Hukum Warisan Islam Dasar dan Sumber Hukum Waris Islam

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1. Hukum Warisan Islam

Hukum waris islam adalah seperangkat peraturan tertulis berdasarkan wahyu Allah dan sunnah Nabi tentang hal ihwal peralihan harta atau berwujud harta dari yang telah mati kepada yang masih hidup, yang diakui dan diyakini berlaku dan mengikat untuk semua yang beragama Islam. Syarifuddin, 1990.

2.2. Dasar dan Sumber Hukum Waris Islam

Dasar dan sumber utama dari hukum islam, sebagai hukum agama adalah teks yang terdapat dalam Al- Qur’an dan Sunnah Nabi. Ayat ayat yang mengatur kewarisan itu sebagai berikut : a. An-Nisa : 7 ْق ْْا ا لاوْلا ت م بيصن ء س لل وب ْق ْْا ا لاوْلا ت م بيصن ج لل ۚ ثك ْ أ هْ م لق م وب ض ْ م يصن “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian pula dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan. ” b. An-Nisa : 8 ْلا ٰىم يْلا ٰىب ْ ْلا ول أ ة ْس ْلا ضح ا إ ف ْعم ً ْوق ْم ل اولوق هْ م ْمهوق ْ ف نيك س Universitas Sumatera Utara “Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu sekedarnya dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.” c. An-Nisa : 11 لف نْي ْثا ْوف ء سن نك ْ إف ۚ نْييثْن ْْا ظح لْثم ك لل ْمكدً ْ أ يف َ م يصوي حا ْتن ك ْ إ ت م ثلث ن س سلا ْ م حا ل ل هْيوبْ ۚ فْص لا لف ه مِف اوبأ هث ل هل ْن ي ْمل ْ إف ۚ ل هل ك ْ إ ت م ْمكؤ بآ نْيد ْ أ ب يصوي ةيص ْعب ْنم ۚ س سلا ه مِف وْخإ هل ك ْ إف ۚ ثلثلا ْ ت ً ْمكؤ ْبأ ْقأ ْم يأ ي ح يلع ك َ إ َ نم ةضي ف ۚ عْ ن ْم ل “Allah mensyariatkan bagimu tentang pembagian pusaka untuk anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya saja, maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. Pembagian-pembagian tersebut di atas sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau dan sesudah dibayar utangnya. Tentang orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” d. An-Nisa : 12 م عب لا م لف ل ن ل ك ْ إف ۚ ل ن ل ْن ي ْمل ْ إ ْم جا ْ أ ت م فْصن ْم ل ص ْعب ْنم ۚ نْك ت ةي ل ْم ل ك ْ إف ۚ ل ْم ل ْن ي ْمل ْ إ ْم ْك ت م عب لا ن ل ۚ نْيد ْ أ ب نيصوي ْعب ْنم ۚ ْم ْك ت م ن ثلا ن لف لك وي لج ك ْ إ نْيد ْ أ ب وصوت ةيص ۚ س سلا ْ م حا ل لف تْخأ ْ أ خأ هل أ ْما أ ةل ْيغ نْيد ْ أ ب ٰىصوي ةيص ْعب ْنم ۚ ثلثلا يف ء ك ش ْم ف كلٰ ْنم ثْكأ اون ك ْ إف َ نم ةيص ۚ ضم َ ميلح ميلع Universitas Sumatera Utara “Dan bagimu suami-suami seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri- isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau dan seduah dibayar utangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau dan sesudah dibayar utang-utangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki seibu saja atau seorang saudara perempuan seibu saja, maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar utangnya dengan tidak memberi mudharat kepada ahli waris. Allah menetapkan yang demikian itu sebagai syariat yang benar- benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.” e. An-Nisa : 176 سْيل كله ؤ ْما إ ۚ ةلل ْلا يف ْم ي ْ ي َ لق كنو ْ ْسي ْمل ْ إ ث ي وه ۚ ت م فْصن لف تْخأ هل ل هل ن ً ج وْخإ اون ك ْ إ ۚ ت م ثلثلا لف نْي ْثا ن ك ْ إف ۚ ل ل ْن ي نْييثْن ْْا ظح لْثم ك للف ء س ميلع ءْيش ل ب َ اولضت ْ أ ْم ل َ ن ي ي “Mereka meminta fatwa kepadamu tentang kalalah. Katakanlah: Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah yaitu: jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai seluruh harta saudara perempuan, jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka ahli waris itu terdiri dari saudara-saudara laki dan perempuan, maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara Universitas Sumatera Utara perempuan. Allah menerangkan hukum ini kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Ma ha Mengetahui segala sesuatu.”

2.3. Asas-asas Pewarisan dalam Hukum Islam