2.2 Shift Kerja 2.2.1 Pengertian Shift Kerja
Menurut Riggio yang dikutip oleh Kodrat 2009 shift kerja adalah bentuk penjadwalan dimana kelompok kerja mempunyai alternatif untuk tetap bekerja
dalam perpanjangan operasi yang terus-menerus. Pada mulanya jadwal kerja sering disebut jadwal internasional dimulai pukul 08.00 atau 09.00 pagi sampai
dengan 16.00 atau 17.00 sore, kemudian tidak ada lagi jadwal kerja lain pada hari itu. Shift kerja merupakan pola waktu kerja yang diberikan kepada pekerja untuk
mengerjakan sesuatu dan biasa dibagi kepada pekerja pagi, sore dan malam. Shift kerja terjadi bila dua atau lebih pekerja bekerja secara berurutan pada lokasi
pekerjaan yang sama. Bagi seorang pekerja, shift kerja berarti berada pada lokasi kerja yang sama, teratur pada saat yang sama shift kontinu atau pada waktu yang
berlainan shift kerja rotasi. Shift kerja berbeda dengan hari kerja biasa, dimana pada hari kerja biasa
pekerjaan dilakukan secara teratur pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya, sedang shift kerja dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk memenuhi jadwal 24
jam per hari. Menu rut Suma‘mur 2009 dalam bukunya Higiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja waktu kerja meliputi lamanya seseorang mampu bekerja secara baik, hubungan diantara waktu bekerja dengan istirahat, dan waktu bekerja selama
sehari menurut periode.
2.2.2 Pembagian Karakterisitik Shift Kerja
Shift kerja mempunyai dua macam, yaitu shift berputar rotation dan shift
tetap permanent. Menurut Knauth 1988 terdapat 5 faktor shift kerja :
1. Jenis shift pagi, siang, malam.
2. Panjang waktu tiap shift.
3. Waktu dimulai dan berakhir satu shift.
4. Distribusi waktu istirahat.
5. Arah transisi shift.
Monk da Folkrad 1983 mengkategorikan tiga tipe sitem shift kerja, yaitu sistem shift permanen, sistem rotasi shift cepat dan sistem rotasi shift lambat.
1. Sistem Shift Permanen.
Dalam sistem shift ini setiap individu tetap bekerja hanya pada satu bagian dari 3 shift kerja setiap 8 jam. Biasanya digunakan di rumah sakit terutama
kepada perawat, namun sebagian negara tidak menggunakannya oleh karena tidak meratanya distribusi beban kerja setap hari. Namun beberapa
studi melaporkan bahwa pekerja shift malam tidak jauh berbeda keadaannya dengan pekerja shift pagi.
2. Sistem Rotasi Shift Cepat.
Tenaga kerja secara bergilir bekerja dengan periode rotasi kerja 2-3 hari. Sistem shift ini lebih banyak disukai karena dapat mengurangi kebosanan
kerja, kerugiannya menyebabkan kinerja shift malam terganggu dan waktu tidur bertambah sehingga diperlukan 2-3 hari libur setelah kerja malam.
Berdasarkan faktor sosial dan fisiologis diusulkan sistem rotasi shift cepat yaitu sistem 2-2-2, yaitu: rotasi shift kerja pagi, siang dan malam
dilaksanakan masing-masing 2 hari, dan pada akhir periode shift kerja malam diberi libur 2 hari dan kembali lagi ke siklus shift kerja semula.
Sistem rotasi shift 2-2-3, yaitu: rotasi shift kerja dimana salah satu shift dilaksanakan 3 hari bergiliran setiap periode shift dan dua shift lainnya
dilaksanakan masing-masing 2 hari. Pada akhir perode shift kerja diberi libur 2 hari.
3. Sistem Rotasi Shift Lambat.
Sistem shift ini merupakan kombinasi antara sistem shift permanen dan sistem rotasi shift cepat. Rotasi shift kerja berbentuk mingguan, dua
mingguan atau bulanan. Sistem shift ini menyebabkan circadian rhythm terganggu pada shift malam dan tidak dapat menyesuaikan perubahan
siklus tidur atau bangun. De la Mare dan Walker menyatakan bahwa umumnya shift kerja tidak
disukai walaupun ada individu dengan positif menyukainya. Studi awal shift kerja ditemukan bahwa shift kerja permanen lebih disukai 61 dibandingkan shift
kerja rotasi 12 dan shift malam permanen 27. Penelitian terakhir cenderung sistem rotasi shift cepat lebih disukai.
Menurut International Labour Organization 2012 sistem shift kerja dapat dibagi atas:
1. Sistem 3 shift 4 kelompok 4x8 hours continuous shift work, yaitu 3
kelompok shift bekerja setiap 8 jam sedang 1 kelompok lagi istirahat. Sistem ini digunakan bagi aktivitas produksi terus-menerus dan tidak ada
hari libur. Rotasi shift 2-3 hari. 2.
Sistem 3 shift 3 kelompok 3x8 hours semi continuous shift work, yaitu 3 kelompok shift bekerja setiap 8 jam dan pada akhir minggu libur.
Menurut Coleman yang dikutip oleh Kodrat 2009 terdapat empat jenis dampak shift, yaitu :
1. Job Performance
Perubahan jadwal shift kerja yang terus-menerus menyebabkan pekerja harus terus beradaptasi dengan perubahan tersebut.
2. Job Related Attitude
Karyawan yang bekerja pada shift malam sering menunjukkan sikap dan emosi.
3. Personal Health
Pekerjaan yang menggunakan sistem shift dapat mengganggu kesehatan secara fisik dan mental, karena situasi dan kondisi pada setiap shift
berbeda. Pekerja harus menyesuaikan kondisi fisik setiap kali bekerja di shift yang berbeda.
4. Social and Domestic Factor
Pembagian shift kerja dapat menyebabkan pekerja yang sudah berkeluarga atau pekerja wanita mengalami kesulitan dalam membagi waktu
bersosialisasi, berkomunikasi dengan anggota keluarga lain dan melakukan aktivitas religius.
Menurut Suma‘mur 2009 dalam bukunya Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja dalam soal periode waktu kerja siang atau malam, sangat
menarik adalah sistem kerja bergilir, terutama masalah kerja malam. Sehubungan dengan kerja malam dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut :
1. Irama faal manusia sedikit atau banyak terganggu oleh system kerja
malam- tidur siang. Fungsi-fungsi fisiologis tenaga kerja tidak dapat disesuaikan sepenuhnya dengan irama kerja demikian.
2. Demikian pula metabolisme tubuh tidak sepenuhnya dapat, bahkan banyak
yang sama sekali tidak dapat diadaptasikan dengan kerja malam-tidur siang.
3. Kelelahan pada kerja malam relatif sangat besar.
4. Jumlah jam kerja yang dipakai untuk tidur bagi pekerja malam pada siang
harinya relatif jauh lebih dari seharusnya, dikarenakan gangguan suasana siang hari seperti kebisingan, suhu, keadaan terang, dan lain-lain dan oleh
karena kebutuhan badan yang tidak dapat diubah seluruhnya menurut kebutuhan yaitu terbangun oleh dorongan lapar atau buang air kecil yang
relatif banyak pada siang hari. 5.
Kurangnya tidur dan kurang berfungsinya alat pencernaan berakibat antara lain penurunan berat badan.
Selain faktor-faktor di atas, kerja malam juga dapat mengganggu kehidupan rumah tangga dan bermasyarakat karena terbatasnya waktu berkumpul
dengan keluarga dan masyarakat.
2.2.3 Efek Shift Kerja
Menurut Fish 2000 efek shift kerja yang dapat dirasakan tenaga kerja yaitu:
1. Efek fisiologis
Efek fisiologis memiliki pengaruh terhadap :
1. Kualitas tidur yang terganggu. Tidur siang tidak seefektif tidur malam,
banyak gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja malam.
2. Menurunnya kapasitas kerja fisik kerja akibat timbulnya perasaan
mengantuk dan lelah. 3.
Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan. 2.
Efek Psikososial Efek menunjukkan masalah lebih besar dari efek fisiologis, antara lain
adanya gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan mengganggu aktivitas
kelompok dalam masyarakat. Demikian pula adanya pandangan di suatu daerah yang tidak membenarkan pekerja wanita bekerja pada malam hari,
mengakibatkan tersisih dari masyarakat. 3.
Efek Kinerja Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek
fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental menurun berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan
pekerjan seperti kualitas control dan pemantauan. 3.
Efek Terhadap Kesehatan Efek shift kerja menyebabkan gangguan gastrointensitinal berupa
dyspepsia atau ulcus ventriculi dimana masalah ini kritis pada umur 40-45 tahun. Sistem shift kerja dapat menjadi masalah keseimbangan kadar gula
dalam darah dengan insulin bagi penderita diabetes.
4. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh terhadap shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan Smith et.al, melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan
paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja malam dengan rata-rata jumah kecelakaan 0,69 per tenaga kerja. Tidak semua penelitian
menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung
banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift malam Adiwardana, 1989.
2.2.4 Irama Sirkadian Circadian Rhythm
Jika tubuh bergerak selama 24 jam, akan mengalami fluktuasi dalam hal- hal tertentu seperti temperatur, kemampuan untuk bangun, aktivitas lambung,
denyut jantung, tekanan darah dan kadar hormon. Pola aktivitas tubuh akan terganggu bila bekerja malam dan maksimum terjadi selama shift malam
Singleton, 1972.
Winarsunu 2008 mengatakan bahwa manusia mempunyai ‗circadian rhythm’, yaitu fluktuasi dari berbagai macam fungsi tubuh selama 24 jam. Dimana
manusia berada pada 2 fase, diantaranya: 1.
Fase ergotrophic Pada siang hari manusia berada pada fase ergotrophic yaitu fase
dimana semua organ dan fungsi tubuh siap untuk melakukan tindakan.
2. Fase trophotropic
Pada malam hari manusia berada pada fase trophotropic yaitu fase dimana tubuh melakukan pembaharuan cadangan energi atau
penguatan kembali.
2.3 Kelelahan Kerja