Panduan Diskusi Kelompok Penggunaan Diagram F Untuk Memutus

3. Secara berganian perwakilan seiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya maksimal 3 menit. Simpulkan bersama alur mana saja yang bisa di blocking. Hasil diskusi kelompok tersampaikan ke peserta lain 9’ 4. Tanyakan kembali “ jika masyarakat telah BAB di Jamban apakah masih mungkin inja masuk ke mulut?” Kemungkinan jawabannya adalah: masih mungkin, jika; • Jarak lubang penampungan inja dengan Jamban terlalu dekat, maka inja dapat meresap melalui tanah ke sumber air minimal jaraknya 10- 15 meter, kecuali di daerah cadas, tergantung lapanganlingkungannya atau telah menggunakan sepic-tank yang betul-betul kedap air. • Melalui jari tangan, jika setelah cebok idak Cuci Tangan Pakai Sabun, maka Blocking kedua dengan CTPS. Jari tangan yang terkena kotoran inja harus dicuci dengan air mengalir dan sabun sebelum kita mengambil makanan setelah BAB, setelah dari kebonsawah. Peserta paham bahwa untuk memutus alur penularan penyakit idak cukup hanya dengan BAB di jamban 5’ Pada sesi ini fasilitator diharapkan lebih mengembangkan pertanyaan- pertanyaan sehingga dapat menggali pengetahuan blocking lebih banyak dari peserta pelaihan tanpa harus menggurui peserta. 78 PELAKSANAAN STBM | NO L A N G K A H OUTPUT WAKTU 4. • Blockingpencegahan keiga adalah Mengelola makanan dan minuman, misal dengan mencuci, menutup makanan dan mencuci wadahnya, juga memasak air untuk minum. Peserta paham bahwa untuk memutus alur penularan penyakit idak cukup hanya dengan BAB di jamban 5’ 5 Penyegaran: Setelah sesi di atas, peserta pelaihan umumnya mulai jenuh. Fasilitator diharapkan dapat menghilangkan kejenuhan dengan cara memberikan acara selingan PENYEGARAN ice breaking. Bisa menggunakan cara pada tabel di bawah Peserta kembali Fresh 4’ Tujuan: • Menghilangkan kelelahan • Membuat peserta kembali segar dan bersemangat untuk sesi selanjutnya Metode: Mendengarkan dan menyanyi bersama lagu CTPS dan teks lagu ditayangkan melalui tulisan besar pada kertas plano atau melalui Power Point. Catatan Fasilitator: Metode ini juga dapat dikembangkan keika pola pembelajaran CTPS kepada anak-anak yang dapat dilakukan melalui lagu dengan cara gembira dan ceria Catatan: Yang paling pening dan mudah dilakukan adalah pencegahan melalui CTPS dan bagaimana upaya peserta bersama-sama untuk berkomitmen membentuk kebiasaan CTPS menjadi budaya sehari-hari dan ditularkan kepada orang terdekatnya. Cerita pengalaman di Jombang: Fasilitator berkunjung ke sekolah dan bertanya apakah anak-anak melakukan CTPS di sekolah, di sekolah tersebut ada fasilitas, dan para siswa sangat paham akan peningnya CTPS, tetapi idak ada sabun tersedia disana. Setelah berdiskusi dengan gembira dan tanpa paksaan, para murid sepakat untuk iuran dan membeli sabun, kemudian dipakai bersama-sama di sekolah mereka.Hal tersebut menjadi pembelajaran bahwa anak siswa SD-pun dapat mandiri dan idak perlu meminta dari sekolahguru. 79 | PELAKSANAAN STBM NO. L A N G K A H OUTPUT WAKTU 1. Ajak peserta menyepakai pengerian “ upper” dan “lower” Kesepakatan pengerian “upper” dan “ lower” 10’ 2. Bagi peserta menjadi 3 kelompok, masing- masing kelompok akan membahas sedikitnya 5 point siapa yang dianggap upper dan lower LP C.4.2 Peserta memahami konsep upper lower 10’ 3. Setelah mendiskusikan minta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan dan kelompok lain menanggapi atau memberi masukan Peserta mampu mengideniikasi ingkatan upper lower 10’ 4. Di akhir diskusi sepakai bahwa dalam pendekatan CLTS cara pandang tersebut harus diubah sehingga idak ada pendapat siapa upper dan siapa lower Perubahan cara pandang peserta dalam pendekatan CLTS berdasar pada pemahaman upper lower 5’ NO Langkah-langkah: 1. Fasilitator dapat memutar lagu CTPS yang diperdengarkan kepada seluruh peserta pelaihan, ditayangkan bersama teks lagu tersebut 2. Peserta diminta untuk menghafalkan lagu tersebut, dan meminta peserta untuk membuat kreasi lagu masing- masing terkait perilaku kebiasaan CTPS. Contohnya: disadur dari lagu ayo Tepuk Tangan Kalau kau mau sehat cuci tangan Kalau kau mau sehat cuci Tangan Cuci Tangan Pakai sabun dengan air mengalir Cuci Tangan Pakai Sabun… Lagu tersebut dapat diajarkan dan dinyanyikan bersama-sama di kelas. C. Panduan Simulasi Upper dan Lower dalam STBM 80 PELAKSANAAN STBM | NO. L A N G K A H OUTPUT WAKTU 5. Setelah diskusi pleno 1 selesai minta kelompok yang sama untuk membuat skenario melalui bahasa tubuh gesture yang menggambarkan kegiatan top down, parisipaif dan bersahabat. LP C.4.3 Peserta memahami beberapa kegiatan dalam memfasilitasi 10’ 6. Minta masing-masing kelompok untuk menampilkan skenarionya dan kelompok lain menjadi pengamat Peserta mampu menampilkan gesture 15’ 7. Di seiap akhir penampilan, tanyakan pada kelompok pengamat apa yang menjadi karakterisik bahasa tubuh yang ditampilkan Peserta mampu mengideniikasi gesture yang ditampilkan 15’ 8. Pada diskusi pleno, tanyakan pada peserta bahasa tubuh seperi apa yang sesuai dengan pendekatan CLTS berdasarkan pemahaman bahwa idak ada upper lower Peserta dapat mengiden iikasi sikap dan kebiasaan mana yang paling sesuai dengan CLTS serta merubah sikap dan kebiasaan keika memfasilitasi komunitas 5’ Kelompok I Diskusikan minimal 5 point siapaapa saja yang disebut “upper” dan siapaapa saja yang disebut “ lower” dari sisi PERSONAL Kelompok II Diskusikan minimal 5 point siapaapa saja yang disebut “upper” dan siapaapa saja yang disebut “ lower” dari sisi INSTITUSIONAL Kelompok III Diskusikan minimal 5 point siapaapa saja yang disebut “upper” dan siapaapa saja yang disebut “ lower” dari sisi PROFESIONAL LP. C.4.2 81 | PELAKSANAAN STBM D. Panduan Bermain Peran dalam Demonstrasi Alat-Alat Utama CLTS KELOMPOK I Buatlah skenario dan peragakan fragmen sandiwara tanpa kata-kata, hanya gerak tubuh yang menggambarkan sikap tubuh FRIENDLY RAMAH KELOMPOK II Buatlah skenario dan peragakan fragmen sandiwara tanpa kata-kata, hanya gerak tubuh yang menggambarkan sikap tubuh TOP DOWN KELOMPOK III Buatlah skenario dan peragakan fragmen sandiwara tanpa kata-kata, hanya gerak tubuh yang menggambarkan sikap tubuh PARTISIPATIF LP. C.4.3 1. Mintalah sekitar 10 – 15 orang peserta laki-laki dan perempuan secara sukarela untuk berperan sebagai warga masyarakat suatu dusun dan mereka rata-rata masih melakukan praktek buang air besar sembarangan. Demo ini akan difasilitasi fasilitator pelaihan Pelaih. 2. Sebelum proses dimulai, mintalah kepada peserta yang lain untuk menyimak proses simulasi dengan cermat, dan bila perlu mencatat langkah-langkahnya serta kata-kata kunci pening dalam proses ini. 3. Demo dimulai dengan Pemetaan Sosial, sehingga tergambarkan: batas wilayah pemukiman dan lahan pertanianusaha, sebaran rumah warga, lokasi jamban dan BAB terbuka, akses seiap rumah terhadap jamban atau lokasi BAB terbuka, lokasi dan jenis sumber air minum dan air untuk keperluan rumah tangga lainnya, serta informasi lain yang relevan. 4. Lanjutkan dengan simulasi Transect dalam bentuk yang sederhana, dengan tekanan pada kunjungan ke lokasi BAB terbuka, dan tekankan bahwa idak seorang pun boleh menutup hidungnya saat kunjungan ini. 5. Lanjutkanlah simulasi: Menghitung jumlah inja per hari, minggu, bulan, tahun, alur kontaminasi Diagram F, kontaminasi air bersih, kontaminasi air minum, dan gangguan privacy pada perempuan serta pandangan agama tentang BAB terbuka. 82 PELAKSANAAN STBM | 6. Bangunlah suasana klimaks dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan beringkat dalam rangka mendorong perubahan: “Bagaimana perasaan saudara-saudara hidup dengan suasana seperi ini? Apakah saudara-saudara ingin berubah?” Bilamana komunitas menyatakan tak akan berubah, kembangkan pertanyaan-pertanyaan yang lebih tajam untuk memicu rasa malu –takut penyakit – rasa bersalah, dst. Bila tetap tidak ada perubahan sikap, ini upaya akhir lanjutkan dengan pernyataan: “Terima kasih atas pelajaran yang saudara-saudari berikan kepada saya. Ini sangat berharga. Saya akan pulang, dan menuliskan pengalaman ini kemudian menceritakannya kepada teman-teman saya di desa saya, bahwa ternyata masyarakat disini masih senang berak di kebun sungai semak-semak. Dan bila diijinkan, sayapun akan memuat cerita ini di surat kabar atau majalah”. 7. Bila ternyata masyarakat terlihat tergugah dan terpicu, lanjutkanlah dengan proses memfasilitasi perencanaan oleh masyarakat, dengan pertanyaan-pertanyaan beringkat: o Siapa saja yang akan memulai perubahan? semua orang yang mau berubah dicatat dalam kertas. o Dalam bentuk apa? o Kapan dimulai? Kapan selesai? o Kapan masyarakat mentargetkan komunitas ini bebas dari kebiasaan BAB di tempat terbuka? 8. Tegaskanlah pada bagian akhir simulasi ini, bahwa perwakilan masyarakat sekitar 6 orang dari seiap dusun akan diundang dalam lokakarya di kabupaten untuk membagikan pengalamannya kepada peserta lokakarya. Simulasi berakhir. 83 | PELAKSANAAN STBM PEMICUAN DI KOMUNITAS Modul MI.3. : MODUL MI.3. P emicuan di K omunit as 84 | PEMICUAN DI KOMUNITAS Modul MI.3. Pemicuan di Komunitas I. DESKRIPSI SINGKAT 83 II. TUJUAN PEMBELAJARAN 83 III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN 83 IV. BAHAN BELAJAR 84 V. METODE PEMBELAJARAN 84 VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN 84 VII. URAIAN MATERI 85 POKOK BAHASAN 1: PERSIAPAN PEMICUAN DI MASYARAKAT 85 a. Persiapan Lapang 85 b. Pembentukan Kelompok Tim Pemicu 85 c. Penyiapan Alat dan Bahan 86 d. Pembagian Peran Pada Kelompok 86 POKOK BAHASAN 2 : PEMICUAN DI MASYARAKAT 89 POKOK BAHASAN 3 : DISKUSI PLENO DENGAN MASYARAKAT 90 POKOK BAHASAN 4 : LAPORAN HASIL PEMICUAN 91 POKOK BAHASAN 5 : EVALUASI HASIL PEMICUAN 92 VIII.REFERENSI 93 IX. LAMPIRAN 94 LEMBAR KERJA 94 A. Pedoman PKL 94 B. Diskusi Kelompok Menyusun Laporan 97 C. Panduan Diskusi Pleno Dengan Masyarakat dan Para Pihak 99 D. Panduan Menyusun RTL dan Komitmen Bersama 102 PEMICUAN DI KOMUNITAS 83 PEMICUAN DI KOMUNITAS | MODUL MI.3. PEMICUAN DI KOMUNITAS I. DESKRIPSI SINGKAT Sesi ini bertujuan untuk memperkuat pengetahuan dan keterampilan peserta dalam menerapkan pendekatan STBM, sehingga kegiatan ini dilakukan dalam diskusi dan prakik di kelompok. Sesi prakik lapang diawali dengan pembentukan kelompok, dilanjutkan dengan persiapan lapang, simulasi dalam kelompok, releksi dan review proses serta hasil dari kegiatan prakik lapang tersebut dalam bentuk laporan. II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikui materi ini, peserta mampu melakukan pemicuan di komunitas.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Pada akhir sesi ini peserta mampu: 1. Melakukan persiapan pemicuan di masyarakat, 1. Melakukan pemicuan di masyarakat, 2. Melakukan diskusi pleno dengan masyarakat, 3. Menyusun laporan hasil pemicuan di masyarakat, 4. Melakukan evaluasi terhadap proses pemicuan yang telah dilaksanakan. III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN A. Pokok Bahasan 1: Persiapan Pemicuan di Masyarakat a. Persiapan lapang, b. Pembentukan kelompok im pemicu, d. Pembagian peran pada kelompok. B. Pokok Bahasan 2: Pemicuan di Masyarakat C. Pokok Bahasan 3: Diskusi Pleno dengan Masyarakat D. Pokok Bahasan 4: Laporan Hasil Pemicuan E. Pokok Bahasan 5: Evaluasi Hasil Pemicuan IV. BAHAN BELAJAR Flipchart, spidol, meta plan, kain tempel, Lembar panduan diskusi, Lembar panduan observasi, Panduan PemicuanPrakik, Format Laporan PKL, Laporan temuan lapanganPKL, Lembar evaluasi pemicuan V. METODE PEMBELAJARAN CTJ, prakik, curah pendapat, penulisan laporan, diskusi, diskusi kelompok dan umpan balik. VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 10 Jam pelajaran T= 1 jp, P= 3jp, PL= 6 jp 45 menit. Untuk mempermudah proses pembelajaran dan meningkatkan parisipasi seluruh perserta, dilakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut: A. Langkah 1 45 menit 1. Persiapan Lapang, 2. Penyusunan strategi. B. Langkah 2 270 menit 1. Pelaksanaan Pemicuan, 2. Diskusi Pleno dengan masyarakat. C. Langkah 3 135 menit: 1. Penyusunan laporan hasil pemicuan, 2. Penyampaian hasil laporan secara pleno, 3. Kesimpulan. 84 | PEMICUAN DI KOMUNITAS