Saran Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Perubahan fisik dan penurunan fungsi organ tubuh akan mempengaruhi konsumsi dan penyerapan zat gizi besi. Defisensi zat gizi termasuk zat besi pada lansia, mempunyai dampak terhadap penurunan kemampuan fisik dan menurunkan kekebalan tubuh. Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya gizi pada lansia adalah keterbatasan ekonomi keluarga, penyakit-penyakit kronis, pengaruh psikologis, hilangnya gigi, adanya gigi palsu, kesalahan dalam pola makan, kurangnya pengetahuan tentang gizi dan cara pengolahannya, serta menurunnya energi. Berbelanja dan penyiapan makanan menjadi sulit karena ketidakmampuan fisik atau kekurangan transportasi. Hidup sendiri menurunkan minat dan kesukaan menyiapkan dan makan makanan Pengkajian dilakukan terhadap Ny A pada tanggal 17 Juni 2013 dan ditemukan prioritas masalah dengan kebutuhan dasar nutrisi berhubungan dengan kurang dari kebutuhan ditandai dengan penurunan fungsi tubuh, penurunan kekuatan mengunyah, klien mengatakan tidak nafsu makan dan makan 2 x sehari dengan porsi kecil. Sehingga berdasarkan konsep dan kasus tentang nutrisi memiliki persamaan yaitu nutrisi kurang darri kebutuhan terjadi karena dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan, ketidakmampuan fisik, keterbatasan ekonomi keluarga, maupun karena hidup sendiri dimana anaknya sibuk kerja dan pulang malam.

B. Saran

Dengan adanya Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi, saya harapkan agar dalam mengatasi nutrisi kurang dari kebutuhan dapat diatasi dengan mencari informasi tentang gizi seimbang, meminta tolong anggota keluarga dalam membantu persiapan makan karena keterbatasan fisik, menghilangkan rasa kesendirian di rumah dimana tidak adanya teman untuk makan bersama yang dapat menurunkan minat untuk makan karena dan memodifikasi makanan agar kebutuhan nutrisi tetap dapat terpenuhi meskipun dalam keterbatasan ekonomi keluarga. Universitas Sumatera Utara BAB II PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi

2.1 Definisi Nutrisi Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktifitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit Tarwoto, 2006. 2.2 Elemen nutrisi atau zat gizi 1. Karbohidrat Karbohidrat adalah sumber energi utama dalam diet. Tiap gram karbohidrat menghasilkan 4 kilokalori kkal Potter Perry, 2005. Karbohidrat merupakan zat gizi yang terdapat dalam makanan, pada umumnya dalam bentuk amilu. Pembentukan amilum terjadi dalam mulut melalui enzim ptyalin yang ada dalam air ludah. Amilum diubah menjadi maltose, kemudian diteruskan ke dalam lambung. Dari lambung hidrat arang dikirim terus ke usus dua belas jari. Getah pankreas yang dialirkan ke usus dua belas jari mengandung amylase. Dengan demikian, sisa amilum yang belum diubah menjadi maltose oleh amylase pankreas diubah seluruhnya menjadi maltose. Maltose ini kemudian diteruskan ke dalam usus halus. Usus halus mengeluarkan getah pankreas hidrat arang, yaitu maltose yang bertugas mengubah maltose menjadi dua molekul glukosa sakarosa, fruktosa dan glukosa. Laktose bertugas mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Setelah enzim berada dalam usus halus, seluruhnya diubah menjadi monosakarida oleh enzim-enzim tadi. Rentang asupan karbohidrat dalam diet yang direkomendasikan adalah 50 - 60 dari total kalori, lebih disukai dalam bentuk karbohidrat kompleks, seperti: roti Universitas Sumatera Utara dari biji penuh dan sereal. Karbohidrat merupakan sumber utama bahan bakar untuk otak, otot rangka selama latihan, eritrosit dan leukosit, dan medula renal Potter Perry, 2005. 2. Lemak Penyerapan lemak dilakukan secara pasif setelah lemak diubah menjadi gliserol asam lemak. Asam lemak mempunyai sifat empedu, assam lemak yang teremulsi ini mampu diserap melewati dinding usus halus. Penyerapan membutuhkan tenaga, lagi pula tidak semua lemak dapat diserap, maka penyerapan lemak dikatakan dengan cara aktif selektif A. Aziz Alimul H., 2006. Metabolisme dari 1 gr hasil lipid lebih dari dua kali energi yang diberikan oleh karbohidrat atau protein. Diet tinggi lemak dan kolesterol telah dikaitkan dengan penyakit jantung koroner dan beberapa tipe kanker. Bagaimanapun, lemak memiliki peranan penting pada nutrisi manusia dan asupan dibawah 10 dalam diet mengarah kepada defisiensi Potter Perry, 2005. 3. Protein Kelenjar ludah dalam mulut tidak membuat enzim protease. Enzim protease baru terdapat dalam lambung, yaitu pepsin, yang mengubah protein menjadi albuminosa dan pepton. Kemudian, tripsin dalam usus dua belas jari yang berasal dari pankreas mengubah sisa protein yang belum sempurna menjadi albuminosa dan pepton. Dalam usus halus, albuminosa dan pepton seluruhnya diubah oleh enzim pepsin menjadi asam-asam amino yang siap untuk diserap. Meskipun protein memberikan sumber energi 4 kkalg, juga penting untuk mensistensis membangun jaringan tubuh dalam pertumbuhan, pemeliharaan dan perbaikan. Protein dapat digunakan untuk menyediakan energi, tetapi karena peranan protein esensial dalam pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan, kalori yang cukup harus disediakan dalam diet dari sumber nonprotein. Protein dihemat sebagai sumber energi ketika ada karbohidrat yang cukup dalam diet untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh Potter Perry, 2005. Universitas Sumatera Utara 4. Mineral Mineral merupakan elemen esensial nonorganik pada tubuh sebagai katalis dalam reaksi biokimia. Mineral diklasifikasikan sebagai makromineral ketika kebutuhan sehari-hari adalah 100 mg atau lebih dan elemen renik ketika berkurang dari 100 mg yang diperlukan setiap hari Potter Perry, 2005. Mineral tidak membutuhkan pencernaan. Mineral hadir dalam bentuk tertentu sehingga tubuh mudah untuk memprosesnya. Umumnya, mineral diserap dengan mudah melalui dinding usus halus secara difusi pasif maupun transportasi aktif. Mekanisme transportasi aktif penting jika kebutuhan tubuh meningkat atau adanya diet rendah kadar mineral. Hormon adalah zat yang memegang peranan penting dalam mengatur mekanisme aktif ini. Penyerapan dapat lebih jauh dipengaruhi oleh isi sistem pencernaan. 5. Vitamin Pencernaan vitamin melibatkan penguraiannya menjadi molekul-molekul yang lebih kecil sehingga dapat diserap dengan efektif. Beberapa penyerapan vitamin dilakukan dengan difusi sederhana, tetapi sistem transportasi aktif sangat penting untuk memastikan pemasukan yang cukup. Vitamin yang larut dalam lemak diserap oleh sistem transportasi aktif yang juga membawa lemak ke seluruh tubuh, seng vitamin yang larut dalam air mempunyai beberapa variasi mekanisme transportasi aktif. Seperti contoh, faktor dasar yang dihasilkan oleh lambung memudahkan penyerapan bitamin B 12 . Tanpa faktor tersebut, tubuh tidak mampu menyerap dengan cukup, sehingga menyebabkan terjadinya defisiensi vitamin tersebut. 6. Air Air merupakan zat makanan yang paling mendasar yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Tubuh manusia terdiri atas 50-70 air. Asupan air secara teratur sangat penting bagi makhluk hidup untuk bertahan hidup dibandingkan dengan pemasukan nutrisi lain. Bayi memiliki proporsi air yang lebih besar dibandingkan orang dewasa. Semakin tua umur seseorang, maka proporsi air di dalam tubuhnya akan semakin berkurang. Pada orang dewasa, asupan air berkisar antara 1200-1500 cc per hari, namun Universitas Sumatera Utara dianjurkan sebanyak 1900 cc sebagai batas optimum. Selain itu, air yang masuk ke tubuh melalui makanan lain berkisar antara 500-900 cc per hari. Air juga dapat diperoleh melalui hasil akhir proses oksidasi. Kebutuhan asupan air akan semakin meningkat jika terjadi peningkatan pengeluaran air, misalnya melalui keringat, muntah, diare, atau adanya gejala-gejala dehidrasi. 2.3 Masalah Gizi pada Lansia Perubahan fisik dan penurunan fungsi organ tubuh akan mempengaruhi konsumsi dan penyerapan zat gizi besi. Defisensi zat gizi termasuk zat besi pada lansia, mempunyai dampak terhadap penurunan kemampuan fisik dan menurunkan kekebalan tubuh. Di samping itu, berbagai penelitian yang dilakukan oleh pakar menunjukkan bahwa masalah gizi pada lansia sebagian besar merupakan masalah gizi berlebih dan kegemukan atau obesitas yang memicu timbulnya berbagai penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes melitus, batu empedu, gout rematik, ginjal, sirosis hati dan kanker. Sedangkan masalah gizi kurang juga banyak terjadi seperti Kurang Energi Kronis KEK, anemia, dan kekurangan zat gizi mikro lain. 1. Kegemukan atau obesitas Keadaan ini disebabkan karena pola konsumsi yang berlebihan, terutama makan yang banyak mengandung lemak, protein, dan karbohidrat yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Kegemukan biasanya terjadi sejak usia muda, bahkan sejak anak-anak. Proses metabolisme yang menurun pada lansia bila tidak diimbangi dengan peningkatan aktivitas fisik atau penurunan jumlah makanan, maka kalori yang berlebih akan diubah menjadi lemak yang mengakibatkan kegemukan. Selain mengalami kegemukan secara keseluruhan, kegemukan pada bagian perut lebih berbahaya karena kelebihan lemak di perut dihubungkan dengan meningkatnya resiko jantung koroner dari pada lemak di bagian lain. Untuk menentukan apakah seseorang mengalami kegemukan atau obesitas dapat dilihat dari Indeks Massa Tubuh IMT yang dihitung dengan rumus: BB IMT = TB x TB Universitas Sumatera Utara BB = Berat Badan kg TB = Tinggi Badan m Apabila = IMT 25-27 = Kegemukan IMT 27 = Obesitas Kegemukan dan obesitas merupakan faktor pencetus berbagai penyakit seperti yang dijelaskan dibawah ini: a Penyakit jantung koroner Konsumsi lemak jenuh dan kolesterol yang berlebihan akan meningkatkan resiko penyakit jantung koroner. Lemak jenuh dan kolesterol hanya terdapat pada bahan makanan hewani terutama kambing, sapi, kerbau, dan ayam. Sedangkan ikan banyak mengandung asam lemak tak jenuh. Oleh karena itu, usia lanjut usia disarankan mengkonsumsi ikan karena dapat menurunkan resiko menderita penyakit jantung dibandingkan mengkonsumsi sumber protein hewani yang lain. b Diabetes melitus Diabetes melitus adalah suatu keadaan atau kelainan dimana terdapat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, protein yang disebabkan oleh kekurangan insulin atau tidak berfungsinya insulin. Akibatnya gula dalam darah tertimbun tinggi. Diabetes melitus ini dibagi menjadi dua jenis: i. Diabetes melitus tipe I, yaitu Insulin Dependent DM IDDM ii. Diabetes melitus tipe II, yaitu Non-Insuline Dependent DM NIDDM c Hipertensi Apabila berat badan seseorang berlebih sudah tentu akan meningkatkan beban kerja jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh. Hal ini akan mengakibatkan tekanan darah cenderung akan lebih tinggi. Selain itu, pembuluh darah pada lansia lebih tebal dan kaku atau disebut aterosklerosis, sehingga tekanan darah akan meningkat. Bila disertai adanya plak disekitar dinding dalam arteri, hal tersebut akan menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah yang dapat membuat terjadinya penyumbatan pada arteri koroner dan stroke pecahnya pembuluh darah, bila terjadi pada otak dapat menyebabkan kelumpuhan dan kematian. Universitas Sumatera Utara Untuk lansia hendaknya mengurangi konsumsi natrium garam, karena garam yang berlebih dalam tubuh dapat meningkatkan tekanan darah. d Sirosis hepatis Sirosis hepatis disebabkan karena lemak berlebih yang tertimbun di dalam hati. Terjadinya perlemakan pada hati akan memicu terjadinya penyakit sirosis hepatis. 2. Tulang keropos osteoporosis Massa tulang telah mencapai maksimum pada usia 35 tahun untuk wanita dan 45 tahun untuk pria. Bila konsumsi kalsium kurang dalam jangka waktu lama akann timbul keropos tulang osteoporosis. Lansia dianjurkan mengkonsumsi susu karena merupakan sumber kalsium yang baik. 3. Anemia Penyebab anemia pada lansia adalah kekurangan zat gizi Fe, asam folat, vitamin B12, dan protein. Faktor lainnya seperti kemunduran proses metabolisme sel darah merah hemoglobin juga terjadi. Gejala yang tampak seperti cepat lelah, lesu, otot lemah, letih, pucat, berdebar-debar, sesak napas waktu kerja, kesemutan, mengeluh sering pusing, mata berkunang-kunang dan mengantuk, kelopak mata, bibir dan telapak tangan menjadi pucat, Hb 8 gramdl, serta kemampuan konsentrasi menurun. Batas normal jumlah sel darah merah dalam tubuh Hb adalah sebagai berikut: i. Pria dewasa : 13-18 gramdl ii. Wanita dewasa : 11,5-16,5 gramdl 4. Gout Asam urat dalam darah yang tinggi akan menyebabkan rasa nyeri dan pembengkakan sendi. Pada penderita gout hendaknya mengurangi konsumsi lemak. Asam urat yang tinggi dalam darah merupakan pencetus terjadinya batu ginjal. 5. Kurangi Energi Kronis KEK Menurunnya nafsu makan yang berkepanjangan pada lansia akan menyebabkan berat badan menurun drastis. Hal ini menyebabkan jaringan ikat menjadi keriput dan badan kurus. Zat gizi mikro yang kurang meliputi hal-hal berikut ini: a Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan kekeringan pada selaput lendir mata dan sering dikaitkan dengan katarak pada lansia Universitas Sumatera Utara b Kekurangan vitamin B1, asam folat, dan vitamin B12. Kekurangan vitamin tersebut dapat menyebabkan meningkatnya kadar homosistein sehingga menyebabkan penebalan pembuluh darah dan resiko jantung koroner serta darah tinggi c Kekurangan vitamin C menyebabkan sariawan di mulut dan perdarahan pada gusi. Vitamin ini yang bersumber dari sayur dan buah-buahan d Kekurangan vitamin D menyebabkan penurunan densitas tulang yang makin parah e Kekurangan vitamin E berkhasiat sebagai antioksidan f Kekurangan mineral Zn seng terjadi karena kurangnya konsumsi makanan hewani sehingga dapat mengakibatkan kekurangan Zn yang menyebabkan terjadinya kekurangan pada daya pengecap dan kelainan pada kulit. Maryam R.S, Ekasari M F, Rosidawati, Jubaedi A, Batubara I, 2008. 2.4 Faktor-faktor Penyebab Kurang Gizi pada Lansia Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya gizi pada lansia adalah keterbatasan ekonomi keluarga, penyakit-penyakit kronis, pengaruh psikologis, hilangnya gigi, adanya gigi palsu, kesalahan dalam pola makan, kurangnya pengetahuan tentang gizi dan cara pengolahannya, serta menurunnya energi. Berbelanja dan penyiapan makanan menjadi sulit karena ketidakmampuan fisik atau kekurangan transportasi. Hidup sendiri menurunkan minat dan kesukaan menyiapkan dan makan makanan Potter Perry, 2005. 2.5 Pedoman Umum Gizi Seimbang untuk lansia di Indonesia Khusus Indonesia, Departemen Kesehatan telah menerbitkan Pedoman Umum Gizi Seimbang PUGS DepKes, 1995 yang berisi 13 pesan dasar gizi seimbang bagi lansia dengan dasar PUGS dan dengan `mempertimbangkan pengurangan berbagai resiko penyakit degenerasi yang dihadapi para lansia. 1. Makanlah aneka ragam makanan Mengkonsumsi berbagai bahan makanan secara bergantian akan menurunkan kemungkinan kekurangan zat gizi tertentu Universitas Sumatera Utara 2. Makanlah sumber karbohidrat kompleks serealia, umbi dalam jumlah sesuai dengan anjuran. Tujuannya adalah menjamin cukup serat, serta tidak bersifat refined carbohydrate 3. Batasi konsumsi lemak dan minyak berlebihan. Gunakanlah sumber lemak nabati seperti kacang-kacangan. Tujuannya mengurangi konsumsi lemak jenuh, trigliserida dan kolesterol yang merupakan faktor resiko penyakit kardiovaskuler 4. Makanlah sumber zat besi yang cukup, bergantian antara sumber hewan dan nabati, sumber hewani ada pada daging red meat, sumber nabati ada pada semua sayur yang berwarna hijau pekat. Hal ini perlu ditekan karena anemia masih merupakan masalah gizi utama di Indonesia dan terdapat di berbagai kelompok umur 5. Minumlah air yang bersih, aman, cukup jumlahnya dan telah didihkan. Anjuran ini bersifat mendidik agar tiap orang meminum air bersih yang tidak membawa kontaminasi baik bahan kimiawi maupun mikroorganisme 6. Kurangi konsumsi makanan, jajanan dan minuman yang tinggi gula murni dan lemak. Anjuran ini diberikan untuk mengurangi kemungkinan terkena penyakit diabetes melitus 7. Perbanyak frekuensi konsumsi hewani laut dalam menu harian. Lemak tak jenuh omega 3 yang banyak pada golongan ikan telah terbukti memberikan perlindungan terhadap atau mencegah terjadinya aterosklerosis. 8. Gunakanlah garam ber-yodium, namun batasilah penggunaan garam secara berlebihan, atau kurangi konsumsi makanan yang diawetkan atau diolah dengan banyak menggunakan garam, penyedap atau pengawet lainnya. Penggunaan garam iodium masih perlu dikampanyekan mengingat Gangguan Akibat Kekurangan Iodium GAKI masih merupakan masalah gizi utama di Indonesia dan dapat mengenai semua golongan umur. 9. Perbanyak konsumsi sayur dan buah-buahan berwarna hijau, kuning maupun orange karena banyak mengandung serat, vitamin C, provitamin A dan vitamin E yang melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan yang terjadi secara dini Darmojo Martono, 2006. Universitas Sumatera Utara 2.9 Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi 2.9.1 Pengkajian 1.1 Riwayat keperawatan dan diet Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang pola makanan, tipe makanan yang dihindari ataupun diabaikan, makanan yang lebih disukai, yang dapat digunakan untuk membantu merencanakan jenis makanan untuk sekarang, dan rencana makanan untuk masa selanjutnya A. Aziz Alimul H., 2006. a. Anggaran makan, makan kesukaan, waktu makan. b. Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus? c. Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama periode waktunya? d. Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet? e. Adakah toleransi makan atau minum tertentu? Tarwoto, 2006. 1.2 Faktor yang mempengaruhi diet a. Status kesehatan b. Kultur dan kepercayaan c. Status sosial ekonomi d. Faktor psikologis e. Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet Tarwoto, 2006. 1.3 Kemampuan makan Beberapa hal yang perlu dikaji dalam hal kemampuan makan, antara lain kemampuan mengunyah, menelan dan makan sendiri tanpa bantuan orang lain A. Aziz Alimul H., 2006. 1.4 Pengetahuan tentang nutrisi Aspek lain yang sangat penting dalam pengkajian nutrisi adalah penentuan tingkat pengetahuan pasien mengenai kebutuhan nutrisi A. Aziz Alimul H., 2006. 1.5 Nafsu makan, jumlah asupan 1.6 Tingkat aktivitas 1.7 Pengkonsumsian obat 1.8 Pemeriksaan fisik Universitas Sumatera Utara a. Keadaan fisik : apatis, lesu b. Berat badan : obesitas, kurus underweight c. Otot : flaksia atau lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu bekerja d. Sistem saraf : bingung, rasa terbakar, paresthesia, reflek menurun e. Fungsi gastrointestinal : anoreksia, konstipasi, diare, flatulensi, pembesaran liver atau lien f. Kardiovaskuler : denyut nadi lebih dari 100 kaliment, irama abnormal, tekanan darah rendah atau tinggi g. Rambut : kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah atau patah-patah h. Kulit : kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak disubkutan tidak ada i. Bibir : pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membran mukosa pucat j. Gusi : pendarahan, peradangan k. Lidah : edema, hiperemis l. Gigi : karies, nyeri, kotor m. Mata : konjungtiva pucat, kering, exotalmus, tanda-tanda infeksi n. Kuku : mudah patah Tarwoto, 2006. o. Pengukuran antropometri Pengukuran ini meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar lengan. Tinggi badan anak dapat digambarkan pada suatu kurva atau grafik sehingga dapat terlihat pola perkembangannya. Tinggi dan berat badan orang dewasa sering dibandingkan dengan bermacam-macam peta untuk dirinya. Pada umumnya, berat untuk pria lebih dari berat badan seorang wanita walaupun tingginya sama. Ini disebabkan pria mempunyai persentase jaringan dan struktur tulang yang berbeda. Seseorang dengan persentase bagian tubuh Universitas Sumatera Utara yang besar dan jaringan otot yang banyak akan terlihat gemuk over weight. Metode khusus yang sering digunakan untuk mengukur besar tubuh seseorang adalah area kulit yang berada diatas otot trisep. Pada umumnya, wanita mempunyai lipatan kulit yang lebih tebal di daerah ini. Ini disebabkan banyaknya jaringan subkutan pada wanita, sehingga membuat wanita terlihat lebih gemuk A. Aziz Alimul H., 2006. i. Berat badan ideal : TB-100 ± 10 ii. Lingkar pergelangan tangan iii. Lingkar lengan atas MAC Nilai normal Wanita : 28,5 cm Pria : 28,3 cm iv. Lipatan kulit pada otot trisep TSF Nilai normal Wanita : 16,5-18 cm Pria : 12,5-16,5 cm p. Laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum, Hb, glukosa, elektrolit, dan lain-lain. i. Albumin N:4-5,5 mg100 ml ii. Transferin N: 170-25 mg100ml iii. Hb N: 12 mg iv. BUN N: 10-20 mg100 ml v. Ekskresi keratin untuk 24 jamN: laki-laki : 0,6-1,3 mg100 ml, wanita:0,5-1,0 mg100 ml Tarwoto, 2006. 2.9.2 Diagnosa Keperawatan 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Definisi: Keadaan dimana intake nutrisi kurang dari kebutuhan metabolisme tubuh. Kemungkinan berhubungan dengan: Universitas Sumatera Utara a. Efek dari pengobatan b. Mualmuntah c. Gangguan intake makanan d. Radiasikemoterapi e. Penyakit kronis Kemungkinan data yang ditemukan: a. Berat badan menurun b. Kelemahan c. Kesulitan makan d. Nafsu makan berkurang e. Hipotensi f. Ketidakseimbangan elektrolit g. Kulit kering Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada: a. Anoreksia nervosa b. AIDS c. Pembedahan d. Kehamilan e. Kanker f. Anemia g. Marasmus Tujuan yang diharapkan: a. Terjadi peningkatan berat badan sesuai batas waktu b. Peningkatan status nutrisi Kekurangan nutrisi, berhubungan dengan: a. Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan mencerna secara berkelanjutan akibat penyakit infeksi, luka bakar ataupun kanker. b. Disfagia akibat kelumpuhan serebral c. Penurunan absorpsi nutrisi akibat intoleransi laktosa d. Penurunan nafsu makan Universitas Sumatera Utara e. Sekresi berlebihan, baik melalui latihan fisik, muntah, diare, ataupun pengeluaran lainnya f. Ketidakcukupan absorpsi akibat efek samping obat atau lainnya g. Kesulitan mengunyah 2. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh Definisi: pasien dengan resiko atau aktual mengkonsumsi makanan melebihi dari kebutuhan metabolisme tubuh Kemungkinan berhubungan dengan: a. Kelebihan intake b. Gaya hidup c. Perubahan kultur d. Psikologi untuk konsumsi tinggi kalori Kemungkinan data yang ditemukan: a. 20 lebih berat daari badan ideal b. Pola makan yang berlebihan Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada: a. Obesitas b. Hipotiroidesme c. Pasien dengan pemakaian kortikosteroid d. Imobilisasi yang lama e. Chushings sysdrome f. Bulimia Tujuan yang diharapkan: a. Teridentifikasinya kebutuhan nutrisi dan berat badan yang terkontrol b. Perencanaan kontrol berat badan untuk yang akan datang c. Tidak terjadinya penurunan berat badan yang berlebihan Tarwoto, 2006. Kelebihan nutrisi, berhubungan dengan: a. Perubahan pola kenyang akibat efek obat atau radiasi b. Penurunan fungsi pengecap atau penciuman c. Kurangnya pengetahuan tentang nutrisi d. Penurunan kebutuhan metabolisme Universitas Sumatera Utara e. Kelebihan asupan f. Perubahan gaya hidup 2.9.3 Perencanaan Keperawatan Tujuan: 1. Meningkatkan nafsu makan apabila nutrisi kurang 2. Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi 3. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral Rencana Tindakan: 1. Monitor perubahaan kebutuhan yang menyebabkan terjadinya kekurangan kebutuhan nutrisi atau kelebihannya dan status kebutuhan nutrisinya 2. Kurangi faktor yang mempengaruhi perubahan nutrisi 3. Ajarkan untuk merencanakan makanan 4. Kaji tanda vital dan bising usus 5. Monitor glukosa, elektrolit, albumin, dan hemoglobin 6. Berikan pendidikan tentang cara diet, kebutuhan kalori, atau tindakan lainnya. Tindakan pada gangguan kekurangan nutrisi secara umum dapat dilakukan dengan cara: 1. Mengurangi kondisi atau gejala penyakit yang menyebabkan penurunan nafsu makan 2. Memberikan makanan yang disukai sedikit demi sedikit tetapi sering dengan memerhatikan jumlah kalori dan tanpa kontraindikasi 3. Manata ruangan senyaman mungkin 4. Menurunkan stres psikologis 5. Menjaga kebersihan mulut 6. Menyajikan makanan mudah dicerna 7. Hindari makanan yang mengandung gas Tindakan pada gangguan obstruksi mekanisme secara umum dapat dilakukan dengan cara: Universitas Sumatera Utara 1. Lakukan kebersihan mulut segera dengan kumur-kumur menggunakan minuman bikarbonat rendah 1 kalori atau ½ atau ¼ larutan hydrogen peroksida dan air sebagai pembersih mulut 2. Ajarkan teknik mempertahankan nafsu makan dengan mengubah variasi dan kepadatan seperti jus atau sop kental 3. Gunakan suplemen tinggi kalori atau protein Tindakan pada gangguan kesulitan makan secara umum dapat dilakukan dengan cara: 1. Atur posisi seperti duduk tegak 60-90 derajat pada kursi atau di tepi tempat tidur 2. Pertahankan posisi selama 10-15 menit 3. Fleksikan kepala ke depan pada garis tengah tubuh 45 derajat untuk mempertahankan kepatenan esofagus 4. Mulai dari jumlah kecil 5. Anjurkan untuk membersihkan mulut, hindari makanan yang pedas atau asam, makanan berserat sayuran mentah, dan rendam makanan kering agar lunak Tindakan pada gangguan kelebihan nutrisi secara umum dapat dilakukan dengan cara: 1. Hindari makanan yang mengandung lemak 2. Berikan motivasi untuk menurunkan berat badan 3. Lakukan program olahraga A. Aziz Alimul H., 2006. Universitas Sumatera Utara

B. Asuhan Keperawatan Kasus