BUKU KURMOD PELATIHAN DOSEN

(1)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

2013

KURIKULUM DAN MODUL

PELATIHAN SANITASI TOTAL

BERBASIS MASYARAKAT (STBM)

BAGI DOSEN JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


(2)

Katalog Dalam Terbitan, Kementerian Kesehatan RI

Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Kurikulum dan Modul Pelaihan STBM bagi

Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan di Indonesia - Jakarta :

Kementerian Kesehatan RI 2013

ISBN 978-602-235-467-3

1. Judul I. SANITATION - EDUCATION II. COMMUNITY HEALTH SERVICES 363.72

Ind k


(3)

Pemerintah Indonesia melakukan upaya percepatan peningkatan akses terhadap sanitasi yang layak. Tahun 2005, pendekatan Community-Led Total Sanitaion (CLTS) diujicobakan di 6 kabupaten dan selanjutnya direplikasi pada tahun 2006 dan 2007. Hasilnya, pada tahun 2007 ada 680 desa yang telah mendeklarasikan kondisi terbebas dari praktek buang air besar sembarangan (BABS) atau biasa disebut Open Defecaion Free (ODF). Ini memperlihatkan bahwa pendekatan subsidi dan penyediaan sarana isik (hardware), yang sebelumnya dilakukan pemerintah, ternyata idak mampu menjamin perubahan perilaku masyarakat maupun meningkatkan akses sanitasi.

Tahun 2009, pemerintah menekankan perhaian kepada aspek sanitasi dan higiene dengan memasukkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2010 – 2014) prioritas 3 bidang kesehatan memprioritaskan upaya prevenif dan promoif terpadu melalui peningkatan akses air minum 67% dan sanitasi 75% pada tahun 2014. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam pencapaian target MDGs 2015.

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan yang cukup efekif untuk mempercepat akses terhadap sanitasi yang layak melalui perubahan perilaku secara kolekif dan pemberdayaan masyarakat. Saat ini, STBM telah banyak diadopsi oleh berbagai lembaga pemerintah dan non pemerintah di Indonesia seperi Bappenas, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Dalam Negeri, WES-UNICEF, WSP-World Bank, IUWASH, High Five, Plan Indonesia, WVI, Simavi, USDP, YPCII, CD Bethesda, Yayasan Dian Desa dan lain-lain.

STBM yang mengutamakan pendekatan perubahan perilaku membutuhkan sumber daya manusia yang terampil dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Hasil studi kerjasama antara Bappenas dan Bank Dunia (2012) menunjukan bahwa dalam jangka pendek, dibutuhkan 12.000

Kata Penga

N

tar


(4)

tenaga sanitasi profesional, termasuk diantaranya tenaga terdidik yang baru lulus dari universitas (new intake) dan dalam jangka menengah diperlukan tambahan 18.000 tenaga sanitasi profesional.

Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian Kesehatan berupaya untuk mengintegrasikan program STBM ke dalam sistem pendidikan kesehatan, khususnya pada jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan. Diharapkan para lulusan naninya akan memiliki keterampilan di bidang pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan perubahan perilaku dan mampu berkontribusi dalam percepatan pencapaian target MDG 7C dan pembangunan kesehatan nasional khususnya untuk memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat mandiri dan berkeadilan.

Terima kasih kami sampaikan kepada WSP-World Bank, WES-UNICEF, SHAW-SIMAVI, USDP, Plan Indonesia, IUWASH, High Five, WVI, dan semua pihak yang telah mendukung tersusunnya modul STBM bagi dosen jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan di Indonesia

Semoga modul ini bermanfaat.

Jakarta, 21 November 2013 Direktur Jenderal PP dan PL


(5)

Kata Pengantar Direktur Jenderal PP & PL Kemenkes i

Datar Isi iii

BAGIAN 1.

KURIKULUM PELATIHAN STBM BAGI DOSEN JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKES DI INDONESIA

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Filosoi Pelaihan 2

BAB II. PERAN, FUNGSI, DAN KOMPETENSI 4

A. Peran 4

B. Fungsi 4

C. Kompetensi 4

BAB III. TUJUAN PELATIHAN 5

A. Tujuan Umum 5

B. Tujuan Khusus 5

BAB IV. STRUKTUR PROGRAM 6

BAB V. GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN 7 BAB VI. DIAGRAM ALIR PROSES PEMBELAJARAN 18 BAB VII. PESERTA, PELATIH DAN PENGENDALI PELATIHAN 22

A. Peserta 22

B. Pelaih/ Fasilitator/ Instruktur 22 C. Pengendali Pelaihan (Master of Training) 22 BAB VIII. PENYELENGGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN 23

A. Penyelenggara 23

B. Tempat Penyelenggaraan 23

BAB IX. EVALUASI 24

BAB X. SERTIFIKAT 26

Daftar Isi


(6)

BAGIAN 2.

MODUL PELATIHAN STBM BAGI DOSEN

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKES DI INDONESIA

Modul MD.1. Kebijakan dan Strategi Nasional STBM 1 Modul MI.1. Konsep Dasar Pendekatan STBM 14 Modul MI.2. Pelaksanaan STBM 41 Modul MI.3. Pemicuan di Komunitas 83 Modul MP.1. Membangun Komitmen Belajar (BLC) 106 Modul MP.2. Rencana Tindak Lanjut (RTL) 120


(7)

KURIKULUM PELATIHAN

SANITASI TOTAL BERBASIS

MASYARAKAT (STBM) BAGI

DOSEN JURUSAN KESEHATAN

LINGKUNGAN POLITEKNIK

KESEHATAN DI INDONESIA

Bagian 1

K

URIK

UL

UM

Pela

ihan S

TBM bagi

Dosen Jurusan K

esling

P

olt

ek


(8)

(9)

A. Latar Belakang

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut STBM merupakan pendekatan dan paradigma baru pembangunan sanitasi di Indonesia yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat dan perubahan perilaku. STBM ditetapkan sebagai kebijakan nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 untuk mempercepat pencapaian pembangunan milenium (MDGs) tujuan 7C, yaitu mengurangi hingga setengah penduduk yang idak memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi pada tahun 2015. Diharapkan pada tahun 2025, Indonesia bisa mencapai sanitasi total untuk seluruh masyarakat, sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Indonesia.

Pendekatan STBM diadopsi dari hasil uji coba Community Led Total Sanitaion (CLTS) yang telah sukses dilakukan di beberapa lokasi proyek air minum dan sanitasi di Indonesia, khususnya dalam mendorong kesadaran masyarakat untuk mengubah perilaku buang air besar sembarangan (BABS) menjadi buang air besar di jamban yang higiene dan layak. Perubahan perilaku BAB merupakan pintu masuk perubahan perilaku santasi secara menyeluruh. Atas dasar pengalaman keberhasilan CLTS, pemerintah Indonesia menyempurnakan pendekatan CLTS dengan aspek sanitasi lain yang saling berkaitan yang ditetapkan sebagai 5 pilar STBM, yaitu (1) Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS), (2) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), (3) Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT), (4) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT), dan Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT). Pendekatan STBM terdiri dari iga komponen yang harus dilaksanakan secara seimbang dan komprehensif, yaitu: 1) peningkatan kebutuhan sanitasi, 2) peningkatan penyediaan sanitasi, dan 3) peningkatan lingkungan yang kondusif.

Dalam pelaksanaannya, STBM membutuhkan sumber daya manusia terampil yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Hasil studi kerjasama antara Bappenas dan Bank Dunia (2012) menunjukkan bahwa dalam jangka pendek,


(10)

dibutuhkan 12.000 tenaga sanitasi profesional, termasuk diantaranya tenaga terdidik yang baru lulus dari insitusi pendidikan dan dalam jangka menengah diperlukan tambahan 18.000 tenaga sanitasi profesional1. Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian Kesehatan berupaya untuk meningkatkan kompetensi tenaga dosen Politeknik Kesehatan (Poltekes) jurusan kesehatan lingkungan (Kesling) melalui pelaihan-pelaihan yang terakreditasi.

Melalui jalur pendidikan, Kemenkes mengintegrasikan pendekatan STBM ke dalam insitusi pendidikan kesehatan, khususnya di jurusan Kesehatan Kesling, Poltekes. Sehingga diharapkan para lulusan naninya akan memiliki keterampilan di bidang pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan perubahan perilaku dalam program-program pemerintah yang menggunakan pendekatan STBM. Untuk melaksanakan upaya penguatan kapasitas pelaksana program STBM melalui jalur pendidikan formal di bidang kesehatan, maka perlu dilakukan pelaihan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) bagi dosen-dosen jurusan Kesling di Poltekes. Diharapkan dosen yang telah dilaih naninya dapat mengintegrasikan pendekatan STBM ke dalam mata kuliah yang telah disepakai, diantaranya mata kuliah Promosi Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat dan Dasar-Dasar Pemecahan Masalah Kesehatan Lingkungan.

Untuk menyelenggarakan pelaihan tersebut, maka perlu disusun Kurikulum dan Modul Pelaihan STBM bagi dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekes. Kurikulum dan modul tersebut selanjutnya dapat dipergunakan sebagai acuan dalam melakukan pelaihan STBM bagi dosen Jurusan Kesling Poltekes di seluruh Indonesia.

B. Filosofi Pelatihan

Pelaihan STBM bagi dosen jurusan kesehatan lingkungan di Poltekes ini diselenggarakan dengan menggunakan ilosoi pelaihan sebagai berikut : 1. Berorientasi kepada profesionalisme, yaitu :

a. Sesuai dengan kemampuan dan keahliannya di bidang kesehatan lingkungan.


(11)

b. Sesuai kewenangan dan tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) serta tanggung jawab atas pekerjaannya.

2. Prinsip pembelajaran orang dewasa (andragogi), dimana selama pelaihan peserta berhak untuk :

a. Didengarkan dan dihargai pengalamannya dalam hal pengajaran, pemberdayaan masyarakat, perubahan perilaku, dan STBM. b. Diperimbangkan seiap ide dan pendapatnya, sejauh berada di

dalam konteks pelaihan.

c. Diberikan kesempatan yang sama untuk berparisipasi dalam seiap proses pembelajaran.

d. Tidak dipermalukan, dilecehkan ataupun diabaikan. 3. Berorientasi kepada peserta, dimana peserta berhak untuk:

a. Mendapatkan 1 paket bahan belajar tentang STBM.

b. Mendapatkan pelaih profesional yang dapat memfasilitasi pembelajaran dengan berbagai metode, melakukan umpan balik, dan menguasai materi STBM.

c. Belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimilikinya, baik secara visual, auditorial maupun kinesteik (gerak).

d. Belajar dengan modal pengetahuan yang dimiliki masing-masing tentang STBM, dan saling berbagi pengetahuan maupun pengalaman antar peserta maupun fasilitator.

e. Melakukan releksi dan memberikan umpan balik secara terbuka. f. Melakukan evaluasi dan dievaluasi.

4. Berbasis kompetensi, yang memungkinkan peserta untuk :

a. Mengembangkan keterampilannya langkah demi langkah dalam memperoleh kompetensi yang diharapkan.

b. Menunjukkan pengetahuan dan keterampilan yang dapat diukur c. Memperoleh seriikat setelah dinyatakan berhasil mencapai

kompetensi yang diharapkan pada akhir pelaihan. 5. Learning by doing yang memungkinkan peserta untuk:

a. Melakukan experimentasi berbagai kasus dalam menterjemahkan 3 komponen dan 5 pilar STBM.

b. Melakukan pengulangan ataupun perbaikan yang dirasa perlu bersama-sama dengan fasilitator.


(12)

BAB II. PERAN, FUNGSI,

DAN KOMPETENSI

Peserta yang telah menyelesaikan pelaihan ini, mempunyai peran dan fungsi serta kompetensi sebagai berikut :

A. Peran

Setelah selesai mengikui pelaihan ini, maka peserta berperan sebagai dosen jurusan kesling di Poltekes yang memahami pendekatan STBM.

B. Fungsi

Dalam melakukan perannya tersebut, maka peserta mempunyai fungsi sebagai dosen jurusan kesling di Poltekes yang dapat mengintegrasikan pendekatan STBM ke dalam mata kuliah Promosi Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat dan Dasar-Dasar Pemecahan Masalah Kesehatan Lingkungan.

C. Kompetensi

Untuk melaksanakan peran dan fungsi tersebut, maka peserta memiliki kompetensi dalam hal :

1. Menjelaskan kebijakan dan strategi nasional STBM. 2. Menjelaskan konsep dasar pendekatan STBM. 3. Melakukan pelaksanaan STBM.


(13)

BAB III. TUJUAN PELATIHAN

A. Tujuan Umum

Setelah selesai mengikui pelaihan ini, peserta mampu memahami konsep dasar dan pelaksanaan STBM untuk diintegrasikan ke dalam mata kuliah Promosi Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat dan Dasar-Dasar Pemecahan Masalah Kesehatan Lingkungan.

B. Tujuan Khusus

Setelah selesai mengikui pelaihan ini, peserta mampu : 1. Menjelaskan kebijakan dan strategi nasional STBM. 2. Menjelaskan konsep dasar pendekatan STBM. 3. Melakukan pelaksanaan STBM.


(14)

BAB IV. STRUKTUR PROGRAM

No MATERI WAKTU JML

T P PL

A MATERI DASAR

1. Kebijakan dan Strategi Nasional STBM 2 0 0 2

Subtotal A : 2 0 0 2

B

MATERI INTI

1. Konsep Dasar Pendekatan STBM 2. Pelaksanaan STBM

3. Pemicuan di Komunitas.

2 4 1

4 6 3

0 0 6

6 10 10

Subtotal B : 7 13 6 26

C MATERI PENUNJANG

1. Membangun Komitmen Belajar (BLC) 2. Rencana Tindak Lanjut (RTL)

1 1

2 2

0 0

3 3

Subtotal C : 2 4 0 6

Total (A+B+C) : 11 17 6 34 Keterangan :

T = Teori ; P = Penugasan ; PL = Prakik Lapangan 1 JP @ 45 menit

Untuk mencapai tujuan pelaihan yang telah ditetapkan tersebut, maka disusun materi pelaihan dengan struktur program yang terdiri dari materi dasar, materi ini dan materi penunjang dengan jumlah keseluruhan jam pelajaran (JP) sebanyak 34 JP seperi yang tertera pada struktur program sebagai berikut :

B


(15)

BAB V.

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

Nomor : MD.1

Judul Materi : Kebijakan dan Strategi Nasional STBM Waktu : 2 JP (T=2 jp; P=0 jp; PL=0 jp)

Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikui materi ini, peserta mampu memahami kebijakan dan strategi

nasional STBM.

Tujuan Pembelajaran

Khusus (TPK) Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi

Setelah mengikui

materi ini peserta mampu:

1. Menjelaskan arah kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi di Indonesia,

1. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Sanitasi di Indonesia

a. Arah kebijakan dan strategi nasional pembangunan sanitasi, b. Arah kebijakan dan strategi

STBM.

• CTJ

• Curah Pendapat

• Bahan tayang (slide ppt),

• LCD projector,

• Komputer /

laptop,

• Modul.

• Bappenas, Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Sanitasi, Jakarta: 2003,

• Setneg RI, Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025, Jakarta: 2005,

• Depkes RI, Kepmenkes No.

852/2008, tentang Strategi


(16)

Tujuan Pembelajaran

Khusus (TPK) Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi

2. Menjelaskan peran dan strategi STBM.

2. Peran dan Strategi STBM a. Peran STBM dalam pencapaian

RPJPN, RPJMN dan MDGs tujuan 7C,

b. Strategi STBM,

c. Pemetaan peran dan tanggung jawab stakeholder di

masing-masing ingkatan.

• CTJ

• Curah Pendapat

• Bahan tayang (slide ppt),

• LCD projector,

• Komputer /

laptop,

• Modul.

• Depkes RI, Strategi Nasional STBM, Jakarta: 2008,

• Setneg RI, Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Jakarta: 2009,

• Kemenkes RI, Renstra 2010-2014, Jakarta: 2010,

• Kemenkes RI, Buku Proil

Program Penyehatan Lingkungan Ditjen P2PL, Jakarta: 2013.

Update STBM, www.stbm-indonesia.org.


(17)

Tujuan Pembelajaran

Khusus (TPK)

Pokok Bahasan dan Sub Pokok

Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi

Setelah mengikui

materi ini peserta mampu :

1. Menjelaskan

pengerian STBM, 1. Pengerian STBMa. Pengerian STBM,

b. Tujuan STBM,

c. Sejarah Program Pembangunan Sanitasi,

d. Konsep STBM.

• CTJ

• Putar ilm • Curah

Pendapat

• Bahan tayang (slide ppt / ilm),

• LCD projector,

• Komputer/ laptop, • Flipchart,

• Spidol,

• Meta plan,

• Kain tempel,

• Modul.

• Kar, Kamar, Working Paper 184, Subsidy or Self-Respect? Total Community Sanitaion in Bangladesh, Insitute for

Development Studies, September 2003.

• Kelompok Kerja Antar Departemen, Project WASPOLA, Film Awakening Change, Community Led Total Sanitaion

in Indonesia, Jakarta: 2006,

• Kemenkes RI, Film STBM, Jakarta: 2009, 2. Menjelaskan

komponen STBM,

2. Tiga Komponen Pokok STBM a. Peningkatan kebutuhan dan

permintaan sanitasi,

b. Peningkatan penyediaan/suplai

sanitasi,

c. Penciptaan lingkungan yang

kondusif.

• CTJ

• Curah Pendapat

• Bahan tayang (slide ppt),

• LCD projector,

• Komputer / laptop, • Flipchart,

• Spidol,

• Meta plan,

• Kain tempel,

• Modul. Nomor : MI.1

Judul Materi : Konsep Dasar Pendekatan STBM Waktu : 6 JP (T=2 jp; P=4 jp; PL=0 jp)


(18)

Tujuan Pembelajaran

Khusus (TPK)

Pokok Bahasan dan Sub Pokok

Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi

3. Menjelaskan lima pilar STBM,

3. Lima Pilar STBM

a. Pengerian,

b. Penyelenggara Pelaksanaan 5 Pilar STBM,

c. Manfaat Pelaksanaan 5 pilar

STBM,

d. Tujuan Pelaksanaan 5 pilar STBM.

• CTJ

• Curah Pendapat

• Bahan tayang (slide ppt),

• LCD projector,

• Komputer / laptop, • Flipchart,

• Spidol,

• Meta plan,

• Kain tempel,

• Modul.

• Kemenkes RI, Modul Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman, Dit. PL, Jakarta: 2012,

• Kemenkes RI, Materi Advokasi STBM, Sekretariat STBM Nasional, Jakarta: 2012,

• Kemenkes RI, Buku Sisipan STBM: Kurikulum dan Modul

Pelaihan Fasilitator

Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan, Jakarta: 2013,

Update STBM, www. stbm-indonesia.org, Sejarah Sanitasi, Seri AMPL 23, www.ampl. or.id.

4. Menjelaskan Prinsip-Prinsip STBM,

4. Prinsip-Prinsip STBM a. Tanpa subsidi,

b. Masyarakat sebagai pemimpin,

c. Tidak menggurui / memaksa,

d. Totalitas seluruh komponen masyarakat.

• Diskusi

• Penugasan

• Tanya jawab

• Bahan tayang (slide ppt),

• LCD projector,

• Komputer / laptop, • Flipchart,

• Spidol,

• Meta plan,

• Kain tempel,

• Panduan penugasan,

• Modul. 5.Menjelaskan

pilar perubahan perilaku pada STBM dan tangga Perubahan Perilaku.

5. Pilar Perubahan Perilaku STBM dan Tangga Perubahan Perilaku a. Tangga Sanitasi,

b. Tangga perubahan perilaku visi STBM.

• CTJ

• Curah Pendapat

• Diskusi

• Bahan tayang (slide ppt),

• LCD projector,

• Komputer / laptop, • Flipchart,

• Spidol,

• Meta plan,

• Kain tempel,

• Panduan diskusi kelompok,


(19)

Nomor : MI.2

Judul Materi : Pelaksanaan STBM

Waktu : 10 JP (T=4 jp; P=6 jp; PL=0 jp)

Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikui materi ini, peserta mampu melakukan pelaksanaan STBM

di komunitas.

Tujuan Pembelajaran

Khusus (TPK) Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi

Setelah mengikui

materi ini peserta mampu :

1. Menjelaskan konsep dasar pemicuan,

1. Konsep Dasar Pemicuan

a. Pengerian pemicuan,

b. Maksud dan tujuan pemicuan,

c. Tahapan kegiatan pemicuan.

• CTJ

• Pemutaran

ilm

• Bahan tayang (slide ppt/ ilm),

• LCD projector,

• Komputer / laptop, • Flipchart,

• Spidol,

• Meta plan,

• Kain tempel,

• Modul.

• WSP, Film Memicu Perubahan Menuju Sanitasi Total di Maharashta, India, New Delhi: 2004,

• Depkes RI, Film Tahapan Pemicuan CLTS, Kenongo, Jakarta: 2005,


(20)

Tujuan Pembelajaran

Khusus (TPK) Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi

2. Merencanakan Pemicuan,

2. Pra-Pemicuan

a. Persiapan teknis dan logisik

untuk menciptakan suasana

yang kondusif sebelum

pemicuan,

b. Observasi kebiasaan PHBS masyarakat,

c. Persiapan pemicuan :

penyusunan jadwal, pemilihan lokasi, dll.,

d. Instrumen pendukung untuk melaksanakan proses pemicuan di komunitas.

• CTJ

• Diskusi kelompok

• Simulasi

• Bahan tayang (slide ppt),

• LCD projector,

• Komputer / laptop, • Flipchart,

• Spidol,

• Meta plan,

• Kain tempel,

• Lembar panduan diskusi kelompok,

• Lembar panduan Simulasi,

• Modul.

• Depkes RI, Modul

Pelaihan Stop

BABS, Dit. PL, Jakarta: 2008

• Kemenkes RI, Buku Sisipan STBM: Kurikulum dan Modul Pelaihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan, Jakarta: 2013.

• Kemenkes RI, Pedoman Teknis Lapangan STBM, Ditjen PP&PL, Jakarta: 2013. 3. Melakukan

langkah- langkah pemicuan menggunakan metode CLTS,

3. Langkah-Langkah Pemicuan: a. Alur penularan penyakit

(diagram F),

b. Alat-alat utama dalam penerapan penilaian kondisi

desa secara parisipaif, c. Elemen pemicuan dan faktor

penghambat pemicuan,

d. Yang boleh dan idak boleh

dalam pemicuan.

• CTJ

• Diskusi kelompok

• Simulasi

• Bahan tayang (slide ppt),

• LCD projector,

• Komputer / laptop, • Flipchart,

• Spidol,

• Meta plan,

• Kain tempel,

• Lembar panduan diskusi kelompok,

• Lembar panduan Simulasi,


(21)

Khusus (TPK) Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Media dan Alat Bantu

a. Persiapan teknis dan logisik yang kondusif sebelum

• • •

projector,

• Komputer / laptop, • Flipchart,

• • • • • • • Pelaihan Stop • Modul Pelaihan • desa secara parisipaif,

c. Elemen pemicuan dan faktor d. Yang boleh dan idak boleh

• • •

projector,

• Komputer / laptop, • Flipchart,

• • • • • • Tujuan Pembelajaran

Khusus (TPK) Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi

4. Mempraktekkan alat alat dengan metode CLTS,

4. Alat-alat Pada Metode CLTS • Simulasi

• Bahan tayang (slide ppt),

• LCD projector,

• Komputer / laptop, • Flipchart,

• Spidol,

• Meta plan,

• Kain tempel,

• Lembar panduan Simulasi,

• Modul. 5. Menjelaskan

kegiatan paska pemicuan.

5. Kegiatan Paska Pemicuan : a. Tangga sanitasi untuk 5 pilar

STBM,

b. Penyediaan suplai sanitasi dan pemasaran sanitasi,

c. Membangun komitmen masyarakat dengan menuangkan ke dalam RTL, d. Pendampingan dan

monitoring, e. Promosi PHBS yang

berkelanjutan.

• CTJ

• Diskusi

kelompok • Bahan tayang (slide

ppt),

• LCD projector,

• Komputer / laptop, • Flipchart,

• Spidol,

• Meta plan,

• Kain tempel,

• Lembar panduan diskusi kelompok,


(22)

Nomor : MI.3

Judul Materi : Pemicuan d Komunitas. Waktu : 10 JP (T=1 jp; P=3 jp; PL=6 jp)

Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikui materi ini, peserta mampu melakukan pemicuan

di komunitas.

Tujuan Pembelajaran

Khusus (TPK) Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi

Setelah mengikui materi ini peserta laih

mampu:

1. Melakukan persiapan pemicuan di masyarakat,

1. Persiapan Pemicuan di Masyarakat a. Persiapan lapang, b. Pembentukan kelompok,

praktek kerja lapang / im

pemicu,

c . Penyiapan alat dan bahan, d . Penyusunan strategi (panduan

praktek lapang) dan simulasi kelompok.

• CTJ

• Diskusi Kelompok

Flipchart,

• Spidol,

• Meta plan,

• Kain tempel,

• Alat-alat dan bahan untuk pemicuan,

• Data dasar kondisi lokasi yang akan dipicu,

• Lembar panduan diskusi,

• Lembar panduan observasi,

• Panduan pemicuan/ prakik,

• Format Laporan PKL,

• Kemenkes RI, Pedoman Teknis Lapangan STBM, Ditjen PP&PL, Jakarta: 2013. 2. Melakukan pemicuan di masyarakat,

2. Pemicuan di masyarakat • Prakik

3. Melakukan diskusi pleno dengan masyarakat,

3. Diskusi pleno dengan masyarakat

• CTJ

• Curah pendapat


(23)

Tujuan Pembelajaran

Khusus (TPK) Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi

4. Menyusun laporan hasil pemicuan di masyarakat,

4. Laporan Hasil Pemicuan • Penulisan laporan

• Laporan temuan

lapangan / PKL, • Lembar evaluasi

pemicuan,

• Modul. 5. Melakukan evaluasi

terhadap proses pemicuan yang telah dilaksanakan.

5. Evaluasi Hasil Pemicuan • Tanya jawab

• Diskusi

• Umpan Balik

Nomor : MP.1

Judul Materi : Membangun Komitmen Belajar (BLC) Waktu : 3 JP (T=1 jp; P=2 jp; PL=0 jp)

Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikui materi ini, peserta mampu membangun komitmen belajar dalam rangka menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif selama proses pelaihan

berlangsung.

Tujuan Pembelajaran

Khusus (TPK) Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi

Setelah mengikui materi

ini peserta mampu: 1. Mengenal sesama

warga pembelajar pada proses

pelaihan,

1. Perkenalan • CTJ

• Curah pendapat

• Bahan tayang (slide ppt),


(24)

2. Menyiapkan diri untuk belajar bersama

secara akif dalam

suasana yang

kondusif,

2. Pencairan (ice breaking) • Permainan

• Spidol,

• Meta plan,

• Kain tempel,

• Jadwal dan alur

pelaihan,

• Norma/tata terib standar pelaihan, • Panduan permainan.

• Munir, Bederal, Dinamika Kelompok, Penerapannya Dalam

Laboratorium Ilmu Perilaku, Jakarta : 2001,

• Depkes RI, Kumpulan Games dan Energizer Pusdiklat Kesehatan, Jakarta: 2004,

• LAN RI dan Pusdiklat Aparatur Kemenkes RI, Buku Panduan Dinamika Kelompok, Jakarta: 2010. 3. Merumuskan harapan-

harapan yang ingin dicapai bersama baik dalam proses pembelajaran maupun hasil yang ingin dicapai

di akhir pelaihan,

3. Harapan-harapan dalam proses pembelajaran dan

hasil yang ingin dicapai • CTJ

• Curah pendapat

• Diskusi kelompok

4. Merumuskan kesepakatan norma kelas yang harus dianut oleh seluruh warga pembelajar

selama pelaihan

berlangsung

selama pelaihan

berlangsung,

4. Norma kelas dalam pembelajaran

• CTJ

• Curah pendapat

• Diskusi kelompok

5. Merumuskan kesepakatan bersama tentang kontrol

kolekif dalam

pelaksanaan norma kelas,

5. Kontrol kolekif dalam

pelaksanaan norma kelas • CTJ

• Curah pendapat

• Diskusi kelompok

Tujuan Pembelajaran


(25)

Nomor : MP.2

Judul Materi : Rencana Tindak Lanjut (RTL) Waktu : 3 JP (T=1 jp; P=2 jp; PL=0 jp)

Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikui materi ini, peserta mampu menyusun rencana indak lanjut proses

belajar mengajar dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan STBM.

Tujuan Pembelajaran

Khusus (TPK) Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi

Setelah mengikui

materi ini peserta mampu:

1. Menyusun rencana program pembelajaran (RPP) dengan melengkapi pendekatan STBM ke dalam mata kuliah Promosi Kesehaan, Pemberdayaan Masyarakat dan Dasar-Dasar Pemecahan Masalah Kesehatan Lingkungan. 2. Menyajikan RTL

1. Ruang Lingkup RTL: Penyusunan RPP untuk

melengkapi pendekatan STBM ke dalam mata kuliah Promosi Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat dan Dasar-Dasar

Pemecahan Masalah Kesehatan Lingkungan.

2. Penyajian RTL

• Laihan, • Diskusi

kelompok,

• Pleno (penyajian RPP).

• Kain tempel,

• Lembar RPP

• LCD Projector

Kemkes RI, Kurikulum Program D3 dan D4 Jurusan Kesehatan Lingkungan, Jakarta: 2010.


(26)

BAB VI. DIAGRAM ALIR

PROSES PEMBELAJARAN

Pengetahuan dan

Keterampilan

1.

Konsep Dasar STBM

2.

Pelaksanaan STBM

3.

Pemicuan di Komunitas

METODE :

CTJ, Curah Pendapat,

Diskusi, Simulasi

, Role

Play,

Penugasan, Prakik,

Pemutaran Film.

Wawasan

1.

Kebijakan dan Strategi

Nasional Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat

(STBM)

METODE:

CTJ, curah pendapat

MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR (BLC)

E

V

A

L

U

A

S

I

PEMBUKAAN

PRE TEST

POST TEST

RENCANA TINDAK LANJUT

PRAKTIK KERJA LAPANGAN


(27)

Rincian rangkaian alur proses pelaihan sebagai berikut:

1. Pembukaan

Proses pembukaan pelaihan melipui beberapa kegiatan

berikut:

a. Laporan ketua penyelenggara pelaihan dan penjelasan

program pelaihan.

b. Pengarahan dari pejabat yang berwenang tentang latar

belakang perlunya pelaihan dan dukungannya terhadap

program STBM.

c. Perkenalan peserta secara singkat.

2. Pelaksanaan Pre-Test

Pelaksanaan pre-test dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal peserta terhadap materi yang akan diberikan pada proses pembelajaran.

3. Membangun Komitmen Belajar

Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan peserta

dalam mengikui proses belajar mengajar selanjutnya dan

menciptakan komitmen terhadap norma-norma kelas yang

disepakai bersama oleh seluruh peserta serta membentuk

struktur kelas sebagai penghubung antara peserta, MOT, dan

paniia penyelenggara.

Kegiatannya antara lain:

a. Penjelasan oleh pelaih tentang tujuan pembelajaran dan

kegiatan yang akan dilakukan dalam materi membangun komitmen belajar.

b. Perkenalan antara peserta dan para pelaih dan paniia

penyelenggara pelaihan, dan juga perkenalan antar

sesama peserta. Kegiatan perkenalan dilakukan dengan

permainan, dimana seluruh peserta terlibat secara akif.

c. Mengemukakan kebutuhan/harapan, kekhawairan dan


(28)

d. Kesepakatan antara para pelaih, penyelenggara

pelaihan dan peserta dalam berinteraksi selama pelaihan berlangsung, melipui: pengorganisasian kelas,

kenyamanan kelas, keamanan kelas, dan yang lainnya.

4. Pengisian Wawasan

Setelah materi Membangun Komitmen Belajar, kegiatan dilanjutkan dengan memberikan materi sebagai dasar

pengetahuan/wawasan yang sebaiknya diketahui peserta dalam pelaihan ini, sebagai berikut adalah:

Kebijakan dan Strategi Pembangunan Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

5. Pemberian Pengetahuan dan Keterampilan

Pemberian materi keterampilan dari proses pelaihan mengarah

pada kompetensi keterampilan yang akan dicapai oleh peserta. Penyampaian materi dilakukan dengan menggunakan berbagai metode yang melibatkan semua peserta untuk berperan serta

akif dalam mencapai kompetensi tersebut, yaitu metode

ceramah tanya jawab, studi kasus, diskusi kelompok, bermain

peran, tugas baca, simulasi, presentasi, dan laihan- laihan tentang konsep dasar dan fasilitasi Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat dengan menggunakan kurikulum dan modul

pelaihan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat untuk dosen

jurusan Kesling, Poltekes di Indonesia.

6. Pelaksanaan Prakik Kerja Lapang

Tujuan dari Pelaksanaan Prakik Kerja Lapang ini adalah agar peserta mampu menerapkan peran dan fungsinya sebagai

dosen jurusan Kesling di Poltekes yang dapat mengintegrasikan pendekatan STBM ke dalam mata kuliah Promosi Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat dan Dasar-Dasar Pemecahan Masalah Kesehatan Lingkungan.


(29)

7. Evaluasi

Evaluasi dilakukan seiap hari dengan cara melakukan

review terhadap kegiatan proses pembelajaran yang sudah berlangsung sebagai umpan balik untuk menyempurnakan proses pembelajaran selanjutnya. Proses umpan balik juga

dilakukan dari pelaih ke peserta berdasarkan penjajagan

awal melalui pre-test, pemetaan kemampuan dan kapasitas peserta, penilaian penampilan peserta, baik di kelas maupun di lapangan.

8. Rencana Tindak Lanjut (RTl)

Masing-masing peserta menyusun rencana indak lanjut hasil pelaihan berupa rencana melakukan proses belajar mengajar

dan mengevaluasi mata kuliah integrasi peningkatan kebutuhan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di kampus masing-masing.

9. Post-Test

Post-test dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peserta

dapat menyerap materi selama pelaihan. Selain post-test,

dilakukan evaluasi kompetensi yaitu penilaian terhadap kemampuan yang telah didapat peserta melalui

penugasan-penugasan dan prakik lapang.

10. Penutupan

Acara penutupan dapat dijadikan sebagai upaya untuk mendapatkan masukan dari peserta ke penyelenggara dan

pelaih untuk perbaikan pelaihan yang akan datang. Dalam

penutupan dilakukan laporan hasil evaluasi penyelenggaraan

pelaihan termasuk terhadap fasilitator, narasumber, peserta maupun penyelenggara sendiri oleh ketua paniia penyelenggara. Selanjutnya pelaihan ditutup dengan resmi


(30)

BAB VII. PESERTA, PELATIH &

PENGENDALI PELATIHAN

A. Peserta

1. Kriteria Peserta:

- Dosen mata kuliah Promosi Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat dan Dasar-Dasar Pemecahan Masalah Kesehatan Lingkungan, - Berbasis pendidikan minimal D3 Kesling.

2. Jumlah Peserta

Jumlah peserta dalam satu kelas maksimal 30 orang.

B. Pelatih/ Fasilitator/ Instruktur

Pelaih adalah im pelaih/ fasilitator STBM dari Kementerian Kesehatan dan prakisi STBM dari berbagai instansi dan proyek pendukung STBM, dengan memenuhi salah satu kriteria berikut ini:

a. Memiliki latar belakang pengetahuan dan pengalaman serta terlibat dalam kegiatan STBM.

b. Memiliki pengalaman menjadi pelaih untuk STBM.

c. Widyaiswara sesuai dengan bidang keahlian yang dimilikinya. d. Pejabat struktural yang membidangi sanitasi dan penyehatan

lingkungan.

C. Pengendali Diklat (Master Of Training)

Pengendali diklat adalah orang yang mengatur proses kegiatan pelaihan dari awal sampai akhir pelaksanaan pelaihan.

Persyaratan:

a. Mengetahui program STBM, b. Merancang kerangka acuan,

c. Menguasai materi secara garis besar, d. Pernah mengikui pelaihan MOT, atau e. Pernah mengikui Training of Trainer (TOT).


(31)

BAB VIII. PENYELENGGARA &

TEMPAT PENYELENGGARAAN

A. Penyelenggara

Penyelenggara pelaihan STBM bagi dosen jurusan Kesling, Poltekes, adalah:

1. Pusat Pendidikan dan Pelaihan Aparatur, Badan PPSDM Kesehatan,

2. Balai Besar Pelaihan Kesehatan (BBPK), Badan PPSDM Kesehatan,

3. Balai Pelaihan Kesehatan Nasional, Badan PPSDM Kesehatan, 4. Balai Pelaihan Kesehatan di ingkat Provinsi.

B. Tempat Penyelenggaraan

Tempat penyelenggaraan pelaihan akan dilaksanakan pada lokasi-lokasi dimana program STBM berada.


(32)

BAB IX. EVALUASI

Evaluasi yang dilakukan dalam pelaihan ini melipui : 1. Evaluasi terhadap peserta melalui :

a. Penjajagan awal melalui pre-test,

b. Pemahaman peserta terhadap materi yang telah diterima (post-test),

c. Evaluasi kompetensi yaitu penilaian terhadap kemampuan yang telah didapat peserta melalui penugasan-penugasan dan prakik lapang.

2. Evaluasi terhadap pelaih/ fasilitator/ narasumber

Evaluasi terhadap pelaih/ fasilitator/ narasumber ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh penilaian yang menggambarkan ingkat kepuasan peserta terhadap kemampuan pelaih dalam menyampaikan pengetahuan dan atau keterampilan kepada peserta dengan baik, dapat dipahami dan diserap oleh peserta, yang melipui:

1. Penguasaan materi,

2. Ketepatan waktu memulai dan mengakhiri pembelajaran, 3. Sistemaika penyajian materi,

4. Penggunaan metode dan alat bantu pembelajaran, 5. Empai, gaya dan sikap terhadap peserta,

6. Penggunaan bahasa dan volume suara, 7. Pemberian moivasi belajar kepada peserta, 8. Pencapaian Tujuan Pembelajaran (TPU/TPK),


(33)

9. Kesempatan tanya jawab, 10. Kemampuan menyajikan, 11. Kerapihan berpakaian, 12. Kerjasama antar Tim Pengajar.

3. Evaluasi terhadap penyelenggaraan pelaihan

Evaluasi terhadap penyelenggaraan pelaihan dilakukan oleh peserta terhadap pelaksanaan pelaihan. Obyek evaluasi adalah pelaksanaan administrasi dan akademis, yang melipui: a. Tujuan pelaihan,

b. Relevansi program pelaihan dengan tugas,

c. Manfaat seiap materi bagi pelaksanaan tugas peserta di tempat kerja,

d. Manfaat pelaihan bagi peserta/instansi, e. Hubungan peserta dengan pelaksana pelaihan, f. Pelayanan sekretariat paniia terhadap peserta, g. Pelayanan akomodasi dan lainnya,

h. Pelayanan konsumsi,


(34)

BAB X. SERTIFIKAT

Berdasarkan ketentuan yang berlaku, kepada seiap peserta yang telah mengikui pelaihan dengan ketentuan kehadiran 95 % dari keseluruhan jumlah jam pelaihan (34JP), dan dinyatakan lulus berdasarkan hasil evaluasi pelaihan akan diberikan seriikat yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI dengan angka kredit 1 (satu) yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang atas nama Menteri Kesehatan dan oleh paniia penyelenggara.


(35)

BAGIAN 2

MODUL PELATIHAN STBM

BAGI DOSEN JURUSAN

KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN

DI INDONESIA

MODUL

Pela

ihan S

TBM bagi

Dosen Jurusan K

esling

P

olt

ek


(36)

Modul MD.1.

Kebijakan dan Strategi Nasional STBM

I. DESKRIPSI SINGKAT 1

II. TUJUAN PEMBELAJARAN 2

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN 2

IV. BAHAN BELAJAR 2

V. METODE PEMBELAJARAN 3

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN 3

VII. URAIAN MATERI 4

POKOK BAHASAN 1:

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

DI INDONESIA 4

a. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional Pembangunan Sanitasi 4 b. Arah Kebijakan dan Strategi STBM 5 POKOK BAHASAN 2:

PERAN DAN STRATEGI STBM 6

a. Peran STBM dalam Pencapaian RPJPN, RPJMN

dan MDGs Tujuan 7C 6

b. Strategi STBM 7

c. Pemetaan Peran dan Tanggung Jawab Stakeholder

di Masing-Masing Tingkatan 10


(37)

MODUL MD.1.

KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

I. DESKRIPSI SINGKAT

Modul Kebijakan dan Strategi Nasional STBM ini disusun untuk membekali peserta agar dapat memahami kebijakan dan stategi nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), dalam kaitannya dengan keberhasilan pembangunan kesehatan manusia Indonesia.

STBM merupakan pendekatan dan paradigma pembangunan sanitasi di Indonesia yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat dan perubahan perilaku. STBM diadopsi dari hasil uji coba Community Led Total Sanitaion (CLTS) yang telah sukses dilakukan di beberapa lokasi proyek air minum dan sanitasi di Indonesia, khususnya dalam mendorong kesadaran masyarakat untuk mengubah perilaku buang air besar sembarangan (BABS) menjadi buang air besar di jamban yang saniter dan layak.

STBM ditetapkan sebagai kebijakan nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 untuk mempercepat pencapaian MDGs tujuan 7C, yaitu mengurangi hingga setengah penduduk yang idak memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi pada tahun 2015. Selanjutnya, pada tahun 2025, diharapkan seluruh masyarakat Indonesia telah memiliki akses sanitasi dasar yang layak dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kesehariannya, sebagaimana amanat Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Indonesia 2005-2025.

Pendekatan STBM terdiri dari iga komponen yang harus dilaksanakan secara seimbang dan komprehensif, yaitu: 1) peningkatan kebutuhan sanitasi, 2) peningkatan penyediaan sanitasi, dan 3) peningkatan lingkungan yang kondusif. Penerapan STBM dilakukan dalam naungan 5 pilar STBM, yaitu (1) Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS), (2) Cuci Tangan Pakai Sabun


(38)

(CTPS), (3) Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT), (4) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT), dan Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT).

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikui materi ini, peserta mampu memahami kebijakan dan strategi nasional STBM.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikui materi ini peserta mampu:

1. Menjelaskan arah kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi di Indonesia,

2. Menjelaskan peran dan strategi STBM.

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

A. Pokok Bahasan 1:

Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Sanitasi di Indonesia a. Arah kebijakan dan strategi nasional pembangunan sanitasi. b. Arah kebijakan dan strategi STBM.

B. Pokok Bahasan 2: Peran dan Strategi STBM

a. Peran STBM dalam pencapaian RPJPN, RPJMN dan MDGs tujuan 7C.

b. Strategi STBM.

c. Pemetaan peran dan tanggung jawab stakeholder di masing-masing ingkatan.

IV. BAHAN BELAJAR

Bahan tayang (slide ppt), LCD projector, komputer / laptop, dan modul.


(39)

V. METODE PEMBELAJARAN

CTJ dan curah pendapat.

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 2 jam pelajaran (T= 2 jp, P= 0 jp, PL= 0 jp) @45 menit. Untuk mempermudah proses pembelajaran dan meningkatkan parisipasi seluruh peserta, dilakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:

A. Langkah 1: Pengkondisian (20 menit)

1. Perkenalkan diri dan tawarkan untuk memulai dengan pencairan suasana.

2. Sampaikan tujuan pembelajaran, pokok bahasan, metode dan waktu yang digunakan untuk pembahasan,

3. Gali pendapat peserta tentang kebijakan STBM dan mendiskusikannya. Proses pembelajaran menggunakan metode dimana semua peserta terlibat secara akif, 4. Berdasarkan pendapat peserta, fasilitator menjelaskan

tentang kebijakan STBM.

B. Langkah 2: Pengkajian Pokok Bahasan (60 menit) 1. Sampaikan pokok bahasan:

• Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Sanitasi di Indonesia.

• Peran dan Strategi STBM.

2. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas, dan berikan jawaban dan klariikasi atas pertanyaan-pertanyaan peserta.

3. Berikan kesempatan sebanyak-banyaknya sehingga antar peserta juga terjadi diskusi dan interaksi yang baik.


(40)

C. Langkah 3: Rangkuman (10 menit):

1. Peserta dipersilahkan untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas, dan fasilitator memfasilitasi pemberian jawaban, baik dari fasilitator maupun dari peserta lain.

2. Minta komentar, penilaian, saran bahkan kriik dari peserta pada kertas evaluasi yang telah disediakan.

3. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memasikan tercapainya TPU dan TPK sesi ini.

VII. URAIAN MATERI

POKOK BAHASAN 1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI DI INDONESIA

a. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional Pembangunan Sanitasi Undang-Undang No.17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 menetapkan bahwa Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi seiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat seinggi-ingginya dapat terwujud. Selanjutnya dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan (Renstra Kemenkes) Tahun 2010-2014 yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.HK.03.01/160/1/2010 ditetapkan bahwa Visi Kemenkes adalah Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan.

Adapun Misi Kemenkes adalah :

1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakattermasuk swasta dan masyarakat madani;

2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan

berkeadilan;

3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; 4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.


(41)

Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait pembangunan kesehatan, khususnya bidang air minum, higiene dan sanitasi masih sangat besar. Berdasarkan hasil studi Indonesian Sanitaion Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, sebanyak 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar sembarangan. Lebih lanjut berdasarkan studi Basic Human Services di Indonesia, kurang dari 15% penduduk Indonesia yang mengetahui dan melakukan cuci tangan pakai sabun pada waktu-waktu kriis. Kondisi ini berkontribusi terhadap ingginya angka diare yaitu 423 per seribu penduduk pada tahun 2006 dengan 16 provinsi mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52.

Untuk memperbaiki capaian ini, perlu dilakukan intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi total. Untuk itu, pemerintah merubah pendekatan pembangunan sanitasi nasional dari pendekatan sektoral dengan penyediaan subsidi perangkat keras yang selama ini idak memberi daya ungkit terjadinya perubahan perilaku higienis dan peningkatan akses sanitasi, menjadi pendekatan sanitasi total berbasis masyarakat yang menekankan pada 5 (lima) perubahan perilaku higienis.

Pada tahun 2005, pemerintah melakukan uji coba implementasi Community Led Total Sanitaion (CLTS) atau Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di 6 kabupaten. Pada tahun 2006, ujicoba ini telah berhasil menciptakan 160 desa bebas buang air besar sembarangan (open defecaion free-ODF), sehingga pada tahun 2006, pemerintah mencanangkan gerakan sanitasi total dan kampanye cuci tangan pakai sabun nasional. Pada tahun 2007, sebanyak 500 desa sudah ODF dan pada tahun 2008 pemerintah menetapkan kebijakan nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 852/MENKES/SK/IX/2008.

b. Arah Kebijakan dan Strategi STBM

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan


(42)

masyarakat dengan metode pemicuan. Pendekatan STBM memiliki indikator outcome dan indikator output.

Indikator outcome STBM yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku.

Sedangkan indikator output STBM adalah sebagai berikut :

a. Seiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat (SBS).

b. Seiap rumah tangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga.

c. Seiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperi sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar. d. Seiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar. e. Seiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar. POKOK BAHASAN 2. PERAN DAN STRATEGI STBM

a. Peran STBM dalam Pencapaian RPJPN, RPJMN dan MDGs Tujuan 7C

STBM adalah pendekatan yang digunakan dalam program nasional pembangunan sanitasi di Indonesia yang dipilih untuk: memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat serta mengimplementasikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan akses sanitasi dasar yang layak dan berkesinambungan. Komitmen pemerintah tersebut tercantum dalam pencapaian target pembangunan millennium (Millenium Development Goal), khususnya target 7C, yaitu mengurangi hingga setengah penduduk yang idak memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi pada tahun 2015. Komitmen pemerintah terkait sanitasi lainnya tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka


(43)

Panjang Nasional (RPJPN) adalah sanitasi total untuk seluruh rakyat Indonesia pada tahun 2025.

Kontribusi STBM dalam MDGs, terlihat pada tabel di bawah:

*) BPS, Susenas Tabel 1: Tujuan MDG

b. Strategi STBM

Untuk mencapai kondisi sanitasi total, STBM memiliki 6 strategi, yaitu : 1. Penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment)

Goal 7

Menjamin Kelestarian Lingkungan Hidup

Target

10

Menurunkan hingga separuhnya proporsi rumah tangga tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada tahun 2015

INDIKATOR Baseline

1993

Capaian 2010*)

Target MDGs 2015 Proposi rumah

tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak (Kota dan Desa)

Kota 50.58% 42.51% 75.29%

Desa 31.61% 45.85% 65.81% Total 37.73% 44.19% 68.87% Proposi rumah

tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak

(Kota dan Desa)

Kota 53.64% 72.78% 76.82% Desa 11.10% 38.50% 55.55% Total 24.81% 55.54% 62.41%


(44)

Prinsip :

• Meningkatkan dukungan pemerintah dan pemangku kepeningan lainnnya dalam meningkatkan perilaku higienis dan saniter.

Pokok Kegiatan :

• Melakukan advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah dan pemangku kepeningan lainnya secara berjenjang,

• Mengembangkan kapasitas lembaga pelaksana di daerah,

• Meningkatkan kemitraan antara pemerintah, pemerintah daerah, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat dan swasta.

2. Peningkatan kebutuhan (demand creaion) Prinsip :

• Menciptakan perilaku komunitas yang higienis dan saniter untuk mendukung terciptanya sanitasi total.

Pokok Kegiatan :

• Meningkatkan peran seluruh pemangku kepeningan dalam perencanaan dan pelaksanaan sosialisasi pengembangan kebutuhan,

• Mengembangkan kesadaran masyarakat tentang konsekuensi dari kebiasaan buruk sanitasi (buang air besar) dan dilanjutkan dengan pemicuan perubahan perilaku komunitas,

• Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memilih teknologi, material dan biaya sarana sanitasi yang sehat.

• Mengembangkan kepemimpinan di masyarakat (natural leader) untuk memfasilitasi pemicuan perubahan perilaku masyarakat,

• Mengembangkan sistem penghargaan kepada masyarakat untuk meningkatkan dan menjaga keberlanjutan sanitasi total.

3. Peningkatan penyediaan suplai (supply improvement) Prinsip :


(45)

• Meningkatkan ketersediaan sarana sanitasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Pokok Kegiatan :

• Meningkatkan kapasitas produksi swasta lokal dalam penyediaan sarana sanitasi,

• Mengembangkan kemitraan dengan kelompok masyarakat, koperasi, lembaga keuangan dan pengusaha lokal dalam penyediaan sarana sanitasi,

• Meningkatkan kerjasama dengan lembaga peneliian perguruan inggi untuk pengembangan rancangan sarana sanitasi tepat guna.

4. Pengelolaan pengetahuan (knowledge management) Prinsip :

• Melestarikan pengetahuan dan pembelajaran sanitasi lokal.

Pokok Kegiatan :

• Mengembangkan dan mengelola pusat data dan informasi,

• Meningkatkan kemitraan antar program-program pemerintah, non pemerintah dan swasta dalam peningkatan pengetahuan dan pembelajaran sanitasi di Indonesia,

• Mengupayakan masuknya pendekatan sanitasi total dalam kurikulum pendidikan.

5. Pembiayaan Prinsip :

• Meniadakan subsidi untuk penyediaan fasilitas sanitasi dasar.

Pokok kegiatan :

• Menggali potensi masyarakat untuk membangun sarana sanitasi sendiri,


(46)

• Menyediakan subsidi diperbolehkan untuk fasilitas sanitasi komunal.

6. Pemantauan dan evaluasi Prinsip :

• Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi.

Pokok kegiatan :

• Memantau kegiatan dalam lingkup komunitas oleh masyarakat,

• Pemerintah daerah mengembangkan sistem pemantauan dan pengelolaan data,

• Mengopimumkan pemanfaatan hasil pemantauan dari kegiatan-kegiatan lain yang sejenis,

• Pemerintah dan pemerintah daerah mengembangkan sistem pemantauan berjenjang.

Dari 6 (enam) strategi tersebut, 3 (iga) strategi pertama merupakan strategi utama dalam pelaksanaan STBM. Tiga strategi ini disebut Komponen Sanitasi Total.

c. Pemetaan Peran dan Tanggung Jawab Stakeholder di Masing-Masing Tingkatan

STBM dilakukan di semua ingkatan dengan memperhaikan koordinasi lintas sektor dan lintas pemangku kepeningan, termasuk lintas program pembangunan air minum dan sanitasi, sehingga keterpaduan dalam persiapan dan pelaksanaan STBM dapat tercapai.


(47)

Tabel 2:

Pelaksanaan - Tingkat Kecamatan dan desa/ kelurahan

1. Pelaksanaan peningkatan permintaan selaras dengan pemicuan di masyarakat 2. Pelaksanaan rencana

pemantauan - mengenalkan metode pemantauan partisipatif oleh masyarakat melalui pemicuan

3. Mengoperasikan sistem

veriikasi sesuai indikator

masing-masing pilar

Pelaksanaan - Tingkat Pusat dan Provinsi

1. Memfasilitasi pengelolaan pengetahuan dan

pemantauan lintas kabupaten/kota 2. Advokasi dalam

rangka perluasan dan pengembangan program

Pelaksanaan - Tingkat Kabupaten/ Kota dan Kecamatan

1. Advokasi dan sosialisasi program STBM kepada

stakeholder kecamatan

2. Menyusun rencana dan implementasi komunikasi perubahan perilaku

3. Membangun

kemampuan penyediaan/ suplai lokal untuk melaksanakan strategi pemasaran yang dipilih 4. Mengakomodasi

permintaan masyarakat dalam proses STBM 5. Membangun kapasitas

kabupaten/kota dan kecamatan untuk mengimplementasikan rencana pelaksanaan, pemantauan dan pengelolaan pengetahuan, termasuk pemantauan dan

veriikasi akses sanitasi Persiapan STBM -

Tingkat Kabupaten/ Kota

1. Advokasi kepada pemerintah kabupaten/ kota dengan melibatkan SKPD terkait dan kecamatan

2. Penyusunan strategi pengelolaan program STBM kabupaten/kota meliputi, komitmen, rencana aksi, segmentasi/ zoning/clustering/ pentahapan rencana penerapan strategi pemasaran, rencana pemantauan, pengelolaan bantuan dan rencana strategi pelaksanaan, pemantauan, rencana pengelolaan bantuan, rencana pengelolaan pengetahuan serta anggaran 1-5 tahun 3. Bersama instasi

kecamatan

mengidentiikasi dan Persiapan STBM -

Tingkat Provinsi

1. Riset pasar tingkat provinsi dan kajian terhadap lingkungan pendukung pada kabupaten/kota sasaran

2. Membangun strategi pemasaran kemitraan dan kebijakan bekerjasama dengan

stakeholder provinsi

3. Mengidentiikasi berbagai pilihan

Persiapan STBM - Tingkat Pusat 1. Penyiapan NSPK (Norma, Standar, Pedoman, Kriteria) 2. Advokasi dan

komunikasi ke pemerintah daerah 3. Menggali potensi

pembiayaan 4. Mengembangkan peningkatan kapasitas institusi

Tahapan

pelaksanaan

STBM :


(48)

Tugas dan fungsi pemangku kebijakan (stakeholder) dalam menfasilitasi penyelenggaraan STBM di seiap ingkatan, digambarkan pada bagan dibawah:

a. Advokasi kebijakan program, penggalian pendanaan, koordinasi dan penyediaan bantuan teknis b. Penyiapan NSPK, modul

pelaihan, sistem monitoring dan evaluasi a. Advokasi program,

pendanaan dan koordinasi b. Menyapkan panel pelaih

master STBM provinsi c. Pemantauan dan fasilitasi

pembelajaran d. Bekerjasama dengan

lembaga riset pasar untuk mengembangkan strategi pemasaran & komunikasi perubahan perilaku

a. Mengelola dan memantau program b. Advokasi dan komunikasi kepada Bupai/

DPRD untuk pendanaan dan dukungan program.

c. Mengorganisir pelaihan fasilitator STBM d. Memfasilitasi wirausaha sanitasi

melayani konsumen warga ekonomi rendah.

a. Memicu masyarakat & melakukan pendampingan indak lanjut pasca pemicuan.

b. Memantau, melaporkan data secara regular ke kabupaten, veriikasi ODF. c. Melakukan fasilitasi kepada masyarakat

dalam memilih teknologi sanitasi. d. Melakukan fasilitasi di antara

masyarakat yang dipicu dan wirausaha sanitasi

Tugas dan Fungsi Provinsi

Tugas dan Fungsi Kabupaten

Tugas dan Fungsi Kecamatan

Tugas dan Fungsi Puskesmas/Mitra LSM di tingkat masyarakat Gambar 1: Tupoksi STBM

Tugas dan Fungsi


(49)

VIII. REFERENSI

1. Bappenas, Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Sanitasi, Jakarta: 2003,

2. Setneg RI, Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025, Jakarta: 2005,

3. Depkes RI, Kepmenkes No. 852/2008, tentang Strategi Nasional STBM, Jakarta: 2008,

4. Depkes RI, Strategi Nasional STBM, Jakarta: 2008,

5. Setneg RI, Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Jakarta: 2009,

6. Kemenkes RI, Renstra 2010-2014, Jakarta: 2010,

7. Kemenkes RI, Buku Proil Program Penyehatan Lingkungan Ditjen P2PL, Jakarta: 2013.

8. Update terkait STBM juga dapat diakses melalui www.stbm-indonesia.org


(50)

(51)

Modul MI.1. :

KONSEP DASAR PENDEKATAN

SANITASI TOTAL BERBASIS

MASYARAKAT (STBM)

MODUL MI.1.

K

onsep Dasar

Pendek

atan S


(52)

Modul MI.1.

Konsep Dasar Pendekatan STBM

I. DESKRIPSI SINGKAT 14

II. TUJUAN PEMBELAJARAN 14

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN 15

IV. BAHAN BELAJAR 16

V. METODE PEMBELAJARAN 16

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN 16

VII. URAIAN MATERI 17

POKOK BAHASAN 1: PENGERTIAN STBM 17

a. Pengerian STBM 17

b. Tujuan STBM 21

c. Sejarah Program Pembangunan Sanitasi 21

d. Konsep STBM 23

POKOK BAHASAN 2: KOMPONEN STBM 26

a. Peningkatan Kebutuhan dan Permintaan Sanitasi 26 b. Peningkatan Layanan Penyediaan/Suplai 26 c. Penciptaan Lingkungan yang Kondusif 27

POKOK BAHASAN 3: LIMA PILAR STBM 28

a. Pengerian 28

b. Penyelenggara Pelaksanaan 5 Pilar STBM 29

c. Manfaat Pelaksanaan 5 Pilar STBM 29


(53)

POKOK BAHASAN 4 : PRINSIP-PRINSIP STBM 30

a. Tanpa Subsidi. 30

b. Masyarakat Sebagai Pemimpin 30

c. Tidak Menggurui / Memaksa 30

d. Totalitas Seluruh Komponen Masyarakat 31 POKOK BAHASAN 5 : PILAR PERUBAHAN PERILAKU STBM

DAN TANGGA PERUBAHAN PERILAKU 32

a. Tangga Sanitasi 32

b. Tangga Perubahan Perilaku Visi STBM 32

VIII.REFERENSI 34

IX. LAMPIRAN 34

Lembar Penugasan 35

a. Pembelajaran Penerapan STBM 35

b. Komponen STBM 37


(54)

MODUL MI.1.

KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM

I. DESKRIPSI SINGKAT

Modul Konsep Dasar Pendekatan STBM ini disusun untuk membekali peserta agar memahami pengerian, komponen-komponen, dan prinsip-prinsip dasar pendekatan STBM secara lebih rinci dan mendalam. Berdasarkan data Badan Pusat Staisik (BPS) tahun 2011, baru 55,60% penduduk Indonesia yang memiliki akses sanitasi yang layak, yang terbagi antara 72,54% di perkotaan dan 38,97% di perdesaan. Angka ini masih jauh dari target MDG Indonesia yaitu 62,40% atau 76,82% di perkotaan dan 55.55% di perdesaan. Dari target RPJMN bidang kesehatan untuk mencapai 20.000 desa Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) pada tahun 2014, usaha keras masih sangat diperlukan. Berdasarkan data Kemenkes, hingga Juni 2013, baru 12.543 desa yang sudah ODF (SBS). Oleh karena itu, pemahaman terkait konsep dasar pendekatan STBM menjadi sangat pening agar peserta pelaihan bisa memahami secara utuh, untuk selanjutnya dapat memfasilitasi penerapan STBM di masyarakat, termasuk mengajarkan materi ini kepada mahasiswa-mahasiswa Poltekes.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikui materi ini, peserta mampu memahami konsep dasar pendekatan STBM.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikui materi ini peserta mampu: 1. Menjelaskan pengerian STBM,


(55)

3. Menjelaskan lima pilar STBM, 4. Menjelaskan prinsip-prinsip STBM, dan

5. Menjelaskan pilar perubahan perilaku pada STBM dan tangga perubahan perilaku.

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

A. Pokok Bahasan 1: Pengerian STBM a. Pengerian STBM,

b. Tujuan STBM,

c. Sejarah program pembangunan sanitasi, d. Konsep STBM.

B. Pokok Bahasan 2: Komponen STBM

a. Peningkatan kebutuhan dan permintaan sanitasi, b. Peningkatan penyediaan/suplai sanitasi,

c. Penciptaan lingkungan yang kondusif. C. Pokok Bahasan 3: Lima Pilar STBM

a. Pengerian,

b. Penyelenggara pelaksanaan 5 pilar STBM, c. Manfaat pelaksanaan 5 pilar STBM, d. Tujuan pelaksanaan 5 pilar STBM. D. Pokok Bahasan 4: Prinsip-prinsip STBM

a. Tanpa subsidi,

b. Masyarakat sebagai pemimpin, c. Tidak menggurui/memaksa,

d. Totalitas seluruh komponen masyarakat.

E. Pokok Bahasan 5: Pilar Perubahan Perilaku STBM dan Tangga Perubahan Perilaku

a. Tangga sanitasi,


(56)

IV. BAHAN BELAJAR

Bahan tayang (slide ppt, ilm CLTS dan STBM), LCD projector, komputer/laptop, liptchart, spidol, meta plan, kain tempel, panduan penugasan, panduan diskusi kelompok, dan modul.

V. METODE PEMBELAJARAN

Ceramah tanya jawab, putar ilm, curah pendapat, diskusi, dan penugasan.

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 6 jam pelajaran (T=2 jp, P= 4 jp, PL = 0 jp) @45 menit. Untuk mempermudah proses pembelajaran dan meningkatkan parisipasi seluruh perserta, dilakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:

A. Langkah 1: Pengkondisian (15 menit) 1. Penyegaran dan pencairan suasana,

2. Fasilitator menggali harapan peserta tentang materi dan keterampilan yang ingin dicapai melalui sesi ini,

3. Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok bahasan dan metode yang digunakan,

4. Menggali pendapat peserta tentang konsep dasar pendekatan STBM dan mendiskusikannya. Proses pembelajaran menggunakan metode dimana semua peserta terlibat secara akif,

5. Berdasarkan pendapat peserta, pelaih menjelaskan tentang konsep dasar pendekatan STBM.

B. Langkah 2: Pengkajian Pokok Bahasan (240 menit) 1. Fasilitator menyampaikan pokok bahasan:

• Pengerian STBM,


(57)

• Lima Pilar STBM,

• Prinsip-prinsip STBM,

• Pilar Perubahan Perilaku pada STBM dan Tangga Perubahan Perilaku.

2. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas, dan memberikan jawaban dan klariikasi atas pertanyaan-pertanyaan peserta. 3. Fasilitator memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya

sehingga antar peserta juga terjadi diskusi dan interaksi yang baik.

4. Fasilitator menugaskan peserta untuk melakukan diskusi kelompok tentang:

a. Pembelajaran Penerapan STBM (90 menit), b. Komponen STBM (60 menit),

c. Kaitan Tiga Komponen STBM (30 menit). C. Langkah 3: Rangkuman (15 menit):

1. Peserta dipersilahkan untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas, dan fasilitator memfasilitasi pemberian jawaban, baik dari fasilitator maupun dari peserta lain.

2. Meminta komentar, penilaian, saran bahkan kriik dari peserta pada kertas evaluasi yang telah disediakan.

3. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memasikan bahwa TPU dan TPK sesi telah tercapai.

VII. URAIAN MATERI

POKOK BAHASAN 1: PENGERTIAN STBM a. Pengerian STBM

STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.

Deinisi Operasional STBM

Kondisi Sanitasi Total adalah kondisi keika suatu komunitas (i) idak buang air besar sembarangan; (ii) mencuci tangan pakai sabun; (iii)


(58)

mengelola air minum dan makanan yang aman; (iv) mengelola sampah dengan aman; dan (v) mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.

Sanitasi dalam dokumen ini melipui kondisi sanitasi total di atas.

Sanitasi dasar adalah sarana sanitasi rumah tangga yang melipui sarana buang air besar, sarana pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga.

Berbasis masyarakat adalah kondisi yang menempatkan masyarakat sebagai pengambil keputusan dan penanggung jawab dalam rangka menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat untuk memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, kesejahteraan, serta menjamin keberlanjutannya.

ODF (Open Defecaion Free) atau SBS (Stop Buang air besar Sembarangan) adalah kondisi keika seiap individu dalam suatu komunitas idak buang air besar di sembarang tempat, tetapi di fasilitas jamban sehat.

Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan inja yang efekif untuk memutus mata rantai penularan penyakit.

Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah perilaku cuci tangan secara benar dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.

Sarana CTPS adalah sarana untuk melakukan perilaku cuci tangan pakai sabun yang dilengkapi dengan sarana air mengalir, sabun dan saluran pembuangan air limbah.

Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT) adalah suatu proses pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan air minum dan air yang digunakan untuk produksi makanan dan keperluan oral lainnya, serta pengelolaan makanan yang aman di rumah tangga yang melipui 6 prinsip Higiene Sanitasi Pangan: (1) Pemilihan bahan makanan, (2) Penyimpanan bahan makanan, (3) Pengolahan bahan makanan, (4) Penyimpanan makanan, (5) Pengangkutan makanan, dan (6) Penyajian makanan.

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT) adalah proses pengelolaan sampah dengan aman pada ingkat rumah tangga dengan mengedepankan prinsip mengurangi, memakai ulang dan mendaur


(59)

ulang. Pengelolaan sampah yang aman adalah pengumpulan, pengangkutan, pemprosesan, pendaurulangan atau pembuangan dari material sampah dengan cara yang idak membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT) adalah proses pengelolaan limbah cair yang aman pada ingkat rumah tangga untuk menghindari terjadinya genangan air limbah yang berpotensi menimbulkan penyakit berbasis lingkungan.

Pemerintah daerah adalah gubernur, bupai, atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Peningkatan kebutuhan sanitasi adalah upaya sistemais untuk meningkatkan kebutuhan menuju perubahan perilaku yang higienis dan saniter.

Peningkatan penyediaan sanitasi adalah meningkatkan dan mengembangkan percepatan penyediaan akses terhadap produk dan layanan sanitasi yang layak dan terjangkau dalam rangka membuka dan mengembangkan pasar sanitasi.

Penciptaan lingkungan yang kondusif adalah menciptakan kondisi yang mendukung tercapainya sanitasi total, yang tercipta melalui dukungan kelembagaan, regulasi, dan kemitraan antar pelaku STBM, termasuk di dalamnya pemerintah, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, insitusi pendidikan, insitusi keagamaan dan swasta.

Sanitasi komunal adalah sarana sanitasi yang melayani lebih dari satu keluarga, biasanya sarana ini dibangun di daerah yang memiliki kepadatan inggi dan keterbatasan lahan.

Veriikasi adalah proses penilaian dan konirmasi untuk mengukur pencapaian seperangkat indikator yang dijadikan standar.

LSM/NGO adalah organisasi yang didirikan oleh perorangan atau sekelompok orang secara sukarela yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan


(60)

dari kegiatannya.

Natural leader merupakan anggota masyarakat baik individu maupun kelompok masyarakat, yang memotori gerakan STBM di masyarakat tersebut.

Rencana Tindak Lanjut (RTL) merupakan rencana yang disusun dan disepakai oleh masyarakat dengan didampingi oleh fasilitator.

Pemicuan adalah upaya untuk menuju perubahan perilaku masyarakat yang higiene dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode parisipatory berprinsip pada pendekatan CLTS ( Community-Led Total Sanitaion)

Desa/kelurahan yang melaksanakan STBM adalah desa/kelurahan intervensi pendekatan STBM dan dijadikan target antara karena untuk mencapai kondisi sanitasi total dibutuhkan pencapaian kelima pilar STBM. Ada 3 indikator desa/kelurahan yang melaksanakan STBM: (i) Minimal telah ada intervensi melalui pemicuan di salah satu dusun dalam desa/kelurahan tersebut; (ii) Ada masyarakat yang bertanggung jawab untuk melanjutkan aksi intervensi STBM seperi disebutkan pada poin pertama, baik individu (natural leader) ataupun bentuk komite; (iii) Sebagai respon dari aksi intervensi STBM, masyarakat menyusun suatu rencana aksi kegiatan dalam rangka mencapai komitmen-komitmen perubahan perilaku pilar-pilar STBM, yang telah disepakai bersama; misal: mencapai status SBS.

Desa/Kelurahan ODF(Open Defecaion Free) / SBS (Stop Buang air besar Sembarangan) adalah desa/kelurahan yang 100% masyarakatnya telah buang air besar di jamban sehat , yaitu, mencapai perubahan perilaku kolekif terkait Pilar 1 dari 5 pilar STBM

Desa/Kelurahan STBM, selain menyandang status ODF, 100% rumah tangga memiliki dan menggunakan sarana jamban yang diingkatkan dan telah terjadi perubahan perilaku untuk pilar lainnya seperi memiliki dan menggunakan sarana cuci tangan pakai sabun dan 100% rumah tangga memprakikan penanganan yang aman untuk makanan dan air minum rumah tangga.

Desa/kelurahan Sanitasi Total selain menyandang status Desa STBM/ ODF++, 100% rumah tangga melaksanakan prakik pembuangan


(61)

sampah dan limbah cair domesik yang aman, yaitu desa/kelurahan yang telah mencapai perubahan perilaku kolekif terkait seluruh Pilar 1-5 STBM, arinya Kondisi Sanitasi Total.

b. Tujuan STBM

Tujuan program STBM adalah untuk mencapai kondisi sanitasi total dengan mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat yang melipui 3 komponen yaitu penciptaan lingkungan yang mendukung, peningkatan kebutuhan sanitasi, serta peningkatan penyediaan sanitasi serta pengembangan inovasi sesuai dengan konteks wilayah.

c. Sejarah Program Pembangunan Sanitasi

Jauh sebelum Indonesia merdeka, program sanitasi sudah dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan catatan pejabat VOC Dampier, pada tahun 1699 masyarakat Indonesia sudah terbiasa mandi ke sungai dan buang air besar di sungai dan di pinggir pantai, sedangkan pada masa itu, masyarakat di Eropa dan India masih menggunakan jalan-jalan kota atau air tergenang untuk BAB. Di tahun 1892, HCC Clockener Brouson mencatat bahwa orang Indonesia terbiasa mandi 3 kali sehari, menggunakan bak, menyabun, membilas dan mengeringkan badannya. Pada akhir tahun 1800-an, pemerintah Belanda sudah membuat sambungan air ke rumah-rumah di kawasan komersial di Jakarta dan membuat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Bandung pada tahun 1916. Selanjutnya di tahun 1930, mantri higiene Belanda, Dr. Heydrick melakukan kampanye untuk BAB di kakus. Dr. Heydrick sendiri dikenal sebagai mantri kakus. Di tahun 1936, didirikanlah sekolah mantri higiene di Banyumas. Siswa mendapatkan pendidikan 18 bulan sebelum mereka diterjunkan ke kampung-kampung untuk mempromosikan hidup sehat dan melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit.

Setelah merdeka, pemerintah mencanangkan program Sarana Air Minum dan Jamban Keluarga (SAMIJAGA) melalui Inpres No. 5/1974. Untuk mendapatkan sumber daya manusia dalam melaksanakan program-program tersebut, Kementerian Kesehatan mendirikan sekolah-sekolah kesehatan lingkungan, yang sekarang dikenal dengan


(62)

nama Politeknik Kesehatan (Poltekes). Periode 1970-1997, pemerintah melakukan beragam program pembangunan sanitasi. Program-program tersebut umumnya dilakukan dengan pendekatan keproyekan, sehingga faktor keberlanjutannya sangat rendah. Hal ini secara idak langsung menyebabkan rendahnya peningkatan akses sanitasi masyarakat. Hasil studi ISSDP mencatat hanya 53% dari masyarakat Indonesia yang BAB di jamban yang layak pada tahun 2007, sedangkan sisanya BAB di sembarang tempat. Lebih jauh hal ini berkorelasi dengan ingginya angka diare dan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang idak bersih.

Dengan memperimbangkan kebutuhan keberlanjutan program dan ingkat keberhasilan yang ingin dicapai, pemerintah melakukan perubahan pendekatan pembangunan sanitasi, dari keproyekan menjadi keprograman. Pada tahun 2008, pemerintah mencanangkan program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Secara ringkas, perbedaan pendekatan pembangunan sanitasi sebelum dan saat ini terlihat pada tabel di bawah ini:

Program-Program Terdahulu

(biasanya Target Oriented) Kecenderungan Saat Ini

Perkembangan jumlah sarana Perubahan perilaku dan kesehatan

Subsidi Solidaritas sosial

Model-model sarana disarankan oleh pihak luar

Model-model sarana digagas dan dikembangkan oleh masyarakat

Sasaran utama adalah kepala keluarga

Sasaran utama adalah masyarakat desa secara utuh

Top down (dari atas ke bawah) Botom up (dari bawah ke atas)

Fokus pada: jumlah jamban Fokus pada: berheninya BAB di sembarang tempat

Pendekatannya bersifat ‘blue

print’ Pendekatannya lebih leksibel.

Tabel 3:


(63)

d. Konsep STBM

Konsep STBM diadopsi dari konsep Community Led Total Sanitaion (CLTS) yang telah disesuaikan dengan konteks dan kebutuhan di Indonesia. Sebelum memahami konsep dan prinsip STBM, berikut dijelaskan secara singkat konsep CLTS.

CLTS adalah sebuah pendekatan dalam pembangunan sanitasi pedesaan dan mulai berkembang pada tahun 2001. Pendekatan ini awalnya diujicobakan di beberapa komunitas di Bangladesh dan saat ini sudah diadopsi secara luas di negara tersebut. Salah satu negara bagian di India yaitu Provinsi Maharasthra telah mengadopsi pendekatan CLTS ke dalam program pemerintah secara masal yang disebut dengan program Total Sanitaion Campaign (TSC). Beberapa negara lain seperi Cambodia, Afrika, Nepal, dan Mongolia juga telah menerapkan CLTS.

Pendekatan ini berawal dari sebuah penilaian dampak parisipaif air bersih dan sanitasi yang telah dijalankan selama 10 tahun oleh Water Aid. Salah satu rekomendasi dari penilaian tersebut adalah perlunya mengembangkan sebuah strategi untuk secara perlahan-lahan mencabut subsidi pembangunan toilet.

Ciri utama pendekatan ini adalah idak adanya subsidi terhadap infrastruktur (jamban keluarga), dan idak menetapkan model standar jamban yang naninya akan dibangun oleh masyarakat.

Pada dasarnya CLTS adalah “pemberdayaan” dan “idak membicarakan masalah subsidi”. Arinya, masyarakat yang dijadikan “guru” dengan idak memberikan subsidi sama sekali.

Gambaran tentang CLTS dapat diperoleh melalui ilm tentang implementasi CLTS di Propinsi Maharashtra di India dan pengembangan CLTS di Indonesia (Awakening).

Community Led (dipimpin masyarakat) idak hanya dipakai dalam bidang sanitasi, tetapi dapat juga diterapkan dalam hal lain seperi dalam pendidikan, pertanian, dan lain-lain. Prinsip yang terpening dari CLTS adalah:


(64)

kolekif adalah kunci utama,

• Solidaritas masyarakat (laki perempuan, kaya miskin) sangat terlihat dalam pendekatan ini.

• Semua dibuat oleh masyarakat, idak ada ikut campur pihak luar, dan biasanya akan muncul “natural leader”.

Dasar dari CLTS adalah iga pilar utama Paricipatory Rural Appraisal (PRA), yaitu:

1. Aitude and Behaviour Change (perubahan perilaku dan kebiasaan)

2. Sharing (berbagi) 3. Method (metode)

Gambar 2: Tiga Pilar Utama PRA

Keiganya merupakan pilar utama yang harus diperhaikan dalam pendekatan CLTS, namun dari keiganya yang paling pening adalah “perubahan perilaku dan kebiasaan” (Aitude and Behavior Change)”, karena jika perilaku dan kebiasaan idak berubah maka kita idak akan pernah mencapai tahap “berbagi (sharing)” dan sangat sulit untuk menerapkan “metode” yang tepat.

Personal

Perilaku dan

kebiasaan

Institusional

Profesional

Proses


(65)

Perubahan perilaku dan kebiasaan tersebut harus total, dimana didalamnya melipui perilaku personal atau individual, perilaku insitusional atau kelembagaan dan perilaku profesional atau yang berkaitan dengan profesi. Salah satu perilaku dan kebiasaan yang harus berubah adalah perilaku fasilitator, diantaranya:

• Pandangan bahwa ada kelompok yang berada di ingkat atas (upper) dan kelompok yang berada di ingkat bawah (lower). Cara pandang “upper-lower” harus dirubah menjadi “pembelajaran bersama”, bahkan menempatkan masyarakat sebagai “guru” karena masyarakat sendiri yang paling tahu apa yang terjadi dalam masyarakat itu.

• Cara pikir bahwa kita datang bukan untuk “memberi” sesuatu tetapi “menolong” masyarakat untuk menemukan sesuatu.

• Bahasa tubuh (gesture); sangat berkaitan dengan pandangan upper lower. Bahasa tubuh yang menunjukkan bahwa seorang fasilitator mempunyai pengetahuan atau keterampilan yang lebih dibandingkan masyarakat, harus dihindari.

Keika perilaku dan kebiasaan (termasuk cara berpikir dan bahasa tubuh) dari fasilitator telah berubah maka “sharing” akan segera dimulai. Masyarakat akan merasa bebas untuk mengatakan tentang apa yang terjadi di komunitasnya dan mereka mulai merencanakan untuk melakukan sesuatu. Setelah masyarakat dapat berbagi, maka metode mulai dapat diterapkan. Masyarakat secara bersama-sama melakukan analisa terhadap kondisi dan masalah masyarakat tersebut.

Dalam CLTS fasilitator idak memberikan solusi. Namun keika metode telah diterapkan (proses pemicuan telah dilakukan) dan masyarakat sudah terpicu sehingga diantara mereka sudah ada keinginan untuk berubah tetapi masih ada kendala yang mereka rasakan misalnya kendala teknis, ekonomi, budaya, dan lain-lain maka fasilitator mulai memoivasi mereka untuk mencapai perubahan ke arah yang lebih baik, misalnya dengan cara memberikan alternaif pemecahan masalah-masalah tersebut. Tentang usaha atau alternaif mana yang akan digunakan, semuanya harus dikembalikan kepada masyarakat tersebut.


(1)

IX. Lampiran : LEMBAR KERJA

A. Pedoman Penyusunan RTL

1. Peserta dibagi kelompok menurut asal Poltekes masing-masing 2. Masing-masing kelompok menyusun RPP (lihat Format). 3. Jenis kegiatan

B. RPP (Rencana Program Pembelajaran)

1. Nama Matakuliah : ……….

2. Kode/SKS : …………/… SKS

3. Prasyarat : (nama mata kuliah yang jadi syarat)

4. Status Matakuliah : Pilihan/Wajib (coret yang idak sesuai)

5. Deskripsi singkat Matakuliah

………... ... Jelaskan secara singkat mengenai amanah kompetensi lulusan yang akan dibangun oleh matakuliah ini, isi mata kuliah, metoda pembelajaran, dan metoda penilaian (cukup satu atau dua paragraf saja) .……… ………... ...

6. Tujuan pembelajaran

………... ... Jelaskan atau uraikan secara singkat mengenai tujuan umum mata kuliah yang diajarkan. Dalam menyusun tujuan pembelajaran ini harus mengakomodasikan kompetensi lulusan yang akan dibangun melalui matakuliah ini.

………... ...

7. Hasil pembelajaran (Learning outcomes - LO)

………... ...

126 RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) |


(2)

Bagian ini adalah merupakan bagian terpening dalam RPKPS. Hasil pembelajaran (Learning outcome, LO) adalah rumusan yang jelas dan ringkas tentang kemampuan/kompetensi mahasiswa setelah mengikui proses pembelajaran matakuliah ini.Dalam penulisan hasil pembelajaran perlu memperhaikan hal-hal sebagai berikut:

• Kompetensi ranah KSA (kogniif, ketrampilan, afekif) yang akan dibangun oleh matakuliah ini.

• Rumusan hasil pembelajaran harus bisa diobservasi dan SMART (Speciic, Measurable, Atainable, Realisic, Timely)

• Penulisan hasil pembelajaran dari sisi kemampuan yang akan dicapai oleh mahasiswa.

• Gunakan kalimat akif dan se-spesiik mungkin. Hindari isilah yang samar seperi ‘know’ (mengetahui), ‘learn’ (mempelajari), ‘comprehend’ (memahami) ‘study’ (belajar), dan ‘understand’ (memahami).2

Hasil pembelajaran merupakan basis untuk merancang, memonitor, dan mengevaluasi program pembelajaran.

………... ... 8. Materi Pembelajaran atau Pokok Bahasan atau Topik (bisa dipilih

terminologi yang sesuai)

………... ... 9. Evaluasi yang direncanakan

………... ... 10. Bahan, sumber informasi, dan referensi

2 Lihat UCE Birmingham Guide to Learning Outcomes: htp://www. ssdd.bcu.ac.uk/outcomes/


(3)

11. Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan

Minggu ke

Capaian Pembelajaran

Pokok bahasan

Sub

Pokok bahasan

Metode Pembelajaran

Yang dilakukan mahasiswa

Yang dilakukan

dosen

Media ajar

Rumusan assessment

Metode

assessment Pustaka

(Footnotes)

1 Lihat kerangka monitoring keluaran program STBM

128


(4)

Kementerian Kesehatan

Direktorat Penyehatan Lingkungan, Dit.Jen PP&PL: • Eko Saputro, SKM, MKM, Kasubdit PASD

• Sii Nur Ayu, SKM, MKM, Kasi Standarisasi, PASD • Yulita Suprihain, SKM, M.Kes, Staf PASD dan

Koordinator Sekretariat STBM • Nugroho SKM, Staf PASD

Badan Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia: • Vermona Marbun, SKP, MKM, Kasubdit Pelaihan, Pusdiklatnakes • Mujayanto, SKM, MKM, Staf Subdit Pelaihan, Pusdiklatnakes • Yan Bani Luza Prima Wangsa, Dr, MKM, Widyaiswara, BBPK Ciloto Politeknik Kesehatan Kemenkes:

• DR. Sumihardi, SKM, M.Kes, Ketua Forkom Kesehatan Lingkungan, Poltekes Padang

• Kusrini Wulandari, SKM, M.Kes, Poltekes Jakarta II • Agus Dwi Pramono, SKM, MKM, Poltekes Jakarta II • Bambang Yulianto, SKM, M.Kes, Poltekes Bandung • Lagiono, SKM, M.Kes, Poltekes Purwokerto

• Sarjito Eko Windiarsa, SKM, MP, Poltekes Yogyakarta • Seiawan, SKM, M.Si, Poltekes Surabaya

• Nyoman Purna, S.Pd, M.Si, Poltekes Denpasar

TIM PENYUSUN


(5)

TIM PENYUSUN

Pengurus Pusat HAKLI • Sujono, SKM, MSPH Sekretariat STBM

• Catur Adi Nugroho, ST, Asisten Staf Ahli Bidang Capacity Building

• Paramita Dau, ST, Asisten Staf Ahli Bidang Knowledge Management

• Rani Rahmafuri, SKM, Sekretaris Bilingual

• Rahma Simamora, A.md, S.Kom, Asisten Staf Pengembangan Media Edukasi Penyehatan Air dan Sanitasi Dasar

mitra stbm

• Ir. Nyoman Oka, MM, CB Specialist Consultant, WSP, Bank Dunia • Rahmi Kasri, S.Sos, M.Phil, Insituional Rural Sanitaion Consultant,

WSP, Bank Dunia

• Ontoseno Mahartodjo Oepojo, Dr. M.Si, LO Consultant, WES-UNICEF

130 TIM PENYUSUN |


(6)

9786022354673

ISBN 978-602-235-467-3 KEMENTERIAN KESEHATAN RI, 2013