Pertemuan Permasalahan Kenaikan Harga Pakan Terhadap Produksi Dan Pemasaran Telur

Laporan Tahunan 2008 Setelah pembentukan pengurus asosiasi dan PPUI cabang Sumbar, pertemuan dilanjutkan diskusi dan dialog antara Dinas Peternakan Propinsi Sumbar, kabupatenkota,Asosiasi, PPUI dan para peternak unggas. Hasil Pertemuan :  Para peternak atas nama asosiasi sangat berterima kasih kepada pemda Sumbarcq Dinas Peternakan Propinsi Sumbar yang telah memfaslitasi para peternaka sehingga bergabung dalam satu asosiasi  Diharapkan Pemda Propinsi Sumbarcq Dinas Peternakan Propinsi Sumbar secara terus menerus akan mampu mangakomodir semua permasalahan yang timbul dilapangan serta serta mamp[u mengcover kebutuhan para peternak terutama bahan pakan ternak dengan harga yang wajar.  Perlu uapya pemerintah untuk menyediakan dana penanganan pasca panen untuk produksi jagung dan produksi ternaktelur dalam bentuk dana talangan sehingga kan mampu mengatasi terjadinya fluktuasi hatga pakan ternak dan turunnya harga produksi ternak.  Agar para pengurus Asosiasi dan PPUI cabang Sumbar yang ditetapkan masing-masing menyiapkan rencana kerja jangka pendek dan menengah  Agar Pemerintah membantu pembiayaan pembinaan dan pengembangan Asosiasi dan PPUI cabang Sumbar  Diharpkan Asosiasi dan PPUI secara bertahap akan mampu memfasilitasi kebtuhan peternak.

4. Pertemuan Permasalahan Kenaikan Harga Pakan Terhadap Produksi Dan Pemasaran Telur

Di Sumatera Barat Agribisnis perunggasan di Sumatera Barat merupakan usaha yang dikelola olah masyarakat peternakan dan sampai saat ini telah berkembang dengan baik walaupun dalam perjalanannya mengalami permasalahan baik dari sapronak, budiadaya maupun pemasaran produksinya. Di Sumatera Barat industri perunggasan sampai dengan kondisi tahun 2007, tercatat populasi ternak ayam ras petelur sebanyak 6.460.787 ekor, ternak ayam buras 4.529.802 ekor ternak itik 1.006.445 ekor, ayam ras pedaging potong sebanyak 13.308..143 ekor dan ternak puyuh 770.374 ekor. Dilihat dari dari jumlah populasi unggas dan system pemberian makanan ternak di Sumatera Barat, yang membutuhkan jagung dan dedak adalah ternak ayam ras peletur, ayam buras dan ternak itik. 24 Laporan Tahunan 2008 Sistem pemberian makanan ternak ayam ras petelur di Sumatera Barat agak berbeda dengan sistem pemberiam makanan di daerah lain, dimana di Sumatera Barat para peternak melakukan pencampuran bahan pakan sesuai dengan formulasi peternak sendiri dengan membutuhkan bahan pakan ternak seperti konsentrat produksi pabrik pakan, jagung dan dedak. Dengan sistem pemberian makanan ternak tersebut maka kebutuhan bahan pakan untuk ternak unggas berupa jagung dan dedak adalah merupakan kebutuhan pokok yang sangat penting dan menentukan terhadap kelangsungan dan perkembangan perunggasan di Sumatera Barat. Dilihat dari fluktuasi harga sarana produksi peternakan untuk ayam ras petelur baik DOC, bahan pakan Konsentrat, Jagung dan Dedak serta Vakasin dan Obat-0batan ternak pada awal tahun 2008 ini mengalami kenaikan yang cukup tinggi, dan diikuti dengan sulit para peternak memperoleh bahan pakan terutama jagung di Sumatera Barat serta diiringi dengan rendahnya harga jual produksi telur ayam di tingkat produksen peternak ini membuat para peternak ayam ras petelur di Sumatera Barat mengalami sedikit kewalahan dalam memenuhi kebutuhan sapronak untuk mempertahankan dan mengembangan usahanya. Dalam pertemuan ini fokus utama adalah memecahkan permasalahan kenaikan harga pakan terhadap produksi dan pemasaran telur di Sumatera Barat Tujuan Kegiatan ini adalah : a. Membantu mencari solusi pemecahan permasalahan kenaikan harga pakan ternak yang dihadapi oleh peternak unggas ayam layer dan ayam pedaging. b. Memfasilitasi para peternak dalam pembentukan Asoasi Peternak Ayam Ras Petelur tingkat Propinsi Sumatera Barat dan sekaligus pembentukan Perhimpunan Peternak Unggas Indonesia PPUI. Dengan terlaksananya kegiatan ini, keluaran yang diharapkan adalah : a. Adanya solusi pemecahan masalah tentang harga pakan ternak. b. Dengan terbentuknya Asosiasi dan PPUI cabang Sumbar, akan mampu menampung semua aspirasi para peternak dan mencarikan solusi terhadap semua permasalahan yang dihadapi oleh para peternak di Sumabtera Barat ini, dengan harapan agar agribisnis perunggasan ini dapat berkembang dengan baik dalam iklim usaha yang kondusif. Biaya untuk persiapan pertemuan dan lain sebagainya ditanggung oleh anggaran DIPA Pengembanagan Fasilitas Pelayanan Agroindustri Terpadu Satker Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat Tahun 2008, pada sub kegiatan Pertemuan Teknis MAK.0967.521219 yang dilaksanakan di Hotel Dymens Bukittinggi 25 Laporan Tahunan 2008 pada tanggal 24 Maret 2008, dimulai pukul 09.00 WIB sd pukul 17.00 WIB yang diikiuti 70 orang peserta yang terdiri dari : 1. Kepala Dinas Peternakan Propinsi Sumbar berserta staf 2. Kepala Dinas Peternakan atau yang menangani fungsi peternakan Kabupaten dan Kota daerah Kawasan Sentra Produksi Perunggasan di Sumbar. 3. Dinas Koperasi dan UKM Propinsi Sumbar. 4. Dinas Perindag Prop. Sumbar. 5. Para Peternak Ayam Ras Petelur mewakili daerah Kab dan Kota 6. Pengurus Asosiasi Peternak Ayam Potong Propinsi Sumatera Barat 7. Para Pengusaha Poultry Shop dan Penyalur Bahan Pakan Ternak Se Sumbar 8. Penyalur dan Distributor Obat Hewan di Sumbar Materi pertemuan yaitu : 1. Sambutan Kepala Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat. 2. Pembentukan Asosiasi dan PPUI merupakan aspirasi dari masyarakat pertenak se Sumbar. 3. Diskusi dan dialog antara Dinas Peternakan Propinsi Sumbar, Kab dan Kota dengan Asosiasi, PPUI dan para peternak unggas yang hadir. Pertemuan Permasalahan Kenaikan Harga Pakan Terhadap Produksi Dan Pemasaran Telur Di Sumatera Barat menghasilkan rumusan : 1. Ada beberapa peternak pada tahun 2007 dan awal tahuan 2008 yang membeli mendatang jagung dari luar propinsi Sumatera Barat yakni; Propinsi Bengkulu, Lampung, dan beberapa propinsi di Pulau Jawa dengan harga Rp. 2.400.- kg dengan pesanan diatas 10 ton sedangkan pesanan dengan jumlah dibawah 10 ton seharga Rp. 2.800.-. 2. Kondisi bahan baku pakan terutama jagung saat ini adalah sebagai berikut: a. Ketersediaan bahan pakan ternak unggas terutama Jagung di Sumatera Barat sampai saat ini masih sulit didapatkan, sehingga mengakibat terjadi kenaikan harga jagung di beberapa daerah, sehingga para peternak ayam ras petelur melakukan pembelian jagung dari luar propinsi Sumatera Barat seperti Propinsi Bengkulu, Lampung dan Pulau Jawa. b. Harga jagung yang di beli dari Pulau Jawa, sebesar Rp. 2.400.- kg dengan pesanan minimal 10 ton. c. Nusantara PS dan Rajawali PS mendatangkan jagung dari Kabupaten Pasaman dan Propinsi Sumatera Utara. d. Sesuai dengan data yang disampaikan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura bahwa Produksi Jagung 26 Laporan Tahunan 2008 Propinsi Sumatera Barat tahun 2007 adalah sebanyak 232.615 ton. Produksi jagung termasuk kebutuhan jagung untuk konsumsi manusia berupa jagung manis. Sehingga dari produksi tersebut yang dapat dimanfaatkan oleh pakan ternak hanya 60 dari total produksi, dan termasuk jagung yang dibeli oleh pabrik pakan di Medan. e. Pabrik pakan PT. Charoen Phokpand Jaya Farm yang ada di Medan, sampai saat ini untuk memenuhi kebutuhan jagungnya, masih mengandalkan produksi jagung dari daerah Sumatera Barat dengan mengembangkan pola kemitraan dengan petani jagung. Sehingga akan terjadi persaingan antara Perusahaan Inti Jagung dengan para peternak. f. Sebagian besar peternak ayam ras petelur di Kabupaten 50 Kota dan Kota Padang mendatangkan jagung dari luar Propinsi Sumatera Barat. Pemesanan jagung juga ke Medan karena proses pengolahan jagung Sumbar di Medan. g. Dengan kenaikan harga pakan ternak unggas di Sumatera Barat, sangat dirasakan oleh para peternak terutama para peternak yang memiliki skala usaha kecil, dengan populasi ternak dibawah 5.000 ekor, ini rata mengalami kerugian usaha nya tidak menguntungkan, apabila kondisi ini tidak ada perubahan, maka banyak para peternak ayam ras petelur yang berskala kecil akan bangkrut gulung tikar. h. Sementara peternak yang mempunyai skala usaha sedang 5.000 ekor sd 20.000 ekor para peternak tidak mendapatkan keuntungan, usahanya pada posisi Break Event Point BEP, sedanga untuk peternak yang memiliki skala usaha besar dengan populasi nya diatas 20.000 ekor masih dapat keuntungan tapi kecil. 3. Agar harga pakan ternak tersebut dapat turun dan menguntungkan bagi peternak, diharapkan Dinas Peternakan bersama sama dengan Asosiasi dan Kadin Sumbar untuk dapat memfasilitasi melakukan import jagung dari luar negeri dengan harga berkisar Rp. 2.200.- sd Rp. 2.400.-kg. 4. Untuk melakukan import jagung ini perlu dilakukan pengkajian yang matang, sebab jagung ini merupakan salah satu komoditi import yang di atur, disamping itu perlu diperhatikan dampaknya terhadap para petani jagung di Sumatera Barat. 5. Untuk mengatasi ketersedian jagung untuk pakan ternak di Sumatera Barat perlu diadakan dan dikembangkan kawasan sentra pruduksi jagung yang didukung oleh pemerintah daerah maupu pusat. 6. Perlu diadakan industri penanganan pasca panen jagung dengan membangun silo dan pengeringan jagung sehingga kwalitas jagung untuk pakan ternak dapat terpenuhi terutama dalam hal tingkat kekeringan atau kandungan airnya. 27 Laporan Tahunan 2008 7. Pembentukan Asosiasi Peternak Ayam Ras Petelur dan Perhimpunan Peternak Unggas Indonesia PPUI Cabang Sumatera Barat : a. Pembentukan Asosiasi dan PPUI merupakan aspirasi dari masyarakat pertenak se Sumbar, ini terlihat dari kehadiran para peternak yang mencapai + 70 orang peternak yang merupakan perwakilan dari Kab dan Kota. b. Dengan terbentuknya Asosiasi dan PPUI cabang Sumbar, akan mampu menampung semua aspirasi para peternak dan mencarikan solusi terhadap semua permasalahan yang dihadapi oleh para peternak di Sumatera Barat ini, dengan harapan agar agribisnis perunggasan ini dapat berkembang dengan baik dalam iklim usaha yang kondusif. c. Dengan adanya Asosiasi Peternak Ayam Ras menjalin kerja sama Kadin Sumbar untuk mancarikan solusi terbaik bagi peternak. d. Disamping itu juga diharapkan Asosiasi dan PPUI cabang Sumbar akan mampu menghimpun para peternak dan mencipta suatu pola kerja sama bekerjasama dengan AsosiasiDewan Petani Jagung sehingga terbentuk suatu pola kemitraan yang saing menguntungkan, saling memperkuat dan saling mempercayai. 8. Susunan Pengurus Asosiasi Peternak Ayam Petelur Periode 2008 – 2012 adalah sebagai berikut;  Ketua : Ir. H. Akmal  Wk. Ketua : Ir. Zulkadi Mawardi  Sekretaris : Drh. Harmen  Wk. Sekretaris : Drh. H. Mukmin  Bendahara : H. Masrul Yakin Susunan Pengurus Perhimpunan Peternak Unggas Indonesia PPUI Cabang Sumbar Periode 2008 – 2012 adalah sebagai berikut;  Ketua Umum : H. Isra  Ketua I : Zulkardi Peternakan Umum Unggas  Ketua II : Edi Syofyan Broiler  Sekretaris Umum : Drh. H. Dodi Mulyadi  Sekretaris I : Yoza G. Nahor momon  Bendahara : Hj. Imdesriati 9. Setelah pembentukan pengurus Asosiasi dan PPUI Cab Sumbar, maka pertemuan dilanjutkan diskusi dan dialog 28 Laporan Tahunan 2008 antara Dinas Peternakan Propinsi Sumbar, Kab dan Kota dengan Asosiasi, PPUI dan para peternak unggas yang hadir. Dari hasil diskusi dan dialog tersebut dapat dirumuskan beberapa hal sebagai berikut : a. Para peternak atas nama Asosiasi dan PPUI Cabang Sumbar sangat berterima kasih pada Pemda Propinsi Sumbar cq Dinas Peternakan Propinsi Sumbar yang telah mendukung dan memfasiltasi para peternak dalam pembentukan Asosiasi dan PPUI di Sumbar. b. Diharapkan Pemda Prop. Sumbar cq Dinas Peternakan secara terus menerus melakukan pembinaan terhadap Asosiasi dan PPUI ini sehingga Asosiasi akan mampu mengakomodir semua permasalaan yag timbul dilapangan serta akan mampu mangcover kebutuhan para peternak terutama bahan pakan ternak dengan harga yang wajar. c. Perlu diupayakan pemerintah penyediaan dana penanganan pasca panen terhadap produksi jagung dan produksi ternak telur dalam bentuk dana talangan sehingga program ini akam mampu mengatasi apabila terjadinya fluktuasi harga bahan pakan ternak dan jatuh harga jual produksi ternak. d. Agar para pengurus Asosiasi dan PPUI yang ditetapkan, untuk menyiapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dari masing organisasi tersebut dan sekaligus menyiapkan rencana jangka pendek dan menengah. e. Agar Pemerintah membantu pendanaan untuk pembinaan dan pengembangan Asosiasi dan PPUI Cab Sumbar. f. Asosiasi dan PPUI cab Sumbar, secara bertahap akan mampu memfasiltasi kebutuhan peternak.

5. Pelatihan dan Evaluasi Pelaksanaan LM3 Di Sumatera Barat