2. Fase trophotropic
Pada malam hari manusia berada pada fase trophotropic yaitu fase dimana tubuh melakukan pembaharuan cadangan energi atau
penguatan kembali.
2.3 Kelelahan Kerja
Istilah kelelahan selalu mengarah kepada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan, walaupun itu bukan satu-satunya gejala. Secara
umum gejala kelelahan yang lebih dekat adalah pada pengertian kelelahan fisik atau physical fatigue dan kelelahan mental atau mental fatigue A.M Sugeng
Budiono, dkk 2003. Suma‘mur dalam bukunya Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja
2009 kelelahan menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya
ketahanan tubuh untuk bekerja. Secara psikologis, kelelahan yaitu keadaan mental dengan ciri menurunnya
motivasi, ambang rangsang meningi, menurunnya kecermatan dan kecepatan pemecah persoalan. Secara fisiologis, kelelahan yaitu penurunan kekuatan otot
yang disebabkan karena kehabisan tenaga dan sisa-sisa metabolisme, misalnya asam laktat dan karbon dioksida. Kelelahan diterapkan berbagai macam kondisi
merupakan suatu perasaan bagi setiap orang mempunyai arti tersendiri dan bersifat subjektif Kodrat, 2009.
2.3.1 Jenis Kelelahan Kerja
Kelelahan kerja dibedakan berdasarkan: 1.
Proses dalam otot yang terdiri atas; a.
Kelelahan otot ditandai oleh tremor atau rasa nyeri yang terdapat pada otot. Otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan,
bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi, berkurangnya koordinasi serta otot menjadi gemetar Suma‘mur, 2013.
b. Kelelahan umum ditunjukkan oleh hilangnya kemauan untuk bekerja,
yang penyebabnya adalah keadaan persarafan sentral atau kondisi psikis-
psikologis Suma‘mur, 2013. Perasaan adanya kelelahan secara umum dapat ditandai dengan berbagai kondisi antara lain: lelah
pada organ penglihatan atau mata, mengantuk, stress pikiran tegang dan rasa malas bekerja circadian fatigue Nurmianto, 2004.
2. Waktu terjadinya kelelahan.
a. Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau
seluruh tubuh secara berlebihan b.
Kelelahan kronis terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari, berkepanjangan dan bahkan kadang-kadang telah terjadi sebelum
memulai suatu pekerjaan. 3.
Penyebab terjadinya kelelahan a.
Faktor fisiologis, yaitu akumulasi dari substansi toksin asam laktat dalam darah, penurunan waktu reaksi.
b. Faktor psikologi, yaitu konflik yang mengakibatkan stress yang
berkepanjangan, ditandai dengan menurunya prestasi kerja, rasa lelah dan ada hubungannya dengan faktor psikososial Schultz, 1982.
2.3.2 Gejala Kelelahan Kerja
Gambaran mengenai gejala kelelahan fatigue symptons secaa subjektif dan objektif antara lain sebagai berikut Ramandhani, 2003.
a. Perasaan lesu, ngantuk, dan pusing.
b. Tidak atau kurang mampu berkonsentrasi.
c. Berkurangnya tingkat kewaspadaan.
d. Persepsi yang buruk dan lambat.
e. Tidak ada atau berkurangnya gairah untuk bekerja.
f. Menurunnya kinerja jasmani dan rohani.
Beberapa gejala ini dapat menyebabkan penurunan efisiensi dan efektivitas kerja fisik dan mental. Sejumlah gejala tersebut manifestasinya timbul
berupa keluhan oleh tenaga kerja dan seringnya tenaga kerja tidak masuk kerja. Beberapa bentuk kelelahan yang terjadi pada dunia kerja merupakan suatu kondisi
kronis ilmiah. Keadaan ini tidak hanya disebabkan oleh suatu sebab tunggal seperti selalu kerasnya beban kerja, namun juga oleh tekanan-tekanan yang
terakumulasi setiap harinya pada suatu masa yang panjang. Apabila keadaan seperti ini berlarut-larut maka akan muncul tanda-tanda memburuknya kesehatan
yang lebih tepat disebut kelelahan klinis atau kronis. Pada keadaan seperti ini, gajalanya tidak hanya muncul selama periode
stress atau sesaat setelah masa stress tetapi cepat atau lambat akan sangat
mengancam setiap saat. Perasaan lelah kerapkali muncul ketika bangun di pagi hari, justru sebelum saatnya bekerja misalnya berupa perasaan yang bersumber
dari terganggunya emosi. Sejumlah orang kerapkali menunjukkan gejala-gejala seperti meningkatnya ketidakstabilan jiwa, depresi, kelesuan umum seperti tidak
bergairah kerja, dan meningkatnya sejumlah penyakit fisik Ramandhani, 2003.
2.3.3 Penyakit Berhubungan dengan Kelelahan
Kelelahan berkepanjangan adalah yang dilaporkan sendiri, persisten konstan kelelahan yang berlangsung setidaknya satu bulan. Kelelahan kronis
adalah kelelahan yang dilaporkan sendiri berlangsung setidaknya enam bulan berturut-turut. Kelelahan kronis dapat berupa persisten atau kambuh. Kelelahan
kronis adalah gejala dari banyak penyakit dan kondisi. Menurut Kuswana 2014, beberapa kategori utama penyakit yang berhubungan dengan kelelahan antara lain
sebagai berikut. a.
Gangguan darah seperti anemia dan hemochromatosis. b.
Kanker dalam hal ini disebut kelelahan kanker. c.
Sindrom kelelahan kronis CFS. d.
Gangguan makan yang dapat menghasilkan kelelahan karena gizi yang tidak memadai.
e. Depresi dan gangguan mental lainnya yang menampilkan perasaan
depresi. f.
Penyakit jantung. g.
Kurang tidur atau gangguan tidur. h.
Sroke.
2.3.4 Penyebab Kelelahan Kerja
Akar masalah kelelahan umum terjadi karena monotonnya pekerjaan, intensitas dan lamanya kerja mental dan fisik yang tidak sejalan dengan kehendak
tenaga kerja yang bersangkutan, keadaan lingkungan yang berbeda dari estimasi semula, tidak jelasnya tanggung jawab, kekhawatiran yang mendalam dan konflik
batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. Pengaruh dari keadaan yang menjadi sebab kelelahan tersebut seperti berkumpul dalam tubuh dan
mengakibatkan pe rasaan lelah Suma‘mur, 2013.
2.3.5 Proses Terjadinya Kelelahan
Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran darah, dimana produk-produk sisa ini bersifat bisa membatasi
kelangsungan aktivasi otot. Suma‘mur 2013 menjelaskan keadaan dan perasaan lelah adalah reaksi fungsional dari pusat kesadaraan yaitu otak cortex ceberi
yang dipengaruhi atas dua sistem saraf antagonis yaitu sistem penghambat dan sistem penggerak. Sistem penghambat bekerja terhadap thalamus yang mampu
menurunkan kemampuan manusia beraksi dan menyebabkan kecenderungan untuk tidur. Sistem penggerak terdapat dalam formasio retikularis yang dapat
merangsang pusat-pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari organ-organ dalam tubuh ke arah kegiatan bekerja, berkelahi, melarikan diri dan lain-lain.
Dengan demikian, keadaan seseorang pada suatu saat bergantung pada hasil kerja kedua sistem ini. Apabila sitem penggerak lebih kuat dari sistem
penghambat, maka keadaan orang tersebut ada dalam keadaan segar untuk bekerja. Sebaliknya, apabila sistem penghambat lebih kuat dari system penggerak
maka orang akan mengalami kelelahan. Itulah sebabnya, seseorang yang sedah lelah dapat melakukan aktivitas secara tiba-tiba apabila mengalami suatu peristiwa
yang tidak terduga dengan ketegangan emosi. Demikian juga kerja yang monoton bisa menimbulkan kelelahan walaupun beban kerjanya tidak seberapa.
2.3.6 Cara Mengatasi Kelelahan
Kelelahan dapat dikurangi bahkan ditiadakan dengan pendekatan berbagai cara yang ditujukan kepada aneka hal yang bersifat umum dan pengelolaan
kondisi pekerjaan dan lingkungan di tempat kerja. Misalnya, banyak hal dapat dicapai dengan cara menerapkan jam kerja dan waktu istirahat sesuai dengan
ketetentuan yang berlaku, pengaturan cuti yang tepat, penyelenggaraan tempat istirahat yang memperhatikan kesegaran fisik dan keharmonisan mental-
psikologis, pemanfaatan masa libur dan peluang untuk rekreasi. Penerapan ergonomi yang bertalian dengan perlengkapan dan peralatan kerja, cara kerja serta
pengolahan lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan fisiologi dan psikologi merupakan upaya yang sangat membantu mencegah timbulnya kelelahan
Suma‘mur, 2013.
2.3.7 Pengukuran Kelelahan
Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran yang dilakukan peneliti sebelumnya hanya berupa indikator
yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja. Menurut Tarwaka et.al. 2004, mengelompokkan metode pengukuran kelelahan dalam beberapa
kelompok sebagai berikut :
1. Kualitas dan Kuantitas kerja yang dilakukan pada metode ini, kuantitas
output digambarkan sebagai jumlah proses kerja waktu yang digunakan setiap item atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun
demikian banyak faktor yang harus dipertimbangkan seperti target produksi, faktor sosial, dan perilaku psikologis dalam kerja. Sedangkan
kualitas output kerusakan produk, penolakan produk atau frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi faktor
tersebut bukanlah merupakan causal factor. 2.
Uji Psikomotor psychomotor test Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi
motor. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu
rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala lampu , denting suara,
sentuhan kulit atau goyangan badan. 3.
Uji hilangnya kelipan flicker-fusio test dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan akan berkurang. Semakin
lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antara dua kelipan, disamping itu untuk mengukur kelelahan juga menunjukkan
keadaan kewaspadaan tenaga kerja. 4.
Uji beban kerja mental secara FisiologisBiomekanis Seseorang tenaga kerja dapat dianggap fit untuk sesuatu pekerjaan
tertentu, bila orang itu dapat melakukan pekerjaan tersebut secara terus-
menerus tanpa merasa lelah dan mempunyai kapasitas cadangan bila harus menghadapi beban kerja yang lebih berat tanpa terjadi gangguan
keseimbangan fisiologis setelah menyelesaikan pekerjaannya. 5.
Pengukuran kelelahan secara subjektif A.Subjective self rating test
Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research Committee IFRC Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk
mengukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan,
10 pertanyaan tentang pelemahan motivasi, dan 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik. Skor yang diberikan pada masing-masing
frekuensi yaitu tidak pernah merasakan diberi nilai 1, kadang-kadang merasakan diberi nilai 2, sering merasakan diberi nilai 3, dan sering
sekali merasakan diberi nilai 4. Hasil akhir penilaian terdiri dari 4 tingkatan kelelahan yaitu tingkat kelelahan rendah 30-52, tingkat
kelelahan sedang 53-75, tingkat kelelahan tinggi 76-98, dan tingkat kelelahan sangat tinggi 99-120.
B.Nordic Body Map Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk menilai tingkat
keparahan atas terjadinya gangguan atau cedera pada otot-otot skeletal. Dalam aplikasinya, metode ini menggunakan lembar kerja berupa peta
tubuh body map yang sangat sederhana dan mudah dipahami, serta hanya memerlukan waktu yang sangat singkat sekitar 5 menit.
2.4 Hubungan Shift Kerja dengan Kelelahan