Amar Putusan Putusan Mahkamah Konstitusi No. 93PUU-X2012

57 2. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya; 3. Menolak permohonan Pemohon untuk selain dan selebihnya. Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh sembilan Hakim Konstitusi yaitu Moh. Mahfud, MD., selaku Ketua merangkap Anggota, Achmad Sodiki, Muhammad Alim, Harjono, Ahmad Fadlil Sumadi, Hamdan Zoelva, M. Akil Mochtar, Maria Farida Indrati, dan Anwar Usman, masingmasing sebagai Anggota, pada hari Kamis, tanggal dua puluh delapan, bulan Maret, tahun dua ribu tiga belas, dan diucapkan dalam Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi terbuka untuk umum pada hari Kamis, tanggal dua puluh sembilan, bulan Agustus, tahun dua ribu tiga belas, selesai diucapkan pukul 09.41 WIB, oleh delapan Hakim Konstitusi yaitu M. Akil Mochtar, selaku Ketua merangkap Anggota, Hamdan Zoelva, Muhammad Alim, Ahmad Fadlil Sumadi, Anwar Usman, Maria Farida Indrati, Arief Hidayat, dan Patrialis Akbar, masing- masing sebagai Anggota, dengan didampingi oleh Hani Adhani sebagai Panitera Pengganti, dihadiri oleh Pemohon atau kuasanya dan Pemerintah atau yang mewakili, tanpa dihadiri Dewan Perwakilan Rakyat atau yang mewakili. Terhadap putusan Mahkamah ini, Hakim Konstitusi Hamdan Zoelva, Hakim Konstitusi Ahmad Fadlil Sumadi memiliki alasan berbeda concurring opinion dan Hakim Konstitusi Muhammad Alim memiliki pendapat berbeda dissenting opinion;

2.11. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

Di dalam hubungan hukum antara bank dan nasabah dimulai dengan disepakatinya akad yang berlaku bagi mereka. Pelaksanaan akad pada awalnya diniatkan agar tujuan para pihak dapat terwujud, namun dalam pelaksanaannya tidak semua akad berjalan dengan baik. Pelaksanaan akad mulai terkendala dengan adanya masalah. Menurut Mahmoeddin, masalah adalah adanya suatu kesulitan yang memerlukan pemecahan, atau suatu kendala yang mengganggu pencapaian tujuan atau kinerja yang optimal. Masalah itu dapat juga merupakan suatu penyimpangan atau ketidakserasian antara keharusan dan 58 kenyataan. Inti dari rumusan masalah yang harus memperoleh jawaban adalah memperbaiki kesalahan bila memang ada kesalahan yang dijumpai dan menghilangkan kendala bila memang ada kendala yang ditemukan. Hubungan hukum antara bank dan nasabah timbul karena adanya akad pembiayaan. Pembiayaan bermasalah adalah salah satu dari lima masalah besar yang dihadapi oleh perbankan nasional. Pengertian pembiayaan bermasalah menurut pengertian bank adalah pembiayaan yang berada dalam klasifikasi diragukan dan macet non performing loans. Dalam hal terdapat pembiayaan bermasalah, bank menjaga likuiditasnya dengan berusaha mengupayakan penyelesaian permasalahan yang dihadapinya. Berdasarkan asas dalam pelaksanaan akad pembiayaan maka dapat diterapkan Asas Pacta Sunt Servanda yang berarti bahwa akad para pihak yang dibuat secara sah mengikat sebagai undang- undang. Penyelesaian perselisihan akad pembiayaan dalam praktik perbankan syariah melalui mekanisme non litigasi dan litigasi. Penyelesaian sengketa dengan mekanisme non litigasi diselesaikan berdasarkan Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa selanjutnya ditulis UU Arbitrase dan APS. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU Arbitrase dan APS, Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Berdasarkan Pasal 1 angka 10 UU Arbitrase dan APS Alternatif Penyelesaian Sengketa, Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli. Penyelesaian sengketa melalui Arbitase di Indonesia diselesaikan melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia selanjutnya ditulis BANI dan Badan Arbitrase Syariah Nasional selanjutnya ditulis BASYARNAS. Penyelesaian sengketa melalui BANI didasarkan pada UU Arbitrase dan APS, sedangkan penyelesauan sengketa melalui BASYARNAS belum diatur dalam peraturan perundangan tersendiri. Selama ini para pihak dapat bersepakat dengan mengacu dari Keputusan Majelis Ulama Indonesia Nomor Kep-09MUIXII2003 tanggal 24 Desember 2003 menetapkan diantaranya perubahan