menterjemahkan
3 komponen dan 5 pilar STBM. b. Melakukan pengulangan ataupun perbaikan yang dirasa perlu
bersama-sama dengan fasilitator.
3
DAN KOMPETENSI
Peserta yang telah menyelesaikan pelaihan ini, mempunyai peran dan fungsi serta kompetensi sebagai berikut :
A. Peran
Setelah selesai mengikui pelaihan ini, maka peserta berperan sebagai dosen jurusan kesling di Poltekes yang memahami pendekatan STBM.
B. Fungsi
Dalam melakukan perannya tersebut, maka peserta mempunyai fungsi sebagai dosen jurusan kesling di Poltekes yang dapat mengintegrasikan
pendekatan STBM ke dalam mata kuliah Promosi Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat dan Dasar-Dasar Pemecahan Masalah Kesehatan Lingkungan.
C. Kompetensi
Untuk melaksanakan peran dan fungsi tersebut, maka peserta memiliki kompetensi dalam hal :
1. Menjelaskan kebijakan dan strategi nasional STBM. 2. Menjelaskan konsep dasar pendekatan STBM.
3. Melakukan pelaksanaan STBM. 4. Melakukan pemicuan di komunitas.
4
BAB III. TUJUAN PELATIHAN