Hubungan Shift Kerja Dengan Terjadinya Kelelahan Pada Security Sun Plaza Medan Tahun 2015

(1)

HUBUNGAN SHIFTKERJA DENGANTERJADINYA KELELAHAN PADA SECURITY SUN PLAZA MEDAN

TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH : NIM : 111000088 ERIZKA YULINDA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

HUBUNGAN SHIFTKERJA DENGAN TERJADINYA KELELAHAN PADA SECURITY SUN PLAZA MEDAN

TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakt

OLEH : NIM : 111000088 ERIZKA YULINDA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN

SHIFT KERJA DENGAN TERJADINYA KELELAHAN PADA SECURITY

SUN PLAZA MEDAN TAHUN 2015” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, April 2015

Yang membuat pernyataan,


(4)

(5)

ABSTRAK

Tingginya angka kriminal menyebabkan kebutuhan pelayanan keamanan meningkat khususnya di tempat umum seperti pusat perbelanjaan. Kebutuhan akan keamanan selama 24 jam mengharuskan pihak pelayanan keamanan untuk membentuk shift kerja yang dapat menimbulkan kelelahan pada pekerja security. Maka dari itu dilakukan penelitian tentang “Hubungan Shift Kerja Dengan Terjadinya Kelelahan Pada Security SUN Plaza Medan Tahun 2015”.

Metode penelitian berupa survey analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel yang diambil sebanyak 56 dari 113 populasi dengan teknik

purposive sampling, jenis shift kerja yang di jalani yaitu 2 hari pagi, 2 hari malam, dan 2 hari libur. Kelelahan diukur pada setiap shift dengan menggunakan kuesioner kelelahan secara subyektif yang berskala Industrial Fatigue Committee

(IFRC) dan dikategorikan menjadi tingkat rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

Hasil penelitian yang didapatkan, saat shift pagi tingkat kelelahan paling banyak pada tingkat sedang yaitu 36 orang (64.5%), sedangkan tingkat rendah sebanyak 19 orang (33.9%) dan tingkat tinggi hanya 1 orang (1.8%). Saat

shiftmalam paling banyak pada tingkat sedang yaitu 45 orang (80.4%), sedangkan tingkat tinggi sebanyak 11 orang (19.6%). Hasil uji chi square didapatkan ada hubungan shift kerja dengan terjadinya kelelahan (p=0.002).

Di sarankan kepada pekerja security pada saat shift malam, agar menyadari bahwa tanggung jawab yang diberikan jangan dijadikan beban pada pekerjaan melainkan kewajiban yang harus dilaksanakan. Selain itu, memanfaatkan waktu siang untuk tidur dan istirahat sebaik-baiknya. Perusahaan juga disarankan dapat melakukan sosialisi tentang beban kerja khususnya beban psikologi dan cara mengatasinya serta mengatur waktu kerja dan istirahat anggota security agar tidak menimbulkan kelelahan pada saat shift malam.


(6)

ABSTRACT

The high rate of crime causes demand for security services increased especially at public places, such as shopping centers. Demand for 24-hour safety requiresthe security workers have to make a work shift that can causethem feel exhausted.Therefore, the study was done, about “The correlation of Work Shift to fatigue occurrenceof SUN Plaza Medan Security Workers in 2015”.

The study method is analytical survey with cross sectional design. The sample which is takenare 56 of 113 populations withpurposive sampling, types of shift are 2 days for the morning shift, 2 days for the night shift, and 2 days off. The fatigue is measured in every shift by usingfatiguequestionnaire subjectively with the scale of Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) andcategorized into low, medium,high and very high level.

The study result which is found is the fatigue level for the morning shift, the most is at medium level which is 36 people (64.5%),low level which are 19 people (33.9%) and the high level is only 1 person (1.8%). On the night shift, the most is at medium level which is 45 people (80.4%) while the higher level whichare 11 people (19.6%). In chi square test results got that there is a correlation between the work shift and the fatigue occurence cause (p=0.002).

It is advisable to security workers who work for the night shift, in order to realize that the responsibility which is given to them is not the workloadof job but as an obligation which has to be done. In addition, utilize day time for sleeping and take a rest well. The company also suggested conduct socialization about the workload especially psychological burden and the way to overcome it as well as arranging the time of working and resting to security workers in order not to cause the fatigue on night shift.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “HUBUNGAN SHIFT KERJA DENGAN TERJADINYA KELELAHAN PADA SECURITY SUN PLAZA MEDAN TAHUN 2015”, Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki dalam skripsi ini.Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh bimbingan, dukungan, bantuan, saran, dan kritik dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Penguji atas pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.

3. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, masukan dan pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.


(8)

4. IbuIsyatun Mardhiyah Syahri, SKM., M.Kes.selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Ibu Eka Lestari Mahyuni, SKM., M.Kes.selaku Dosen Penguji skripsi yang telah banyak memberikan kritik dan saran kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak dr. Mohd. Arifin Siregar, MS. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan akademik selama penulis menjalani perkuliahan.

7. Para Dosen dan Staf di FKM USU, khususnya Departemen KKK yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama perkuliahan.

8. Bapak J. Da Costa selaku Komandan Security PT Trisa Surya Mandiri cabang Medan dan seluruh anggota security serta pihak manajamen Sun Plaza Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

9. Sahabat-sahabat yang sangat penulis sayangi: Aya, Utet, Lulu, Amita, Berkah, Bayu, Hastri, Awil, Asih, Debi, Dita, Wiwid, Aa, dan Ita yang telah mendukung dan memberikan semangat kepada penulis dari awal kuliah sampai sekarang serta mendoakan penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 10.Teman-teman stambuk 2011 FKM USU khususnya Departemen KKK yang

tidak dapat dituliskan satu persatu yang telah berjuang bersama-sama selama proses pembelajaran di kampus, serta abang-abang dan kakak-kakak senior


(9)

yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan semangatnya kepada penulis selama berkuliah di FKM USU.

11.Teman-teman kostan Sumarsono 16, Masnida Estate, dan Annisa-Indah khususnya kepada Try Yudia Ramadhani, S.Ked. yang telah memberikan dukungan dan semangatnya kepada penulis selama merantau di Medan.

Secara spesial penulis mengucapkan terima kasih yang terdalam kepada kedua orang tua yang sangat disayangi dan dicintai, ayahanda Erizon dan ibunda Elwizaatas segala kasih sayang, doa, pengorbanan, kesabaran dan motivasi yang diberikan dengan segenap cinta yang tulus hingga detik ini. Selanjutnya kepada abangda Ernestin Fithra, S.Kom dan Randy Adyatma, adinda Fadwa Dwi Putri, kakak ipar Evi Hidayanti, S.Pd, dan keponakan tersayang Zafran Fithra Al-Hadziq yang selalu mendoakan, mengingatkan dan menyemangati penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada keluarga besar Djalinus atas doa, dukungan dan bimbingannya kepada penulis selama ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membutuhkan, dan memberikan kontribusi dalam kemajuan Ilmu Kesehatan Masyarakat di Indonesia.Aamiin.

Medan, April 2015 Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN... i

HALAMAN PERTANYAAN KEASLIAN SKRIPSI... ii

ABSTRAK... iii

ABSTRACT... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

RIWAYAT HIDUP... ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang… ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.2 Tujuan Umum.. ... 7

1.3.2 Tujuan Khusus. ... 7

1.4 Hipotesis Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Waktu Kerja…… ... 8

2.2 Shift Kerja………... 9

2.2.1 Pengertian Shift Kerja ... 9

2.2.2 Sistem Shift Kerja ... 10

2.2.3 Efek Shift Kerja ... 12

2.3 Irama Sirkadian (Circadian Rhythm) ... 13

2.4 Kelelahan…... 15

2.4.1 Pengertian Kelelahan ... 15

2.4.2 Jenis Kelelahan ... 16

2.4.3 Penyebab Kelelahan ... 18

2.4.4 Proses Terjadinya Kelelahan ... 19

2.4.5 Cara Mengatasi Kelelahan ... 20

2.4.6 Pengukuran Kelelahan ... 21

2.5 Hubungan Shift Kerja Dengan Kelelahan ... 25


(11)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian……… ... 27

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3.3 Populasi dan Sampel ... 27

3.3.1 Populasi Penelitian ... 27

3.3.2 Sampel Penelitian ... 27

3.4 Definisi Operasional... 28

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.6 Teknik Pengolahan Data ... 29

3.7 Aspek Pengukuran ... 30

3.8 Teknik Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL DAN PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum SUN Plaza Medan ... 32

4.2 Gambaran Umum PT Trisa Surya Mandiri ... 32

4.2.1 Profil PT Trisa Surya Mandiri ... 32

4.2.2 Visi PT Trisa Surya Mandiri ... 33

4.2.3 Misi PT Trisa Surya Mandiri ... 33

4.2.4 Motto PT Trisa Surya Mandiri ... 33

4.2.5 Program Manajemen Security ... 33

4.2.6 Sistem Perekrutan dan Program Pelatihan ... 34

4.2.7 Bagian dan Tugas Security PT Trisa Surya Mandiri ... 35

4.2.8 Waktu Kerja…… ... 36

4.3 Karakteristik Responden ... 37

4.4 Hasil Univariat... ... 38

4.4.1 Kelelahan saat Shift Pagi (08.00-20.00 WIB) ... 38

4.4.2 Kelelahan saat Shift Malam (20.00-08.00 WIB) ... 39

4.5 Hasil Bivariat ... 39

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kelelahan saat Shift Pagi (08.00-20.00 WIB) ... 41

5.2 Kelelahan saat Shift Malam (20.00-08.00 WIB) ... 43

5.3 Hubungan Shift Kerja dengan Terjadinya Kelelahan ... 46

BAB IV PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 48

6.2 Saran……… ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49 LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Klasifikasi Tingkat Kelelahan Subjektif……… 30 Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Security

di Sun Plaza Medan Tahun 2015……… 38 Tabel 4.2 Distribusi Kelelahan saat Shift Pagi pada

Security SUN Plaza Medan tahun 2015………. 39 Tabel 4.3 Distribusi Kelelahan saat Shift Malam pada

Security SUN Plaza Medan tahun 2015………. 39 Tabel 4.4 Distribusi Kelelahan dan Hasil Uji Chi Square Shift

Kerja dengan Kelelahan pada Security Sun Plaza


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran 4. Dokumentasi

Lampiran 5. Master Data Lampiran 6. Output


(14)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Erizka Yulinda

Tempat Lahir : Duri, Riau

Tanggal Lahir : 28 Juli 1993

Suku Bangsa : Minang

Agama : Islam

Nama Ayah : Erizon

Suku Bangsa Ayah : Minang

Nama Ibu : Elwiza

Sukua Bangsa Ibu : Minang

Pendidikan Formal

1. SD/Taman tahun : SD Negeri 09 Duri Barat/2005 2. SLTP/Tamat tahun : SMP Swasta Cendana Duri/2008 3. SLTA/Tamat tahun : SMA Swasta Cendana Duri/2011 4. Lama studi di FKM USU : 2011-2015


(15)

ABSTRAK

Tingginya angka kriminal menyebabkan kebutuhan pelayanan keamanan meningkat khususnya di tempat umum seperti pusat perbelanjaan. Kebutuhan akan keamanan selama 24 jam mengharuskan pihak pelayanan keamanan untuk membentuk shift kerja yang dapat menimbulkan kelelahan pada pekerja security. Maka dari itu dilakukan penelitian tentang “Hubungan Shift Kerja Dengan Terjadinya Kelelahan Pada Security SUN Plaza Medan Tahun 2015”.

Metode penelitian berupa survey analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel yang diambil sebanyak 56 dari 113 populasi dengan teknik

purposive sampling, jenis shift kerja yang di jalani yaitu 2 hari pagi, 2 hari malam, dan 2 hari libur. Kelelahan diukur pada setiap shift dengan menggunakan kuesioner kelelahan secara subyektif yang berskala Industrial Fatigue Committee

(IFRC) dan dikategorikan menjadi tingkat rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

Hasil penelitian yang didapatkan, saat shift pagi tingkat kelelahan paling banyak pada tingkat sedang yaitu 36 orang (64.5%), sedangkan tingkat rendah sebanyak 19 orang (33.9%) dan tingkat tinggi hanya 1 orang (1.8%). Saat

shiftmalam paling banyak pada tingkat sedang yaitu 45 orang (80.4%), sedangkan tingkat tinggi sebanyak 11 orang (19.6%). Hasil uji chi square didapatkan ada hubungan shift kerja dengan terjadinya kelelahan (p=0.002).

Di sarankan kepada pekerja security pada saat shift malam, agar menyadari bahwa tanggung jawab yang diberikan jangan dijadikan beban pada pekerjaan melainkan kewajiban yang harus dilaksanakan. Selain itu, memanfaatkan waktu siang untuk tidur dan istirahat sebaik-baiknya. Perusahaan juga disarankan dapat melakukan sosialisi tentang beban kerja khususnya beban psikologi dan cara mengatasinya serta mengatur waktu kerja dan istirahat anggota security agar tidak menimbulkan kelelahan pada saat shift malam.


(16)

ABSTRACT

The high rate of crime causes demand for security services increased especially at public places, such as shopping centers. Demand for 24-hour safety requiresthe security workers have to make a work shift that can causethem feel exhausted.Therefore, the study was done, about “The correlation of Work Shift to fatigue occurrenceof SUN Plaza Medan Security Workers in 2015”.

The study method is analytical survey with cross sectional design. The sample which is takenare 56 of 113 populations withpurposive sampling, types of shift are 2 days for the morning shift, 2 days for the night shift, and 2 days off. The fatigue is measured in every shift by usingfatiguequestionnaire subjectively with the scale of Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) andcategorized into low, medium,high and very high level.

The study result which is found is the fatigue level for the morning shift, the most is at medium level which is 36 people (64.5%),low level which are 19 people (33.9%) and the high level is only 1 person (1.8%). On the night shift, the most is at medium level which is 45 people (80.4%) while the higher level whichare 11 people (19.6%). In chi square test results got that there is a correlation between the work shift and the fatigue occurence cause (p=0.002).

It is advisable to security workers who work for the night shift, in order to realize that the responsibility which is given to them is not the workloadof job but as an obligation which has to be done. In addition, utilize day time for sleeping and take a rest well. The company also suggested conduct socialization about the workload especially psychological burden and the way to overcome it as well as arranging the time of working and resting to security workers in order not to cause the fatigue on night shift.


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Tingginya angka kriminal pada saat sekarang ini membuat masyarakat merasa resah dan takut berada di tempat-tempat umum.Salah satu tempat umum yang sangat banyak dikunjungi oleh masyarakat adalah pusat perbelanjaan.Pada saat berada di dalam pusat perbelanjaan, para pengunjung sangat mengharapkan adanya pengamanan agar merasa nyaman dan terlindungi selama berada di dalamnya.Orang yang ditugaskan sebagai penjaga keamanan ini biasa kita sebut satpam (satuan pengamanan) atau security.Satuan Pengamanan (Satpam) atau

security adalah satuan atau kelompok petugas yang dibentuk oleh instansi/badan usaha untuk melaksanakan pengamanan dalam rangka menyelenggarakan keamanan swakarsa di lingkungan kerjanya (Peraturan Kapolri Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 6).

Sebagai petugas keamanan, satpam atau security memiliki tugas pokok yaitu menyelenggarakan keamanan dan ketertiban di lingkungan/tempat kerjanya yang meliputi aspek pengamanan fisik, personel, informasi dan pengamanan teknis lainnya. Selanjutnya fungsi satpam atau security adalah melindungi dan mengayomi lingkungan/tempat kerjanya dari setiap gangguan keamanan, serta menegakkan peraturan dan tata tertib yang berlaku di lingkungan kerjanya (Peraturan Kapolri Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 6 ayat 1 dan 2).

Dalam tugasnya untuk melakukan pengamanan dan perlindungan di lingkungan kerjanya, security di tuntut untuk bekerja pagi dan malam. Maka dari


(18)

itu dibentuklah sistem shift kerja. Shift kerja adalah praktek kerja bagi perusahaan untuk memberikan jasa atau mempertahankan hasil produksi dalam waktu 24 jam sehari yang biasanya hari kerja di bagi menjadi ‘shift’ yang ditetapkan pada periode waktu siang atau malam di berbagai kelompok pekerja sesuai dengan tugas mereka (Parkes dalam Begani et.al. 2013).

Pada pengaturan waktu kerja, ada ketentuan tersendiri yaitu 7 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau 8 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu. Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu (Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 77 ayat 2 dan 3).

Dengan berlakunya sistem shift kerja pada security ini maka keamanan dapat dijamin selama 24 jam. Tetapi dibalik keamanan yang telah ditegakkan, pekerja shift memiliki prevalensi lebih tinggi terhadap terjadinya kelelahan (Mohren et.al. dalam Ummul et.al. 2012).

Gejala fisik dari tahap awal kelelahan umum tampak sebagai perasaan lelah yang berlebihan, lemah, dan tidak memiliki daya kerja. Tanda-tanda non spesifik lain biasanya dalam bentuk penglihatan yang kabur, rasa pusing, vertigo, tangan tremor, nyeri otot, nafas terasa berat, nyeri dada, sesak napas, dan gangguan tidur seperti sulit bangun tidur, bangun tidur terlalu dini yang disertasi dengan mimpi buruk, hilangnya daya konsentrasi dan koordinasi (Harrianto, 2008).

Dalam studi penelitian yang dilakukan Askerstedt dikutip oleh Archer et.al. (2011) menyatakan bahwa 70% dari pekerja memilih untuk meninggalkan


(19)

pekerjaan mereka setelah waktu yang relatif singkat karena kelelahan kronis, 20% dari pekerja dapat menerima efek dari shift kerja dan terus bekerja meskipun efek samping masih dirasakan, sedangkan sisanya 10% dari pekerja tidak mengalami masalah dengan shift kerja.

Penelitian lainnya yang di lakukan oleh Villa (2013) pada perawat di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung menunjukkan bahwa kelelahan kerja yang dialami perawat yaitu sangat lelah 8,5%, lelah 75,8%, dan kurang lelah 15,7% serta ada hubungan antara shift kerja dengan kelelahan kerja pada perawat.

Selanjutnya, penelitian yang di lakukan oleh Begani et.al. (2013) menerangkan bahwa efek kesehatan yang terjadi akibat shift kerja pada security di Kota Madang adalah gangguan tidur (52%), kelelahan (22%), stress (15%), dan gangguan makan (11%) sehingga di dapatkan kesimpulan bahwa salah satu akibat dari shift kerja adalah kelelahan.

Banyaknya pusat perbelanjaan di berbagai kota besar di Indonesia, menandakan bahwa semakin banyak pula kebutuhan akan petugas keamanan seperti satpam atau security. Salah satu kota besar yang memilki banyak pusat perbelanjaan adalah kota Medan. Kota Medan merupakan ibukota Sumatera Utara yang menjadi kota terbesar ketiga di Indonesia. Pusat perbelanjaan masih menjadi daya tarik yang besar di kalangan masyarakat.Pusat perbelanjaan yang ada terdiri dari pusat perbelanjaan tradisional dan pusat perbelanjaan metropolitan.Seperti yang kita ketahui, ramainya pengunjung di pusat perbelanjaan membuat tingginya peluang terjadinya tindakan kriminal.Hal ini membuat pengunjung merasa takut dan tidak nyaman jika tidak adanya pengamanan khusus di dalamnya.Pusat


(20)

perbelanjaan yang sangat membutuhkan adanya security adalah pusat perbelanjaan metropolitan atau yang biasa kita sebut plaza dan mall.Alasannya karena pada pusat perbelanjaan metropolitan ini, barang yang di jual memiliki harga yang tinggi dan pengunjung yang datang lebih banyak masyarakat kalangan atas sehingga untuk terjadinya perilaku kriminal sangat tinggi.

Salah satu pusat perbelanjaan metropolitan yang terletak di kota Medan adalah SUN Plaza. SUN Plaza termasuk kedalam kategori mall terbesar di kota Medan yang terletak di pusat kota sehingga mudah di jangkau oleh masyarakat. SUN Plaza didirikan pada tanggal 1 Januari 2003 dan di buka pada tanggal 1 Januari 2004 yang di rancang dengan konsep mall keluarga.Sejak awal dibuka, SUN Plaza menjadi daya tarik warga Kota Medan.

Berbagai hal yang menyangkut tentang kenyamanan dan keamanan pengunjung menjadi tanggung jawab pihak pengelola SUN Plaza.Maka dari itu, manajemen SUN Plaza bekerjasama dengan perusahaan jasa security agar dapat melindungi pengunjung selama berada di SUN Plaza.Manajemen SUN Plaza bekerja sama dengan PT Trisa Surya Mandiri cabang Medan sejak tanggal 30 November 2014. Keseluruhan anggota security berjumlah 113 orang dengan pembagian tugas yang berbeda.Adapun bagian yang dibentuk adalah Staf (Chief, Assistant Chief, Administrasi, Panwas, dan Pantub), Regu (Regu 1, Regu 2, dan Regu 3), Middle (Middle A, Middle B, dan Middle C), dan PKD (Patroli Keamanan Dalam).

Adapun pembagian tugas dan waktu kerjanya yaitu Staff memiliki waktu kerja pukul 10.00-22.00 WIB dengan waktu isitirahat pukul 12.00-13.00 WIB dan


(21)

18.00-19.00 WIB. Sistem kerja yaitu 4 hari kerja dan 2 hari libur. Bagian Staff terdiri dari Chief bertugas sebagai komandan security, Assistent Chief bertugas sebagai wakil komandan security, Administrasi bertugas sebagai pengurus surat menyurat, Panwas (Pengawasan) bertugas sebagai komandan pengawasan di luar gedung, dan Pantup (Pengamanan Tertutup) bertugas sebagai komandan pengamanan di dalam gedung.

Bagian Regu yang terdiri dari Regu 1, Regu 2, dan Regu 3 memiliki 2 shift

yaitu shift pagi (08.00-20.00 WIB) dan shift malam (20.00-08.00 WIB) dengan sistem 2 hari shift pagi, 2 hari shift malam dan 2 hari libur. Pada saat shift pagi, bagian Regu bertugas menjaga pintu masuk di setiap lantai dalam posisi berdiri, menjaga pos-pos, dan berkeliling atau patroli. Pada saat shift pagi diberikan waktu istirahat yaitu pukul 12.00-13.00 WIB dan 18.00-19.00 WIB. Pada saat shift

malam bagian Regu bertugas menjaga pintu masuk di setiap lantai dalam posisi berdiri, menjaga pos-pos, dan berkeliling atau patroli pada pukul 20.00-22.00 WIB, sedangkan pukul 22.00-08.00 WIB memiliki tugas mengawasi barang-barang yang masuk ke dalam SUN Plaza, menjaga pos kantor, dan patroli di dalam gedung. Tugas menjaga pos kantor diserahkan kepada security wanita karena mereka tidak diizinkan untuk keluar kantor jika sudah di atas pukul 22.00 WIB. Pembagian tugas pada setiap orang berbeda karena ditentukan oleh Komandan Regu masing-masing.

Bagian Middle terdiri dari Middle A, Middle B, dan Middle C yang memiliki tugas mengawasi pada saat waktu operasional SUN Plaza buka dan tutup serta berkeliling atau patroli. Waktu kerja bagian Middle dimulai dari pukul


(22)

10.00-22.00 WIB dengan waktu isitirahat pukul 12.00-13.00 WIB dan 18.00-19.00 WIB serta pembagian sistem kerja yaitu 4 hari kerja dan 2 hari libur. Selanjutnya bagian PKD (Patroli Keamanan Dalam) bertugas melakukan pengamanan, pengawasan, dan patroli di area sekitar gedung SUN Plaza.Waktu kerja dari pukul 10.00-22.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 12.00-13.00 WIB dan 18.00-19.00 WIB, serta sistem kerja yaitu 4 hari kerja dan 2 hari libur.

Dari hasil survei awal yang dilakukan oleh peneliti, bagian Regu bekerja di luar dan di dalam gedung SUN Plaza. Peneliti melihat ada 1 orang security

yang menjaga pintu masuk dan 2 orang security sedang patroli yang matanya merah, yang diakui salah satu anggota security Regu 2 yang sedang bertugas menjaga pintu masuk di lantai 1 disebabkan karena mengantuk. Selain itu keluhan lainnya adalah pegal dari betis kaki sampai telapak kaki karena terlalu lama berdiri. Selanjutnya peneliti menemui salah satu anggota security Regu 2 yang sedang bertugas menjaga pos bagian luar lantai 1, security tersebut mengaku merasa bosan dan mengantuk karena pekerjaan yang monoton selama menjaga pos. Keluhan-keluhan yang dirasakan oleh para anggota security ini termasuk ke dalam gejala kelelahan secara umum. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan shift kerja dengan terjadinya kelelahan pada security SUN Plaza Medan Tahun 2015.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang diteliti adalah apakah ada hubungan shift kerja dengan terjadinya kelelahan pada


(23)

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan shift kerja dengan terjadinya kelelahan pada

security SUN Plaza Medan. 1.3.2Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui jenis shift kerja pada security SUN Plaza Medan. 2. Untuk mengetahui terjadinya kelelahan pada security SUN Plaza Medan. 1.4 Hipotesis Penelitian

Ada hubungan antara shift kerja dengan terjadinya kelelahan pada security

SUN Plaza Medan tahun 2015. 1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan untuk pekerja security dalam mengetahui hubungan shift

kerja dengan terjadinya kelelahan.

2. Sebagai masukan untuk pihak perusahaan dalam mencegah terjadinya kelelahan pada pekerja security.

3. Sebagai tambahan wawasan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam menerapkan ilmu kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

4. Sebagai bahan referensi untuk penulis lain yang ingin meneliti tentang hubungan shift kerja dengan terjadinya kelelahan.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Waktu Kerja

Waktu kerja bagi seseorang menentukan kesehatan yang bersangkutan, efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek terpenting dalam hal waktu kerja meliputi:

1. Lamanya seseorang mampu bekerja dengan baik; 2. Hubungan antara waktu kerja dan istirahat;

3. Waktu bekerja sehari menurut periode waktu yang meliputi siang hari (pagi, siang, sore) dan malam hari.

Lamanya seseorang bekerja dengan baik dalam sehari pada umumnya 6-10 jam.Sisanya (14-18 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan lama kerja tersebut biasanya tidak disertai efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja yang optimal, bahkan biasanya terlihat penurunan kualitas dan hasil kerja serta bekerja dengan waktu yang berkepanjangan timbul kecenderungan untuk terjadinya kelelahan, gangguan kesehatan, penyakit dan kecelakaan serta ketidakpuasan.

Dalam seminggu, seseorang biasanya dapat bekerja dengan baik selama 40 - 50 jam.Lebih dari itu, kemungkinan besar untuk timbulnya hal-hal yang negatif bagi tenaga kerja yang bersangkutan dan pekerjaannya itu sendiri. Jumlah 40 jam seminggu ini dapat dibuat 5 atau 6 hari kerja tergantung kepada berbagai faktor,


(25)

namun fakta menunjukkan bekerja 5 hari dan 40 jam kerja seminggu adalah fenonim yang berlaku dan semakin diterapkan dimanapun (Suma’mur, 2013). 2.2 Shift Kerja

2.2.1 Pengertian Shift Kerja

Menurut Winarsunu (2008) yang mengutip pendapat Kroemer menyatakan bahwa shift kerja dijalankan jika 2 karyawan atau lebih yang merupakan kelompok bekerja dalam urutan waktu dan pada tempat kerja yang sama. Sering setiap shift kerja seorang karyawan diulang dengan pola yang sama. Secara individual, shift kerja berarti hadir pada suatu tempat kerja yang sama secara reguler pada waktu yang sama (yang disebut shift kerja ‘kontinyu’) atau dengan waktu yang berbeda-beda (yang disebut rotasi). Semakin berkembangnya industrialisasi, model bekerja sepanjang hari yaitu selama 24 jam menjadi sangat umum, yang dibagi menjadi 2 shift masing-masing siang dan malam 12 jam atau dibagi menjadi 3 shift , pagi, siang, dan malam masing-masing 8 jam.

Menurut Kuswadji yang dikutip oleh Putra (2011), shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja biasa (08.00-17.00). Ciri khas tersebut adalah kontinuitas, pergantian dan jadwal kerja khusus. Secara umum yang di maksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau tambahan kerja siang hari sebagaimana yang biasa dilakukan. Namun demikian adapula definisi yang lebih operasional dengan menyebutkan jenis shift kerja tersebut. Shift kerja disebutkan sebagai pekerjaan yang secara permanen atau sering pada jam kerja yang tidak teratur.


(26)

2.2.2 Sistem Shift Kerja

Menurut Winarsunu (2008) yang mengutip pendapat Grandjean, sistem kerja shift yang berlaku umum biasanya terbagi atas 3 periode, masing-masing selama 8 jam, termasuk istirahat. Pembagiannya adalah shift pagi, sore dan malam. Shift kerja yang menggunakan pembagian dari jam 08.00 - 16.00, 16.00 - 24.00 dan 24.00 - 08.00 mempunyai beberapa kelebihan baik secara fisiologis maupun sosial. Pada masing-masing shift, pekerja mempunyai satu kali kesempatan makan bersama-sama dengan keluarganya dan mempunyai kesempatan untuk tidur dengan baik khususnya bagi shift pagi dan sore. Ada 2 persyaratan yang harus diperhatikan dalam pengatur shift (shift rotation), yaitu:

1. Kehilangan tidur sedapat-dapatnya dikurangi dan hal ini akan meminimalkan kelelahan;

2. Harus ada waktu yang cukup bagi kehidupan keluarga dan kontak sosial. Menurut Winarsunu (2008) mengkategorikan tiga tipe sistem shift kerja, yaitu:

1. Sistem shift permanen

Setiap individu bekerja hanya pada satu bagian dari 3 shift kerja setiap 8 jam.

2. Sistem rotasi shift cepat

Tenaga kerja secara bergilir bekerja dengan periode rotasi kerja 2-3 hari. Sistem shift ini lebih banyak disukai karena dapat mengurangi kebosanan kerja, kerugiannya menyebabkan kinerja shift malam dan waktu tidur terganggu sehingga diperlukan 2-3 hari libur setelah kerja malam.


(27)

Berdasarkan faktor sosial dan fisiologis diusulkan sistem rotasi shift cepat, yaitu sistem 2-2-2 dan 2-2-3 yang disebut sistem Metropolitan dan

Continental. Sistem rotasi shift 2-2-2 yaitu rotasi shift kerja pagi, siang dan malam dilaksanakan masing-masing 2 hari, dan pada akhir periode

shift kerja malam di beri libur 2 hari dan kembali lagi ke siklus shift kerja semula. Sistem rotasi 2-2-3 yaitu rotasi shift kerja di mana salah satu shift

dilaksanakan 3 hari bergiliran setiap periode shift dan dua shift lainnya dilaksanakan masing-masing 2 hari. Pada akhir periode shift kerja diberi libur 2 hari.

3. Sistem rotasi shift lambat, merupakan kombinasi antara sistem shift

permanen dan sistem rotasi shift cepat. Rotasi shift kerja dapat berbentuk mingguan, atau bulanan. Sistem ini menyebabkan circadian rhythm.

Menurut International Labour Organization (2012) sistem shift kerja terbagi 2 yaitu :

1. Sistem 3 shift 4 kelompok (4 x 8 hours continuous shift work), yaitu 3 kelompok shift bekerja setia 8 jam dan 1 kelompok istirahat. Sistem ini digunakan bagi aktivitas terus menerus tanpa hari libur. Rotasi shift 2-3 hari.

2. Sistem 3 shift3 kelompok (3 x 8 hours semi continuous shift work), yaitu 3 kelompok shift bekerja setiap 8 jam, pada akhir minggu libur. Rotasi shift

5 hari.


(28)

Fish (2000) mengatakan bahwa efek shift kerja yang dapat dirasakan tenaga kerja yaitu :

1. Efek Fisiologis

Efek fisiologis memiliki pengaruh terhadap :

a. Kualitas tidur yang terganggu. Tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja malam.

b. Menurunnya kapasitas kerja fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah.

c. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan. 2. Efek Psikososial

Efek menunjukkan masalah lebih besar dari efek fisiologis, antara lain adanya gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat. Demikian pula adanya pandangan di suatu daerah yang tidak membenarkan pekerja wanita bekerja pada malam hari, mengakibatkan tersisih dari masyarakat.

3. Efek Kinerja

Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental menurun berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kontrol dan pemantaun.


(29)

Efek shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal berupa dyspepsia atau ulcus ventriculi dimana masalah ini kritis pada umur 40-45 tahun. Sistem shift kerja dapat menjadi masalah keseimbangan kadar gula dalam darah dengan insulin bagi penderita diabetes.

5. Efek terhadap Keselamatan Kerja

Survey pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan Smith et. al, melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69% per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift

malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift malam (Adiwardana, 1989).

2.3 Irama Sirkadian (Circardian Rhythm)

Circardian rhythm berasal dari bahasa Latin.Circa yang berarti kira-kira dan Dies berarti hari (circardies = kira-kira satu hari). Circardian rhythm adalah irama dan pengenalan waktu yang sesuai dengan perputaran bumi dalam siklus 24 jam. Hampir seluruh makhluk hidup di dunia ini mempunyai irama yang secara teratur mengalami perubahan fungsi tubuh dan fisiologik dalam siklus 24 jam, tetapi adapula beberapa perubahan yang sesuai dengan bulan atau tahun. Sebenarnya siklus circardian manusia berkisar antara 22-25 jam (Mahyastuti, 1993).


(30)

Winarsunu (2008) mengatakan bahwa manusia mempunyai ‘circardian rhythm’, yaitu fluktuasi dari berbagai macam fungsi tubuh selama 24 jam. Dimana manusia berada pada 2 fase, di antaranya:

2. Fase ergotrophic

Pada siang hari manusia berada pada fase ergotrophic yaitu fase dimana semua organ dan fungsi tubuh siap untuk melakukan suatu tindakan. 3. Fase trophotropic

Pada malam hari manusia berada pada fase tropotropic yaitu fase dimana tubuh melakukan pembaharuan cadangan energy atau penguatan kembali. Menurut Kuswadji yang dikutip oleh Putra (2011) masing-masing orang mempunyai jam biologis sendiri-sendiri, kehidupan mereka diatur menjadi sama dan seragam dalam daur hidup 24 jam sehari. Pengaturan itu dilakukan dilakukan oleh penangguh waktu yang ada di luar tubuh seperti :

a. Perubahan antara gelap dan terang. b. Kontak sosial.

c. Jadwal kerja. d. Adanya jam weker.

Fungsi tubuh yang sangat dipengaruhi oleh circardian rhythm adalah pola tidur, kesiapan bekerja, beberapa fungsi otonom, proses metabolisme, suhu tubuh, denyut jantung dan tekanan darah. Setiap hari fungsi tubuh ini akan berubah-ubah antara maksimum dan minimum, pada siang hari meningkat dan pada malam hari menurun.


(31)

3.4Kelelahan

3.4.1Pengertian Kelelahan

Kata lelah (fatigue) menunjukkan keadaan tubuh dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja (Suma’mur, 2013).

Secara psikologis, kelelahan yaitu keadaan mental dengan ciri menurunnya motivasi, ambang rangsang meninggi, menurunnya kecermatan dan kecepatan pemecahan persoalan.Secara fisiologis, kelelahan yaitu penurunan kekuatan otot yang disebabkan karena kehabisan tenaga dan peningkatan sisa-sisa metabolisme, misalnya asam laktat, karbon dioksida.Kelelahan diterapkan diberbagai macam kondisi merupakan suatu perasaan bagi setiap orang mempunyai arti tersendiri dan bersifat subjektif (Kodrat, 2009).

Kelelahan akibat kerja seringkali diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi, performans kerja, dan berkurangnya kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan. Ada beberapa macam kelelahan yang dikenal dan diakibatkan oleh faktor-faktor yang berbeda-beda seperti:

a. Lelah otot, yang dalam hal ini bisa dilihat dalam bentuk munculnya gejala kesakitan yang amat sangat ketika otot menerima beban yang berlebihan. b. Lelah visual, yaitu lelah yang diakibatkan ketegangan yang terjadi pada organ

visual (mata). Mata yang terkonsentrasi secara terus-menerus pada suatu obyek (layar monitor) akan terasa lelah seperti yang dialami oleh operator


(32)

computer. Cahaya yang terlalu kuat yang mengenai mata juga akan bisa menimbulkan gejala yang sama.

c. Lelah mental, dimana dalam kasus ini datangnya kelelahan bukan diakibatkan secara langsung oleh aktivitas fisik, melainkan lewat kerja mental (sebagai contoh proses berpikir). Lelah mental ini seringkali pula disebut sebagai lelah otak.

d. Lelah monotonis, adalah jenis kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas kerja yang bersifat rutin, monoton ataupun lingkungan kerja yang sangat menjemukan. Pekerjaan-pekerjaan yang tidak memberikan tantangan, tidak memerlukan skill, dan lain-lain akan menyebabkan motivasi pekerja akan rendah. Di sini pekerja tidak lagi terangsang dengan pekerjaan ataupun lingkungan kerjanya. Situasi kerja yang monoton dan menimbulkan kebosanan akan mudah terjadi pada pekerjaan-pekerjaan yang dirancang terlalu ketat. Kondisi semacam ini jarang terjadi dalam kegiatan yang memberikan fleksibilitas bagi pekerja untuk mengembangkan kreativitas dan mengatur irama kerjanya sendiri (Wignjosoebroto, 2000).

3.4.2Jenis Kelelahan

Kelelahan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu: 1. Berdasarkan proses dalam otot

Terdapat dua jenis kelelahan dalam otot, yaitu: a. Kelelahan otot

Kelelahan otot ditandai oleh tremor atau rasa nyeri yang terdapat pada otot. Otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan,


(33)

bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi, berkurangnya koordinasi serta otot menjadi gemetar (Suma’mur, 2013). Terdapat dua teori tentang kelelahan otot yaitu teori kimia dan teori syaraf pusat terjadinya kelelahan.Pada teori kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energy dan sisa metabolisme meningkat sebagai penyebab efisiensi otot hilang, sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder. Pada teori syaraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya rangsangan syaraf melalui syaraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot.Rangsangan ini menghambat pusat otak mengendalikan gerakan sehingga frekwensi potensial kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekwensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Dengan demikian semakin lambat gerakan seseorang akan menunjukkan semakin lelah kondisi ototnya (Kodrat, 2009).

b. Kelelahan umum

Kelelahan umum ditunjukkan oleh hilangnya kemauan untuk bekerja, yang penyebabnya adalah keadaan persarafan sentral atau kondisi psikis-psikologis (Suma’mur, 2013). Perasaan adanya kelelahan secara umum dapat ditandai dengan berbagai kondisi antara lain : lelah pada


(34)

organ penglihatan (mata), mengantuk, stress (pikiran tegang) dan rasa malas bekerja atau circardian fatique (Nurmianto, 2004).

2. Berdasarkan waktu terjadinya

Terdapat 2 jenis kelelahan berdasarkan waktu terjadinya, yaitu: a. Kelelahan Akut

Kelelahan akut terjadi terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan.

b. Kelelahan Kronis

Kelelahan kronis biasanya terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari, berkepanjangan dan bahkan kadang-kadang telah terjadi pada sebelum memulai suatu pekerjaan. Gejala-gejala yang tampak jelas akibat kelelahan kronis dapat dicirikan seperti:

1. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga menjadi kurang toleran atau anti sosial terhadap orang lain;

2. Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan; 3. Depresi yang berat (Wignjosoebroto, 2000). 3.4.3 Penyebab Kelelahan

Akar masalah kelelahan umum terjadi karena monotoninya pekerjaan, intensitas dan lamanya kerja mental dan fisik yang tidak sejalan dengan kehendak tenaga kerja yang bersangkutan, keadaan lingkungan yang berbeda dari estimasi semula, tidak jelasnya tanggung jawab, kekhawatiran yang mendalam dan konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. Pengaruh dari keadaan


(35)

yang menjadi sebab kelelahan tersebut seperti berkumpul dalam tubuh dan mengakibatkan perasaan lelah (Suma’mur, 2013).

3.4.4 Proses Terjadinya Kelelahan

Kelelahan dapat terjadi lebih cepat atau lebih berat dari semestinya.Kejadian seperti ini muncul karena pekerja atau operator bekerja pada peralatan atau tugas yang tuntutan bebannya hanya bertumpu pada satu bagian (otot) tubuh saja yang berlangsung secara terus menerus.Konsep kelelahan ini di sebut static load. Oleh karena menguras tenaga secara berlebihan pada suatu kelompok otot yang sama dan berlangsung dalam waktu yang panjang, static load akan mengakibatkan ketidaknyamanan dan menimbulkan rasa sakit pada bagian (kelompok) otot yang terpapar tersebut. Jika pada kondisi static load ini pekerja juga harus menggunakan tenaga (kekuatan kerja) yang tinggi dan posisi kerjanya tidak nyaman (awkward posture) maka kelompok otot yang berhubungan dengan aktivitas tersebut akan kelebihan beban (overloaded) dan aliran darah pada kelompok otot menjadi berkurang, dan situasi inilah yang menyebabkan cepatnya kelelahan terjadi (Winarsunu, 2008).

Suma’mur (2013) menjelaskan keadaan dan perasaan lelah adalah reaksi fungsional pusat kesadaran yaitu otak (cortex cerebri), yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistis yaitu sistem penghambat (inhibis) dan sistem penggerak (aktivasi).Sistem penghambat bekerja terhadap thalamus yang mampu menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan kecenderungan untuk tidur.Adapun sistem penggerak terdapat dalam formasio retikularis (formation reticularis) yang dapat merangsang pusat-pusat vegetatif untuk


(36)

konversi ergotropis dari organ-organ dalam tubuh kearah kegiatan bekerja, berkelahi, melarikan diri dan lain-lain.Maka berdasarkan konsep tersebut, keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung kepada hasil kerja antara dua sistem antagonistis dimaksud.Apabila sistem pengahambat berada pada posisi lebih kuat daripada sistem penggerak, seseorang berada dalam kondisi lelah. Sebaliknya, manakala sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat, makan seseorang berada dalam keadaan segar untuk aktif dalam kegiatan termasuk bekerja.

Konsep ini dapat dipakai untuk menerangkan peristiwa-peristiwa yang sebelumnya tidak dapat dijelaskan.Misalnya peristiwa seseorang yang lelah tiba-tiba kelelahannya hilang oleh karena terjadi suatu peristiwa yang tidak diduga atau terjadi tegangan emosi.Dalam hal itu, sistem penggerak tiba-tiba terangsang dan dapat menghilangkan pengaruh sistem penghambat.Demikian pula pada peristiwa monotoni, kelelahan terjadi oleh karena kuatnya hambatan dari sistem penghambat, walaupun sesungguhnya beban kerja tidak seberapa untuk menjadi penyebab timbulnya kelelahan.

3.4.5 Cara Mengatasi Kelelahan

Menurut Winarsunu (2008) yang mengutip pendapat Macleod menyatakan bahwa istirahat dengan waktu pendek tetapi sering dilakukan akan lebih efektif dalam mengatasi kelelahan daripada istirahat yang waktunya panjang tetapi hanya sekali atau jarang dilakukan. Upaya yang lainnya adalah mengatur intensitas dan durasi penggunaan tenaga fisik dan mental sehari-hari, beban kerja harus merata sepanjang waktu, ada perputaran tugas-tugas yang berat dengan yang tidak, dan


(37)

mengurangi kondisi lingkungan kerja yang ekstrim yang dapat menyebabkan kelelahan kerja.

Kelelahan dapat dikurangi bahkan ditiadakan dengan pendekatan berbagai cara yang di tujukan kepada aneka hal yang bersifat umum dan pengelolaan kondisi pekerjaan dan lingkungan di tempat kerja. Misalnya, banyak hal dapat dicapai dengan menerapkan jam kerja dan waktu istirahat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pengaturan cuti yang tepat, penyelenggaraan tempat istirahat yang memperhatikan kesegaran fisik dan keharmonisan mental-psikologis, pemanfaatan masa libur dan peluang untuk rekreasi, dan lain-lain. Penerapan ergonomi yang bertalian dengan perlengkapan dan peralatan kerja, cara kerja serta pengelolaan lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan fisiologi dan psikologi kerja merupakan upaya yang sangat membantu mencegah timbulnya kelelahan (Suma’mur, 2013).

3.4.6 Pengukuran Kelelahan

Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran yang dilakukan peneliti sebelumnya hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja.Menurut Tarwaka et.al. (2004),mengelompokkan metode pengukuran kelelahan dalam beberapa kelompok sebagai berikut:

1. Kualitas dan Kuantitas kerja yang di lakukan

Pada metode ini, kuantitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja (waktu yang digunakan setiap item) atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak faktor harus


(38)

dipertimbangkan seperti, target poduksi, faktor sosial dan perilaku psikologis. Sedangkan kualitas output (kerusakan dan penolakan produk) atau frekwensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi faktor tersebut bukan merupakan causal factor.

2. Uji psikomotor (Psychomotor test)

Metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksankan kegiatan.Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya perlambatan proses faal syaraf dan otot. Dalam uji waktu reaksi ternyata stimuli terhadap cahaya lebih signifikan daripada stimuli suara.Hal tersebut disebabkan karena stimuli suara lebih cepat diterima oleh reseptor daripada stimuli cahaya.Alat ukut waktu reaksi yang telah dikembangkan di Indonesia biasanya menggunakan nyala lampu dan denting suara sebagai stimuli, yang alatnya dikenal sebagai Reaction Timer.

3. Uji hilangnya kelipan (flicker-fusio test)

Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antara dua kelipan, disamping itu untuk mengukur kelelahan juga menunjukkan keadaan kewaspadaan tenaga kerja.


(39)

4. Uji beban kerja mental secara Fisiologis/Biomekanis

Seseorang tenaga kerja dapat dianggap fit untuk sesuatu pekerjaan tertentu, bila orang itu dapat melakukan pekerjaan tersebut secara terus menerus tanpa merasa lelah dan mempunyai kapasitas cadangan bila harus menghadapi beban kerja yang lebih berat tanpa terjadi gangguan keseimbangan fisiologis setelah menyelesaikan pekerjaannya. Tes kesegaran jasmani diperlukan untuk memilih tenaga kerja yang diperlukan pada pekerjaan tertentu, untuk menilai tingkat kesegaran jasmani sebelum kerja, saat pemeriksaan kesehatan berkalah dalam meniliai pengaruh pekerjaan dan penilaian kembali setelah mengalami penyakit atau cidera.Salah satu tes untuk mengukur tingkat kesegaran jasmani adalah tes bangku Harvard (Harvard Step Test) yang saat ini telah mengalami modifikasi.

5. Pengukuran Kelelahan secara Subjektif A. Subejctive Self Rating Test

Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research Committee

(IFRC) Jepang merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif.Kuesioner dengan 30 pertanyaan tentang gejala kelelahan umum diambil dari International Fatigue Research Committee of Japanese Association of Industrial Health, yang dibuat sejak tahun 1967.Di sosialisasikan dan dimuat dalam prosiding

symposium on Methodeology of Fatigue Assesment.Simposium ini diadakan di Kyoto Jepang pada tahun 1969. Pertanyaan yang terdiri dari


(40)

10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan, 10 pertanyaan tentang pelemahan motivasi, dan 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik. Skor yang diberikan pada masing-masing frekuensi yaitu tidak pernah merasakan diberi nilai 1, kadang-kadang merasakan diberi nilai 2, sering merasakan diberi nilai 3, dan sering sekali merasakan diberi nilai 4. Hasil akhir penilaian terdiri dari 4 tingkatan kelelahan yaitu tingkat kelelahan rendah (30-52), tingkat kelelahan sedang (53-75), tingkat kelelahan tinggi (76-98), dan tingkat kelelahan sangat tinggi (99-120).

B. Nordic Body Map

Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk menilai tingkat keparahan (severity) atas terjadinya gangguan atau cedera pada otot-otot skeletal.Penilaiannya sangat subjektif, artinya keberhasilan aplikasi metode ini sangat tergantung dari kondisi dan situasi yang dialami pekerja pada saat dilakukannya penilaian dan juga tergantung dari keahlian dan pengalaman observer yang bersangkutan.Dalam aplikasinya, metode ini menggunakan lembar kerja berupa peta tubuh (body map) yang sangat sederhana dan mudah dipahami, serta hanya memerlukan waktu yang sangat singkat sekitar 5 menit.Observer dapat langsung mewawancarai atau menanyakan kepada responden, pada otot-otot skeletal bagian mana saja yang mengalami gangguan berupa nyeri atau sakit, dari mulai tingkat keluahan ringan sampai dengan berat.


(41)

3.5 Hubungan Shift Kerja dengan Kelelahan

Menurut Grandjean yang dikutip oleh Winarsunu (2008) mengemukakan bahwa pekerja shift malam umumnya mempunyai kesehatan yang kurang baik. Mereka biasanya menderita gangguan pencernaan dan merasa gelisah atau gugup.Hal ini disebabkan oleh kronik dan kebiasaan makan dan minum yang tidak sehat. Kelelahan kronik tersebut adalah antara lain kehilangan vitalitas, perasaan depresi, perasaan mudah marah dan keletihan meskipun mereka sudah tidur. Keadaan ini biasanya disertai dengan gangguan psikosomatik, antara lain kehilangan nafsu makan, gangguan tidur dan gangguan pencernaan. Jadi kegelisahan yang dialami pekerja shift malam adalah dari kelelahan kronik yang dikombinasikan dengan kebiasaan makan yang tidak sehat yang menyebabkan penyakit-penyakit pencernaan.

Pada kenyataannya, kelelahan pada kerja malam relatif sangat besar. Sebabnya antara lain ialah faktor faal dan metabolisme yang tak dapat diserasikan. Sebab penting lainnya adalah sangat kuatnya kerja saraf parasimpatis dibanding dengan persyarafan simpatis pada malam hari.Padahal seharusnya untuk bekerja, bekerjanya saraf simpatis harus melebihi kekuatan parasimpatis. Selain itu jumlah jam kerja yang dipakai untuk tidur bagi pekerja malam pada siang harinya relatif jauh lebih besar dari seharusnya, dikarenakan gangguan suasana siang hari seperti kebisingan, suhu, keadaan terang, dan lain-lain dan oleh karena kebutuhan badan tidak dapat diubah seluruhnya menurut kebutuhan yaitu terbangun oleh dorongan lapar atau buang air kecil yang relatif banyak pada siang hari. Juga aktivitas dalam keluarga atau masyarakat menjadi penyebab kurangnya tidur pada siang hari


(42)

padahal sangat penting artinya bagi tenaga kerja yang bekerja malam hari (Suma’mur, 2013).

3.6 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Shift Kerja

Shift Pagi (08.00-20.00 WIB)  Shift Malam (20.00-08.00 WIB)


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian survey analitik dengan rancangan cross sectional. Rancangan cross sectional yaitu suatu rancangan penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor risiko dengan faktor efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2012). Faktor resiko dan faktor efek pada penelitian ini adalah shift kerja dengan terjadinya kelelahan pada security di SUN Plaza Medan Tahun 2015.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SUN Plaza Medan, dari tanggal 22 Desember 2014 – 22 April 2015.

3.3 Populasi Dan Sampel 3.3.1Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh security PT Trisa Surya Mandiri Cabang Medan tahun 2015 yaitu sebanyak 113 orang, yang bagiannya terdiri dari Staf (Chief, Assistant Chief, Administrasi, Panwas, dan Pantub), Regu (Regu 1, Regu 2, dan Regu 3), Middle (Middle A, Middle B, dan Middle C), dan PKD.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.Teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel


(44)

berdasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi sebelumnya (Notoatmodjo, 2012). Adapun kriteria yang diambil menjadi sampel yaitu:

1. Security yang menjalani shift kerja yang terdiri dari shift pagi (08.00 - 20.00 WIB) dan shift malam (20.00 – 08.00 WIB).

2. Anggota security yang berjenis kelamin laki-laki

Bagian yang terkena shift kerja adalah bagian Regu terdiri dari Regu 1, Regu 2, dan Regu 3, yang masing-masingnya berjumlah 21 orang. Dari 63 orang

security bagian Regu, ada 7 orang yang berjenis kelamin perempuan.Sehingga sampel yang diambil adalah sebanyak 56 orang yang berjenis kelamin laki-laki. 3.4 Definisi Operasional

1. Shift kerja adalah pembagian waktu kerja yang terdiri dari shift pagi (08.00-20.00 WIB) dan shift malam (20.00-08.00 WIB).

2. Kelelahan adalah keadaan tubuh dan mental yang berbeda sehingga berakibat kepada penurunan daya kerja. Kelelahan ini merupakan kelelahan umum yang diukur dengan menggunakan kuesioner kelelahan secara subyektif yang berskala Industrial Fatigue Research Committee (IFRC).


(45)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari: 1. Data Primer

Data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner pengujian kelelahan secara subyektif yang berskala Industrial Fatigue Research Committee (IFRC).

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari PT Trisa Surya Mandiri cabang Medan. 3.6 Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, lalu dilakukan pengolahan data sebagai berikut: 1. Editing yaitu melalukan pengecekan termasuk kelengkapan dan

kejelasan isi dari kuesioner.

2. Coding yaitu mengubah hasil kuesioner dalam bentuk kode.

3. Skoring yaitu masing-masing variabel diberi nilai agar mudah untuk dikelompokkan jawaban dan mengkategorikan responden sesuai dengan jumlah nilai jawaban yang di jawabnya.

4. Entry yaitu memasukkan data hasil kuesioner ke dalam program komputer, yaitu menggunakan program SPSS.

5. Cleaning yaitu kegiatan pengecekan kembali data-data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak.


(46)

3.7 Aspek Pengukuran

Pembagian shift kerja terdiri dari shift pagi (08.00 - 20.00 WIB) dan shift

malam (20.00 - 08.00 WIB).Kode yang diberikan pada setiap shift yaitu shift pagi diberi kode 1 dan shift malam diberi kode 2.

Pengukuran kelelahan yang digunakan berupa kuesioner pengujian kelelahan umum atau secara subyektif yang berskala Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) diambil dari Industrial Fatigue Research Committee of Japanese Association of Industrial Health (IFRC Jepang).Kuesioner digunakan untuk mengukur kelelahan security berjumlah 30 pertanyaan tentang gejala kelelahan umum terdiri dari 10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan, 10 pertanyaan tentang pelemahan motivasi, dan 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik. Skor yang diberikan pada masing-masing pertanyaan yaitu tidak pernah merasakan diberi nilai 1, kadang-kadang merasakan diberi nilai 2, sering merasakan diberi nilai 3, dan sering sekali merasakan diberi nilai 4.Kemudian langkah terakhir dari kuesioner subjektif ini yaitu menentukan tingkat kelelahan dan upaya perbaikan, berikut klasifikasi tingkat kelelahan pada tabel berikut. Tabel 3.1 Klasifikasi Tingkat Kelelahan Sukjektif

Tingkat kelelahan

Total skor individu

Klasifikasi

kelelahan Tindakan perbaikan

1 30 – 52 Rendah Belum diperlukan adanya tindakan perbaikan

2 53 - 75 Sedang Mungkin diperlukan adanya tindakan perbaikan

3 76 - 98 Tinggi Diperlukan adanya tindakan perbaikan 4 99 - 120 Sangat Tinggi Diperlukan adanya tindakan perbaikan

sesegera mungkin Sumber : Tarwaka (2010)


(47)

Pada analisis bivariat, tingkat kelelahan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu tingkat rendah/sedang dan tinggi.

3.8 Teknik Analisis Data 1. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel-variabel independen dan dependen dalam bentuk distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis lanjutan untuk melihat hubungan antara variabel independen (shift kerja) dan variabel dependen (kelelahan) menggunakan uji Chi Square dengan membandingkan nilai a sebesar 0,05 pada taraf kepercayaan 95%. Jika P value < 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna antara variabel independen (shift kerja) dengan variabel dependen (kelelahan). Jika P value > 0,05 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel independen (shift kerja) dengan variabel dependen (kelelahan).


(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum SUN Plaza Medan

SUN Plaza merupakan pusat perbelanjaan menengah ke atas di kawasan komersial strategis yang terletak di Jalan Kiai Haji Zainul Arifin No. 7, Kelurahan Madras Hulu, Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan, Sumatera Utara. Didirikan di atas lahan seluas ± 29.000 m2 pada tanggal 1 Januari 2003, pusat perbelanjaan ini berupa bangunan 6 lantai (termasuk Lower Ground dan Ground Floor) yang dirancang dengan konsep mal keluarga. SUN Plaza dibuka secara publik pada tanggal 1 Januari 2004.Letaknya yang sangat strategis membuat pusat perbelanjaan ini ramai dikunjungi oleh pelajar, mahasiswa, serta para wisatawan dalam negeri maupun luar negeri.SUN Plaza berdekatan dengan Kantor Gubernur Sumatera Utara, Mesjid Agung Medan, SMA Negeri 1 Medan, dan Apartemen Cambridge.

4.2 Gambaran Umum PT Trisa Surya Mandiri 4.2.1 Profil PT Trisa Surya Mandiri

PT Trisa Surya Mandiri (TSM) adalah perusahaan berskala nasional yang bergerak dibidang jasa tenaga pengamanan yang berdiri sejak tahun 2014.Dengan dukungan sumber daya manusia yang berpengalaman.Kantor pusat PT. Trisa Surya Mandiri bertempat di Jalan Moh.Kahfi I Jakarta Selatan. Penempatan-penempatan PT Trisa Surya Mandiri berada di Jakarta, Bali, dan Medan. PT Trisa Surya Mandiri bekerjasama dengan SUN Plaza Medan dalam pengadaan jasa pengamanan sejak tanggal 30 November 2014.


(49)

4.2.2 Visi PT Trisa Surya Mandiri

Selalu semangat menjadi yang terbaik dalam meningkatkan mutu kualitas pelaksanaan kinerja TSM diseluruh area serta menjadi perusahaan yang berkualitas.

4.2.3 Misi PT Trisa Surya Mandiri

Konsisten bersemangat dan bekerja keras untuk mencapai tingkat kesempurnaan.

4.2.4 Motto PT Trisa Surya Mandiri 1. Semangat

2. Bekerja keras 3. Loyalitas 4. Tulus

4.2.5 Program Manajemen Security

Program manajemen security TSM melibatkan seluruh aspek operasional

security mulai perekrutan, pendidikan, pelaksanaan, pembinaan, dan pengalaman pengamanan dan keahlian TSM dalam melaksanakan tugas menjalankan fungsi

security, membuat kenyamanan dan keamanan klien terjamin, sehingga klien memfokuskan diri dan berkonsentrasi untuk melakukan bisnis dan aktivitas utamanya. Beberapa program yang dilakukan antara lain:

1. Recruitment security. 2. Seleksi dan Pelatihan.

3. Penertiban administrasi dan absensi.


(50)

5. Inspeksi rutin dan insidentil/mendadak.

Adapun manfaat dari program manajemen security PT Trisa Surya Mandiri bagi klien adalah sebagai berikut:

1. Kesiapan mental dan fisik dari personil dalam bertugas lebih baik.

2. Personil selalu siap menghadapi gejolak apapun baik internal maupun eksternal.

3. Penggantian personil dapat dilakukan sesuai dengan permintaan klien. 4. Mengurangi masalah peraturan dan undang-undang ketenagakerjaan bagi

klien.

5. Sistem patroli dan monitoring man to man.

4.2.6 Sistem Perekrutan dan Program Pelatihan

PT Trisa Surya Mandiri memberlakukan kriteria yang sangat ketat untuk menjaring calon-calon personil security yang handal, professional, dan mempunyai naluri pengamanan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas di lapangan.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan kapasitas security PT Trisa Surya Mandiri, maka pelatihan dan pembinaan akan dilakukan sepenuhnya oleh team yang merupakan hasil kerja sama antara PT Trisa Surya Mandiri dengan TNI dan POLRI, dimana pelatihan tersebut berlangsung selama 3 bulan dan melalu proses seleksi yang ketat. Program pendidikan dan pelatihan untuk security PT Trisa Surya Mandiri meliputi:

1. Pelatihan dasar security.


(51)

3. Kewaspadaan terhadap ancaman. 4. Management security dan control.

5. Perencanaan security.

6. Bela diri untuk melumpuhkan. 7. Persatuan baris-berbaris.

8. Pengaturan, penjagaan, dan pengawaln serta sistem patroli. 4.2.7 Bagian dan Tugas Security PT Trisa Surya Mandiri

Adapun bagian-bagian dari security terdiri dari: 1. Staff, yang terdiri dari:

a. Chief bertugas sebagai kepala komandan security.

b. Assistan Chief bertugas sebagai wakil kepala komandan security.

c. Panwas (Pengawasan) bertugas sebagai komandan yang melakukan pengawasan di luar gedung.

d. Pantub (Pengamanan Tertutup) bertugas sebagai komandan yang melakukan pengamanan di dalam gedung.

e. Administrasi bertugas sebagai pengurus surat menyurat dan berkas-berkas yang menyangkut tentang kepentingan perusahaan.

2. Middle, yang terdiri dari Middle A, Middle B, dan Middle C. Bagian Middle memiliki tugas sebagai berikut:

a. Mengawasi pada saat waktu operasional mall buka dan tutup. b. Melakukan penjagaan di bagian dalam gedung mall.


(52)

3. Regu, yang terdiri dari Regu 1, Regu 2, dan Regu 3. Bagian Regu memiliki tugas sebagai berikut:

Shift Pagi

a. Melakukan penjagaan di bagian pintu masuk di setiap lantai. b. Melakukan patroli di dalam gedung mall.

c. Melakukaan penjagaan di pos-pos pada setiap lantai.

Shift Malam

1. Melakukan penjagaan dan pengaman serta patroli pada keseluruhan gedung mall.

2. Mengawasi barang-barang yang masuk ke dalam mall.

4. PKD, yang bertugas sebagai pengawasan dan pengamanan di sekitar area gedung. Bagian PKD mengatur kendaraan tamu yang masuk dan keluar serta mengawasi tamu yang masuk dan keluar gedung mall. Security di bagian PKD ini mengenakan pakaian khusus dibandingkan dengan bagian yang lain. Bagian PKD memakai helm dan baju security lengkap dengan tali pinggang dan atribut lainnya.

4.2.8 Waktu Kerja

Pembagian waktu kerja pada setiap bagian security berbeda-beda. Berikut waktu kerja security di PT Trisa Surya Mandiri sebagai berikut:

1. Hari kerja yang terdiri dari 4 hari dan libur 2 hari. Waktu kerja dimulai dari pukul 10.00 WIB sampai 22.00 WIB. Waktu istirahat di berikan 2 kali yaitu pukul 12.00-13.00 WIB dan 18.00-19.00 WIB. Bagian security


(53)

2. Hari kerja yang terdiri dari 2 hari shift pagi, 2 hari shift malam, dan 2 hari libur. Waktu kerja pada saat shift pagi dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai 20.00 WIB dengan diberikan waktu istirahat sebanyak 2 kali yaitu pukul 12.00-13.00 WIB dan 18.00-19.00 WIB , shift malam dimulai dari pukul 20.00 WIB sampai 08.00 WIB dengan pembagian waktu istirahat diatur oleh komandan regu (DanRu) masing-masing.

4.3 Karakteristik Responden

Distribusi karakteristik responden yang terdiri dari umur di bagi menjadi 2 kategori berdasarkan median yang didapatkan yaitu 25 sehingga dibuat menjadi ≤ 25 tahun dan > 25 tahun, masa kerja dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan median yang didapatkan yaitu 12 sehingga dibuat menjadi ≤ 12 minggu dan > 12 minggu, dan status pernikahan dibagi menjadi 2 kategori yaitu belum menikah dan menikah. Maka karakteristik responden pada security SUN Plaza Medan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Security di SUN Plaza Medan Tahun2015

Karakteristik Responden Jumlah

N %

Umur ≤ 25 tahun > 25 tahun

32 24

57,1% 42,9%

Total 56 100%

Masa Kerja ≤ 12 minggu > 12 minggu

35 21

62,5% 37,5%

Total 56 100%

Status Pernikahan Menikah Belum Menikah 25 31 44,6% 55,4%


(54)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa umur security terbanyak adalah kelompok umur ≤ 25 tahun yaitu 32 orang (57,1%) dan sisanya pada umur > 25 tahun yaitu 24 orang (43,9%). Pada masa kerja dapat diketahui bahwa banyak

security yang memiliki masa kerja ≤ 12 minggu yaitu 35 orang (62,5%) sedangkan masa kerja di >12 minggu sebanyak 21 orang (37,5%). Pada status pernikahan dapat terlihat bahwa anggota security palingbanyak berstatus belum menikah yaitu sebanyak 31 orang (55,4%) sedangkan yang menikah berjumlah 25 orang (44,6%).

4.4 Hasil Univariat

4.4.1 Kelelahan saat Shift Pagi (08.00-20.00 WIB)

Tingkat kelelahan saat shift pagi pada security SUN Plaza Medan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Kelelahan saat Shift Pagi pada Security SUN Plaza Medan Tahun 2015

Tingkat Kelelahan N %

Rendah 19 33,9%

Sedang 36 64,5%

Tinggi 1 1,8%

Sangat Tinggi 0 0

Total 56 100%

Berdasarkan tabel di atas, bahwa tingkat kelelahan security pada saat shift

pagi (08.00-20.00 WIB) paling banyak pada tingkat sedang yaitu 36 orang (64,5%) dan sisanya berada pada tingkat rendah yaitu 19 orang (33,9%) dan tingkat tinggi yaitu 1 orang (1,8%).


(55)

4.4.2 Kelelahan saat Shift Malam (20.00-08.00 WIB)

Tingkat kelelahan saat shift malam pada security SUN Plaza Medan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Kelelahan saat Shift Malam pada Security SUN Plaza Medan Tahun 2015

Tingkat Kelelahan N %

Rendah 0 0

Sedang 45 80,4%

Tinggi 11 19,6%

Sangat Tinggi 0 0

Total 56 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada shift malam (20.00-08.00 WIB), tingkat kelelahan paling banyak yaitu tingkat sedang sebanyak 45 orang (80,4%) sedangkan sisanya pada tingkat tinggi yaitu 11 orang (19,6%). 4.5 Hasil Bivariat

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan pada 56 security bagian Regu diketahui bahwa semua security mengalami kelelahan dengan tingkat kelelahan yang berbeda-beda. Selanjutnya dilakukan uji Chi Square untuk melihat apakah ada hubungan shift kerja dengan terjadinya kelelahan pada security SUN Plaza Medan tahun 2015.

Tabel 4.4 Distribusi Kelelahan dan Hasil Uji Chi Square Shift Kerja dengan Kelelahan pada Security SUN Plaza Medan Tahun 2015

Shift

Kelelahan Sig.

(p) Rendah/Sedang Tinggi

N % N %

Pagi

(08.00-20.00 WIB) 55 98,2% 1 1,8%

0,002 Malam


(56)

Berdasarkan tabel hasil pengukuran di atas, dapat dilihat bahwa tingkat kelelahan rendah/sedang pada shift pagi lebih banyak yaitu 55 orang (98,2%) sedangkan shift malam sebanyak 45 orang (80,4%). Pada tingkat kelelahan tinggi lebih banyak pada shift malam yaitu 11 orang (19,6%) sedangkan pada shift pagi sebanyak 1 orang (1,8%).

Pada hasil uji Chi Square antara shift kerja dengan kelelahan dapat diketahui nilai p = 0,002 dimana p < 0,05 artinya ada hubungan shift kerja dengan terjadinya kelelahan pada security SUN Plaza Medan tahun 2015.


(57)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kelelahan saat Shift Pagi (08.00-20.00 WIB)

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa tingkat kelelahan security pada saat shift pagi (08.00-20.00 WIB) yaitu pada tingkat sedang sebanyak 36 orang (64,5%), tingkat rendah sebanyak 19 orang (33,9%) dan tingkat tinggi yaitu 1 orang (1,8%). Data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan, pada saat shift pagi anggota security mengaku kadang-kadang merasakan berat di kepala, lelah seluruh badan, pikiran kacau saat bekerja, ada beban pada bagian mata, gerakan terasa canggung dan kaku, tidak stabil pada saat berdiri, ingin berbaring, susah berfikir, malas untuk bicara, gugup, tidak dapat berkonsentrasi, sulit memusatkan perhatian, mudah melupakan sesuatu, kepercayaan diri berkurang, cemas, sulit mengontrol sikap, tidak tekun dalam pekerjaan, sakit pada bagian kepala, kaku di bagian bahu, nyeri di bagian punggung, suara terasa serak, pening, mengganjal di kelopak mata, dan kurang sehat. Selanjutnya anggota

security mengaku sering merasakan berat di kaki, menguap, dan mengantuk.Dan yang sangat sering dirasakan adalah haus.

Pada anggota security yang bertugas melakukan penjagaan di pintu masuk dan di dalam gedung mall mengaku banyak yang sering merasakan berat di kaki.Hal ini disebabkan karena posisi kerja yang dituntut untuk selalu berdiri dan suasana mall yang pengunjungnya ramai pada siang hari, sehingga anggota

security dituntut untuk selalu dalam keadaan siap demi terjaganya keamanan dan kenyamanan pengunjung.Selain itu, tidak jarang anggota security pada shift pagi


(58)

ini mengaku kadang-kadang merasakan kepercayaan diri berkurang, tidak berkonsentrasi, dan gugup pada saat melakukan penjagaan di hadapan orang banyak.

Selanjutnya pada anggota security yang bertugas menjaga pos mengaku merasa bosan karena pekerjaan yang hanya duduk di pos dan terlalu monoton.Kejadian tersebut sesuai dengan pendapat Wignjosoebroto (2000) yang menjelaskan bahwa lelah monotonis yang dirasakan disebabkan oleh aktivitas kerja yang bersifat monoton atau lingkungan kerja yang sangat menejmukan serta pekerjaan-pekerjaan yang tidak terlalu membutuhkan skill.Akibat dari monotonnya pekerjaan yang dijalani, anggota security mengaku sering menguap dan mengantuk.

Secara keseluruhan pada saat shift pagi, anggota security mengatakan sering merasa haus yang disebabkan karena banyak beraktivitas di dalam gedung

mall yang ber-AC yang dapat menyebabkan tubuh mengalami dehidrasi dan sering merasa ingin buang air kecil, hal inilah yang dapat menimbulkan rasa haus pada anggota security. Walaupun demikian, anggota security yang merasa haus diperbolehkan untuk turun ke kantor mengambil minum dengan syarat harus segera kembali ke posisi jaga.

Meskipun anggota security merasakan gejala-gejala yang dapat menimbulkan kelelahan, tetapi hal tersebut diakui tidak mengganggu pekerjaan karena mereka diberikan waktu istirahat sebanyak 2 kali yaitu pada pukul 12.00-13.00 WIB dan 18.00-19.00 WIB, yang dapat digunakan untuk istirahat dan pemulihan tenaga. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Suma’mur (2013)


(59)

yang menjelaskan tentang kelelahan dapat dikurangi bahkan ditiadakan dengan pendekatan berbagai cara yang di tujukan kepada aneka hal yang bersifat umum, misalnya menerapkan jam kerja dan waktu istirahat sesuai ketentuan yang berlaku.

Selanjutnya tingkat kelelahan yang dirasakan oleh security pada siang hari paling banyak pada tingkat rendah dan sedang yang dapat segera dipulihkan dengan istirahat yang cukup pada malam hari.Hal ini dikarenakan pada saat siang hari manusia berada pada fase ergotrophic yaitu fase dimana semua organ dan fungsi tubuh siap untuk melakukan suatu tindakan (Winarsunu, 2008).

Hasil yang didapatkan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Putra (2011) menjelaskan bahwa shift pagi tidak mempengaruhi kelelahan karena waktu istirahat yang cukup atau pola tidur tidak terganggu, selain itu juga pada siang hari irama sirkadian tubuh juga tidak terganggu sehingga tubuh tidak menjadi cepat lelah.

5.2 Kelelahan saat Shift Malam (20.00-08.00 WIB)

Pada saat shift malam (20.00-08.00 WIB), tingkat kelelahan security

paling banyak yaitu tingkat sedang sebanyak 45 orang (80,4%) sedangkan sisanya pada tingkat tinggi yaitu 11 orang (19,6%). Data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan, pada saat shift malam para anggota security

mengaku kadang-kadang merasakan berat di kepala, berat di kaki, pikiran kacau saat bekerja, gerakan terasa canggung dan kaku, tidak stabil pada saat berdiri, susah berfikir, malas untuk bicara, gugup, tidak dapat berkonsentrasi, sulit memusatkan perhatian, mudah melupakan sesuatu, kepercayaan diri berkurang,


(60)

cemas, tidak tekun dalam bekerja, nyeri di bagian punggung, suara terasa serak, pening, anggota badan terasa gemetar, dan kurang sehat. Selanjutnya para anggota

security sering merasakan lelah pada seluruh badan, ada beban pada bagian mata, kaku di bagian bahu, haus, dan mengganjal di kelopak mata.Selain itu juga yang sangat sering dirasakan yaitu menguap, mengantuk, dan ingin berbaring.

Pada malam hari, anggota security di tuntut untuk selalu siaga dalam penjagaan keseluruhan gedung mall serta memantau barang yang masuk ke dalam

mall dengan tanggung jawab yang sangat besar.Hal ini dikarenakan keadaan mall

yang tidak ada aktivitas seperti siang hari dan hanya ada anggota security yang bertugas menjaga keamanan keseluruhan gedung mall. Tanggung jawab yang tinggi dalam menjalani tugas pada saat shift malam ini termasuk ke dalam faktor yang mempengaruhi beban kerja psikologi (Manuaba dalam Pitaloka, 2011).

Beban kerja psikologi yang ditanggung oleh anggota security pada saat

shift malam tersebut dapat menimbulkan gejala kelelahan. Pendapat ini dijelaskan oleh Suma’mur (2013) yang mengatakan bahwa faktor yang menyebabkan kelelahan antara lain keadaan monoton, beban kerja dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun psikologi, keadaan lingkungan kerja, tanggung jawab, perasaan sakit, dan keadaan gizi. Akibat dari beban psikologi yang di tanggung pada saat menjalani shift malam menyebabkan anggota security kadang-kadang merasakan gugup, cemas, tidak dapat berkonsentrasi, sulit memusatkan perhatian, dan mudah melupakan sesuatu.

Shift malam juga menyebabkan waktu tidur malam anggota security


(61)

boleh tidur agar keamanan keseluruan gedung mall tetap terjaga. Kewajiban tersebut yang membuat anggota security sangat sering merasa mengantuk dan ingin berbaring sehingga tingkat kelelahan yang dirasakan lebih tinggi daripada siang hari.Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Suma’mur (2013) yang menyatakan bahwa kelelahan pada kerja malam relatif sangat besar.Penyebabnya yaitu faktor faal dan metabolisme yang tak dapat diserasikan.Sebab penting lainnya adalah sangat kuatnya kerja saraf parasimpatis dibanding dengan persyarafan simpatis pada malam hari.Padahal seharusnya untuk bekerja, bekerjanya saraf simpatis harus melebihi kekuatan parasimpatis.

Penyebab lain terjadinya kelelahan pada saat shift malam yaitu karena terganggunya irama sirkadian tubuh. Menurut Pati yang dikutip oleh Begani et. al. (2013) menyatakan bahwa bekerja pada malam hari dapat mengganggu pola tidur yang mengarah ke gangguan irama sirkadian normal yang terjadi selama 24 jam dimana orang terjaga pada siang hari dan tidur pada malam hari. Kegiatan selama malam hari ketika irama sirkadian dikondisikan untuk tidur tetapi digunakan untuk beraktivitas dan siang hari digunakan untuk tidur yang biasanya digunakan untuk melakukan aktivitas dapat menimbulkan dampak negatif yang salah satunya kelelahan pada pekerja yang menjalani shift malam. Gangguan irama sirkadian ini mengakibatkan anggota security sering merasakan lelah pada seluruh badan saat menjalani shift malam.

5.2 Hubungan Shift Kerja dengan Terjadinya Kelelahan

Pada hasil uji chi square antara shift kerja dengan kelelahan dapat diketahui nilai p = 0,002 dimana p < 0,05, artinya ada hubungan shift kerja dengan


(1)

malas_bicara

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah merasakan 1 1.8 1.8 1.8

kadang-kadang merasakan

55 98.2 98.2 100.0

Total 56 100.0 100.0

merasa_gugup

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah merasakan 16 28.6 28.6 28.6

kadang-kadang merasakan

37 66.1 66.1 94.6

sering merasakan 3 5.4 5.4 100.0

Total 56 100.0 100.0

tidak_berkonsentrasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah merasakan 1 1.8 1.8 1.8

kadang-kadang merasakan

45 80.4 80.4 82.1

sering merasakan 10 17.9 17.9 100.0

Total 56 100.0 100.0

sulit_memusatkan_perhatian

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah merasakan 8 14.3 14.3 14.3

kadang-kadang merasakan

45 80.4 80.4 94.6

sering merasakan 3 5.4 5.4 100.0


(2)

mudah_melupakan_sesuatu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah merasakan 10 17.9 17.9 17.9

kadang-kadang merasakan

42 75.0 75.0 92.9

sering merasakan 4 7.1 7.1 100.0

Total 56 100.0 100.0

kepercayaan_diri_berkurang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah merasakan 6 10.7 10.7 10.7

kadang-kadang merasakan

47 83.9 83.9 94.6

sering merasakan 3 5.4 5.4 100.0

Total 56 100.0 100.0

merasa_cemas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah merasakan 4 7.1 7.1 7.1

kadang-kadang merasakan

40 71.4 71.4 78.6

sering merasakan 12 21.4 21.4 100.0

Total 56 100.0 100.0

sulit_mengontrol_sikap

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah merasakan 17 30.4 30.4 30.4

kadang-kadang merasakan

39 69.6 69.6 100.0


(3)

tidak_tekun_bekerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah merasakan 18 32.1 32.1 32.1

kadang-kadang merasakan

37 66.1 66.1 98.2

sering merasakan 1 1.8 1.8 100.0

Total 56 100.0 100.0

sakit_bagian_kepala

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid kadang-kadang

merasakan

37 66.1 66.1 66.1

sering merasakan 19 33.9 33.9 100.0

Total 56 100.0 100.0

kaku_dibagian_bahu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah merasakan 1 1.8 1.8 1.8

kadang-kadang merasakan

22 39.3 39.3 41.1

sering merasakan 33 58.9 58.9 100.0

Total 56 100.0 100.0

nyeri_dibagian_punggung

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah merasakan 1 1.8 1.8 1.8

kadang-kadang merasakan 51 91.1 91.1 92.9

sering merasakan 3 5.4 5.4 98.2

sangat sering merasakan 1 1.8 1.8 100.0


(4)

sesak_nafas

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah merasakan 33 58.9 58.9 58.9

kadang-kadang merasakan 22 39.3 39.3 98.2

sangat sering merasakan 1 1.8 1.8 100.0

Total 56 100.0 100.0

merasa_haus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid kadang-kadang

merasakan

20 35.7 35.7 35.7

sering merasakan 36 64.3 64.3 100.0

Total 56 100.0 100.0

terasa_serak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah merasakan 15 26.8 26.8 26.8

kadang-kadang merasakan

36 64.3 64.3 91.1

sering merasakan 5 8.9 8.9 100.0

Total 56 100.0 100.0

merasa_pening

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid kadang-kadang

merasakan

37 66.1 66.1 66.1

sering merasakan 19 33.9 33.9 100.0


(5)

mengganjal_dikelopak_mata

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid kadang-kadang

merasakan

19 33.9 33.9 33.9

sering merasakan 31 55.4 55.4 89.3

sangat sering merasakan 6 10.7 10.7 100.0

Total 56 100.0 100.0

badan_terasa_gemetar

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah merasakan 23 41.1 41.1 41.1

kadang-kadang merasakan

28 50.0 50.0 91.1

sering merasakan 4 7.1 7.1 98.2

sangat sering merasakan 1 1.8 1.8 100.0

Total 56 100.0 100.0

merasa_kurang_sehat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah merasakan 10 17.9 17.9 17.9

kadang-kadang merasakan

46 82.1 82.1 100.0

Total 56 100.0 100.0

Kelelahan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sedang 45 80.4 80.4 80.4

Tinggi 11 19.6 19.6 100.0


(6)

Crosstabs

Shift * kelelahan2 Crosstabulation kelelahan2

Total

rendah/sedang tinggi

Shift Pagi Count 55 1 56

Expected Count 50.0 6.0 56.0

% within Shift 98.2% 1.8% 100.0%

% within kelelahan2

55.0% 8.3% 50.0%

% of Total 49.1% .9% 50.0%

Malam Count 45 11 56

Expected Count 50.0 6.0 56.0

% within Shift 80.4% 19.6% 100.0%

% within kelelahan2

45.0% 91.7% 50.0%

% of Total 40.2% 9.8% 50.0%

Total Count 100 12 112

Expected Count 100.0 12.0 112.0

% within Shift 89.3% 10.7% 100.0%

% within kelelahan2

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 89.3% 10.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 9.333a 1 .002 .004 .002

Continuity Correctionb 7.560 1 .006

Likelihood Ratio 10.753 1 .001 .004 .002

Fisher's Exact Test .004 .002

Linear-by-Linear Association

9.250c 1 .002 .004 .002 .002

N of Valid Cases 112

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.00. b. Computed only for a 2x2 table