commit to user
3. Kajian Tentang Fasilitas Perencanaan dan Perancangan Interior
a. Bangunan Utama Masjid
Masjid adalah rumah Allah, seperti makna yang tersirat dalam firman Allah:
“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-NYA di dalamnya, pada waktu
pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingati Allah, dan dari
mendirikan sembahyang, dan dari membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang dihari itu hati dan penglihatan menjadi
goncang”. Q.S. An-Nuur : 36-37 Dengan demikian, masjid adalah rumah Allah SWT, yang dibangun
agar umat mengingat, mensyukuri dan menyembahNYA dengan baik. Ibadah terpenting yang dilakukan di masjid adalah shalat yang
merupakan tiang-tiang agama islam dan kewajiban ritual sehari- harinya, yang memungkinkan seorang muslim berjumpa dengan
Tuhannya lima kali dalam sehari semalam, sehingga bisa dimisalkan dengan kolam-kolam spiritual yang menjadi tempat pembersihan dari
segala dosa, noda dan bekas-bekas kelengahannya, setiap hari lima kali. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
“ Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang pagi dan petang dan pada bagian permulaan dari malam. Sesungguhnya
poerbuatan-pebuaan yang baik itu menghapuskan dosa perbuatan- perbuatan yang buruk…” Q.S. Huud : 14.
commit to user
i. Pengertian masjid
Masjid berasal dari bahasa Arab. Kata pokoknya sujudan, fi’il madinya sajada ia sudah sujud. Jadi bila dilihat dari segi
harfiah, masjid adalah tempat untuk sujud sembahyang. Mesjid Pusat Ibadat Dan Kebudayaan Islam.1989:118
Nabi Muhammad berkata, “ seluruh jaga tealha dijadikan bagiku masjid tempat sujud”. Bukhari 7:1
Yang maksudnya bahwa sujud kepada Tuhan tidak terikat pada tempat.
Yang membedakan seluruh bumi sebagai masjid dan gedung sebagai masjid adalah:
- Seluruh jagad adalah masjid bagi muslim, tempat untuk
sujud kepada Tuhan, tempat untuk memperhambakan diri pada Tuhan, tempat meluhurkan Tuhan.
Nabi menerangkan, “ bumi ini bagiku suci, bersih dan boleh dijadikan tempat untuk sembahyang, maka
dimanapun orang berada bolehlah ia sembahyang bika waktunya telah tiba”. Hadist Muslim:316
- Gedung sebagai masjid aadalah tempat atau embaga yang
merupakan benih,
yang dalam
perkembangannya melahirkan dunia islam sebagai pusat ibadat dan
kebudayaan islam. Masjid secara bahasa berarti tempat yang digunakan untuk
sujud, selanjudnya disini dipakai untuk pengertian sebuah
commit to user
bangunan yang didirikan untuk tempat berkumpualnya kaum muslim guna mengerjakan shalat.
Masjid dalam pengertian syar’I adalah tempat yang disediakan untuk mengerjakan shalat 5 waktu untuk selamanya. Asal kata
masjid adalah setiap tempat dibumi yang digunakan untuk sujud kepada Allah. Hal ini berdasarkan hadist Jabir ra. Dari
nabi SAW beliau bersabda: “… dijadikanlah untukku bumi sebagai masjid dan alat
bersuci, maka siapa saja dari umatku yang mendapati waktu shalat, hendaklah ia mengerjakan shalat dimana saja mereka
berada. HR Bukhari-Muslim
ii. Sejarah dan Penyebaran masjid
Sejarah islam sejajar dengan sejarah masjid. Dalam pertumbuhan islam, waktu ia meluaskan sayapnya ke segalaa
penjuru angin, tumbuh pula masjid di segala penjuru angin itu. Setelah jazirah arab berhasil diislamkan, arus islam mengalir ke
urata menggenangi Turki, Irak, Negara-negara Balkan, Rusia dan Semenanjung Liberia. Ke sebelah barat melewati Mesir, Sudan,
Libia, Aljazair, Maroko dan Sahara. Ke sebelah selatan melewati Megara-negara yang ada di Afrika tengah dan Afrika selatan
termasuk Madagaskar. Dan ke sebelah timur yang meliputi Iran, Afganistan, Pakistan, India, Tiongkok, Birma, Muang Thai,
Semenanjung Malaya, Vietnam, Filipina dan Indonesia.
commit to user
Di zaman perkembangan islam berkembang pula masjid, baik dalam jumlah, besarnya, bentuk, rupa maupun dalam cara
pelaksanaan tugas-tugasnya. Berbeda dari Timur Tengah pembangunan masjid pada
awal kurun islam di Indonesia bukanlah dilakukan oleh jendral- jendral, karena arus Islam di Indonesia bukan mengaliri saluran
pertikaian politik, tapi saluran perdagangan. Pedagang-pedagang muslim selain membawa barang dagangannya juga membawa
keyakinan. Tidak ada pemisahan antara akherat dan dunia, agama dan kebudayaan, antara dagang dan dakwah. Pekerjaan pedagang-
pedagang ini yang sekalian juga mubaligh, dilanjutkan oleh mubaligh khusus. Di Jawa mereka terkenal dengan sebutan Wali,
kiayi. Di Sumatera dengan panggilan Syekh, Tuanku, Ulama, dan sebagainya. Pendirian masjid berpangkal dari kegiatan-kegiatan
mubaligh ini. Masjid adalah lambang islam. Masjid merupakan barometer
atau ukuran dari suasana dan keadaan masyarakat muslim yang ada di sekitarnya. Maka pembanguan masjid bermakna
pembangunan islam dalam suatu mmmasyarrrakaaat. Keruntuhan masjid bermakna keruntuhan islam dalam masyarakat.
Mesjid Pusat Ibadat Dan Kebudayaan Islam.1989:268
iii. Fungsi masjid
a. fungsi utama masjid aadalah tempat sujud kepada Allah SWT,
tempat shalat, tempat beribadah kepadaNYA.
commit to user
b. Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadat dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT. c.
Masjid adalah tempat kaum muslimin beriktikaf, membersihkan diri, menggembleng batin unuk membina
kesadaran dan
mendapatkan pengalaman
batin atau
keagamaan sehingga selalu terpelihara keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian.
d. Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna
memecahkan persoalan-pesoalan
yang timbul
dalam masyarakat.
e. Masjid merupakan tempat kaum muslimin berkonsultasi,
mengajukan kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan.
f. Masjid adalah tempat membina keutuhan ikatan jamaah dan
kegotongroyangan didalam
mewujudkan kesejahteraan
bersama. g.
Masjid dengan majelis taklimnya merupakan wahana untuk meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan muslimin.
h. Masjid merupakan tempat pembinaan dan pengembangan
kader-kader pemimpin umat. i.
Masjid tempat mengumpulkan dana, menyimpan dan membagikannya.
j. Masjid merupakan tempat melaksanakan pengaturan dan
supervise social.
commit to user
iv. Dasar Hukum Perancangan Masjid
Al-Quran dan Al-Hadist merupakan pegangan bagi umat islam salam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan
sekecil apapun. Al-Quran adalah kitab suci umat islam yang merupakan firman Tuhan yang tertulis dan menjadi pegangan
hidup yang utama. Sedangkan A-Hadist adalah segala ucapan dan tingkah laku nabi Muhammad SAW yang dijadikan suri tauladan
bagi kehidupan sehari-hari. Irwin, 1997:262. Jika ketentuan- ketentuan tentang sesuatu hal tidak diatur dalam Al-Quran dan Al-
Hadist, maka seorang muslim harus melakukan ijtihad yang berarti mencurahkan segenap kemampuan untuk mendapatkan
sesuatu dengan menggunakan akal sekuat mungkin tetapi idak bertentangan dengan Al-Quran dan Al-Hadist.
Jadi walaupun tidak diatur secara tertulis dalam Al-Quran dan Al-Hadist mengenai bagaimana seharusnya bentuk suatu
masjid, kaum muslim disarankan melakukan ijtihad dalam merencanakan ruang masjid. Ini berate merupakan kesempatan
bagi umat islam untuk berpikir, mengambil kepuusan dan berinovasi dalam mendesain suatu masjid.
Berdasarkan ketiga hukum islam tersebut kita dapat mengetahui aturan-aturan mendesain ruang masjid dari sejarah
didirikannya bangunan masjid sebagai hasil ijtihad umat islam pada saat itu. Masjid pertama yang didirikan oleh nabi
Muhammad SAW bernama masjid Quba. Bentuknya sangat
commit to user
sederhana, denah
segi empat
dengan dinding-dinding
disekelilingnya. Meskipun demikian, masjid yang sangat sederhana tersebut dijadikan orientasi atau pola dasar yang utama
bagi masjid-masjid sesudahnya bahkan hingga saat ini. Pola masjid tersebut adalah masjid lapangan, yaitu adanya lapangan
sebagai unsur utama di bagian tengah denah yang dikelilingi dinding sebagai pembaas dengan bagian luar masjid. Rochym,
1983:26-27. Lebih lanjut Rochym menjelaskan bahwa disalah satu
bagian dinding masjid tersebut, yaiu dinding pada arah Mekkah, kota tempat kedudukan Ka
’bah, terdapat sedikit penonjolan dan agak ditinggikan. Tempat ini biasa dipergunakan oleh nabi
Muhammad SAW unuk menyampaikan dakwah dan memimpin umat bersembahyang. Dalam perkembangan masjid selanjutnya,
ruangan yang khusus ini berubah bentuk menjadi semacam relung atau ceruk yang senantiasa menunjukkan arah kiblat Ka’bah dan
kemudian dikenal dengan nama mihrab. Sedangkan didekatnya yaiu tempat duduk nabi yang merupakan tempat yang ditinggikan
diberi nama mimbar dan senantiasa menjadi tempat yang penting untuk ditampilkan dengan penuh gaya dan kemewahan hiasan.
Jadi ada beberapa hal pokok dalam merancang masjid yang tidak boleh dilanggar. Masjid harus menghadap kea
rah Ka’bah kiblat, posisi imam pemimpin shalat berada paling depan
commit to user
kemudian diikuti jamaahmakmum. Posisi makmum pria adalah di depan makmum wanita. Ashari, 1999:71.
Pembagian tersebut dapat kita lihat pada zooning dibawah ini:
arah Ka’bah 1
2
3
Gambar 2.9. Zoning ruang sholat
Sumber: petra Christian University Library
Keterangan:
Zoning 1 yaitu letak dinding mihrab dan mimbar sebagai tempat imam beradi ketika memimpin
sholat dan berkhotbah, yang juga menunjkkan aah kiblat.
Zoning 2 yaitu area makmum pria
Zoning 3 yaitu area makmum wanita. Satu hal yang harus diperhatikan yaitu dalam masjid
diharamkan adanya gambarwujud makhluk hidup manusia dan bewan. Hal ini untuk mencagah musyrik atau menyembah selain
Allah SWT. hasan, 1988:347-363. Oleh karena itu Rochym 1983:154-155 menerangkan bahwa jalan keluar dari adanya
larangan bagi umat islam untuk memvisualkan makhluk hidup sebagai motif adalah penggunaan motif geometris, seni kaligrafi
commit to user
dan sulur-sulur atau stilasi tumbuhan. Motif-motif tersebut mengakibatkan adanya ciri khas elemen hias pada ruang masjid.
v. Elemen Hias Masjid
Elemen hias merupakan salah satu factor penunjang setetika. Bila dikaji secara etimologi, elemen berari unsure, bagian
yang penting, yang dibutuhkan dari keseluruhan yang lebih besar.
Tim Penyusun
Kamus Pusat
Pembinaan dan
Pengembangan bahasa, 1990:224. Dalam desain interior, elemen merupakan unsur-unsur yang
membentuk ruang, yaitu unsure geometri berupa itik, garis, bidang dan voume. Ching, 1996:11.
Elemen hias islam lebih mengacu pada wujud atau jenis motif yang dipilih untuk diterapakn dalam interior bangunan khususnya
masjid, sebagai sentuhan akhir yang menunjang estetika dan tentunya berdasarkan aturan-aturan islam. Diantaranya:
a. Pola hiasan Arabesk
Pola ini muncul sebagai akibat dari sifat agama islam yang fleksibel terhadap kebudayaan tempatdaerah penyebarannya,
dalam hal ini yaitu kebiasaan orang arab yang senantiasa memberikan motif hias arabesk pada setiap alat-alat rumah
tangganya untuk menambah estetika. Jadi peran pola hias ini dalam
interior murni
hanya sebagai
hiasan untuk
memperindah penampilan akhir sebuah bidang dan tidak mempunyai makna khusus.
commit to user
Gambar 2.10. Pola hiasan arabik
Sumber: petra Christian University Library
Gambar 2.11. Penerapan hiasan arabik pada bagian atas relung mihrab the great mosque
Sumber: petra Christian University Library
b. Pola geometris
Pola geometris yang sering digunakan yaitu pola octagon dan delapan sudut atau lebih dikenal dengan pola bintang sar
shapes. Bintang sebagai lambing ciptaan Tuhan yang sangat berguna bagi Aktivitas kehidupan manusia Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Quran, 1989:870. Jadi selain sebagai symbol surat An-Najm, adanya pola ini juga
merupakan salah satu wujud kekaguman mansia terhadap ciptaanNYA. Pada lantai pola geometris persegi panjang
digunakan sebagai tanda shaf sholat.
commit to user
Gambar 2.12. pola octagon
Sumber: petra Christian University Library
Gambar 2.13 pola bintang
Sumber: petra Christian University Library
Gambar 2.14. pola hias geometri modifikasi
Sumber: petra Christian University Library
Gambar 2.15. Gambar 2.16.
Penerapan bentuk gemetri pada mimbar penerapan benuk geometri pada plafon
Sumber: petra Christian University Library Sumber: petra Christian University Library
commit to user
c. Seni kaligrafi arab
Perwujudan seni kaligrafi merupakan media penyampain firman Tuhan. Jadi selain sebagai elemen hias yang sangat
tinggi nilainya, penerapannya dalam interior sebaiknya pada posisi yang mudah dibaca karena menggambarkan bahwa
Tuhan sedang berbicara dengan manusia.
Gambar 2.17 Tampak dinding bagian mihrab dan mimbar dengan perpaduan pola hias kaligrafi-bentuk
geometri Sumber: petra Christian University Library
d. Pencahayaan
Cahaya merupakan symbol dari adanya Tuhan sebagai pemberi cahayaterang bagi umatNYA agar tetap di
jalanNYA, maka interior masjid sebaiknya diberi pencahayaan yang terang dan mempunyai efek khusus, karena masjid
adalah rumah Allah dan tempat bagi umat islam dalam rangka mendekatkan diri denganNYA.
commit to user
Gambar 2.18. Interior salah satu masjid di Madinah. Dominasi warna emas dengan pantulan cahaya yang
berkesan mewah Sumber: petra Christian University Library
b. Bangunan Pendukung Auditorium Gedung Serba Guna
i. Pengertian Auditorium
Menurut A. Kunti Pratiwi dkk, auditorium adalah ruang yang digunakan untuk acara pertunjukan atau audiovisual, seperti
theater, konser, pemutaran film dan sebagainya. Menurut Earnst Neufert, 1980, ruang serbaguna adalah ruang
yang dapat digunakan untuk berbagai bentuk kegiatan seperti pertemuan, jamuan makan, pesta, pameran dan sebagainya. Yang
menjadi pertimbangan dalam desainnya antara lain: jalan masuk yang terpisah untuk ruang serbaguna yang berukuran luas,
dilengkapi dengan partisi yang moveable, dan didukung dengan perlengkapan audiovisual.
Menurut WJS Poerwadarminta, ruang pertemuan adalah ruang
tempat berkumpul
untuk mendengarkan
ceramah, mengadakan pertunjukan dan sebagainya disekolah, universitas,
atau gedung lain.
ii. Macam auditorium
commit to user
1 Auditorium Khusus
Yaitu, ruang peretemuan yang didesain khusus untuk satu jenis aktivitas seperti drama theater, opera house, concert hall, film
theater, dan musical theater. 2
Auditorium Multifungsi Yaitu, ruang pertemuan yang dirancang untuk mengekomodasi
dua atau lebih aktivitas dalam satu tempat. Joseph De Chiara and Michael J. Crosbine, 1998
iii. Fungsi Auditorium
1 Sebagai prasarana kegiatan
2 Sebagai tempat mempertunjukkan kegiatan-kegiatan kesenian,
kebudayaan, dan acara lainnya baik bersifat formal maupun non-formal.
3 Sebagai tempat mempelajari aspek-aspek seni, budaya, sosial
dan aspek yang lainnya.
iv. Aktivitas Auditorium
Aktivitas auditorium terdiri dari : 1
Pihak Penyelenggara a
Melayani pengunjung informasi, tiket, menjaga kebersihan, dan lain-lain
b Mengurus administrasi
c Mengatur teknis seperti perbaikan dan penyimpanan alat-
alat, pengaturan tata lampu dan suara, dan lain-lain. 2
Pihak seniman, pemain, pengisi acara
commit to user
a Melakukan persiapan berhias dang anti kostum
b Melakukan koordinasi dan latihan
c Melaksanakan pentas
3 Pihak pengunjung
a Membeli tiket
b Menonton acara
v. Elemen pembentuk ruang
1 Lantai
Menurut Harold Burris Meyer Edward C. Cole , Lantai pada alas ruang auditorium harus tenang dengan alas
karpet atau sejenisnya pada seluruh ruang audience, bunyi harus ditangkap dan diserap oleh pendengaran, sehingga lantai
tidak menimbulkan bunyi. Agar
semua penonton
mendapat pengalaman
audiovisiual yang baik, maka kemiringan lantai landai membuat bunyi lebih mudah diserap bila merambat melewati
penonton dengan sinar datang miring, seperti gambar dibawah ini :
Gambar 2.19 Pengaruh kebisingan lantai terhadap dumber suara
Sumber: Leslie L. DoelleLea Presetio, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
commit to user
2 Dinding
Dinding berfungsi sebagai media pemantul, pengarah dan penyerap suara. Dengan cara pemilihan bahan dan bentuk
dinding yang mendukung akustik ruang serta penempatan posisi pada tempat yang tepat maka kondisi mendengar yang
baik akan tercapai. Dinding
bangunan sebagaian
besar mampu
mempunyai ketebalan 30 cm. Dinding sebagai pembatas ruang akustik mempunyai aturan umum yaitu bahan penyerap bunyi
harus dipasang pada permukaan batas auditorium yang mempunyai kemungkinan besar menghasilkan cacat akustik
seperti gema, gaung, pemantulan berkepanjangan dan pemusatan bunyi. Lapisan akustik mula-mula di berikan pada
dinding belakang berlawanan dengan sumber bunyi kemudian pada dinding sampai yang paling jauh. Keduanya di
beri lapisan absorpsi suara dan dimanfaatkan untuk memantulkan suara dari arah horizontal terhadap penonton
yang berada paling jauh dari sumber suara sekalipun. Untuk menghindari pemusatan bunyi echo maka dihindari adanya
cekungan pada dinding bagian belakang Leslie L. Doelle Lea Prasetio, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009.
Dinding belakang untuk mengarahnkan bunyi pantul sehingga bias mempeerkuat suara yang ditangkap pendengar
dibagian belakang. Dinding samping untuk mengarahkan
commit to user
bunyi pantul agar merata dan memperkuat bunyi terutama untuk pendengar di bagian samping, dapat diperjelas dengan
gambar di baeah ini:
Gambar 2.20 Pemanfaatan dinding belakang dan samping secara akustik
Sumber: Lusinda Irene M, dkk, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
3 Langit-langit
Langit-langit membantu dalam penyebaran vertical suara dan dapat meredamnya, didukung oleh dinding dan
lantai. Pada Auditotium, pemasangan bidang-bidang gema dapat meningkatkan pemantulan secara langsung. Ceiling
bagian belakang dibentuk melengkung atau miring di beri penyerap suara untuk mengurangi gema dan menghindari
pemantulan balik feedback.
Gambar 2.21 Pemantulan ceiling secara akustik
Sumber: Lusinda Irene M, dkk, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
commit to user
Keterangan : A.
Sangat baik, pemantulan tersebar. B.
Tidak sebaik A C.
Sangat dihindari, menyebabkan pemusatan bunyi. Menurut Harold Burris Meyer Edward C. Cole,
ketinggian ceiling untuk music antara 13 atau 23 dari lebar ruangan. Untuk ruang pertunjukan, dengan lebar 100 feet dan
panjang 150 feet, tinggi langit-langit antara 30-35 feet. Pada langit-langit stage dibuat labih tinggi dari langit-langit ruang
penonton untuk meletakkan segala perlengkapan panggung seperti lampu, kabel, tirai, panel-panel dekorasi, dan lan-lain.
vi. Interior sistem
1 Pencahayaan
a Penerangan Umum
Aspek pencahayaan
pada auditorium
akan berpengaruh langsung pada suasana yang tercipta di dalam
ruangan itu. Sehingga pencahayaan sebagai alat bantu untuk memfoluskan pada kegiatan pertujukan atau stage.
Standart penonton saat melihat pertunjukan akan berada pada posisi membelakangi arah lampu. Dengan demikian
saat duduk, sorot lampu tidak menyilaukan mata penonton. Spotlight pada ruang Auditorium harus pada posisi
tersembunyi, dengan bias pencahayaan yang dapat diputar, akan lebih fleksibel. Posisi lampu pada titik lampu yang
commit to user
tepat, sehingga efek pencahayaannya berada pada radius yang sebenarnya Majalah Griya Asri, dalam Fajarsani
Retno Palupi. 2009. Auditorium pada prinsipnya menghindari bukaan
yang berlebihan, pencahayaan buatan pada level 100-200 lux. Ketajaman penglihatan akan bertambah jelas dengan
besarnya perbedaan tingkat luminasi antara obyek dengan lingkaran sekitar secara langsung. Bisa juga dengan
membuat obyek
terang pada
background gelap.
Pencahayaan umum untuk kegiatan backstage, kegiatan Auditorium sebelum dan sesudah pementasan atau saat
pementasan berlangsung, yaitu untuk penerangan sirkulasi termasuk pintu darurat dan petunjuk toilet. Untuk lampu
dipilih yang sedang atau hangat, minimal sebesar 10 fe foot candle selama istirahat dan 0,1 fe =0,1 lumenft
2
selama pertunjukan berlangsung. Untuk foyer atau loby minimal 10 fe. Untuk entrance minimal 30 fe 30 lumenft
2
= 30 x 10,764 = 322,92 lumenm
2
Ernst Neufert, 1987, h.176.
b Penerangan Khusus
Untuk aktivitas panggung yaitu : Memperjelas ekspresi atau gerak pemain
Memberi efek untuk menguatkan karakter Memperjelas bagian-bagian tertentu dari tata panggung
commit to user
Member efek warna sesuai cerita Membentuk ruang gerak pemain
ntuk stage, pencahayaan tidak boleh menimbulkan silau bagi penonton atau pemain. Sudut datang vertical 450
dan sinar datang horizontal 600. Iluminasi di atas stage lebih tinggi dari ruang penonton, supaya perhatiannya
terarah ke stage missal sampai 500 lux A. Faizin, 1990, h.120.
Gambar 2.22 Sudut dating cahaya terhadap panggung
Sumber: Fred Lawson, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
c Sistem Pencahayaan
Menurut J. Pamudji Suptandar penempatan sumber cahaya pada ruangan terdapat beberapa teknik antara lain
i. Teknik pencahayaan pada dinding terdiri dari ;
- Cove Lighting : pencahayaan distribusi tidak
langsung dengan
sumber cahaya
yang ditempatkan pada dinding secara tersembunyi.
- Valances Lighting : pencahayaan distribusi tidak
langsung dengan
sumber cahaya
yang
commit to user
ditempatkan di atas jendela untuk direfleksikan kearah ceiling bawah.
- Wall Lighting : variasi dari valences dengan
penempatan sumber cahaya pada dinding tidak terikat di atas jendela dan tidak terikat ketinggian
- Accent Lighting : dengan distribusi langsung,
sumber cahaya di tempatkan di dinding. ii.
Menurut M. David Ega, Teknik pencahayaan langit- langit terdiri dari ;
- Cornices Lighting : pencahayaan distribusi
langsung, dengan
sumber cahaya
yang ditempatkan pada langit-langit dan direfleksikan
ke bawah. -
Recessed in Ceiling : pencahayaan distribusi langsung,
dengan sumber
cahaya yang
ditempatkan tersembunyi masuk ke langit-langit. -
Attached to ceiling atau surface mounted : pencahayaan distribusi langsung, sumber cahaya
menempel pada permukaan langit-langit. -
Luminous : pencahayaan distribusi langsung, dengan penggunaan sheet transparan.
- Soffit : pencahayaan pencahayaan distribusi
langsung, seperti cornices, dengan memakai sheet transparan.
commit to user
d Efek Lighting
Merupakan bagian yang sangat penting untuk memproduksi suatu pertunjukan terdiri dari :
Fire Light, dengan efek sinar seperti nyala api. Laser, sinar laser dengan berbagai jenis warna dan
model Car Head Light, berupa motor penggerak lampu yang
sangat penting untuk menentukan posisi lampu. e
Posisi pencahayaan gantung Keefektifan pencahayaan tergantung dari banyaknya
peralatan yang dimiliki ruang itu. Kebanyakan Auditorium menggunakan
sistem pemasangan
lighting secara
permanen. Pada beberapa lampu, posisi biasanya dipasang di atas ruang penonton untuk pencahayaan depan disebut
„Ceiling Coves’. Terdapat juga posisi lighting menggunakan “Box Boms’, yaitu berupa sambungan pipa
yang menyatu dengan
proscenium
. Begitu juga dengan pemasangan lighting di atas
panggung yang juga terdiri dari pipa silang, yaitu pipa pemberat untuk keseimbangan dengan sistem motorized
yang posisinya dapat disesuaikan. Jarak peralatan pencahayaan hingga ke panggung rata-rata antara 30-80
kaki, untuk sistem gantung di atas penonton. Sedang yang di atas panggung antara 20-40 kaki. Untuk peralatan
commit to user
tambahan digunakan uplight di lantai, atau
footlight
yang sekarang lebih jarang digunakan.
2 Penghawaan
a Terdapat dua jenis sistem pengaliran udara, yaitu :
Sistem mekanis, semisal kipas angin untuk mempercepat gerakan
udara dengan
tidak mengurangi
derajat kelembaban udara sekitar.
b Sistem AC, sistem pengaturan udara dalam ruang secara
teratur dan konstan. Adanya sirkulasi udara yang lancar memungkinkan
ruangan dalam suhu dan kelembaban yang wajar dan nyaman.
Gambar 2.23 System penghawaan
Sumber: Fred Lawson, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
Keterangan : A.
Ventilasi penghawaan dengan sistem bergerak atas B.
Ventilasi penghawaan dengan sistem bergerak bawah C.
Ventilasi penghawaan dari depan ke belakang
commit to user
Penggunaan AC Central menghindari bising yang ditimbulkan, sehingga tidak melampaui background noise
yang diisyaratkan antara 15-25 db. Macam-macam AC antara lain :
a Window unit, yaitu AC untuk ruang-ruang kecil yang
sistem mekanisnya dalam 1 unit kompak. b
Split unit, penggunaannya untuk 1 atau beberapa ruang, sedang kelengkapan untuk evaporator terpisah tiap
ruang. c
Central unit, untuk ruang luas dan perlengkapan keseluruhan berada di luar ruangan lalu didistribusikan
ke ruang-ruang melalui ducting dan berakhir dengan aliran diffuser.
J. Pamudji Suptandar, dalam Fajarsani Retno Palupi 3
Akustik a.
Sistem Akustik Adanya luondness yang cukup dalam tiap bagian ruang
pertunjukan terutama di tempat-tempat duduk yang jauh. Bebas gema, pemantulan berkepanjangan, gaung,
pemusatan bunyi, distorsi, bayangan dan resonansi ruangan.
Bising dan getaran yang akan mengganggu pendengaran atau pementasan harus dihindari atau dikurangi cukup
commit to user
banyak. Lusida Irene M.dkk, dalam Fajarsani Retno Palupi.2009
b. Sistem penguat bunyi
Mikropon, terdiri dari: -
Hand Mikrophone, yaitu sejanis mik yang dipegang -
Stand Mikrophone, yaitu mik dengan posisi berdiri di lantai di depan obyek atau pemakai.
- Hidden Mikrophone, yaitu yang letaknya
tersembunyi di belakang obyek. -
Penguat amplifier Untuk memperbesar sinyal listrik yang diteruskan
kepada pengeras suara, selain itu berfungsi pula sebagai : Pengeras suara Loudspeaker
Untuk meneruskan suara kepada pendengar c.
Material akustik Jenis bahan akustik yang dapat digunakan antara lain :
Akustik bahan berpori, karakteristik akustik dasar semua bahan berpori, sperti fiber board atau papan
srat, soft board atau plesteran lembut, dan material wools.
Penyerap panel, berupa panel yang menyerap frekuensi rendah dengan efisien. Diantara lapisan-lapisan dan
konstruksi dari penyerap panel adalah panel kayu dan
commit to user
hard board. Juga gypsum board, langit-langit plesteran yang digantung, dan lain-lain.
Helmholtz Resonators lubang resonansi : bahan akustik yang terdiri dari rongga atau lubang bunyi
resonansi. Penyerap ruang, yaitu bahan akustik yang dapat
diletakkan dan digantung pada langit-langit sebagai unit sendiri, mudah di pasang dan dipindahkan.
Penyerap variable, terdiri dari bermacam-macam panel yang dapat digeser, berengsel, dapat dipindahkan dan
diputar konstruksinya. Jenis material akustik dapat digunakan berbagai media
antara lain : Material akustik pada dinding, terdiri dari :
- BAD panel : Panel dinding berlapis upholstery yang
bersifat menyerap suara bising, dan memantulakn suara jernih diffsorptive.
- Absorbor : Panel dinding yang bersifat menyerap
suara dilapisi upholstery. -
Fluterfree :
Material hardwood
bersifat memantulkan suara dengan tingkat frekuensi
penyerapan rendah. -
Diffuser blox : Material board yang menyebarkan, menyerap, dan mengisolasi suara.
commit to user
- Biffusor : Panel knock-down dapat diubah yang
bersifat menyerap suara. -
Clearsorber Material : Polikarbonat berlubang dan transparan transparent microperforated.
http:www.rpginc.comproductswallas.com .
Material akustik pada ceiling, terdiri dari : -
BASW Aphon : Papan akustik berpermukaan halus dan rata.
- Top Akustik : Terbuat dari bahan kayu penyerap
suara, mempunyai permukaan kasar. -
Top Perfo : Pemasangan sistem kayu penyerap suara dengan desain berlubang.
- FRG Omnifussor : Fiber gypsum beresistensi tinggi
dengan sistem diffuser penyebar suara 2 dimensi. -
Opti Curve : Bahan GRG untuk sistem ceiling dengan figure 1 dimensi.
http:www.rpginc.comproductsceiling.htm d.
Elemen pokok akustik Terdapat 3 jenis elemen principal dalam sistem akustik,
yaitu : Microphone : untuk menangkap suara yang di hasilkan
di panggung dan di Auditorum.
commit to user
Loudspeaker lepas, yaitu diposisikan mengelilingi Auditorium untuk menghasilkan kembali pantulan
suara yang hilang dan pemusatan bunyi echo. Peralatan Central , meliputi advance digital processor,
amplifier, dan control panel untuk menyeleksi seting akustik dan berbagai fungsi lainnya seperti line input
dan line output. http:www.rpginc.comproductssiap
e. Kriteria akustik
Kebisingan pada lantai
Pada Auditorium, kebisingan pada lantai dapat ditolerir di bawah level penekanan suara NC25 seperti
kurva di bawah, dimana pada level NC30 merupakan kebisingan terburuk yang juga masih dapat diterima.
Pengukuran akan kebisingan pada dasar lantai diperlukan untuk memperoleh suara yang stabil,
namun tidak bias secara efektif menghindari gangguan suara misalnya bising alat proyektor. Walaupun
nkebisingan itu tidak mungkin terdengar di area penonton.
Pantulan suara dapat terpecah menjadi dua tipe, yaitu suara stabil steady state noise yang dipengaruhi oleh
sistem peralatan suara. Tipe kedua yaitu suara uang tidak konstan atau patah intermittent noise. Pada
commit to user
gambar di bawah ini diperlihatkan karakteristik frekuensi dari tingkat penekan suara, yaitu kurva NC
yang dipengaruhi oleh kebisingan dari lantai.
Gambar 2.24 Kurfa System karakteristik frekuensi
Sumber: www.cinemaequipmentsales.com
, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
Perpanjangan bunyi
Struktur akustik tentunta berbeda, yaitu tergantung apakah Auditorium digunakan untuk pertunjukan
music konser atau pemutaran cinema. Hal yang paling jelas terletak pada perpanjangan bunyi
reverberation, dimana untuk cinema perpanjangan bunyi harus ditekan serendah mungkin. Sedang untuk
konser bisa ditambahkan, untuk meningkatkan tingkat kekerasan music, yang membuat suara lebih semarak
dan menyenangkan. Perpanjangan bunyi yang berlebihan mengakibatkan
menurunnya kejelasan suara. Selain dipengaruhi oleh bahan-bahan akustik dan besarnya ruang, penundaan
commit to user
pemantulan bunyi dipengaruhi juga oleh panjang ruangan tersebut, seperti pada gambar dibawah ini.
Penundaan pemantulan bunyi pada 500 Hz untuk volume ruang yang berbeda-beda.
Gambar 2.25 Penundaan pemantulan bunyi pada 50 Hz untuk berbagai volume ruang
Sumber: www.cinemaequipmentsales.com
, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
Pemantulan bunyi
Pemantulan bunyi tidak dapat menjamin pencapaian akustik yang baik. Desain Auditorium yang baik dapat
mencegah resonansi dan pemantulan bunyi. Dari segi praktikal telah membuktikan bahwa pada bagian depan
dinding loudspeaker
haruslah punya
tingkat penyerapan bunyi yang lebih tinggfi pada pemilihan
materialnya. Secara akustik, material penyerap bunyi dapat
ditambahkan pada sisi Auditorium, namun desain Auditorium modern yang menggunakan area kaca
yang lebih luas pada dinding ruang control proyeksi, juga dapat menyebabkan masalah pemantulan bunyi.
commit to user
Pemantulan bunyi silang
Peralatan untuk keperluan akustik berhubungan dengan suar yang memantul pada dinding tepi di bagian depan
Auditorium. Untuk pertunjukan konser, hal ini bias sangat baik, ditambah dengan kekerasan stereo, yang
membuat music lebih atraktif. Namun untuk
penggunaan dialog pada pemutaran cinema bias mengakibatkan menurunnya kejelasan suara, dimana
terjadi pemusatan bunyi echo dan berulang-ulang. Untuk solusinya, dinding tepi pada Auditorium
haruslah memakai bahan penyerap suara berkualitas tinggi. Dan loudspeaker tidak diletakkan sejajar dan
perlu ruang cukup, untuk meminimalisasi sinyal yang dapat berbenturan dengan dinding tepi agar tidak
terjadi dengungan suara tinggi.
Gambar 2.26 Kurva pemanjangan bunyi pada tingkat suara
Sumber: www.cinemaequipmentsales.com
, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
commit to user
Gambar 2.27 Penundaan waktu pada bunyi pantul memperkuat bunyi langsung
Sumber:Doelle Leslie L Lea Prasetio, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
Gambar 2.28 Penundaan waktu pada bunyi pantul memperkuat bunyi langsung
Sumber:Doelle Leslie L Lea Prasetio, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
Keterangan : A.
Hanya menyediakan pemantulan dengan waktu tunda singkat yang terbatas.
B. Permukaan langit-langit yang dimiringkan dengan tepat
lebih menyumbang pengadaan pemantulan bunyi yang berguna, yaitu kekerasan yang cukup.
Gema
Gema tidak boleh dicampur adukkan dengan dengung. Gema adalah pengulanagn bunyi asli yang jelas an
sangat tidak diinginkan, sedang dengung hanya sampai batas-batas tertentu, yaitu perluasan atau pemanjangan
bunyi yang menguntungkan.
commit to user
Gambar 2.29 Cacat-cacatakustik dalam auditorium
Sumber:Doelle Leslie L Lea Prasetio, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
Keterangan : 1.
Gema 2.
Pemantulan dengan waktu tunda yang panjang 3.
Bayang-bayang bunyi 4.
Pemusatan bunyi Gaung
Gaung terdiri dari gema-gema kecil yang berurutan dengan cepat dan dapat dicatat serta
diamati bila ledakan bunyi singkat, seperti tepukan Langan
atau tembakan,
dilakukan diantara
permukaan-permukaan pemantul bunyi yang sejajar, walaupun kedua pasangan dinding lain
yang berhadapan
tidak sejajar. Eliminasi
permukaan pemantulan yang berhadapan dan saling sejajar adalah salah satu cara untuk
menghindari gaung. Gaung tidak akan terjadi bila
commit to user
sumber bunyi tidak diletakkan diantara permukaan- permukaan sejajar yang bermasalah.
Gaung juga dapat terjadi antara permukaan-permukaan pemantul bunyi yang tidak sejajar, bila sumber bunyi
diletakan diantara pennukaan-permukaan, seperti pada gambar berikut
Gambar 2.30 Gaung pada permukaan pemantulan bunyi yang tidak sejajar
Sumber:Doelle Leslie L Lea Prasetio, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
Gambar 2.31 Dinding belakanng pemantul bunyi
Sumber:Doelle Leslie L Lea Prasetio, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
Pemusatan bunyi
Pemusatan bunyi, yang kadang dinyatakan sebagai titik panas atau hot spots, disebabkan oleh
pemantulan bunyi pada permukaan-permukaan
Sumber: Doelle leslie L Lea Prasetio, 1986
commit to user
cekung. Intensitas bunyi pada hot spots sangat tinggi, sehingga terjadi cacat bunyi pada daerah
lain atau titik mati dead spots, dimana kondisi mendengar buruk. Adanya titik panas dan titik
mati menyebabkan distribusi energi bunyi yang tidak merata dalam ruang. Pemilihan dan
pemasangan sistem penguat suara yang cocok dan tepat dapat mengurangi gejala a ku s t i k
gem a, p em ant ul an
yan g b er kep anj a ngan,
gaun g d an pemusatan bunyi yang merusak, tetapi sistem tersebut tidak akan pernah bisa
mengatasinya dengan sempurna. f.
Pemilihan lokasi akustik Memilih lokasi yang tenang da
p
at mengurangi pengeluaran konstruksi Auditorium untuk menghindari gangguan
kebisingan. Diusahakan agar menghindari hal-hal berikut ini :
1. Dekat dengan jendela bermaterial kaca
2. Dekat dengan
building service
seperti toilet, ruang
mechanical electrical,
dan ruang peralatan lainnya. 3.
Dekat dengan sumber bising lainnya. g.
Detail akustik Gam bar di bawah ini m enunj ukkan ti pe des ai n
di ndi ng yang diperlukan untuk mencapal isolasi suara
commit to user
yang baik, yaitu:
Gambar 2.32 Desain dinding isolasi suara
Sumber:Doelle Leslie L Lea Prasetio, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
vii. Layout Auditorium
Dalam penyusunan layout Auditorium perlu ditekankan fungsi dan kebutuhan aktivitas manusta yang mendukung.
Perencanaan layout tidak lepas dari denah atau bentuk ruang, posisi entrance dan keluar, serta pembagian ruang-
ruang dengan aktivitas lain pula. 1 Stage
a Harus memenuhi syarat auditif dan visual sesuai
dengan tuntutan pertunjukkan. b
Persyaratan sudut kemkmatan pandang dengan memperlebar posisi seats untuk mendukung kejelasan
ekspresi atau gerak pernam. 2 Audience Room
a Posisi terbaik penonton untuk mellhat ke stage atau
panggung b
Kejelasan antara baris duduk untuk mempermudah sirkulasi
commit to user
c Jarak jauh penonton dari stage adalah 25 meter.
3 Ruang Pengiring Musik atau Instrumen Terl et ak ,di a nt ar a p a nggun g d an ar ea p en ont on, bi s a
j uga di belakang atau di camping panggung. 4 Backstage
a
Merupakan ruang pendukung pertunjukan
b
Pemanfaatan daerah pandang terbaik secara optimal Beberapa jenis layout ruang pertunjukan atau auditorium:
Gambar02.33 Penataan Lay out tipe proscenium theaaters
Sumber: Joseph De Chiara, Julius Panero and Martin Zelnik, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
Gambar 2.34 Penataan Lay out tipe arena theaaters
Sumber: Joseph De Chiara, Julius Panero and Martin Zelnik, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
commit to user
Gambar 2.35 Penataan Lay out tipe open thrust theaaters
Sumber: Joseph De Chiara, Julius Panero and Martin Zelnik, dalam Fajarsani Retno Pa lupi. 2009
viii. Furniture
Dalam perancangan
sebuah ruang
Auditorium, perancangan furniture perlu memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Fungsi dan aktivitas
b. Ketahanan baik konstruksi maupun terhadap temperatur
c. Estetika
Penempatan tempat
duduk pada
jarak maksimum
penghayatan suara adalah 30m. Lebar jalur atau aisle minimal 1 m dan jarak antara sandaran 0,9 m. jumlah kursi antara dua
jalur adalah 14-22 kursi, sedang antara satu jalur dan dinding adalah 7-11 kursi.
Kursi ruang penonton sebaiknya didesain permanen fixed seating, yang mempunyai sandaran tangan yang
meliputi perlengkapan
seperti i ns t a l a s i
k ab e l , m i k r op o n,
vo t i n g s i s t e m
, p e n ya r i n g u da r a , l a m pu tersembunyi dan meja tulis.
Perlu dipertimbangkan pula mengenai sistem mekanis, ketahanan upholstery kursi dan resiko kebakaran,
commit to user
keseimbangan penyerapan
suara, konstruksi
dan kemudahan dalam membersihkan Fred Lawson, 2000,
h.7374, Penataan kursi pada ruang pertunjukkan didasarkan pula
pada titik pandang penonton ke panggung terhadap penonton di depannya, seperti pada gambar berikut :
Gambar2.36 Penataan kursi
Sumber: Joseph De Chiara, Julius Panero and Martin Zelnik, dalam Fajarsani Retno
Palupi. 2009
ix. Warna
Semua cahaya adalah wama. Mata manusia paling peka terhadap spektrum cahaya kuning-hijau sekitar 550
nanometer, daripada cahaya merah atau biru pada susunan spektrum terakhir. Warna panggung pada produksi cahaya
berwarna menggunakan
plastic filter
bertemperatur tinggi. Terdapat banyak 100 warna berbeda yang dihasilkan.
Filter ini telah melewati atau mentransmisi wama asli dan menyerap menjadi beberapa bagian wama.
Penggunaan
Ma ss filter
biasanya tersedia dalam jumlah warna
yang terbatas.
Generasi barn
glass filter
commit to user
yaitu
~,dichr oic
yang juga digunakan untuk pencahayaan entertainment. Tidak seperti glass filter biasa yang hanya
menyerap warna namun tidak menyebarkan, maka
dichr oic
dapat mentransmit warna tertentu dan menyinarkan kembali ke dalam beberapa. warna http:www.mts.net~wiIIIam5sldsld-
300.htm Sedang berdasar letaknya, wama dibagi menjadi
1 Warna hangat
: merah, orange, kuning 2
Warna dingin : hijau, biru, ungu
3 Wama netral
: abu-abu, hitam, putih Menurut John F. Pile dalam bukunya. Color In Interior
Design efek psikologis warna adalah : 1
Merah, terlihat hangat, menggembirakan, dan memberi semangat
2 Orange, hampir sama dengan merah, dengan intensitas yang
lebih kecil. 3
Kuning, diasosiasikan dengan keceriaan, humor dalam pencahayaan besar theater biasanya untuk adegan komedi
4 Hijau, memberi kesan tenang, damai, dan membangun
5 Biru, memberl kesan tentram, tenang, sejuk dan
diasosiasikan dengan kemuliaan 6
Ungu, warna yang mendekati tegang dan depresi, namun juga keagungan pada intentitas tertentu
7 Hitam, warna yang sangat kuat, formalitas, dan kehidmatan
commit to user
x. Sistem sirkulasi Auditorium
Pada area
penonton harus
jelas, langsung,
mengarah dan terbagi secara merata. Tipe sirkulasi penonton dapat ditunjukkan pada gambar berikut :
Gambar2.37 Tipe sirkulasi
Sumber: Harold B.Mayer, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
4 Faktor keamanan
Terhadap Bahaya Kejahatan Manusia Dilakukan secara langsung oleh satpam dan
pengunaan kamera
pengontrol CCTV sebagai pengawasan tidak langsung.
Terbadap Bahaya Kebakaran Fire Alarm atau alarm kebakaran otomatis berbunyi jika
ada api atau panas mencapai suhu 135-160° C a
Smoke Detector
, merupakan alas deteksi asap diletakkan pada tempat dan iarak modul tertentu.
Berfungsi bila suhu mencapai 70°C.
commit to user
b
Automa tic Spr inkles
, pernadam. kebakaran am suatu jaringan saluran yang dilengkapt dengan kepala
penyiram. c
F i r e H yd r a n t
, menggunakan daya sempr ot air melalui selang sepanjang 30 meter dalam kotak
F ir e Extinguisher
, pemadam kebakaran portabel berjarak 30 Meter dengan lobar memadai dan konstruksi tahan
api.
B. PENDEKATAN DESAIN
1. Pengertian Judul Proyek